Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN


“PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN”

Oleh
Kelompok 6:

Nama NIM Dosen PA


Katarina Kewa Goweng 2003020109 Drs.Yohanes Samuel Sarong,M.Si
Age Wiliam Sodak 1903020102 Dra. Indri Astuti,MM,DM

JURUSAN ADMINITRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERTIMBANGAN ETIKA
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN” yang bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Teori Pengambilan Keputusan. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari adanya
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan tugas ini, dan penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kupang, September 2022

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1. Latar Belakang.................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3.Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
2.1. Pertimbangan etika, tanggung jawab social, dan pandangan tentang manusia
rasional ekonomis....................................................................................................5
2.2. Pertimbangan etika dan perilakku organisasi ..................................................6
2.3.Kriteria etika dalam pengambilan keputusan ...................................................9
2.3.1. Paham manfaat..............................................................................................9
2.3.2. Fokus pemenuhan hak...................................................................................9
2.3.3. Berdasrkan pertimbangan keadilan.............................................................10
2.3.4. Fokus pemenuhan kewajiban......................................................................10
2.3.5. Pandang terhadap efek reputasi...................................................................11
2.4. Petimbangan etika:catatan akhir....................................................................11
3.1. BAB III PENUTUP......................................................................................13
3.1. KESIMPULAN..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan,. Pengambil keputusan
biasanya terjadi atas adanya masalah atau pun suatu pilihan tentang kesempatan. Dalam suatu
organisasi diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan
strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia
sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Tidak ada pembahasan
kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasuknnya etika. Karena pertimbangan
etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Para manajer puncak,sebagai contoh
menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi, bagaimana
sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya, termasuk
manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangannya masing-masing.
Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses pengambilan
keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai
anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah pengambilan keputusan.
Tidak ada pembahasan pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkanya etika,
mengapa, karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam
pengambilan keputusan organisasional. Pada ksempatan kali ini kami penyusun akan membahas
pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu pertimbangan etika, tanggung jawab social, dan pandangan tentang manusia
regional ekonomi
2. Apa itu pertimbangan etika dan perilaku organisasi
3. Apa saja kriteria dalam pengambilan keputusan
4. Apa itu pertimbanngan etika
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pertimbangan etika, tanggung jawab social, dan pandangan tentang
manusia regional ekonomi
2. Untuk mengetahui pertimbangan etika dan perilaku organisasi
3. Untuk mengetahui kriteria dalam pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui pertimbangan etika

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pertimbangan etika, Tanggung Jawab Sosial, dan Pandangan Tentang Manusia Regional
Ekonomi
Pertimbangan-pertimbangan etika harus menjadi kriteria yang penting dalam pengambilan
keputusan organisasi. Setiap manajer pada saat ini diharuskan untuk mengikutsertakan
pertimbangan etika dalam setiap proses pengambilan keputusanIndikator utama yang dipakai
masyarakat dunia dalaam menilai sebuah organisasi berkualitas adalah pandangan organisasi
terhadap etika.Pandangnan organisasi terhadap pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan
menghasilkan perwujudan nyata melalui sejumlah konsep ekonomi dan manajemen kontemporer
seperti: business or corporate ethics, eco labelling, green product, environmentally-friendly
economic activities, and corporate governance.Konsep-konsep tersebut merupakan perkembangan
lebih lanjut dari salah satu konsep dasar yang melandasi tujuan pendirian organisasi: tanggung
jawab social(social responsibility).Konsep tanggung jawab social itu sendiri sesungguhnya
memiliki ruang lingkup yang luas dari sekitar memperhatikan kesejahteraan pemilik dan pengelola
organisasi serta masyarakat. Tanggung jawab social juga menandakan bahwa para pengambil
keputusan harus mempertimbangkan kosekuensi dari tindakan yang diambilnya terhadap
lingkungan alam(environmental responsibility). Tanggung jawab social juga menandakan
pentingnya organisasi dalam pandangan etika terhadap kebijakan atau strategis bisnis yang
dilakukan.
Perimbangan etika juga harus menjadi sebuah prinsip pokok(axial principle) bagi seluruh
organisasi, terutama sekali bagi setiap pengambil keputusan dalam melakukan segala aktivitas.
Semenjak organisasi dikatakan sebagai sebagai mesin pembuat keputusan, maka tentunya mesin
tersebut harus membuat keputusan yang dipenuhi oleh nuansa etika. Arinya, pandangan etikalah
yang akan selalu menjadi “penjaga”terhadap setiap keputusan yang diambil. Pengertian tentang
istilah penjaga tersebut menandakan bahwa hanya pertimbangan etikalah yang akan memandu
organisasi dalam melakukan kegiata organisasinya. Pertimbangan etika juga akan menolong
organisasi dalam mempertahankan pertumbuhan bisnis dan kelangsungan hidup organisasi pada
masa depan, Pada masa depan, pengambil sebuah keputusan sudah tidak dapat ;agi diikutsertakan
ide pemikiran dasar tentang manusia dalam ilmu ekonomi;manusia ekonomi rasional(rational
economic man), yang tentunya berperilaku secara rasional(rational behavior).
Perilaku yang rasional dijelaskan sebagai perilaku pemenuhan kebutuhan ekonomi yang
didorong oleh pandangan induvidialistis. Pandangan rasional dan ilmu ekonomi dapat disamakan
denga pemenuhan kebutuhan dan keinginan atas kepentingan sendiri. Prinsip dasar ilmu ekonomi
bahkan menegaskan bahwa pelaku kegiatan ekonomi digerakkkan semata-mata oleh pemenuhan
kepentingan diri. Dengan kata lain, pemenuhan kegiatan ekonomi yang menyeluruh hanyalah
merupakan kumpulan dari pemenuhan kepentingan diri setiap individu. Menurut pandagan ilmu
ekonomi, satu-satunya tanggung jawab social, kewajiban manusia terhadap masyarakat adalah
menghasilkan keuntungan dan kemakmuran bagi diri. Dimana tindakan tersebut pada akhirnya kan
menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat. Keputusan yang diambil dalam pemenuhan
kebutuhan dan keinginan diri adalah meningkatkan keuntungan diri dengan meningkatkan
keuntungan diri dengan menekan pihak lain. Optimalisasi ala Pareto menegaskan bahwa kondisi
yang paling efisien, yang paling optimal dalam memuaskan kebutuhan adalah dengan
menyebabkan orang lain menjadi lebih buruk kondisinya. Jargoon utama yang dipakai
adalah:”selalu harus ada pengorbanan(pihak yang dikorbankan) untuk mencapai”kemakmuran

5
bersama”. Pandangan ini menghilangkan kondisi saling menang(win-win solution) dalam kegiatan
ekonomi, dan memunculkan kondisi menang-kalah(win-lose solution). Pandangan normative
mengenai” apa yang seharusnya/yang sebaikanya/ yang ideal” digantikan oleh pandangan positif;
“bagaimana kenyatannya”. Oleh hal asumsi dasar ini pertimbangan moral/etika/akhlak
dikesampingkan dalam mencapai tujuan.
Paradigma egosentrisme (self interest behaviour) yang merupakan warisan tunggal dari masa
kebangkitan terus tumbuh berkembang selama masa keemas an ilmu ekonomi. Perkembangan yang
berlangsung hamper dua abad terebut meninggalkan “sejumlah artifak pemikiran besar (artifacts of
grand idea)’ terhadap kajian lain yang berkembang kemudian, seperti manajemen dan teori
organisasi. Manajemen keuangan sebagai contoh, memberikan Batasan ketat tentang pandangan
etika dalam kajian tersebut.
Manajemen keuangan merupakan kajian tentang pemanfaatan uang untuk mencapai tujuan.
Kajian tersebut berbiacara tentang bagaimana mendapatkan dana( problem of how) dan bagaimana
menginvestasikan dana(problem of where). Arus perputaran uang tidak dibicarakan dalam konteks
etika, namun dibicarakan dalam konteks nilai ekonomi keuangan. Artinya pengambil keputusan
dalam manajemen keuangan hanya menaruh perhatian yang besar terhadap metode “pembiakan
uang” bagaimanapun caranya” ini menghilangkan pertimbangan etika dari kajian tersebut.
Pandangan mannusia rasional ekonomi dengan demikian dapat dikatakan sebagai pandangan
yang tidak menilai manusia sebagai makhluk social yang memiliki etika(socio-ethical man).
Manusia rasional ekonomi tidak perlu memasukkan pertimbangan etika dalam pengambilan
keputusan, karena hal tersebut tidak relevan dengan kaidah-kaidah pencapaian tujuan yang dianut
secara umum. Sedang menurut pandangan manusia sebagai makhluk social-beretika, manusia
selain merupakan manusia ekonomis rasional, dia juga harus menjadi manusia yang beretika dalam
melakukan kegiatan ekonomi. Semenjak manusia juga menrupakan makhluk pengambil keputusan,
maka tentunya seluruh aktivitas dalam proses pengambil kepputusannya didasarkan sepenuhnya
atas pertimbangan etika.
2.2. Pertimbangan Etika dan Perilaku Organisas
Disiplin perilaku organisasi merupakan “panduan” yang baik untuk memahami dan
meningkatkan peran etika dalam organisasi, dalam pengambilan keputusan. Bila pemahaman yang
benar didapatkan melaluli disipllin tersebut, maka perilaku tidak etis dalam pengambilan keputusan
dapat kita hindari.
Etika(ethic) merupakan sebuah system mengenai standar moralitas atau nilai. Etika juga
merupakan cara pandang terhadap sebuah stanndar moral dan nilai tertentu. Etika-etika(ethics)
merupakan studi mengenai bahasan tentang moral dan pilihan. Kajian tersebut membahas dua sisi
dikotomis cara pandang: baik-buruk, benar-salah, dan sejumlah “wilayah remang-remang” tentang
sesuatu yang dikelompokkan pada salah satu sisi; hitam atau putih, dan tidak pernah abu-abu.
Kajian tentang moral ini memiliki Batasan yang ketat tentang kategorisasi suatu tindakan, solusi,
pilihan, dan bahkan kosekuensi. Implikasi dari etika akan selalu muncul dari setiap keputusan yang
diambil.

6
Etika-etika atau etika pengambil keputusan (decision-making ethics) merupakan studi tentang
penerapan pertimbangan-pertimbangan moral dalam proses pengambilan keputusan. Kajian ini
khusus membahas tentang etika, dan tidak membedakan apakah suatu keputusan didasarkan atas
tesis rasional atau rasionalitas yang dibatasi, jenis keputusan, dan segala hal yang terkait dengsn
pengambilan keputusan. Tujuan akhir dari studi ini adalah menciptakan cara pandang yang mantap
mengenai pentingnya pertimbngan moral, etika pada setiap tahap pengambilan keputusan. Dengan
kata lain, etika pengambil keputusan memiliki ruang lingkup yang luas, dimulai dari pertimbangan
etika dalam penentuan tujuan, pertimbangan etika dalam proses pengambilan keputusan, sampai
kepada pertimbangan etika dalam tahap penerapan tujuan dan tahap mekanisme feed back
pertimbangan etika bagi pencapaian tujuan selanjutnya pada masa depan.
Untuk sampai pada tahap penerapan moralitas dalam pengambilan keputusan, maka manajer perlu
memahami faktor-faktor atau aspek -aspek yang mempengaruhi perilaku yang beretika dan tidak
beretika(ethical and unethical behaviour). Pembahasan tentang etika dalam kajian pengambilan
keputusan akan dilihat dari kaca mata disiplin manajemen dan perilaku organisasi. Maka defenisi
tentang etika dan etika-etika yang dipakai disesuaikan dengan sejumlah konsep yang terdapat
dalam manajemen dan perilaku organisasi. Kerangka berpikir untuk memahami perilakumetis/
tidak etis dapat ditunjukkan melalui gambar model perilaku etis dan tidak etis dalam organisasi
seperti pada gambar 15. Pada gambar tersebut dapat terlihat sejumlah faktor eksternal dan internal
yang mempengaruhi perilaku pengambil keputusan diorganisasi. Pada lingkungan eksternal dapat
terlihat faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung perilaku, dan ada yang mempengaruhi
perilaku melalui desain, struktur, dan budaya organisasi.
Budaya organisasi(organisasional or corporate culture) itu sendiri merupakan sebuah system
tata nilai yang dibagi oleh seluruh anggoota suatu organisasi yang berkaitan dengan hal yang
penting, dan serangkaian keyakinan mengenai bagaimana fenomena dunia ini berjalan. Budaya dari
sebuah perusahaan atau organisasi dapat dinyatakan sebagai sebuah perwakilan dari sebuah bentuk
interaksi kelompok dan harapan-harapan dari kelompok. Budaya perusahaan mencakup sejumlah
faktor kunci: norma, keyakian, tata nilai, standar, ritual, struktur, nuansa, dan tipe dari interaksi
yang diharappkan terjadi di perusahaan. Budaya perusahaan mencakup keseluruhan kebijaksanaan
manajemen,prosedur, tujuan, strategi, dan tindakan. Konsep dari budaya perusahaan menekankan
pada akumulasi reflekltif atas persepsi babhwa sadar yang disebarluaskan kepada para anggota
suatu organisasi. Persepsi ini dapat meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinan, dan nilai terhadap
sesuatu.

7
Faktor lingkungan internal ini mempengaruhi tata nilai yang dianut seluruh anggota organisasi.
Bila tata nilai yang terbangun adalah baik, maka akan terbentuk cara pandang tentang bagaimana
mengelola organisasi yang baik pula. Perubahan cara pandang pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerja manajemen dan system pengawasan perilaku seluruh anggota organisasi. Semenjak
manusia merupakan actor yang selalu memainkan peran yang berbeda-beda, maka seluruh faktor,
baik internal maupun eksternal tersebut akan mempengaruhi pandangan sang actor tentang
bagaimana peran seharusnnya dimainkan dalam organisasi. Oleh karena itu, organisasi perlu
membangun sebuah system penngawasan perilaku yang baik. Sistem pengawasan perilaku yang
baik akan mendorong timbulnya kinerja manajemen yang berkualiatas. Kinerja manajemen dan
system pengawasan yang baik ini penting karena keduanya bertindak sebagai sebuah”mekanisme
8
penyaringan (filtering mechanism)’, yang bertugas menyaring perilaku yang tidak sesuai dengan
pencapaian tujuan organisasi. Mekanisme tersebut mempunyai sejumlah bentuk kongkrit, seperti
daftar penilaian pegawai(DP3) untuk pegawai negeri.Mekanisme penyaringan memilah-milah
manajer yang baik dan manajer yang buruk.
Dalam sebuah mekanisme penyaringan, suatu system pencacatan perilaku yang baik
merupakan sebuah keharusan. Tanpa adanya sebuah system yang berkualitas, masalah
perwakilan(problem of trusteeship) sebagai akibat adanya penyimpangan tindakan oleh adanya
konflik kepentingan(conflict of interest) akan mendatangkan kerugian bagi organisasi.
Masalah perwakilan yang muncul merupakan perwujudan dari perillaku yang tidak beretika, oleh
sebab buruknya kinerja manajemen dan system pengawasan perilaku dan tindakkan manajemen.
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi perilaku adalah latar belakang pendidikan,keluarga, dan
media. Faktor tersebut mempengaruhi cara pandang yang dianut dan persepsi tentang tata nilai dan
prinsip moral. Organisasi yang merupakan mesin pembuat keputusan selalu melakukan
mekanisme penyaringan perilaku para anggotanya setiap saat, termasuk dalam proses pembuatan
keputusan. Mekanisme yang baik akan menghasilkan sejumlah keputusan yang dilandasi oleh
nilai etika, dan demikian pula sebaliknya. Semenjak perilaku seorang pengambil keputusan akan
selalu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang kemudian perilakunya akan selalu mengalami
proses penyaringan, maka tentu pengambil keputusan memiliki kerangka pemikiran yang berbeda
tentang bagaimana seharusnya pengambil keputusan dilandasi oleh etika. Perbedaan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku, cara pandang dan persepsi pengambil keputusan tentang etika
dalam pengambilan keputusan. Kriteria dalam hal ini dapat disamakan dengan cara pandang,
pedoman atau preferensi terhadap etika. Walau pengambil keputusan saling bekerjasama dalam
sebuah tim yang kokoh untuk menentukan sebuah keputusan, namun tetap saja perbedaan kriteria
atas etika ini akan selalu muncul. Setiap perbedaan kriteria akan menghasilkan perbedaan dalam
penggunaan pendekatan, metode, konsep atau bahkan tekhnik terhadap pengambilan keputusan
yang akan dilandaskan pada etika.
2.3. Kriteria Etika dalam Pengambilan Keputusan
2.3.1. Paham Manfaat
Kriteria yang pertama didasarkan semata-mata atas hasil atau konsekuensi dari sebuah
keputusan. Paham manfaat ini menunjukan bahwa suatu keputusam dibuat untuk menghasilkan
kebaikan /manfaat terbesar bagi jumlah terbesar (to provide the greatest good for the greatest
number). Pandangan ini memiliki konsistensi dengan tujuan yang hendk diraih kegiatan bisnis:
efektifitas, efisiensi, produktifitas, kualitas dan laba yang tinggi. Paham ini memiliki akar pada
pemikiran manusia rasional ekonomis peninggalan pandangan ekonomi klasik. Kekuatan dari
pandangan ini adalah dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas organisasi. Pertimbanan etika
dengan demikian difokuskan terutama sekali terhadap bagaimana tujuan akan diraih. Kelemahan
dari paham ini adalah paham ini dapat menekankan hak-hak indiividu yang memiliki posisi
minoritas dalam orgaisasi.Selain itu, pandangan atas etika berdasarkan paham ini adalah bersifat
parsial, yang ditunjukan semata-mata terhadap pencapaian tujuan. Sehingga bisa terjadi
pertimbangan etika selama proses penetapan tujuan sampai pemilihan alternatif solusi tidak
dilakukan.
2.3.2. Fokus Pemenuhan Hak
Kriteria kedua mendiskusikan etika sebagai bagian dari pemenuhan hak-hak individual,
tepatnya hak asasi manusia. Pengambilan keputusan yang berlandaskan atas etika menurut
pandangan ini menandakan bahwa proses pengambilan keputusan, sebuah keputusan, harus
memberikan tempat bagi penghargaan dan perlindungan(respecting and protecting) atas hak
mendasar individu. Dimana hak-hak tersebut dapat dapat berupa ha katas kebebasan pribadi(right

9
to privacy), kemerdekaan untuk mengemukakan pendapat(right to free speech), dan hak untuk
mendapatkan perlakuan dan lingkkungan kerja yang layak(right to healthy working environment).
Kekuatan dari pandangan ini adalah proses pengambilan keputusan akan memasukkan
pertimbangan etika yang menghargai seluruh hak asasi manusia, hak para pekerja, dan melindungi
seluruh anggota organisasi dan stakeholders dari tindakan yang tidak beretika.Selain itu, kriteria
ini juga konsisten dengan pasal-pasal mengenai perlindungan hak asasi manusia dalam kegiatan
bisnis yang disepakati oleh masyarakat internasional. Kelemahan dari etika ini adalah focus yang
berlebihan terhadap hak-hak asasi manusia/ pekerja dapat menjadi boomerang yang mengurangi
tingkat efisiensi dan produktifitas organisasi. Pengurangan tingkat efektifitas tersebut pada
akhirnya akan memberikan efek negative bagi pertumbuhan organisasi dalam jangka Panjang.
2.3.3. Berdasarkan Pertimbangan Keadilan
Menurut pandangan ini etika dalam pengambilan keputusan merupakan kasus penentuaan
posisi yang tepat mengenai bagaimana sebuah kwputusanakan menghasilkan keseimbangan
distribusi manfaat/keuntungan dan juga biaya, dan juga resiko, secara merata diseluruh organisasi.
Untuk kriteria keadilan, pencapaian keseimbangan, dan bukan penyamarataan yang dituju,
kekuatan dari keriteria ini adalah keadilan akan melindungi kepentingan golongan minoritas yang
cenderung tidak memilki perwakilan di organisasi dan lemah daro segi otoritasdan kekuasaan.
Selain itu, pandangan ini juga mendukung praktek-praktek bisnis yang memberikan keadilan,
keseimbangan, dan kesejahteraan meratabagi stakeholders. Kelemehan dari kriteria ini adalah
menimbulkan semangat untuk selalu mencapai tahap penyamarataan, dan bukan semangat untuk
mencapai keseimbangan. Kesalahpahaman pandangan tersebut pada akhirnya dapat mengurangi
inovasi, efisiensi, dan produktivitas organisasi. Bila tidak hati-hati, kriiteria tenntang etika, atas
dasar keadilan akan memandu pengambil keputusan pada pandangan rancu atas konsep sama rata,
sama rasa.
2.3.4. Fokus Pemenuhan Kewajiban
Organisasi didirikan untuk memenuhi dua tujuan; pencapaian tujuan pribadi dan tujuan
social/umum. Pandangan kedua menghasilkan konsep social/corporate responsibility. Organisasi
yang efektif dapat dipastikan memiliki kemampuan tinggi dalam menyeimbangkan pencapaian
dua tujuan. Tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat sesungguhnya sama besarnya
nilainya dengan tanggung jawab mereka terhadap pemilik organisasi. Organisasi yang
mengabaikan peran tanggung jawab sosialnya terhadap lingkugan akan mengalami kerugian besar
dalam jangka Panjang. Terlebih lagi bila konsumen menilai sebuah produk tidak hannya dari fitur
yang diperlihatkan, namun juga dari peran serta organisasi terhadap kegiatan social. Gerakan
konsumen hijau dan pendirian Yayasan Lembaga dan perlindungan konsumen merupakan bukti
tentang pentingnya pemenuhan tanggung jawab social dilakukan organisasi. Pemenuhan
kewajiban organisais terhadap masyarakat dengan demikian dijadikan sebagai kode etik dalam
penentuan sejumlah kebijakan dan strategi organisasi. Penetapan tujuan organisasi, dan proses
pengambilan keputusan untuk menemukan solusi terhadap pencapaian tujuan dengan demikian
akan selalu diisi oleh sejumlah pertimbangan etika mengenai “penetuan porsi” dari peran
tanggung jawab social ooooorganisasi.
Pada umumnya kombinasi dua tujuan seringkali dilakukan perusahaan dengan
menyelenggarakan kegiatan social yang sekaligus menjadi ajang promosi untuk produknya.
Kekuatan dari pandangan ini adalah menanamkan pandangan tentang pentingnnya melakukan
investasi jangka Panjang melalui pemenuhan kewajiban social dalam proses pengamnilan
keputusan. Kekuatan lainnya adalah dengan menerapkan pandangan etika ini maka organisasi
dapat selalu membanngun kedekatan emosional dengan konsumen. Kelemahan dari pandangan ini
adalah keterlibatan yang terlalu besar tanpa dukungan dana yang kuat tentu menghabiskan dana

10
operasionall kegiatan bisnis, terutama dalam jangka pendek dan menengah. Kelemahan lain adalah
kemungkinan munculnya pandangan masyarakat bahwa setiap organisasi bisnis merupakan juga
organisasi social, dan bukan organisasi bisnis yang memenuhi kewajiban sosialnya. Selain itu bisa
menimbulkan kecemburuan karena organisasi yang lain kebanyakan tidak terlibat dalam kegiatan
social, sehingga organisasi yang terlibatkan mengundurkan diri dari pemenuhan tanggung jawab
social.
2.3.5. Pandangan Efek Reputasi
Salah satu pengaruh penting penerapan pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan
adalah untuk meraih efek reputasi organisasi. Organisasi yang selalu menjadikan etika sebagai
landasan dalam kegiatan bisnis akan dinilai positif oleh konsumen dan rekan bisnis. Penilai positif
merupakan persyaratan utama bagi organisasi untuk mendapatkan kriteria organisasi berreputasi
baik, dimana hal tersebut merupakan harta terbesarbagi organisasi. Dalam laporan keuangan, efek
reputasi diistilahkan sebagai good will. Dimana letak dari efek reputasi tersebut adalah disi aktiva.
Hal ini mendakan bahwa reputasi merupakan hasil “investasi” tindakan, kebijakan dan strategi
yang dipenuhi oleh prtimbangan-pertimbagan etika. Pengambilan keputusan yang didasarkan atas
pertimbangan kriteria etika ini selalu akan berpikir untuk menemukan cara melakukan investasi
yang dapat menghasilkan reputasi yang baik bagi organisasi. Efek reputasi membantu menjelaskan
mengapa manajer dan pegawai berperilaku mengikuti aturan etika. Semenjak organisasi
merupakan sebuah system, maka sebuah organisasi yang tidak mrmbangun budaya dan standar
etika sebgai pilar kegiatan bisnisnya akan memberikan efek reputasi yang negative bgai
anggotanya.
Perilaku tidak etis, penyimpangan perilaku, dan tindakan yang dilakukan Sebagian
pengelola organisasi akan memberikan imbas pada seluruh anggota organisasi dan tentu
memberikan efek reputasi negative. Efek reputasi membantu pengambil keputusan dalam
menghasilkan keputusan yang ditujukan untuk menigkatkan reputasi di mata masyarakat.
Sebagaimana kriteria etika atas dasar pemenuhan kewajiban tanggung jawab social, maka kriteria
efek reputasi akan memberikan manfaat yang besar dalam jangka Panjang. Kelemahan dari
kriteria ini adalah efek reputasi terbangun melalui perilaku yang beretika, Artinya, efek ini
merupakan hasill atau akibat dari sebab perilaku etika.
2.4. Perimbangan Etika: Catatan Akhir
Para pengambil keputusan di organisasi yang”bermahab dogmatis” untuk selalu
mendapatkan laba(for profit only organization), cenderung lebih menyukkai pandangan etika atas
dasar paham manfaat. Berdasarkan kriteria pertama seluruh keputusan yang diambil organisasi
selalu diorientasikan untuk mencapai: kepentingan individu (self interest) dan kepentingan
organisasi/ kepentingan pemegang saham( the interst of organization/ stocholders). Kriteria
keadilan, pemenuhan hak asasi, pemenuhan kewaajiban, dan efek reputasi dimajukan sebagai
penyeimbangan pandangan pertama. Seluruh kriteria pada akhirnya memberikan kerangka
berpikir yang baik bagi pengambil keputusan dalam menerapkan pertimbanngan-pertimbangan
etika terhadap proses pengambilan keputusan.
Kriteria tentang etika dalampengambilan keputusan akan dipenngaruhi oleh lingkungan
eksternal organisasi. Artinya, penerapan dari setiap kriteria akan mempengaruhi oleh perubahan
variabel lingkungan yang pesat. Pengambil keputusan dapat saja menggunakan gabungan kriteria
untuk menghasilkan sejumlah pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan.
Pertimbangan etika yang digunakan dalam pengambilan keputusan juga harus
mempertimbangkan nilai etika yang dianut suatu bangsa. Setiap bangsa atau suku bangsa
mempunyai cara pandang tersendiri tentang etika. Pda umumnya, faktor keunikan buadaya
merupakan pandangan mendasar yang menghasilkan perbedaan cara pandang terhadap etika.

11
Perbedaan cara pandang tentang etika disetiap negara, atau masyarakat tertentu, mendorong
pengambil keputusan untuk mempertimbangkan kriteria etika yang cocok digunakan dalam kasus
tertentu. Pertimbangan etika harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Namun
pada intinya, setiap manajer dan organisasi harus selalu, dan wajib untuk, menerapkan
pertimbangan-pertimbangan etika dalam pengambil keputusan, dalam menentukan kebijakan dan
strategi bisnis.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan materi yang sudah dijelaskan diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam
mengambil suatu keputusan, kita harus melakukan pertimbangan-pertimbangan etika.
Pertimbangnan-pertimbangan etika harus menjadi kriteria yang penting dalalm pengambil
keputusan organisasi. Setiap manajer diharuskan untuk mengikutsertakan pertimbangan etika
dalam setiap proses pengambilan keputusan. Organisasi yang berkualitas adalah organisasi yang
memandang etika lebih penting. Dalam mempertimbangkan etika untuk pengambilan suatu
keputusan harus mempertimbangkan nilai etika yang dianut suatu bangsa. Dalam pengambilan
keputusan juga organisasi juga bbisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
dalam suatu negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Rizky.2018.Teori Pengambilan Keputusan. Bandung: penerbit Alfabeta,cv

14

Anda mungkin juga menyukai