PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DOSEN : Iswadi Amiruddin S. sos, M. AP
Di Susun Oleh :
Kelompok 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia- Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Etika Dalam Pengambilan
Keputusan. Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah
pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi baca.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Etika Dalam Pengambilan Keputusan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan. Pengambilan
keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah ataupun suatu pilihan tentang
kesempatan. Dalam suatu organisasi diperlukan suatu kebijakan dalam
pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga
menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.Proses
pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi
manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam stuktur
organisasi. tidak ada pembahasan kontenporer pengambilan keputusan akan
lengkap tanpa dimasukannya etika. Karena pertimbangan etis seharusnya
merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang
digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam
suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai
yang ada dalam organisasi dan diri pribadi. Kata etika berasal dari bahasa
Yunani, ethos atau taetha yang berarti tempat tinggal, padang rumput,
kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan
untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai
dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Etika juga
diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang
tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai
kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan
manusia, yaitu tentang kualitas baik ( yang seyogyanya dilakukan ) atau buruk
(yang seyogyanya dihindari) atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai
kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
4
melakukan refleksi Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud etika dalam pengambilan keputusan?
3. Bagaimana pengaruh etika dalam pengambilan keputusan?
4. Bagaimana faktor-faktor dalam pengambilan keputusan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengambilan Keputusan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika merupakan ilmu yang mengatur perilaku manusia, supaya perilaku manusia
di dalam sebuah koridor yang telah ditetapkan. Etika memberikan petunjuk
bagaimana manusia bersikap dan berperilaku sehingga tidak saling merugikan
satu dengan yang lainnya. Dalam tindakan manusia harus saling memperhatikan
yang lainnya, karena tindakan manusia menimbulkan dampak pada kehidupan
manusia yang lain. Setiap perilku yang dibuat dapat berdampak yang
menguntungkan tetapi juga merugikan bahkan menghancurkan. Perilaku manusia
ini berkaitan erat dengan keputusan yang diambil oleh individu tersebut. Sebelum
mengambil keputusan tentunya seorang individu dihadapkan pada pilihan-pilihan
alternatif yang harus dipertimbangkan. Etika dan moral menjadi petunjuk dan
pijakan bagiaman individu tersebut mengeksekusi keputusannya.
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan
buruk terhadap perbuatan manusia. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan
sistematis. Etika memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan dan
perilaku manusia, sehingga seringkali kita melabeli tindakan individu tersebut
dengan tindakan yang etis atau tindakan yang tidak etis.
Kebijakan pemerintah yang merupakan representasi keputusan yang sudah
ditentukan dengan ragam pendekatan, sejatinya memang harus bersandar pada
etika. Masyarakat Yunani Kuno menggambarkan etika sebagai ethos yang setara
dengan adat istiadat atau kebiasaan. Dalam konteks ini, etika dianggap berkaitan
erat dengan adat istiadat atau kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh kalangan
masyarakat tertentu. Di sisi lain, seorang Bertens (2004) menyampaikan bahwa
etika mengandung makna nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Nilai dan norma
6
inilah yang harus menjadi titik tolak policy maker memutuskan kebijakan yang
akan diberlakukan, sehingga tingkat lakunya dalam mengambil keputusan dapat
dijustifikasi sebagai sikap seorang pemimpin yang bijak dan peduli terhadap
masyarakat.
Mathis dan Jackson, memberikan penjelasan bahwa etika terdiri atas dimensi-
dimensi konsekuensi luas, alternatif ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti,
dan efek personal. Penjelasan Mathis dan Jackson diuraikan sebagai berikut :
1. Konsekuensi Luas
Keputusan etika selalu membawa konsekuensi yang luas. Sebagai contoh kasus
Pelecehan seksual di TK JIS Jakarta Selatan. Pihak JIS seperti memberikan
keputusan dengan membiarkan kasus tersebut berlarut-larut. Pihak sekolah seakan
bungkam terhadap kasus tersebut sehingga masyarakat bertanya-tanya tentang
kondisi yang terjadi di JIS. Keputusan pihak sekolah ini berdampak luas bukan
hanya pada keluarga korban pelecehan, tetapi berdampak pada reputasi sekolah,
karyawan dan kepercayaan pada institusi tersebut.
2. Alternatif Ganda
Beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan jalur
di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam
melayani karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap
karyawan yang lain menggunakan aturan yang ada.
3. Akibat Berbeda
Keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat
yang berbeda bisa positif atau negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan
beberapa karyawan di suatu pabrik dalam waktu relatif lama mungkin akan
mengurangi peluang para karyawan lainnya untuk bekerja di pabrik itu. Di satu
sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi pihak karyawan dirugikan.
4. Ketidakpastian Konsekuensi
Konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika sering tidak diketahui secara
tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang
7
hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan
tersebut benar-benar memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan.
5. Efek Personal
Keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan
keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si
karyawan juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya, kalau para
pelanggan asing tidak menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan
berpengaruh negatif pada masa depan karir para “sales” tersebut.
8
umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak
bagi pihak lain.
c) Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan
solusi terbaik yang bisa diambil.
d) Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang
sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan
yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
9
C. Pengaruh Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang penting
dalam pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil
keputusan yang etis, yaitu :
1. Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil
atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar
untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan
keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi.
2. Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung
pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan
(contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical
imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya
memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai
akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3. Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu
untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan
mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak
Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti
menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.
4. Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan
memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada
pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku
didasarkan pada satu nilai: keadilan.
5. Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku
manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and
needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang
berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari
satu kultur ke kultur lainnya.
Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika yaitu :
1. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta
kepentingannya yang terpengaruh.
10
2. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi
yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam
analisis.
3. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan
kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka,
perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan
kerangka kerja pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap
umum yang dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.
11
individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi
lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh
kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis.
3. Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada
umumnya individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil
kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika
mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang
sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan
individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari
oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang
mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.
Selain itu ada juga yang menjadi dasar pada pengambilan keputusan ialah :
1. Berdasarkan intuisi atau perasaan
kKeputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan lagi. Meskipun
memiliki beberapa kekurangan keputusan yang didasari intuisi atau perasaan juga
memiliki keuntungan diantaranya pengambilan keputusan dilakukan oleh satu
pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Berdasarkan rasional atau masuk akal
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna masalah-masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.
Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat
objektif. Dalam masyarakat.
3. Berdasarkan fakta
Banyak yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung
oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu
dikaitkandengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah
dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.Sedangkan informasi adalah
hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
12
menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid.
4. Berdasarkan pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman sering kali diterapkan
pimpinan dengan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah
terjadi. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka
pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan
situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara
yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.dalam hal tersebut,
pengalaman memang dapat dijadikan pedomandalam menyelesaikan masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan
praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi
latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu
dalam memudahkan pemecaha masalah.
5. Berdasarkan wewenang
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang
untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang
berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan, diantaranya banyak
diterimanya oleh bawahan, juga karena didasari wewenang yang resmi maka
akan lebih bersifat permanen.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi
orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya
adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga
kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Ada lima kriteria dalam
mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian, universalisme (duty),
penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-interest).
B. Saran
Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dihadapkan pada dilema
etika dan moral. Agar keputusan yang diambil mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya, maka diperlukan pemimpin yang mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi moral dan etik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bulanbalun.(2014)pengertianetikaetikaetimologiberasal.http://bulanbalun.blogspot
.co.id/2014/03/pengertianetika-etika-etimologi-berasal.html, 09 Oktober 2015
Az17bersama.(2013).etikapengambilankeputusan.http://az17bersama.blogspot.co.
id/2013/04/etika-pengambilan-keputusan.html, 09 Oktober 2015
Darmawatimks.(2012).pengambilankeputusan.http://darmawatimks.blogspot.co.id
/2012/01/pengambilan-keputusan.html, 09 Oktober 2015
Juprilumbantoruan.(2013).pendekatandalampengambilankeputusan.http://juprilum
bantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilan-
keputusan.html. 09 Oktober 2015
15