Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KASUS-KASUS PELANGGARAN ETIKA DALAM BERBAGAI MACAM SISTEM


EKONOMI DAN ETIKA PASAR

Dosen Pengampu:

Dr. Roy Wahyuningsih, M.Pd

HALAMAN SAMPUL

Oleh:

1. Apprillia Anggraeni Sugiarto (192002)


2. Bima Satriyo Utomo (192025)
3. Grace Rianda Yusron M. (192043)

STKIP PGRI JOMBANG

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Kasus-Kasus
Pelanggaran Etika Dalam Berbagai Macam Sistem Ekonomi Dan Etika Pasar”. Pada makalah
ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi serta pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang ikut serta dalam penyelesaian makalah.

Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang


pendekatan dan teori ilmu sosial. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca umumnya.

Jombang, 3 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

1.4 Manfaat........................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELANGGARAN ETIKA BISNIS.............2

2.2 CONTOH KASUS......................................................................................................5

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................12

3.2 SARAN......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berita-berita mengenai pelanggaran etika bisnis mendorong ketertarikan


untuk menelusuri lebih lanjut faktor-faktor yang mendorong dan dampak yang
diakibatkan. Etika bisnis merupakan aspek moral dalam menjalankan bisnis. Masih
banyak fenomena-fenomena dimana beberapa bisnis masih mengabaikan aspek
moral. LeClair dan Ferrell dalam Haurisa dan Praptiningsih (2014) mengemukakan
bahwa perkembangan zaman secara drastis mempengaruhi perilaku etis, ditambah
perkembangan teknologi telah membuat perubahan high impact teradap keputusan
bisnis. Banyak perusahaan yang menganggap keuntungan, menghindari kerugian,
dan kekuatan bersaing sebagai satu-satunya tujuan dalam menjalankan bisnis
sehingga faktor moral atau etika tidak lagi menjadi pertimbangan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran etika bisnis?


2. Apa saja teori didalam pelanggaran etika bisnis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran etika bisnis


2. Untuk mengetahui apa saja teori didalam pelanggaran etika bisnis

1.4 Manfaat

1. Untuk menambah pemahaman mengenai pelanggaran etika bisnis


2. Untuk menambah pemahaman mengenai faktor dan teori dalam pelanggaran
etika bisnis

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELANGGARAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan aspek moral dalam menjalankan bisnis. Masih banyak
fenomena-fenomena dimana beberapa bisnis masih mengabaikan aspek moral. LeClair dan
Ferrell dalam Haurisa dan Praptiningsih (2014) mengemukakan bahwa perkembangan zaman
secara drastis mempengaruhi perilaku etis, ditambah perkembangan teknologi telah membuat
perubahan high impact teradap keputusan bisnis.Banyak perusahaan yang menganggap
keuntungan, menghindari kerugian, dan kekuatan bersaing sebagai satu-satunya tujuan dalam
menjalankan bisnis sehingga faktor moral atau etika tidak lagi menjadi pertimbangan.Etika
bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh
bertindak, aturan-aturan tersebut bersumber dari aturan tertulis maupun tidak tertulis (Fahmi,
2013:3).

Etika bisnis menyangkut baik buruknya perilaku manusia dalam menjalankan


bisnisnya. Bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga sudut pandang yaitu,ekonomi, hukum,
dan moral (Bertens, 2013: 25).

1) Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan
keuntungan tanpa merugikan orang lain.
2) Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar
aturan-aturan hukum
3) Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-
ukuran moralitas.

Keraf dalam Haurisa&Praptiningsih (2014: 1) mengemukakan lima prinsip dalam


etika bisnis yaitu:

1) Prinsip otonomi: kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya


sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain.
2) Prinsip kejujuran: sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis
3) Prinsip keadilan: bersikap sama secara objektif, rasional, dan dapat
dipertanggungjawabkan
4) Prinsip saling menguntungkan: tidak ada pihak yang dirugikan dalam bisnis
5) Prinsip integritas moral: memenuhi standar moralitas. Prinsip-prinsip tersebut dapat
menjadi indikator untuk perusahaan yang melakukan usahanya sesuai etika bisnis.
2
Salah satu prinsip yang tidak terpenuhi mengindikasikan adanya pelanggaran etika
bisnis.

Bertens (2013: 25) mengemukakan tiga ukuran moralitas dalam bisnis yang dapat
digunakan untuk mengukur sudut pandang moral dan prinsip integritas moral, yaitu:

1) Hati nurani; Setiap keputusan yang diambil menurut hati nurani adalah baik. Orang
yang mengambil keputusan dengan mengingkari hati nuraninya, secara tidak langsung
dia juga menghancurkan integritas pribadinya.
2) Kaidah emas; Kaidah emas berbunyi “ hendaklah memperlakukan orang lain
sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan” hal ini berarti, jika seseorang tidak
ingin mendapat perlakuan buruk, maka jangan sampai memperlakukan orang lain
dengan buruk.
3) Penilaian umum; Perilaku bisnis yang oleh masyarakat umum dinilai baik, berarti
bisnis tersebut etis.

Namun, jika masyarakat umum menilai bisnis tersebut tidak baik, berarti bisnis
tersebut tidak etis. Hal ini disebut juga audit sosial. TeoriTeori etika membantu dalam
menentukan penilaian etis atau tidaknya suatu perilaku. Alasan benar atau tidaknya perilaku
yang dilakukan seseorang dapat didukung dengan teori etika. Ada 4 teori etika yang paling
penting menurut Bertens (2013, 63) yaitu:

1. Utilitarianisme; Menurut teori ini, perbuatan yang etis adalah perbuatan yang memberi
manfaat untuk banyak orang. Kriteria untuk teori ini adalah the greatest happiness of the
greatest number atau kebahagiaan terbesar yang dirasakan jumlah orang terbesar.
2. Deontologi; Menurut teori ini, perbuatan yang baik bukan dinilai dari akibat atau
tujuannya, namun karena perbuatan itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan.
Dengan kata lain, perbuatan yang baik adalah perbuatan yang dilakukan karena
kewajiban dan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang dilarang untuk dilakukan
3. Teori hak; Menurut teori ini, perbuatan yang etis adalah perbuatan yang tidak
menyalahi atau melanggar hak-hak orang lain. Setiap orang memiliki hak untuk
diperlakukan dengan baik, sehingga perbuatan yang etis harus memperlakukan orang
lain dengan baik, tidak boleh ada hak-hak yang dilanggar.
4. Teori keutamaan; Teori ini mengesampingkan tindakan mana yang etis dan tidak etis.
Jika seseorang menganut paham egoisme, maka tindakan yang etis adalah tindakan yang

3
bisa memenuhi keinginannya, jika tidak bisa memenuhi keinginannya maka tindakan
yang dilakukan belum etis.

Jadi menurut teori ini, etis atau tidaknya suatu perilaku adalah jawaban dari hati
nuraninya sendiri. Perusahaan yang memiliki produk bermutu, berguna untuk masyarakat,
dikelola dengan manajemen yang tepat, tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini
akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tersebut (Bertens, 2013:404). Menurut Fahmi,
(2013:9) permasalahan umum yang terjadi dalam etika bisnis antara lain:

1. Pelanggaran etika bisnis dilakukan oleh pihak-pihak yang mengerti etika bisnis.
Dilakukan dengan sengaja karena faktor ingin mengejar keuntungan dan menghindari
kewajiban-kewajiban yang selayaknya harus dipatuhi.
2. Keputusan bisnis sering diambil dengan mengesampingkan norma- norma atau
aturan-aturan yang berlaku, misalnya Undang-Undang perlindungan Konsumen.
Keputusan bisnis sering mengedepankan materi atau mengejar target perolehan
keuntungan jangka pendek semata.
3. Keputusan bisnis sering dibuat secara sepihak tanpa memperhatikan atau bahkan
tanpa mengerti ketentuan etik yang disahkan oleh lembaga yang berkompeten seperti
Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAAI), Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008/ tentang Jasa Akuntan Publik, Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik BPK-RI, Kode Etik
Psikologi Indonesia, Kode Etik Advokat Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Kontrol dari pihak berwenang dalam menegakkan etika bisnis masih dianggap lemah.
Sehingga kondisi ini dimanfaatkan untuk mencapai keuntungan pribadi atau
kelompok.

4
2.2 CONTOH KASUS
Kasus Pelanggaran Etika Bisnis yang Dilakukan Oleh Telkomsel

KASUS/ARTIKEL :
Telkomsel Diduga Lakukan Manipulasi dalam Iklan Talkmania

3/02/2009 16:10 WIB

Medan, 3/2 (ANTARA) – Telkomsel diduga melakukan manipulasi dalam program


“Talkmania” dengan tetap menarik pulsa pelanggan meski keutamaan dalam program itu
tidak diberikan.
Salah seorang warga Kota Medan, Mulyadi (37) di Medan, Selasa, mengatakan,
dalam iklannya, Telkomsel menjanjikan gratis menelepon ke sesama produk operator selular
itu selama 5.400 detik (90 menit -red).
Untuk mendapatkan layanan itu, pulsa pelanggan akan dikurangi Rp3 ribu setelah
mendaftar melalui SMS “TM ON” yang dikirim ke nomor 8999 terlebih dulu. Namun,
pelanggan sering merasa kecewa karena layanan itu selalu gagal dan hanya dijawab dengan
pernyataan maaf disebabkan sistem di operator selular tersebut sedang sibuk serta disuruh
mencoba lagi. Tapi pulsa pelanggan tetap dikurangi, dan apabila terus dicoba tetap juga
gagal, sedangkan pulsa terus dikurangi.
Katanya Warga Kota Medan yang lain, Ulung (34) mengatakan, penggunaan layanan
Talkmania yang diiklankan Telkomsel itu seperti “berjudi”. “Kadang-kadang berhasil,
kadang-kadang gagal, namun pulsa tetap ditarik,” katanya.
Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi, SH,
MHum mengatakan, layanan iklan Telkomsel itu dapat dianggap manipulasi karena
terjadinya “misleading” atau perbedaan antara realisasi dengan janji.
Pihaknya siap memfasilitasi dan melakukan pendampingan jika ada warga yang merasa
dirugikan dan akan menggugat permasalahan itu secara hukum. Secara sekilas, kata Farid,
permasalahan itu terlihat ringan karena hanya mengurangi pulsa telepon selular masyarakat
sebesar Rp3 ribu. Namun jika kejadian itu dialami satu juta warga saja dari sekian puluh juta
pelanggan Telkomsel, maka terdapat dana Rp3 miliar yang didapatkan operator selular itu
dari praktik manipulasi iklan tersebut.
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) dan Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia (BRTI) perlu turun tangan menangani hal itu agar masyarakat
tidak terus dirugikan. Apabila ditemukan bukti adanya praktik manipulasi itu, diharapkan

5
Depkominfo dan BRTI menjatuhkan sanksi yang tegas agar perbuatan itu tidak terjadi lagi.
Semua peristiwa itu terjadi karena iklan operator selular selama ini sering menjebak, saling
menjatuhkan dan tidak memiliki aturan yang jelas, katanya. Humas Telkomsel Medan, Weni
yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan terhadap nomor
pelanggan yang merasa dirugikan dalam layanan Talkmania tersebut. “Namun, Telkomsel
telah ‘merefine’ atau mengembalikan kembali pulsa nomor-nomor (handpone) yang gagal
itu,” katanya.

BERDASARKAN STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS YANG


DILAKUKAN OLEH TELKOMSEL

Mengenai kasus Telkomsel diatas merupakan kecurangan atau pelanggaran kode etik
dalam berbisnis yang berupa ingkar janji. Pihak Telkomsel ingkar janji dengan dengan
pelanggan Telkomsel dengan menguras pulsa pelanggan tetapi tidak memberi fasilitas yang
seharusnya didapat oleh si pelanggan. Kasus ini bisa dikatakan juga halnya dengan korupsi.

Hal ini berhubungan dengan etika bisnis, jika pembisnis melakukan bisnisnya dengan
jujur bisnis yang dijalankan akan terus berjalan dengan baik, sedangkan jika berlaku curang
bisnis akan mudah jatuh. Seperti halnya Telkomsel ini, jika Telkomsel terus-terus berlaku
curang secara perlahan pelanggan akan berlari ke operator lain, dan tidak dapat menambah
pemasukan Telkomsel sehinnga akan bangkrut. Berikut akan kami analisis kasus pelanggaran
etika bisnis berdasarkan 5 macam teori yaitu :

1. Utilitarianisme
Menurut paham Utilitarianisme bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. Jadi
kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan
berbagai hal yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian.Nilai positif
Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya. Rasionalnya adalah
kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan individual. Secara
universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba mensejahterakan masyarakat
dunia, selain membuat diri mereka menjadi sejahtera. Berbisnis untuk kepentingan
individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan
profesional sangat mulia. Dalam teori sumber daya alam dikenal istilah Backwash Effect,
yaitu di mana pemanfaatan sumber daya alam yang terus menerus akan semakin merusak

6
kualitas sumber daya alam itu sendiri, sehingga diperlukan adanya upaya pelastarian alam
supaya sumber daya alam yang terkuras tidak habis ditelan jaman.
Di dalam analisa pengeluaran dan keuntungan perusahaan memusatkan bisnisnya
untuk memperoleh keuntungan daripada kerugian. Proses bisnis diupayakan untuk selalu
memperoleh profit daripada kerugian. Keuntungan dan kerugian tidak hanya mengenai
finansial, tapi juga aspek-aspek moral seperti halnya mempertimbangkan hak dan
kepentingan konsumen dalam bisnis. dalam dunia bisnis dikenal corporate social
responsibility, atau tanggung jawab sosial perusahaan. Suatu pemikiran ini sejalan dengan
konsep Utilitarianisme, karena setiap perusahaan mempunyai tanggaung jawab dalam
mengembangkan dan menaikan taraf hidup masyarakat secara umum, karena
bagaimanapun juga setiap perusahaan yang berjalan pasti menggunakan banyak sumber
daya manusia dan alam, dan menghabiskan daya guna sumber daya tersebut. Dalam hal ini
kesenangan dapat diukur dalam bentuk kepuasan pelanggan.
Diduga para pelanggan yang kecewa dengan adanya ketidakkonsistenan pelayanan
dari Telkomsel ini tidak seharusnya ada. Utilitarianisme memandang bahwa konsumen
harus diberi kepuasan yang maksimal dari nilai produk. Padahal berdasarkan kasus
tersebut banyak konsumen mengeluh dan tidak puas dengan adanya kecurangan yang
dilakukan telkomsel dengan pemotongan pulsa tetapi layanan talk mania tidak dapat
digunakan. Jika pihak Telkomsel terus bertindak curang, ini akanterus berlangsung
sehingga menjadi budaya kecurangan yang dianggap biasa dilakukan dan akan terus
melebar. Bisa saja pihak Telkomsel menggunakan kecurangan-kecurangan lain di promo
Telkomsel yang lainnya serta dampak panjangnnya akan membuat pelanggan lari ke
operator lainnya. Dari sisi Utilitarianisme seharusnya telkomsel sepantasnya memberikan
pengembalian pulsa yang terpotong tanpa adanya layanan dan memberikan klarifikasi atas
ketidaknyamanan tersebut bahwa ada gangguan server serta memperbaiki di lain waktu.
2. Deontologi
Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang
baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu
perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam Teori Deontologi
kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Deontologi melihat kasus ini dari motivasi pembuat keputusan/telkomsel dengan adanya
kekecewaan yang ada dari pelanggan .
Apakah mungkin bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang disengaja untuk
menimbulkan sensasi pasar ataukah hal tersebut merupakan ketidakberesan sistem.

7
Apabila Telkomsel menginginkan adanya sensasi pasar dan membuat mata masyarakat
melihat ke arah mereka bisa saja mereka sedikit membuat guncangan di media tetapi
mereka memberikan kompensasi pengembalian pulsa yang terpotong.
Bisa saja hal ini juga untuk memboomingkan program talkmania yang sedang
dipromokan atau bisa juga hal ini bisa menjadi suatu taktik untuk mengalihkan pilihan
pelanggan dari program talkamania ke program-program promo baru yang sedang
ditargetkan. Secara Deontologi melihat apapun motivasi Telkomsel melakukan hal ini
adalah etis sepanjang hal tersebut sesuai dengan taktik pemasaran mereka.
3. Keadilan dan kewajaran
Masalah-masalah yang berkaitan dengan keadilan dan kewajaran biasanya dapat
dibagi ke dalam tiga kategori. Keadilan distributif, yang merupakan kategori pertama dan
paling mendasar berkaitan dengan distribusi yang adil atas keuntungan dan beban dalam
masyarakat. Keadilan retributif, kategori kedua mengacu pada pemberlakuan hukuman
yang adil pada pihak-pihak yang melakukan kesalahan. Hukuman yang adil adalah
hukuman yang dalam artian tertentu layak diterima oleh orang yang melakukan
kesalahan. Keadilan kompensasif, kategori ketiga berkaitan dengan cara yang adil dalam
memberikan kompensasi pada seseorang atas kerugian yang mereka alami akibat
perbuatan orang lain.
Kompensasi yang adil adalah kompesasi yang dalam artian tertentu proporsional
dengan nilai kerugian yang diderita. Masing-masing kategori tersebut akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Keadilan Distributif
Masalah-masalah tentang keadilan distributif muncul bila ada orang-orang tertentu
yang memilki perbedaan klaim atas keuntungan dan beban dalam masyarakat, dan
semua klaim mereka tidak dapat dipenuhi. Saat keingina dan keenggana orang-orang
lebih besar dari sumber daya yang ada. Mereka terpaksa menggunakan prinsip-prinsip
tertenru untuk mengalokasikan sumberdaya tersebut serta beban masyarakat dalam
cara-cara yang adil dan mampu menyelesaikan konflik dengan baik.
Prinsip dasar dari keadilan distributif adalah bahwa individu-individu yang
sederajat dalam segala hala yang berkaitan dengan perlakuan yang dibicarakan
haruslah memperoleh keuntungan dan beban yang serupa sekalipun mereka tidak
sama dalam aspek yang tidak relevan lainnya, adan individu yang tidak sama dalam
suatu aspek yang relevan perlu diperlakukan secara tidak sama sesuai dengan
ketidaksamaan mereka.

8
Prinsip ini bersifat formal yang didsarkan pada gagasan logis bahwa harus
konsisten dalam menghadapi masalah yang sama atau serupa.
Dikemukakan oleh John Rawis berdasarkan pada asumsi dasar bahwa konflik yang
melibatkan masalah keadilan pertama haruslah dihadapi dengan membuat metode
yang tepat dalam memilih prinsip-prinsip untuk menanganinya. Setelah metode ini
dibuat prinsip yang kita pilih dengan menggunakan metode itu haruslah mampu
berperan sebagai prinsip keadilan distributif.
Rawis menyatakan bahwa distribusi keuntungan dan beban dalam suatu
masyarakat adalah jika,dan hanya jika :
A. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar paling ekstensif yang
dalam hal ini mirip dengan kebebasan untuk semua orang.
B. Ketidakadilan sosial dan ekonomi diatur sedemikian sehingga keduanyaa
C. Mampu memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang
beruntung.
D. Ditangani dalam lembaga dan jabatan yang terbuka bagi semua orang berdasrkan
prinsip persamaan hak dalam memperoleh kesempatan.
2. Keadilan Retributif
Merupakan keadilan yang berkaitan dengan keadilan dalam rangka
menyalahkan atau menghukum seseorang yang telah melakukan kesalahan. Jika
seseorang tidak tahu atau tidak bisa memilih secara bebas apa yang dia lakukan, maka
dia tidak bisa dihukum adil. Hukuman yang adil adalah kepastian bahwa orang yang
dihukum benar-benar melakukan yang dituduhkan padanya. Selain itu juga hukuman
harus lah konsisten dan proporsional dengan kesalahannya. Hukuman dianggap
konsisten hanya jika semua orang akan memperoleh hukuman yang sama untuk
kesalahan yang sama, sedangkan hukuman dianggap proporsional dengan kesalahan
jika hukuman tersebut tidak lebih besar dibandingkan kerugian yang diakibatkan
kesalahan.
3. Keadilan Kompensasif
Berkaitan dengan keadilan dalam memperbaiki kerugian yang dilalami
seseorang akibat tindakan orang lain atau sering juga disebut sebagai ganti rugi. Tidak
ada aturan yang pasti dalam menentukan seberapa banyak kompensasi yang perlu
diberikan oleh pelaku pada korban. Keadilan hanya mengharuskan bahwa pelaku
sebisa mungkin mengembalikan apa yang diambilnya, dan itu biasanya berarti bahwa
jumlah ganti rugi haruslah sama dengan yang diketahui pelaku pada korbannya. Kaum

9
moralis tradisional menyatakan bahwa seseorang memiliki kewajiban moral untuk
memeberikan kompensasi pada pihak yang dirugikan jika tiga syarat berikut
terpenuhi, yaitu :
1) Tindakan yang mengakibatkan kerugian adalah kesalahan atau kelalaian.
2) Tindakan tersebut merupakan penyebab kerugian yang sesungguhnya.
3) Pelaku mengakibatkan kerugian secara sengaja.
Dilihat dari teori ini seharusnya Telkomsel memperlakukan semua
pelanggannya secara adil dan sama karena bisnis berusaha untuk membentuk
hubungan yang berkelanjutan dengan semua pelanggan yang akan membeli berbagai
prosuk selama jangka waktu yang panjang maka semua pelanggan adalah sama selain
itu Telkomsel seharusnya tetap mempertahankan seluruh pelanggan yang telah
“Telkomsel Minded” tersebut dengan memberikan kepuasan layanan.
Oleh karena itu mereka yang mengalami ketidakpuasan akibat adanya
pemotongan pulsa tanpa layanan TM, Telkomsel harus memberi ganti rugi pulsa
yang terpotong dan minta maaf/memberikan konferensi pers terkait hal ini. Tetapi
apakah pelanggan yang telah dikecewakan dan diberi ganti rugi ini telah diberlakukan
adil. Menurut saya adil karena pihak Telkomsel telah melakukan usaha kompensasi
dari kerugian ini.
4. Etika kebajikan
Etika kebajikan berfokus pada karakter moral dari pembuat keputusan. Nilai-nilai apa
sajakah yang diinginkan Telkomsel agar diproyeksikan oleh perusahaannya.
Telkomsel terkenal dengan perusahaan yang berimage positif dan memiliki produk-
produk unggulan. Dengan mengakui kesalahan dan mengembalikan pulsa yang
terpotong telkomsel telah melakukan etika kebajikan guna memuaskan pelanggannya.
Mereka harus mampu menjelaskan secara terperinci dan dapat diterima logika
mengapa terjadi ketidakberesan sistem dan memperbaikai kualitas layanan di masa
depan.
5. Imajinasi moral
Imajinasi moral yang mungkin dilakukan oleh Telkomsel adalah adanya sensasi pasar
yang diinginkan dan membuat masyarakat melihat mereka. Serta membuat program
TM ini semakin booming dengan adanya perbaikan layanan. Bisa saja hal ini
merupakan suatu awal yang digunakan oleh Telkomsel dengan akan dikeluarkannya
paket-paket promo terbaru yang semakin bagus dan menarik lagi. Jadi ini bisa
merupakan suatu taktik pemasaran tersendiri di tengah riuhnya persaingan pasar

10
seluler. Tetapi Telkomsel harus mampu mendeteksi bahwa sensasi pasar itu tidak
berefek mengurangi pelanggannya.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Ada 4 teori etika yang paling penting menurut Bertens (2013, 63) yaitu:

1. Utilitarianisme; Menurut teori ini, perbuatan yang etis adalah perbuatan yang memberi
manfaat untuk banyak orang. Kriteria untuk teori ini adalah the greatest happiness of the
greatest number atau kebahagiaan terbesar yang dirasakan jumlah orang terbesar.
2. Deontologi; Menurut teori ini, perbuatan yang baik bukan dinilai dari akibat atau
tujuannya, namun karena perbuatan itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan.
Dengan kata lain, perbuatan yang baik adalah perbuatan yang dilakukan karena
kewajiban dan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang dilarang untuk dilakukan
3. Teori hak; Menurut teori ini, perbuatan yang etis adalah perbuatan yang tidak
menyalahi atau melanggar hak-hak orang lain. Setiap orang memiliki hak untuk
diperlakukan dengan baik, sehingga perbuatan yang etis harus memperlakukan orang
lain dengan baik, tidak boleh ada hak-hak yang dilanggar.
4. Teori keutamaan; Teori ini mengesampingkan tindakan mana yang etis dan tidak etis.
Jika seseorang menganut paham egoisme, maka tindakan yang etis adalah tindakan yang
bisa memenuhi keinginannya, jika tidak bisa memenuhi keinginannya maka tindakan
yang dilakukan belum etis.

Etika bisnis menyangkut baik buruknya perilaku manusia dalam menjalankan bisnisnya.
Bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga sudut pandang yaitu,ekonomi, hukum, dan moral
(Bertens, 2013: 25).

1) Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan
keuntungan tanpa merugikan orang lain.
2) Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar
aturan-aturan hukum
3) Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-
ukuran moralitas.

12
3.2 SARAN
Untuk menjadi seorang seorang pebisnis hendaknya harus siap dan bisa dalam
mengambil keputusan dan juga harus bertanggung jawab penuh terhadap
keputusannya dan harus bisa menimbang bagaimana konsumen, karyawan, dan
lainnya akan bereaksi terhadap keputusan yang diambilnya.sehingga tidak akan ada
pihak manapun yang merasa dirugikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K . 2013. Pengantar Etika Bisnis.

Yogyakarta : Kanisius .

De George, R. 1993. Competing with Integrity in International Business. Oxford: Oxford


University Press.

Desjardins, H. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan Untuk Integritas Pribadi dan
Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga.

Fahmi, I . 2013. Etika Bisnis: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.

Haurissa, L.J.,dan Praptiningsih, M. 2014. Analisis Penerapan Etika Bisnis pada PT


Maju Jaya di Pare Jawa Timur. Agora Vol. 2, No. 2.

14

Anda mungkin juga menyukai