Anda di halaman 1dari 9

KASUS MONOPOLI PLN

A. Sejarah PLN

di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif
menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada
Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk
Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas
yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan
negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara
dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik
Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang
Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih
dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK
dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang diberikan mandat untuk menyediakan kebutuhan listrik di Indonesia.
Seharusnya sudah menjadi kewajiban bagi PT. PLN untuk memenuhi itu semua, namun pada
kenyataannya masih banyak kasus dimana mereka merugikan masyarakat. Kasus ini menjadi
menarik karena disatu sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan untuk kepentingan
mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33,
namun disisi lain tindakan PT. PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan kinerja
yang baik dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat.

Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus
pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik
bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.

Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT.
PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang
pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka
kehendaki.

Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat disimpulkan
bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara.

Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain


utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan
mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi
pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari kalimat
“dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi
utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta
memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas
masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kasus monopoli yang dilakukan oleh PT.PLN adalah:

1. Fungsi PT. PLN sebagai : pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah.
Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk
distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power
Producer di Indonesia. Mereka termasuk General Electric, Californian Energy, Edison
Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell
Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar
masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah Jawa Barat. Semua industri di Jawa-
Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan
alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin
parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan
Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap.

Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit
berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara
Karang.Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat
sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-
daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik
secara sepihak. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan
investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

Krisis listrik di Indonesia bisa dikatakan sudah berada dalam tahap yang mengkhawatirkan.
Di beberapa wilayah, tiada hari tanpa pemadaman bergilir. Sistem Jawa-Bali yang paling
maju dan terinterkoneksi juga masih sering mengalami masalah.Krisis listrik memuncak saat
PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara
bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli
2015.

Produksi PLN yang sudah ada juga tidak optimal dan mahal karena sebagian besar
pembangkit sudah tua, boros bahan bakar, kekurangan pasokan energi primer, dan sering
mengalami kerusakan. PLN juga dikenal tidak efisien, seperti susut daya listrik yang besar,
mahalnya harga pembelian listrik swasta, tingginya kasus pencurian listrih hingga korupsi.

Stagnasi ini juga dipicu oleh pembangunan listrik yang tidak bervisi ke depan akibat subsidi
BBM regresif membuat sebagian besar pembangkit PLN adalah pembangkit termal yang kini
kian mahal. Selain mahal, konversi energi bahan bakar fosil menjadi listrik juga sangat tidak
efisien (hanya sekitar 30%) dan tidak ramah lingkungan.

Akibat dari PT. PLN yang memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat
sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Banyak daerah-daerah yang kebutuhan listriknya
belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak. Kejadian ini
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan
untuk berinvestasi.

C. Analisa Kasus

Secara hukum masih terdapat berbagai perdebatan, apakah usaha yang dilakukan oleh PLN
adalah tindakan monopoli yang diperbolehkan atau tidak. Namun melihat dari kerugian yang
diterima oleh masyarakat, seharusnya tindakan monopoli ini tidak boleh dilakukan. Kerugian
ini diduga karena kurang optimalnya kinerja PLN dalam penyedia listrik masyarakat.
Sedangkan dari segi persaingan usaha, monopoli yang dilakukan PLN merupakan persaingan
usaha yang tidak sehat karena PLN hanya satu – satunya perusahaan penyedia listrik di
Indonesia. Karena merupakan satu - satunya perusahaan penyedia listrik di Indonesia, maka
berbagai penilaian pun muncul mulai dari dugaan kinerja PLN yang tidak terukur (karena
tidak ada pembandingnya), adanya kesewenang – wenangan menaikkan harga (meskipun
dalam pengendalian Menteri BUMN), dugaan adanya pemborosan dalam pengelolaan sumber
daya – setelah PLN mengalami defisit daya listrik.

D. Analisa Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

Beberapa penulis memberikan pendapat tentang filsafat etika dalam Islam. Menurut Beuken
(1997:21), Islam memiliki 6 aksioma dari filsafat etika Islam, yaitu:

1. Tauhid, unity (kesatuan, keutuhan)

Konsep ini berarti semua aspek hidup dan mati adalah satu baik aspek politik, ekonomi,
social, maupun agama adalah berasal dari satu sistem nilai yang paling terintegrasi, terkait
dan konsisten. Tauhid hanya cukup dianggap keyakinan Tuhan hanya satu. Tauhid adalah
sistem yang harus dijalankan dalam mengelola kehidupan ini.

Dari konsepsi ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi
membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini maka pengusaha muslim dalam melakukan
aktivitas maupun entitas bisnisnya tidak akan melakukan paling tidak tiga hal (Beekun, 1997
: 20-23):
Pertama, diskriminasi terhadap pekerja, penjual, pembeli, mitra kerja atas dasar pertimbangan
ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama (QS. Al Hujurat ayat 13). Kedua, Allah lah
semestinya yang paling ditakuti dan dicintai. Oleh karena itu, sikap ini akan terefleksikan
dalam seluruh sikap hidup dalam berbagai dimensinya termasuk aktivitas bisnis (QS. Al
An’aam ayat 163). Ketiga, menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya kekayaan
merupakan amanah Allah (QS. Al Kahfi ayat 46).

Pada konsepsi ini PLN dinilai tidak melanggar, karena PLN yang merupakan perusahaan
negara sudah melakukan dengan benar dengan tidak melakukan 3 hal sebagaimana
disebutkan diatas

2. Adil, equilibrium (keseimbangan, harmoni)

Semua aspek kehidupan harus seimbang agar menghasilkan keteraturan dan keamanan sosial
sehingga kehidupan manusia di dunia dan di akhirat nanti melahirkan harmoni dan
keseimbangan. Keadilan dan keseimbangan disini juga diartikan bahwa semua orang dapat
memperoleh hak yang sama, tidak ada yang dirugikan

Dalam konsepsi ini,PLN dinilai belum bersifat adil/ belum bisa memperlakukan masyarakat
selaku konsumennya secara seimbang, dimana masyarakat di berbagai wilayah masih ada
yang belum mendapat aliran listrik, di beberapa daerah juga masih mengalami pemadaman
listrik bergilir

3. Free will (kebebasan)

Manusia diangkat segai khalifah Allah atau pengganti Allah di bumi untuk
memakmurkannya. Manusia dipersilakan dan mampu berbuat sesuka hatinya tanpa paksaan,
tuhan memberikan koridor yang boleh dan tidak boleh. Berdasarkan aksioma ini, dalam
bisnis manusia (perusahaan) mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian atau
tidak, melaksanakan bentuk aktivitas bisnis tertentu, berkreasi mengembangkan potensi
bisnis yang ada (Beekun,1997 : 24).

Dilihat dari konsepsi ini PLN dinilai rentan melanggar dengan indikasi menyalahgunakan
wewenang dalam mengatur harga. Kenaikan harga TDL seakan semaunya PLN sendiri,
masyarakat pun kurang mendapat informasi yang jelas perihal relative seringnya kenaikan
harga ini. Meskipun dugaan beberapa kalangan perihal PLN bermain harga ini tidak
sepenuhnya benar, karena bagaimanapun PLN yang merupakan perusahaan BUMN tetap
berada dibawah pengawasan kementrian BUMN

4. Responsibility (tanggung jawab)

Karena kebebasan yang diberikan diatas, maka manusia harus memberikan


pertanggungjawabannya annti dihadapan Allah atas segala keputusan dan tindakan yang
dilakukannya. Kebebasan yang dimiliki manusia dalam menggunakan potensi sumber daya
mesti memiliki batas-batas tertentu, dan tidak digunakan sebebas-bebasnya, melainkan
dibatasi oleh koridor hukum, norma dan etika yang tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah
rasul yang harus dipatuhi dan dijadikan referensi atau acuan dan landasan dalam
menggunakan potensi sumber daya yang dikuasai.

Tidak kemudian digunakan untuk melakukan kegiatan bisnis yang terlarang atau yang
diharamkan, seperti judi, kegiatan produksi yang terlarang atau yang diharamkan, melakukan
kegiatan riba dan lain sebagainya. Apabila digunakan untuk melakukan kegiatan bisnis yang
jelas-jelas halal, maka cara pengelolaan yang dilakukan harus juga dilakukan dengan cara-
cara yang benar, adil dan mendatangkan manfaat optimal bagi semua komponen masyarakat
yang secara kontributif ikut mendukung dan terlibat dalam kegiatan bisnis yang dilakukan
(Muslich, 2010 : 43).

Sampai sekarang PLN masih memonopoli jasa penyaluran listrik ke masyarakat, belum mau
memberikan akses ke pihak swasta untuk membantu mengelola penyaluran tersebut,
akibatnya PLN pun sering mengalami kesulitan dalam melakukan jasa penyaluran ke seluruh
area di Indonesia, karena keterbatasan jumlah tenaga dan waktunya. Ini menunjukkan bahwa
PLN belum bisa bertanggungjawab penuh atas keputusan yang diambilnya.

5. Ihsan, benevolence (kemanfaatan)

Semua keputusan dan tindakan harus menguntungkan manusia baik didunia maupun
diakhirat, selain hal itu seharusnya tidak dilakukan. Secara keseluruhan dari konsepsi ini,
perusahaan sangat memberi manfaat kepada masyarakat banyak dengan telah dialirinya arus
listrik di sebagian besar wilayah di Indonesia, hanya saja pelayanan yang harus terus
ditingkatkan Panduan Nabi Muhammad Dalam Bisnis Rasululah Saw, sangat banyak
memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di antaranya ialah : Tidak monopoli. Salah satu
keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang
sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air,
udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan minera. Individu tersebut
mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Ini
dilarang dalam Islam.

E. KESIMPULAN

Dari analisa diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keberadaan PLN di masyarakat memang sangat diperlukan, oleh karena nya


perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas pelayanannya sesuai
ekspektasi masyarakat Indonesia
2. Tindakan monopoli yang dilakukan PLN jika terus menerus terjadi maka akan
merugikan mayarakat, karena PLN merupakan satu – satunya perusahaan pengelola
listrik, dimana jika kondisi di suatu Negara hanya mempunyai 1 perusahaan dengan
produk yang sangat dibutuhkan masyarakat dan di suatu hari perusahaan tersebut
mengalami krisis, sehingga tidak dapat memasok dengan baik, maka masyarakatlah
yang paling dirugikan
3. Dalam kondisi menjadi perusahaan tunggal, sebenarnya PLN juga mengalami
kesulitan dalam memasok dan menyalurkan daya listrik ke seluruh wilayah di
Indonesia
4. Dari perspektif Islam, kasus monopoli PLN diatas tidak sesuai dengan Konsepsi
keadilan, Kebebasan dan tanggungjawab

F. SARAN

Dari anaslisa kasus diatas,beberapa saran yang diberikan adalah:

1. PLN harus terus berbenah demi pelayanan terbaik masyarakat, misal harga TDL naik
juga harus diimbangi dengan kualitas pelayanan yang baik
2. Jika memang PLN belum bisa sepenuhnya memberikan jasa penyaluran arus listrik ke
seluruh wilayah Indonesia, maka bisa men subcont kan kepada perusahaan swasta,
seperti yang sudah dilakukan oleh PT. Angkasapura, PELINDO dan beberapa
perusahaan BUMN lainnya). Semua semata – mata demi teraliri llistriknya seluruh
daerah di wilayah NKRI
3. Pemerintah melalui kementrian BUMN atau kementrian terkait perlu melakukan
evaluasi mengenai keberadaan PLN yang menjadi satu – satunya perusahaan penyedia
listrik beserta penyalurannya di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman. 1997. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Jakarta : Yayasan


Swarna Bhumy.

Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah, Bandung :
Alfabeta

Badroen, Faisal, dkk. 2006. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta : Kencana.

Beekun, Rafiq Issa. 1997. Islamic

Business Ethict, Virginia: InternationalInstitute of Islamic Thought

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta : Kanisius.

Bukhari, Imam. 1992. Shahih Bukhari Jilid II, trj. H. Zainuddin Hamidy, dkk,Cet. 13,
Jakarta : Widjaya

Chapra, M. Umer. 1999. Islam dan Tantangan Ekonomi, Surabaya: RisalahGusti

D. George, R. 2002. Business Ethics, Upper Saddle River, N.J. : Prentice-Hall, 5th
Ed.

Anda mungkin juga menyukai