Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN KEUANGAN DAN ANALISIS AGRIBISNIS

MATERI 8

Mata Kuliah : Manajemen Agribisnis (SPBIS 16349)

Dosen Pengasuh: 2. Dra. Lustry Rahayu, M. Si

Oleh : Kelompok 8

No. Nama Mahasiswa NIM Dosen Wali


1 Evelyn Abralen Long 2003020094 Drs. Fred M. Dethan, M.Si
2 Glen Santo Ario Rihi 2003020203 Dra. Indri Astuti,M.M,DM
3 Katarina Kewa Goweng 2003020109 Drs. Yohanis S. Sarong, M. Si

SEMESTER VI D

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023

1
DAFTAR ISI

BAB 8 Manajemen Keuangan dan Analisis Agribisnis

1.1. Latar Belakang............................................................................................................4


1.2. materi analisis biaya volume dan laba.......................................................................5
1.2.1. Pencatatan transaksi dan data usaha agribisnis................................................5
1.2.2. Macam-macam analisis agribisnis...................................................................6
1.2.3. Laporan keuangan dan analisis usaha agribisnis..............................................8
1.2.4. Macam-macam resiko agribisnis dan pengelolaannya....................................21
1.2.5. Pembanhasan kasus modal dan pembiayaan agribisnis...................................25
1.3. Kesimpulan ................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya , kami dapat menyelesaikan modul tentang “MANAJEMEN KEUANGAN DAN ANALISIS
AGRIBISNIS” ini tepat pada waktunya. Penulis berharap semoga dengan adanya modul ini penulis
dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya tugas ini,baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari tugas yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari semua pihak demi
kesempurnaan tugas ini.

Kupang, Februari, 2023

Penulis

3
BAB 8

MANAJEMEN KEUANGAN DAN ANALISIS AGRIBISNIS

8.1. Latar Belakang

Pertanian dalam arti modern tidak hanya berkutat pada kegiatan usahatani sajatetapi juga
dalam kegiatan pengelolaan penyediaan atau pengadaan sarana produksi,penanganan pasca panen,
pengolahan, serta pemasaran. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut suatu perusahaan harus
memiliki manajer yang dapat me-managepembiayaan pertanian dan membuat keputusan secara
bijak terutama dalam membuatkeputusan keuangan agar dapat mencapai tujuan
perusahaan.Manajemen keuangan meliputi semua aktivitas perusahaan yang bersangkutandengan
usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usahauntuk menggunakan
dana dengan cara yang paling efisien.

Manajemen keuangan dalam hal ini sama dengan manajemen perusahaan karena dalam
proses pengelolaan suatuperusahaan di bagian apapun, selalu ada penerimaan dan pengeluaran
uang sehingga ahlikeuangan selalu terlibat di dalamnya (Nelson, 1957)

Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam
perkembangan bisnis disemua perusahaan. menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih
banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan dan media informasi yang merangkum
semua aktivitas perusahaan. jika informasi ini disajikan dengan benar maka informasi tersebut
sangat berguna bagi siapa saja, untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan
tersebut

Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi, yang menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun
jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : neraca laporan laba rugi, hasil usaha ,laporan
arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.

4
8.2. Materi
8.2.1. Pencatatan Transaksi dan Data Usaha Agribisnis

Untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha agribisnis diperlukan kegiatan analisis usaha
agribisnis. Analisis agribisnis dapat dilakukan apabila tersedia data yang lengkap dan tersusun rapi
dalam sistem pembukuan/pencatatan yang benar.

Pencatatan usaha agribisnis adalah pencatatan dan perhitungan data ekonomis dari seluruh
mata rantai kegiatan usaha agribisnis secara lengkap dan sistematis selama jangka waktu tertentu
dengan tujuan

a) menghitung dan mengetahui untung rugi usaha agribisnis,

b) menghitung daya guna dan hasil guna usaha agribisnis, dan

c) menilai tingkat kemanjuan dan perkembangan usaha agribisnis

Tujuan pembukuan/pencatatan usaha agribisnis:

 untuk memperkirakan keadaan/posisi usaha agribisnis


 sebagai dasar pengambilan keputusan,
 Menyediakan data dasar yang dipergunakan untuk:
 perencanaan usaha agribisnis,
 menghitung dan mengetahui untung rugi usaha agribisnis
 menghitung daya guna dan hasil guna usaha agribisnis
 menilai tingkat kemajuan dan perkembangan usaha agribisnis
 memberikan informasi langkah-langkah pemecahan masalah,

kegunaan lain, contoh untuk sewa-menyewa, membuat kontrak-kontrak baru, mencegah salah
pengertian diantara mitra, menetapkan peraturan dalam penyertaan usaha, menyediakan informasi
dasar tentang kekayaan yang dimiliki pada suatu waktu tertentu.

Manfaat utama dari pencatatan usaha agribisnis adalah untuk menilai tingkat keberhasilan
usaha agribisnis. Pencatatan usaha agribisnis dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) pencatatan data
inventaris, (2) Pencatatan data produksi, dan (3) pecatatan keuangan.
5
(1) Pencatatan Data Inventaris

Mencatat seluruh inventaris yang dimiliki petani pada suatu waktu tertentu, menilai masing-
masing inventaris untuk membantu dalam penetapan kekayaan dan hutang, membandingkan nilai
inventaris pada tahun tersebut dengan tahun sebelumnya dan sebagai dasar untuk membuat neraca
yang sangat penting dalam pelaporan usahatani. Pecatatan data inventaris ada dua, yaitu (1) catatan
inventaris usaha sederhana dan (2) catatan inventaris usaha perbandingan. Contoh-contoh catatan
inventaris: inventaris produk tanaman dan ternak, inventaris mesin-mesin usahatani, inventaris
bangunan usahatani, inventaris ternak dan perbandingan inventaris produksi usaha agribisnis.

(2) Pencatatan Data Produksi

Mencatat jumlah produksi usaha agribisnis dengan satuan yang sesuai, misalnya kh/ha,
liter/hari; mencatat semua bahan/sarana produksi yang digunakan dalam proses produksi; mencatat
seluruh kegiatan yang dilakukan dalam proses usahatani; mencatat seluruh tenaga kerja yang
digunakan dalam proses produksi usahatani; mencatat bagian produksi yang dikonsumsi sendiri
dan membandingkan jumlah produksi pada tahun tersebut dengan produksi pada tahun sebelumnya.

Macam-macam pencatatan produksi, diantaranya yaitu: catatan produksi tanaman, catatan


pengolahan tanah, catatan ternak, catatan tenaga kerja, catatan pakan, dan catatan pemakaian
produksi usahatani.

(3) Pencatatan Keuangan

Menentukan keberhasilan usaha agribisnis dalam bentuk profitabilitas dalam periode atau
siklus tertentu, menentukan keadaan umum keuangan pelaku usahatani pada suatu waktu tertentu,
memperkirakan kemampuan usahatani untuk memenuhi tuntutan kreditur, perubahan dan tuntutan
perluasan, menganalisis kecenderungan prestasi kerja sehubungan kemampuan usaha agribisnis,
dan memilih cara penggunaan sumber-sumber daya untuk masa mendatang dari berbagai alternatif
yang tersedia. Pencatatan keuangan terdiri dari catatan bukti transaksi, jurnal dan buku
besar.Pencatatan/pembukuan usaha agribisnis yang lengkap biasanya dilakukan oleh pelaku usaha
agribisnis yang sudah mulai maju dan besar volume usaha agribisnisnya. Sedangkan petani kecil
sebagian besar belum membuat pembukuan atas usaha agribisnis yang dilakukan.

8.2.2. Macam-Macam Analisis Agribisnis


6
1. Perbandingan Biaya (Cost Comparison)
 Pilih biaya produksi terendah : gunakan biaya total untuk kapasitas pabrik sama dan
biaya per unit untuk kapasitas tidak sama.
 Dapat menggunakan harga rata-rata untuk selama umur proyek, dan dianjurkan
menggunakan biaya produksi tahun pertama bila sulit mencari yang mendekati
realistis.
 Biaya dipilah ke dalam dua kelompok biaya, yaitu biaya yang ditimbulkan dalam
pengusahaan perusahaan, seperti gaji, energi, bahan baku, bahan bantu, biaya
pemeliharaan; dan biya yang timbul dari penggunaan kapital, seperti : bunga uang,
depresiasi, asuransi sistem produksi, dan pajak benda tidak bergerak.
2. Perbandingan Keuntungan (Profit Comparison)
 Dipilih proyek yang memberi keuntungan total terbesar.
3. Rentabilitas, Rentabilitas Penjualan, ROI (Return On Invesment) atau Laju balik pada
modal
 Dipilih proyek yang memiliki rentabilitas tertinggi.
 Rentabilitas = Laba x 100% / Kapital

(Penjualan – Biaya Total) Penjualan


 ROI = X X 100%
Penjualan Kapital

(Penjualan – Biaya Total)


 Rentabilitas penjualan = x 100%
Penjualan

 Perputaran modal (capital turnover) = Penjualan


Kapital

4. Pay back Period Method :


 Menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi
seperti semula, melalui proceeds yang dihasilkan setiap periode
 Menggunakan proceeds (net cash flow)
7
 Kelemahan :
1. Mengabaikan konsep time value of money, sehingga cashflow tidak dikaitkan dengan
discount rate tertentu
2. mengabaikan besarnya proceeds setelah periode payback
Contoh :
Bila proceeds setiap tahun sama jumlahnya Jumlah investasi Rp 10 juta
Jumlah proceeds setiap tahun Rp 2 juta
Payback period = Rp 10 juta x 1 th = 5 tahun
Rp 2 juta
Artinya, dana yang tertanam sebesar Rp 10 juta dalam aktiva akan dapat dikembalikan dalam
waktu 5 tahun.
 Bila proceeds setiap tahun tidak sama jumlahnya
• Jumlah investasi Rp 10 juta

• Proceeds tahun I Rp 2 juta (-)


• Rp 8 juta
• Proceeds tahun II Rp 3 juta (-) Rp 5 juta
• Proceeds tahun III Rp 4 juta (-)

Investasi yang belum tertutup akhir tahun III Rp 1 juta, sedangkan proceeds tahun IV Rp 3
juta, maka waktu yang dibutuhkan untuk menutup Rp I juta : 1/3 x 1 tahun = 0,33 tahun Jadi
Payback period dari investasi yang diusulkan adalah 3,33 tahun
8.2.3. Laporan Keuangan dan Analisis Usaha Agribisnis
 Laporan Neraca

Laporan neraca disebut laporan nilai bersih kekayaan menggambarkan ringkasan dari utang
piutang perusahaan serta catatan selisihnya yang disebut nilai bersih atau saldo pada satu
momentum, yaitu pada akhir tahun setelah perusahaan beroperasi selama satu tahun. Pada hari
pertama tahun berikutnya berdasarkan neraca tersebut dibuka laporan neraca permulaan tahun.
Laporan neraca bisa disusun seperti neraca timbangan. Dalam laporan seperti ini asset ditulis di

8
sebelah kiri dan utang di sebelah kanan Laporan bisa pula disusun menurut sistem stafel, yaitu
semua aset ditulis dulu, baru kemudian di bawahnya ditulis semua utang.

Laporan neraca mempunyai beberapa ciri-ciri tertentu yang bisa menggambarkan keadaan
perusahaan dalam hal-hal tertentu. Ciri-ciri tersebut nampak pada sifatnya yang statis, aset yang
dicatat, dasar perhitungan nilai aset, komponen dalam laporan neraca, keseimbangan neraca, dan
susunan perkiraan.

 Sifatnya yang Statis

Laporan neraca menggambarkan keadaan perusahaan hanya pada satu momentum, yaitu pada
hari terakhir dari suatu tahun yang biasanya pada tanggal 31 Desember untuk menggambarkan
keadaan perusahaan pada akhir tahun yang barudijalani. Pada tanggal 1 Januari neraca dibuka
untuk menggambarkan keadam perusahaan pada hari pertama tahun yang akan dijalani. Itulah
sebabnya laporan neraca dikatakan statis.

 Aset yang Dicatat

Laporan neraca hanya memuat dan menerangkan keadaan aset yang dimiliki perusahaan
beserta utang-utangnya. Aset milik luar perusahaan yang dikuasai dan dipakai di dalam produksi
tidak nampak dalam laporan neraca Misalnya, tanah yang disewa di mana perusahaan hanya
memiliki hak guna pakai, mesin-mesin atau peralatan lainnya yang dikontrak dari perusahaan sewa
guna usaha tecompanies). Aset-aset yang hanya dikuasai dan dipakai ini tidak dicatat dalam
laporan neraca, padahal barang barang tersebut makin memperbesar volume usaha.

Demikian pula milik pribadi pemilik perusahaan, seperti kekayaan pribadinya dalam bentuk
deposito atau tabungan lainnya, perumahan, tanah pribadi dan kekayaan-kekayaan lainnya, tidak
nampak dalam laporan neracaperusahaan. Pada hal kekayaan pribadi pemilik perusahaan, apalagi
kalau dia juga merupakan pengusaha atau manajer perusahaannya, sangat mempengaruhi jalannya
perusahaan.

 Dasar Perhitungan Nilai Aset

Nilai dalam uang aset dan utang menjelang akhir tahun dihitung berdasarkan. inventarisasi
secara fisik dengan cara menghitung dan mengontrolnya ke tempat dimana barang-barang tadi
berada, seperti umpannya di gudang-gudang. Nilai aset dan utang tersebut dihitung berdasarkan
9
tiga macam dasar penghitungan. Pertama, berdasarkan harga pasar yang berlaku pada waktu
penginventarisasian; kedua, berdasarkan harga aset dibeli/dijual atau utang diresmikan, dan ketiga,
berdasarkan harga indeks setelah ditentukan tahun mana yang dijadikan patokan perhitungan yang
diberi nilai 100.

 Komponen dalam Laporan Neraca

Laporan neraca selalu terdiri dari tiga komponen:

(1) Komponen yang menggambarkan kekayaan yang disebut aset atau aktiva

(2) Komponen yang menggambarkan semua utang atau pasiva.

(3) Selisih antara aset dan utang disebut nilai bersih atau saldo. Jika aset lebih besar daripada utang
maka nilai bersih ini disebut saldo positif dan merupakan kekayaan bersih perusahaan (owner's
equity). Pada lembaga koperasi saldo positif ini sering disebut SHU (Sisa Hasil Usaha). Jika utang
lebih besar daripada aset maka nilai bersih ini disebut saldo negatif yang menggambarkan
perusahaan defisit. Saldo akan disimpan di sebelah neraca yang jumlahnya lebih kecil untuk
menjadikan neraca seimbang

 Keseimbangan Neraca

Pada laporan neraca, sesuai dengan sebuah neraca timbangan, jumlah debet harus sama dengan
jumlah kredit. Oleh karena itu, nilai saldo selalu harus disimpan disebelah yang jumlahnya lebih
sedikit. Tempat ini bertentangan dengan tempat dimana aset dan utang seharusnya disimpan pada
laporan neraca. Berdasarkan pengertian ini dapat dijelaskan bahwa saldo positif, dilihat dari sudut
pemilik perusahaan, adalah memang utang perusahaan yang sewaktu-waktu harus dibayar kalau
pemilik menginginkan modalnya kembali sebesar jumlah yang ada pada saldo positif tadi. Karena
itu, saldo positif disimpan di sebelah utang atau sebelah kredit. Saldo negatif harus ditulis di
sebelah debet. Dilihat dari pengertian yang sama, saldo ini merupakan tagihan perusahaan kepada
pemilik perusahaan sebesar jumlah uang yang ada pada saldo negatif tadi.

 Gunanya Laporan Neraca

Laporan neraca mempunyai berbagai macam kegunaan. Di antaranya, kegunaan-kegunaan


tersebut bisa menunjukkan tentang: macam atau tipe perusahaan, posisi perusahaan terutama

10
mengenai posisi keuangannya, nilai absolut perusahaan. struktur perusahaan, likuiditas dan
solvabilitas perusahaan, strategi perkreditan perusahaan, stategi arus tunai perusahaan, daya pinjam
perusahaan, dan perkembangan perusahaan.

 Laporan Neraca Komparatif

Laporan neraca komparatif menunjukkan perkembangan perusahaan melalui penganalisaan jangka


panjang (trend analysis). Dengan melihat kejadian sehari-hari dan perkembangan moneter secara
umum, perubahan-perubahan dalam angka bisa dijelaskan secara kualitatif. Hal ini sangat penting
sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan pengelolaan perusahaan, baik dalam
jangka pendek jangka menengah, maupun jangka panjang. Perkembangan jangka panjang sangat
penting untuk menunjukkan apakah perusahaan maju atau tetap atau malahan mundur dari tahun ke
tahun. Bagi kreditur gambaran ini bisa dijadikan pegangan dalam pemberian pinjaman modal.
Dalam menilai naik turunnya jumlah uang, harus diperhatikan penyebab dari perubahan itu. Sebab-
sebabnya bisa karena ada kemajuan atau kemunduran akti perusahaan. Contohnya, kenaikan jumlah
aset yang kemungkinan disebabkan vitas operasional perusahaan, tetapi bisa juga karena faktor-
faktor ekstern diluar perusahaan. contohnya, kenaikan jumlah aset yang kemungkinan disebabkan
karena naiknya efisiensi kerja sehingga volume output naik, tetapi bisa juga karena harga output
tersebut di pasaran naik, atau naiknya aset disebabkan karena pemilik perusahaan mendapatkan
warisan yang langsung dipakai untuk menambah modal. Lain halnya kalau ternak peliharaan naik
nilainya karena sudah berproduksi, umpamanya. Kejadian terakhir disebabkan oleh faktor intern
perusahaan.

Akurasi penilaian akan sangat bergantung pada data-data yang bisa dikumpulkan. Ketepatan
data-data ini sangat penting karena akan dijadikan pedoman untuk menilai apakah perusahaan itu
baik, biasa, atau buruk.

 Analisis Rasio: Likuiditas


 Rasio Jangka Pendek

Rasio jangka pendek menggambarkan berapa jauh kemampuan perusahaan dapat menutupi
semua utangnya yang harus dibayar dalam jangka pendek tanpa mengganggu jalannya atau
kegiatan operasional perusahaan. Rumusnya ialah:

11
Rasio Jangka Pendek = jumlah aset jangka pendek/ jumlah utang jangka pendek

Contoh soal: Kalau jumlah aset jangka jangka pendek adalah Rp 20 juta, maka: Jumlah Aset
Jangka Pendek/ Jumlah Utang Jangka pendek adalah Rp 44 juta, jumlah utang Rasio Jangka
Pendek =

Rp 44 juta /Rp 20 juta= 2,2

Ini berarti bahwa setiap Rp 1 utang bisa ditutup oleh Rp 2,2 aset perusahaan. Rasio jangka
pendek seyogianya jangan terlalu kecil, tetapi jangan pula terlalu besar. Kalau rasio terlalu kecil,
maka akan membahayakan likuiditas perusahaan. Kalau terlalu besar maka modal kurang dipakai
secara optimal. Biasanya rasio yang sering dipakai adalah sekitar 2. Hal ini sangat bergantung pada
risiko keuangan yang harus ditanggung perusahaan. Lebih tinggi angka rasio, lebih bagus likuiditas
perusahaan. Jika ada dua perusahaan yang kondisinya sama dan mempunyai angka rasio yang sama
pula, maka perusahaan yang memiliki lebih banyak uang tunai atau tabungan lebih bagus
likuiditasnya daripada perusahaan yang memiliki persediaan dalam bentuk barang. Rasio 1, kecuali
ada alasan kuat, merupakan gambaran yang kurang baik. Suatu gambaran rasio komparatif yang
terlalu besar berubahnya harus diselidiki dengan cermat alasan-alasannya karena perkembangan ini
tidak baik. Demikian pula kalau rasio komparatif itu terus menurun Dengan menyusun rasio jangka
pendek suatu perusahaan untuk beberapa tahun, likuiditas perusahaan dari masing-masing tahun
bersangkutan. Perkembangan dari maka nampak perkembangan rasio tersebut Setiap angka rasio
menggambarkan angka-angka menggambarkan kepada pembaca jalannya operasional tersebut.
Selama rasio jangka pendek lebih besar dari satu, perusahaan ini bonafide dalam jangka pendek.

 Rasio Cepat (Rasio Uji Basi)

Suatu rasio jangka pendek komparatif yang melibatkan kurun waktu yang relative panjang
lebih baik diselingi dengan pengecekan dengan menghitung rumus Rasio Cepat (Quick Ratio atau
disebut juga Acid Test Ratio). Gunanya ialah untuk mengecek apakah perusahaan memiliki cukup
uang tunai, tagihan-tagihan jangka pendek, persediaan aset yang segera bisa dijual seperti
persediaan barang-barang output, surat-surat berharga, dan lain-lain aset jangka pendek untuk
menutupi semua utang jangka pendek. Dengan perkataan lain, rasio cepat gunanya untuk mengecek
seberapa besar likuiditas suatu perusahaan. Biasanya pengecekan demikian diperlukan oleh

12
perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak persediaan, tetapi tidak bisa sekaligus dijual dalam
jarak yang pendek Walaupun memiliki pasaran yang baik. Rumusnya adalah:

Rasio Cepat = jumlah aset jangkah pendek-(persediaan+inventaris)/ jumlah utang jangka


pendek

 Analisis Rasio: Solvabilitas


 Rasio Jangka Menengah

Rasio jangka menengah menggambarkan solvabilitas perusahaan. Seperti diketahui jangka


menengah meliputi waktu sekitar tiga tahun atau lebih. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Rasio Jangka menengah =Jumlah Aset Jangka Pendek + Jumlah Aset Jangka Menengah)/(Jumlah
Utang Jangka Pendek + Jumlah Utang Jangka Menengah)

Contoh soal: Jumlah aset jangka pendek adalah Rp 44 juta, jumlah aset jangka menengah adalah
Rp 11 juta Jumlah utang jangka pendek adalah Rp 20 juta, sedangkan jumlah utang jangka
menengah adalah Rp 2 juta. Rasio Jangka Menengah Rp 44 juta+ Rp 11 juta/Rp 20 juta + Rp 2
juta=2,5

Angka ini berarti bahwa setiap Rp 2,5 aset perusahaan dapat menutupi utang sebesar Rp 1 dalam
jangka menengah. Besarnya angka rasio jangka menengah dapat dijadikan pedoman untuk
mengukur solvabilitas atau kelestarian perusahan. Angka ini juga bisa dijadikan pedoman besarnya
kesanggupan perusahaan untuk menanggung risiko dalam jangka menengah. Bisa pula berarti
bahwa bila perusahaan dilikuidasi dalam waktu yang menengah, semua utang bisa terbayar dan
malahan masih tersisa karena setiap Rp 1 utang aset untuk membayarnya adalah sebesar Rp 2,5.
Kegunaan yang lain adalah angka rasio ini bisa dijadikan dasar untuk membuat rencana kredit

 Rasio Modal Bersih

Rasio modal bersih merupakan rasio yang paling penting di antara ketiga rasio tersebut di atas
karena menggambarkan kedudukan likuiditas dan solvabilitas perusahaan yang akan diperlihatkan
kelestarian dan posisi keuangan perusahaan. Rumus rasio ini ialah sebagai berikut:

Jumlah Seluruh Aset/Jumlah Seluruh Utang

 Analisis Rasio: Daya Bayar


13
 Rasio Utang/Modal Pribadi (Saldo Positif) Rasio ini merupakan alat lain yang dapat
dipakai untuk mengukur likuiditas perusahaan. Rumusnya adalah: Rasio Utang/Modal
Pribadi (Saldo Positif) = Jumlah Utang Modal Pribadi maka rasio utang/modal pribadi
 Rasio Saldo Positif/ Aset Perusahaan

Saldo positif disebut pula modal pribadi perusahaan yang pada gilirannya rupakan milik
pribadi pemilik perusahaan. Karenanya nilai bersih kekayaan perkalau pemilik itu pengusaha aktif
di dalam perusahaannya. Tujuan penghubung pengusahaan ini sering dihubungkan dengan
kekayaan pribadi pemiliknya. Apalagi selain untuk melihat positif/jumlah asetperkembangan atau
posisi keuangan perusahaan, juga untuk melihat kekuatan ekonomi pemilik perusahaan secara
Rumus untuk mengukur hubungan ini ialah: Rasio Modal Pribadi/Aset Perusahaan= saldo

 Rasio Struktur Utang

Rasio struktur utang dapat juga dipakai sebagai indikator likuiditas perusahaan. Rasio ini
menunjukkan hubungan antara utang jangka pendek dengan seluruh utang perusahaan. Rumusnya
ialah: rasio struktur utang=jumlah utang jangka pendek/jumlah semua utang-utang yang berseyarat

 Membahas Analisis Komparatif

Kalau beberapa angka rasio tersebut untuk beberapa tahun dibandingkan, maka perkembangan
keuangan akan nampak. Angka-angka menaik menandakan gejala yang baik karena saldo positif
semakin bertambah besar, yang pada gilirannya menunjukkan keuangan perusahaan yang
bertambah baik pula. Kalau pada suatu ketika angka bertambah, hal ini mungkin disebabkan karena
perusahaan pada tahun itu mengadakan pembelian kontrak tanah, atau kontrak lainnya yang
mengharuskan perusahaan mengeluarkan uang banyak. Perkembangan angka rasio ini akan
dijadikan pegangan oleh kreditur dalam usahanya memperluas pinjaman kepada perusahaan yang
bersangkutan.

Dengan keterangan mengenai rasio-rasio di atas, jelaslah bahwa rasio jangka pendek, rasio
jangka menengah, dan rasio modal bersih dapat dijadikan pedoman bagaimana tersebarnya utang-
utang perusahaan. Penyebaran utang-utang ini akan menentukan kapan perusahaan harus melunasi
dan memenuhi kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan utang-utang tersebut, apakah
dalam jangka pendek, dalam jangka menengah, atau dalam jangka panjang. Karena laporan neraca

14
tujuannya memberi gambaran tentang hubungan kekayaan dengan utang-utang dan nilai bersih
kekayaan atau saldo positif, maka ketiga rasio yaitu rasio modal bersih, rasio utang/saldo positif,
dan rasio saldo positif/ aset dapat dipakai sebagai pegangan dalam kegiatan untuk memperluas
usaha dengan cara menaikkan pemakaian modal milik pihak lain.

 Laporan Rugi Laba


 Arti Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba sering pula disebut laporan pendapatan. Berdasarkan dalil tersebut di atas
laporan rugi laba mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan jalannya suatu perusahaan selama
satu tahun. Dapat juga dikatakan laporan ini menjelaskan macam biaya dan pendapatan yang
timbul akibat pemakaian bermacam-macam modal termasuk kredit di dalam perusahaan selama
jangka waktu satutahun.

 Gunanya Laporan Rugi Laba

Guna laporan rugi laba di antaranya ialah:

(1) Untuk menentukan pembayaran pajak.

(2) Untuk menganalisis kemungkinan perubahan luas usaha.

(3) Untuk mengevaluasi hasil kegiatan operasional perusahaan.

(4) Untuk mengukur daya bayar utang perusahaan.

Agar memenuhi kegunaan di atas, laporan rugi laba harus disusun sebaik dan sebenar mungkin.
Salah satu syarat penting yang perlu diketahui ialah jenis-jenis penerimaan yang bisa dihasilkan
perusahaan. Di antaranya

(1) Penerimaan tunai dari penjualan hasil usahatani dan segala keuntungan yang
berhubungan dengan kegiatan usahatani. Penerimaan ini jelas harus dimasukkan ke dalam
laporan rugi laba.

(2) Penerimaan dalam bentuk natura seperti konsumsi komoditi yang dihasilkan usahatani
atau nilai sewa dari rumah pengusaha yang dimiliki. Bagian hasil usahatani yang

15
dikonsumsi keluarga biasanya dimasukkan ke dalam laporan rugi laba, tetapi nilai sewa
rumah pribadi tidak.

(3) Penerimaan atau penghasilan bukan tunai seperti perubahan nilai ternak atau barang
milik perusahaan. Penambahan kekayaan seperti ini dimasukkan ke dalam laporan rugi laba.

(4) Penerimaan dari sumber di luar usaha tani, seperti upah kerja dan bunga atau dividen
dari surat berharga yang dimiliki perusahaan. Penerimaan ini pun dimasukkan ke dalam
laporan rugi laba.

(5) Keuntungan modal yang tidak terealisasikan, seperti naiknya harga saham yang dimiliki
perusahaan. Selama surat berharga ini tidak terjual, maka naiknya nilai tidak dianggap
penambahan penerimaan.

Tiga bagian yang terdapat di dalam laporan rugi laba. Pertama, semua penerimaan, kedua, semua
pengeluaran, dan ketiga, semua pendapatan bersih atau semua kerugian bersih. Dengan
membedakan sumber-sumber penerimaan tersebut, kita harus mengetahui penerimaan mana yang
patut dimasukkan ke dalam laporan rugi laba dan penerimaan mana yang tidak perlu dimasukkan.
Suatu perusahaan yang dikelola oleh seorang manajer yang juga merupakan pemilik perusahaan
tersebut akan banyak melibatkan penerimaan-penerimaan yang berasal dari luar kegiatan
perusahaan, seperti upah yang diterima karena menjual jasa yang sesuai dengan keahlian kepada
perusahaannya, kepada tetangganya, atau jasa anggota keluarga yang ikut bekerja di dalam
perusahaan.

 Penerimaan

Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen
tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan dan barang olahannya. Penerimaan bisa
juga bersumber dari pembayaran pembayaran tagihan, bunga, dividen, pembayaran dari
pemerintah, dan semua sumber lainnya yang menambah aset perusahaan. Semua hasil agribisnis
yang dipakai untuk konsumsi keluarga pun harus dihitung perusahaan, walaupun akhirnya dipakai
pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan semua pencatatan penerimaan ini ialah untuk
memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar penerimaan kotor dari penjualan hasil operasional
dan penerimaan lain-lainnya di perusahaan tersebut. Dengan menjelaskan jumlah dalam rupiah,

16
bisa pula dibandingkan kedudukan perusahaan dengan perusahaan lain yang sama keadaannya.
Suatu laporan rugi laba komparatif menunjukkan perkembangan perusahaan dalam jangka yang
lebih lama dari satu tahun. Tahun-tahun yang dibandingkan harus berurutan. Hal ini penting untuk
keperluan analisis trend. Dalam hal ini perlu diperhatikan perubahan nilai karena depresiasi atau
penambahan nilai seperti nilai tanah atau hewan yang masih tumbuh, dan juga barang-barang yang
mengalami pengurangan nilai (penyusulan) seperti mesin-mesin dan bangunan. Perhitungan secara
akuntansi bisa menghitung perubahan nilai ini.

Untuk keperluan analisis keuangan, penerimaan dari hasil penjualan barang-barang modal seperti
tanah, mesin, dan hewan penghasil dicatat tersendiri dan tidak dimasukkan ke dalam penerimaan
karena barang-barang itu bukan hasil produksi dari tahun yang bersangkutan. Meskipun demikian,
penerimaan tersebut tetap harus diperhitungkan untuk penghitungan pajak keuntungan atau
kerugian.

 Pengeluaran

Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan sebagai biaya produksi,
baik itu biaya tetap maupun biaya variabel atau biaya-biaya lainnya. Biaya produksi bisa juga
disebut biaya operasional dalam jangka waktu satu tahun. Dalam suatu usahatani keluarga sering
terjadi balas jasa untuk tenaga kerja keluarga atau pemilik yang juga mengusahakan perusahaannya
sebagai manajer tidak dihitung, sehingga balas jasa untuk perkiraan-perkiraan ini tidak dihitung
sebagai pengeluaran. Akibatnya, pendapatan bersih perusahaan dihitung terlalu tinggi sedangkan
pengeluaran untuk biaya produksi dihitung terlalu rendah. Biaya yang seyogianya dikeluarkan
untuk balas jasa tenaga keluarga dan pemilik perusahaan tersebut termasuk ke dalam penerimaan
perusahaan dan tidak dimasukkan ke dalam pengeluaran biaya perusahaan.

 Penyesuaian Bukan Tunai dan Pendapatan dari Luar Perusahaan

Kegiatan-kegiatan produksi di dalam suatu usahatani adalah sedemikian rupa sehingga sering
mengakibatkan nilai aset selain berkurang juga bertambah. Demikian pula kegiatan bayar-
membayar yang belum direalisasikan bisa mengurangi atau menambah aset perusahaan.
Pengurangan dan penambahan nilai aset ini harus dimasukkan ke dalam laporan rugi laba. Guna
dari perhitungan penyesuaian bukan tunai ialah agar penerimaan dan pengeluaran perusahaan tidak
dinilai terlalu rendah atau terlalu tinggi, yang bisa mengakibatkan kesalahan fatal yaitu terlalu
17
tinggi atau terlalu rendahnya penilaian pendapatan bersih perusahaan. Penyesuaian nilai perusahaan
yang tidak disebabkan oleh lalu lintas arus tunai ini umpamanya depresiasi barang modal bergerak
dan barang tidak bergerak, bertambahnya nilai tanah atau barang tidak bergerak lainnya,
tambahnya usia hewan produksi atau tanaman yang mengakibatkan nilai jual atau nilai
produktivitas turun atau naik, serta turun atau naiknya harga di pasaran sehingga nilai inventaris
turun dan naik. Biaya-biaya yang belum dibayar atau sebaliknya yang merupakan persekot (bayar
di muka) bisa pula menurunkan atau menaikkan pendapatan pada tahun yang dihitung. Pendapatan
dari luar usahatani khususnya bagi usahatani keluarga sangatlah penting, apalagi bagi usahatani
keluarga di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sebagian besar bahkan
hampir semua usahatani di negara-negara ini merupakan usahatani keluarga. Sangatlah sukar bagi
perusahaan keluarga untuk memisahkan dengan tepat semua pengeluaran dan penerimaan yang
bersifat perusahaan khusus atau bersifat pribadi.

Bagi usahatani yang modern, investasi modal di luar perusahaan merupakan salah satu
usaha untuk menekan risiko dan sebagai akibatnya pendapatan dari luar usahatani ini harus
dimasukkan. Menurut kebutuhannya, perusahaan bisa membuat hitungan finansial yang lebih
terperinci sehingga jelas mana yang merupakan pengeluaran dan penerimaan akibat kegiatan di luar
perusahaan tersebut.

 Pendapatan Bersih
 Pendapatan Bersih Operasional

Pendapatan bersih operasional dihitung dengan mengurangkan pengeluaran operasional dari


penerimaan kotor Pendapatan bersih operasional memungkinkan kita untuk membandingkan
efisiensi beberapa usahatani yang sejenis dengan macam-macam struktur ongkos tetap. Cara
penghitungan ini memungkinkan pula untuk membandingkan satuan pendapatan yang diperoleh
dari beberapa kali proses produksi pada perusahaan yang sama selama beberapa tahun. Ongkos
tetap dapat saja berubah karena perbedaan tingkat utang jangka panjang, sewa tanah, dan lain-lain

 Pendapatan Bersih Tunai

Pendapatan bersih tunai adalah jumlah pendapatan bersih operasional tunai dikurangi dengan
jumlah pengeluaran atau ditambah penerimaan bukan tunai selama satu tahun. Di dalam
penghitungan ini hasil jual beli barang modal tidak dimasukkan. Kegunaan mengetahui pendapatan
18
bersih tunai ini ialah untuk mempermudah analisis keluar masuknya uang tunai. Selain itu, juga
berguna untuk menghitung pajak pendapatan karena pajak dihitung berdasarkan uang yang keluar
masuk di perusahaan.

 Pendapatan Bersih Perusahaan

Pendapatan bersih perusahaan didapatkan dengan menambahkan pendapatan bersih tunai dengan
pendapatan dari luar perusahaan selama satu tahun. Pendapatan bersih perusahaan ini merupakan
pendapatan yang diterima pengusaha, tenaga kerja keluarga, balas jasa yang diterima pemilik
perusahaan sebagai manajer perusahaan, dan modal pribadi yang dimilikinya. Jumlah inilah yang
dapat dipakai untuk membiayal keluarga dan pajak penghasilan. Selebihnya merupakan jumlah
tabungannya. Pembayaran untuk cicilan beli tanah atau pembayaran-pembayaran yang tidak
termasuk dalam seksi pengeluaran di muka harus diambil dari tabungan ini

 Laporan Arus Tuna


 Arti Laporan Arus Tunai

Laporan arus tunai yang disebut juga laporan arus sumber dan pemakaian uang adalah suatu
catatan tentang keluar masuknya uang yang disebabkan oleh transaksi-transaksi keuangan di dalam
suatu perusahaan selama waktu tertentu, biasanya satu tahun. Transaksi-transaksi yang terjadi
selama perusahaan beroperasi dan yang mengakibatkan keluar masuknya uang, pada akhir tahun
dituangkan di dalam laporan neraca dan kemudian secara kronologis dimasukkan ke dalam laporan
rugi laba sebagai penerimaan dan pengeluaran. Pada gilirannya, berdasarkan kedua laporan ini, arus
arah keluar masuk tunai ini dicatat di dalam laporan arus tunai. Oleh karena itu, maka sifat dari
laporan ini adalah dinamis.

 Pengaruh Transaksi terhadap Arus Masuk Tunai dan Arus Keluar Tunal

Seperti telah dijelaskan arus masuk tunai menambah aset perusahaan sedangkan arus keluar tunai
mengurangi kekayaan atau menambah utang. Pada umumnya, paling sedikit ada sembilan macam
transaksi yang memberikan pengaruh yang sama pada keuangan perusahaan Pengaruh-pengaruh
transaksi transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

19
(1) Menambah sekaligus mengurangi aset. Contohnya, jual beli dengan tunai. Pada transaksi
menjual barang secara tunai, kas bertambah tetapi barang berkurang. Demikian pula apabila kita
membeli barang, barang bertambah tetapi uang di kas berkurang.

(2) Aset bertambah dan utang bertambah pula Contohnya, membeli barang dengan kredit. Pada
transaksi membeli barang dengan kredit aset bertambah tetapi utang pun bertambah.

(3) Aset bertambah dan modal bertambah Contohnya, menjual hasil produksi secara tunai. Kas
bertambah dan modal bertambah pula.

(4) Aset berkurang dan utang berkurang Contohnya, membayar gadai tanah dengan simpanan di
bank. Simpanan berkurang tetapi utang terbayar.

(5) Aset berkurang dan modal pun berkurang Contohnya, membayar perbaikan gudang dengan
tunai. Kas berkurang dan modal pun berkurang.

(6) Utang naik dan utang turun Contohnya, membayar gadai tanah dengan pinjaman dari bank,
mengakibatkan utang turun tetapi pinjaman ke bank naik.

(7) Utang naik dan modal turun Contohnya, utang dibayar dengan mengurangi tagihan maka utang
berkurang tetapi modal berkurang akibat aset yang berupa tagihan hilang.

(8) Utang turun dan modal naik Contohnya, hasil penjualan barang dipakai untuk menyicil utang.
Modal akan turun karena dipakai untuk mengurangi utang.

(9) Modal naik tetapi sekaligus juga turun Contohnya, panen tanaman makanan ternak dipakai lagi
untuk memberi makanan ternak milik perusahaan.

 Arus Masuk Tunai dan Arus Keluar

Tunai Aliran atau arus uang yang bergerak di dalam perusahaan secara terus-menerus
merupakan arus sumber pemakaian uang. Oleh karena itu jumlahnya selalu sama. Dengan
perkataan lain, arus uang yang mengalir di dalam perusahaan dapat dilihat dari segi sumber dari
mana uang itu berasal dan dari segi ke arah mana uang itu dipakainya.

(1) Sumber arus masuk tunai yang mengalir dapat berasal dari hasil-hasil penjualan produk dan
pembayaran-pembayaran dari pemerintah subsidi, seperti uang, hasil penjualan barang-barang

20
produksi, pendapatan dari sumber luar pertanian seperti bunga, dividen, dan upah; penjualan kertas
berharga, pinjaman; dan modal milik pribadi dari luar perusahaan pertanian.

(2) Sumber arus keluar tunai dapat diarahkan untuk membiayai:

• ongkos-ongkos operasional usaha tani;

• investasi modal seperti untuk tanah, dan bangunan;

• pembelian kertas-kertas berharga;

• pembayaran utang-utang;

• pengeluaran uang tunai untuk keperluan konsumsi, pajak, pembayaran

dividen, bunga, dan lain-lain; serta penarikan modal milik pribadi, seperti untuk hadiah dan
liburan.

8.2.4. Macam-macam Resiko Agribisnis dan pengelolaannya


 Risiko Dan Ketidakpastian Dalam Perusahaan

Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui berbagai alternatif investasi yang berbeda-beda
besarnya. Hal ini mengakibatkan munculnya salah satu fungsi masing-masing mendatangkan
jumlah pendapatan serta risiko dan ketidakpastian dalam manajemen keuangan dan pembiayaan,
yaitu mengevaluasi besarnya pedapatan serta risiko dan ketidakpastian dari setiap cara investasi.
Hasil dari evaluasi berbagai alternatif investasi modal ini merupakan dasar utama untuk membuat
keputusan-keputusan yang tepat mengenai penggunaan modal dalam perusahaan. Risiko dan
ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil
usaha atau berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hal itu ialah
bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran
kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan
akibatnya tidak bisa diketahui.

Kegagalan dalam mencapai pendapatan yang diharapkan di antaranya disebabkan karena


adanya berbagai risiko yang tidak dapat diselesaikan. Risiko-risiko tersebut dapat dibedakan antara
risiko perusahaan dan risiko keuangan.

21
 Risiko Perusahaan

Risiko perusahaan terjadi karena adanya berbagai alternatif penyaluran modal atau investasi
yang mengakibatkan perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi.
Perbedaan tingkat pendapatan ini disebabkan karena setiap unit usaha memiliki sifat dan kegiatan
produksi sendiri-sendiri. Risiko didalam bidang pertanian, misalnya, karena kegiatan di dalam unit
usaha ini sangat dipengaruhi oleh cuaca, sifat alam lainnya, wabah penyakit, dan perubahan harga
yang tidak dapat dikuasai petani.

 Risiko Keuangan

Risiko keuangan terjadi karena dilaksanakannya keputusan-keputusan yang terpenting


mengenai banyaknya modal yang akan dipakai dan sumber-sumber mana yang akan dipilih. Di
muka telah dijelaskan bahwa modal hanya mempunyai dua sumber, yaitu modal milik pribadi dan
modal milik pihak lain yang diinvestasika di dalam perusahaan melalui kredit, sewa, sistem
kontrak, atau cara-cara lain. Cara-cara untuk mendapatkan dan memakai modal, terutama modal
bukan milik pribadi, mendatangkan berbagai risiko. Risiko ini disebut risiko keuangan. Sejalan
dengan bertambah besarnya rasio antara jumlah modal milik pihak lain dengan jumlah modal milik
pribadi, bertambah besar pula urusan-urusan dengan pemilik modal dan kewajiban-kewajiban
terhadapnya. Risiko keuangan yang harus ditanggung perusahaan semakin bertambah besar pula.
Hal demikian tidak membahayakan perusahaan selama pendapatan perusahaan bertambah
sedemikian rupa sehingga minimal semua kewajiban keuangan dapat dipenuhi sesuai dengan
waktunya.

Risiko keuangan terjadi karena hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan-
keputusan di bidang keuangan dan pembiayaan. Risiko ini menyangkut ketidakmampuan
perusahaan membayar utang dan membayar keuntungan kepada pemilik saham. Biaya tetap akan
naik apabila utang, sewa, dan penjualan saham ditambah. Searah dengan naiknya biaya tetap
bertambah juga kemungkinan ketidakmampuan perusahaan dalam menutupi biaya tetap ini.
Demikian pula halnya dengan solvabilitas perusahaan yang akan bertambah kemungkinannya
untuk turun. Kalau ini terjadi maka kemungkinan perusahaan akan bangkrut.

 Risiko Dalam Pertanian: Peranan Dan Penanggulangan

22
131 Risiko Produksi

Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor nonpertanian
karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti cuaca, hama penyakit, suhu udara,
kekeringan, banjir, dan segala bencana alam yang berhubungan dengan tanam-tanaman,
peternakan, dan perikanan.

 Risiko Harga

Risiko harga pada produksi pertanian disebabkan karena harga pasar tidak dapat dikuasai petani.
Naik turunnya harga lebih sering terjadi pada hasil pertanian. Diantara sebab-sebabnya ialah sifat
hasil pertanian yang dipengaruhi oleh alam seperti telah diterangkan di muka. Secara makro
berkurangnya produksi akan menaikkan harga. Namun, bagi petani, sebagai perseorangan, hal yang
menguntungkan ini belum tentu dapat dinikmatinya karena waktu produksi tidak bergatung pada
petani. Pada waktu harga turun, petani tidak dapat pula menyesuaikan volume produksi dengan
segera sehingga kerugian yang lebih besar sering harus dialami. Karena kedudukan petani yang
tidak menguntungkan ini, sering pemerintah harus bertindak dengan mengadakan bermacam-
macam peraturan untuk melindungi pasaran hasil pertanian. Akibat kemajuan teknologi yang
mengharuskan lebih banyak dikeluarkannya ongkos pembelian barang modal dan input
menyebabkan pula margin penghasilan dan ongkos produksi sering kali menyempit.

Disamping itu, kegiatan produksi yang dahulunya dilakukan seluruhnya di tingkat petani
banyak yang diambil alih oleh pihak lain seperti pengolah atau penyalur hasil-hasil pertanian.
Terutama di negara-negara yang baru berkembang sering kali kedudukan ekonomi pihak di luar
pertanian jauh lebih baik dan lebih dapat menguasai penentuan harga hasil pertanian. Keadaan di
atas menyebabkan petani, terutama yang belum kuat ekonominya, berada pada kedudukan yang
merugikan. Dari sudut perkreditan, fluktuasi harga hasil pertanian menaikkan risiko peminjaman
modal.

 Risiko Teknologi

Risiko teknologi dapat terjadi pada inovasi teknologi baru di sektor pertanian Karena belum
cukup terampil dan belum paham benar, sering kali seorang petani gagal menerapkan cara
teknologi baru. Hal ini merupakan risiko teknologi yang dapat mengurangi kepercayaan para

23
kreditor kepadanya Kemajuan teknologi kadang-kadang begitu cepat berjalan sehingga sukar untuk
diikuti. Tidak jarang mesin-mesin yang relatif baru ditemukan dalam jangka diterapkan dalam
masyarakat. Para petani yang kurang modal dan tidak luwes waktu yang tidak lama menjadi kuno
karena ada lagi mesin yang lebih baru mengikuti perkembangan teknologi akan ketinggalan
mengejar esensi produksi sehingga risiko mendapatkan kerugian sering harus dihadapinya

 Risiko Produksi

Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor nonpertanian
karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti cuaca, hama penyakit, suhu udara,
kekeringan, banjir, dan segala bencana alam yang berhubungan dengan tanam-tanaman,
peternakan, dan perikanan..

 Risiko karena Tindakan Pihak Lain

Risiko yang disebabkan karena tindakan orang atau perusahaan lain adalah yang paling umum
dihadapi petani. Setiap kreditor harus dihadapi dengan macam- macam risiko karena petani sebagai
peminjam sukar menerka apa yang akan dilakukan terhadapnya, sekalipun ada syarat tertentu yang
harus dilakukan untuk tidak menyalahi aturan dan ada hukum-hukum tertentu yang melindunginya
Kebijaksanaan pemerintah di sektor pertanian secara makro ditujukan untuk melindungi dan
memberi keuntungan kepada petani, tetapi ada kalanya bagi petani, secara individu, tindakan
pemerintah dapat merugikan. Hal yang terakhir ini merupakan risiko bagi petani tersebut. Pegawai
atau buruh yang melakukan kesalahan, mendapat kecelakaan, atau bertindak merugikan perusahaan
merupakan risiko juga. Demikian pula segala macam pengaduan dari orang atau pihak lain. Dalam
menghadapi semua risiko di atas dan sering kali harus membayar semua kerugian orang lain, petani
tidak dapat berpura-pura untuk tidak mampu meme-lnuhi tuntutan orang atau pihak lain. Ini
disebabkan karena kekayaan yang dapat dituntut jelas nampak seperti tanah pertanian, bangunan,
ternak, mesin-mesin, tanaman di ladang, dan segala benda yang tidak dapat disembunyikan.

 Risiko Sakit

Risiko karena sakit, kecelakaan, dan kematian terutama terasa pada usaha petani yang tenaga
kerja keluarga merupakan tenaga inti. Kesejahteraan dan kesehatan keluarga sangat berpengaruh
terhadap kemampuan petani menanggung risiko Sakit, kecelakaan, atau kematian di dalam keluarga

24
sangat mempengaruhi jalannya perusahaan. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menyebabkan hal di
atas harus dipelajari dan dihindari untuk menekan risiko sekecil mungkin. Semua risiko yang
dibahas di atas menyangkut keuangan perusahaan. Untuk sama sekali menghilangkannya adalah
tidak mungkin karena setiap tindakan manusia adalah menanggung risiko. Usaha yang harus
dijalankan ialah menekan risiko-risiko tersebut serendah mungkin agar perusahaan tidak terlalu
dirugikan, Beberapa kebijaksanaan dapat menolong perusahaan menekan risiko serendah mungkin.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut dapat dibagi menjadi dua macam yaitu asuransi tidak formal
dan asuransi formal. Asuransi tidak formal adalah semua usaha yang ditujukan untuk menjaga
perusahaan dari berbagai kerugian tanpa melalui lembaga-lembaga perasuransian yang resmi.
Usaha-usaha yang dimaksud di antaranya ialah mengadakan persediaan keuangan, menentukan
harga jual-beli dan pasaran sebelum diadakan transaksi barang (hedging) dengan maksud
melindungi barang dari harga pasaran, melaksanakan manajemen yang luwes, memilih produksi
yang menjadi pendapatan tetap dan dapat diandalkan.

8.2.5. Pembahasan Kasus Modal dan Pembiayaan Agribisnis


 Masalah dan Solusi Model Pengembangan Pembiayaan Pertanian dari Aspek Keuangan
Syari’ah

Pengembangan pembangunan ekonomi yang berbasis partisipasi masyarakat luas sebagai


pelaku ekonomi merupakan komitmen pemerintah dalam pembangunan ekonomi saat ini
(Heliantina, 2017). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia didorong oleh beberapa sektor, salah satu
sektor yang terus ditingkatkan secara berkesinambungan oleh pemerintah adalah sektor pertanian.
Menurut data BPS pada tahun 2016 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 37.770.165
jiwa, sektor ini sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan
sektor lain. Namun, meskipun sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja pada kenyataannya
masih terdapat banyak petani yang berada di bawah garis kemiskinan. Beberapa penyebab
diungkapkan salah satunya adalah kegagalan panen yang menyebabkan petani kehabisan modal
selain itu juga membuat lembaga keuangan berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor
ini. Karena hal tersebut artinya petani mengalami kesulitan untuk membantu perkembangan
budidaya tani hanya menyesuaikan dengan modal yang mereka punya.

25
Data Bank Indonesia (2007) menyebutkan bahwa penyaluran kredit Perbankan Nasional
terhadap sektor pertanian menempati posisi ke empat setelah sektor jasa, perindustrian, dan
perdagangan dengan persentase 5,4 % dari total seluruh penyaluran kredit perbankan Nasional.
Dari sisi keuangan, perbankan pada khususnya selain sebagai lembaga intermediasi juga
berorientasi pada keuntungan. Sehingga adanya orientasi tersebut membuat perbankan cenderung
lebih memilih sektor yang memberikan keuntungan pasti dan menghindari sektor yang berisiko
tinggi yang membuat pembiayaan bermasalah meningkat. Perilaku tersebut dilakukan oleh
perbankan karena batas pembiayaan bermasalah maksimal tidak boleh melebihi dari angka 5%.

Selain konsep tersebut, sistem pinjaman yang mengharuskan nasabah mempunyai agunan dan
membayar bunga pun menjadi masalah karena pertanian tidak mempunyai hasil bulanan,
perputaran uang petani menunggu ketika masa panen tiba. Adanya permasalahan tersebut, peran
perbankan syari’ah sangat penting kontribusinya, karena akad-akad pada Perbankan syari’ah lebih
mengakomodir kebutuhan petani dibanding perbankan konvensional pada sektor pertanian,
dikarenakan perbankan syariah menggunakan prinsip jual beli dan bagi hasil dimana
karakteristiknya sudah terbiasa dilakukan oleh petani seperti maro dan gaduhan.

Hasyim (2017) menyebutkan untuk menjaga keberlanjutan dampak positif proyek pengembangan
sektor pertanian, diperlukan dukungan dari berbagai stakeholders, antara lain untuk memperkuat
aspek permodalan koperasi, pendampingan untuk meningkatkan kemampuan pengurus koperasi,
serta pelatihan/edukasi keuangan (financial literacy) dan pelatihan kewirausahaan bagi
nasabah/debitur koperasi. Dalam keuangan syariah koperasi disebut dengan Baitul Maal Tamwil
(BMT). Dimana BMT tidak terikat dengan kebijakan dari BI yang menekankan angka pembiayaan
bermasalah.

Berdasarkan paparan di atas, maka perlu adanya kebijakan dari pemerintah, kontribusi
pakar praktisi bisnis, maupun akademisi untuk memberikan daya pendorong pengembangan
pembiayaan sektor pertanian ataupun memberikan alternatif pemecahan masalah terkait
permasalahan permodalan secara inklusif. Apabila ditelaah lebih lanjut dari sudut pandang
perbankan, maka penyaluran permodalan usaha pada sektor pertanian tentunya dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik dari faktor perbankan maupun faktor kebijakan yang tepat. Sehingga yang

26
menjadi fokus kajian ini adalah membahas mengenai masalah dari sisi perbankan dan solusi
kebijakan dari aspek keuangan syariah sebagai daya pendorong perkembangan pembiayaan sektor
pertanian. Kajian ini lebih lanjut diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pemasar
perbankan syariah dalam menyusun strategi untuk lebih dekat dan menjalankan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi bagi sektor riil yang sangat membutuhkan dukungan untuk berkembang,
dalam konteks ini adalah sektor pertanian. Selain hal tersebut perlu adanya pelatihan dan
pendampingan (mentoring) bagi petani untuk benar-benar dapat meraktualisasi skema pembiayaan
sesuai syariah. Pembimbingan tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan kerja untuk
menghasilkan produk yang berkualitas.

8.3. Kesimpulan
Sektor Agribisnis merupakan salah satu sektor yang cukup penting dalam menunjang
perekonomian. Salah satu hambatan untuk mengembangkan usaha agribisnis adalah mendapatkan
bantuan modal. Salah satu sumber permodalan bagi usaha agribisnis tanaman adalah kredit
pinjaman yang berasal dari Bank. Hanya saja, Bank tidak dengan mudah mengucurkan kredit,
khususnya bagi usaha pertanaman karena bidang usaha ini dianggap memiliki resiko tinggi. Untuk
mendapat kucuran dana dari Bank, manajer harus menyelaraskan cara berpikir kita dengan logika
perbankkan. Bank bukan lembaga nirlaba yang memberikan pinjaman curna-cuma. Tujuannya
jelas, yaitu me.ndapatkan keuntungan dari pinjaman yang diberikan. Tentu saja Bank enggan
memberikan pinjaman pada pihak yang dinilai memiliki kemampuan pengembalian pinjaman
yang rendah. Oleh sebab itu manajer keuangan harus pandai melihat kondisi kesehatan perusahaan
dan pandai memilih sumber permodalan perusahaan, baik dengan modal sendiri ataupun modal
pinjaman.Jadi dalam menentukan komposisi pendanaan dengan melakukan pinjaman manajer
harus mempertimbangkan biaya bunga dan ROE (Return of Equity) yang dihasilkan. Suatu unit
usaha memutuskan untuk melakukan pinjaman untuk beberapa kondisi berikut : Jika perusahaan
benar-benar kekurangan dana untuk menjalankan atau memperluas usahanya Mengambil
kesempatan untuk melakukan investasi diusaha lain

27
DAFTAR PUSTAKA
Halimah W. Kadarsan,1995. Keuangan pertanian dan pembiayaan perusahaan agribisnis
Artikel Jurnal penelitian

28

Anda mungkin juga menyukai