Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PENCATATAN AGRIBISNIS

Oleh :

Tri Suhardi
2004290053
AGROTEKNOLOGI 2

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang SISTEM
PENCATATAN AGRIBISNIS.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai SISTEM PENCATATAN AGRIBISNIS. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda semua demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Selasa, 14 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................................1
BAB II ISI.............................................................................................................................................2
A. Pengertian Pencatatan...................................................................................................................2
B. Kegunaan Pencatatan....................................................................................................................3
C. Prinsip-Prinsip Akuntansi.............................................................................................................4
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian pada dasamya merupakan upaya yang direncanakan untuk
melakukan perubahan-perubahan yang dikehendaki dengan menggunakan inovasi dan
teknologi tertentu yang sesuai dengan potensi setempat untuk meningkatkan efisiensi,
pendapatan serta kesejahteraan hidup petani. Untuk mewujudkan sasaran pembangunan
pertanian serta merespon perkembangan globalisasi perekonomian dan tuntutan konsumen
yang semakin menekankan pada aspek kontinuitas dan kualitas produk, maka pemerintah
telah menetapkan konsep dan sistem agribisnis dalam membangun pertanian.

Konsep sistem agribisnis diartikan sebagai kesatuan sistem yang menggabungkan


semua kegiatan manajemen bisnis dibidang pertanian yang saling terkait satu sama lain mulai
dari usaha yang menyediakan dan menyalurkan sarana produksi, usaha dalam produksi
komoditas primer pertanian, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil-hasil pertanian dan
usaha jasa penunjang lainnya seperti transportasi, perbankan, asuransi pasar, penelitian,
penyuluhan dan pengaturan. Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
subsistem, dimana antara satu subsistem dengan subsistem lainnya saling terkait dan terpadu
untuk memperoleh nilai tambah yang maksimal bagi para pelakunya dan dan sistem ini harus
berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pasar

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha agribisnis adalah ditentukan
oleh pengelolaan keuangan. Investasi yang ditanam dalam agribisnis peternakan sudah tentu
memerlukan pengelolaan dengan baik sehingga pembuatan laporan keuangan dan akuntansi
sangat penting dilakukan oleh pengusaha agribisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pencatatan agribisnis?
2. Apa kegunaan pencatatan dalam agribisnis?
3. Apa prinsip-prinsip akuntasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pencatatan agribisnis
2. Untuk mengetahui kegunaan pencatatan agribisnis
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip agribisnis
2

BAB II
ISI
A. Pengertian Pencatatan
Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap yang akan dan telah di lakukan untuk
merekam dalam bentuk tulisan secara rinian rencana kegiatan yang akan dilakukan dan
merekam hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Menurut Henry Simamora (2000:4) mengemukakan bahwa yaitu :Pencatatan adalah


pembuatan suatu catatat pembukuan , kronologis kejadian yang terjadi , terukur melalui suatu
cara yang sistematis dan teratur.

Menurut Mulyadi (2008:196) mengemukakan bahwa :pencatatan adalah suatu urutan ketiga
klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat
untuk menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang.

Usaha dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mencapai kesejahteraan, yakni dalam
memenuhi kebutuhan materil & spiritual dimana kebutuhan materil dapat dipenuhi melalui
perolehan pendapatan (income), sementara kebutuhan spiritual dapat terpenuhi apabila pelaku
agribisnis dapat memenuhi kebutuhan & kepuasan konsumen. Untuk itu agribisnis harus
dikelola secara benar agar kinerja usaha mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini
dapat diukur melalui analisis usaha / bisnis dari data-data yang tercatat.

Pencatatan dan pembukuan usaha dalam agribisnis merupakan bentuk pengukuran tertulis
dari tingkat keberhasilan usaha. Maka dari itu dua hal ini mutlak diperlukan.

Pencatatan usaha sendiri merupakan serangkaian kegiatan untuk mencatat semua aktivitas
usaha yang dapat digunakan sebagai bahan laporan, sementara itu Pembukuan usaha
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mencatat semua perubahan atau transaksi yang
telah dilakukan baik menyangkut uang atau barang-barang berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan guna kelancaran usaha tersebut

Pencatatan usahatani dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) pencatatan data inventaris, (2)
Pencatatan data produksi, dan (3) pecatatan keuangan.

1. Pencatatan Data Inventaris


3
Mencatat seluruh inventaris yang dimiliki petani pada suatu waktu tertentu, menilai
masing-masing inventaris untuk membantu dalam penetapan kekayaan dan hutang,
membandingkan nilai inventaris pada tahun tersebut dengan tahun sebelumnya dan
sebagai dasar untuk membuat neraca yang sangat penting dalam pelaporan usahatani.
Pecatatan data inventaris ada dua, yaitu (1) catatan inventaris usaha sederhana dan (2)
catatan inventaris usaha perbandingan.
Contoh-contoh catatan inventaris: inventaris produk tanaman dan ternak, inventaris
mesin-mesin usahatani, inventaris bangunan usahatani, inventaris ternak dan
perbandingan inventaris produksi usahatani.
2. Pencatatan Data Produksi
Mencatat jumlah produksi usahatani dengan satuan yang sesuai, misalnya kh/ha,
liter/hari; mencatat semua bahan/sarana produksi yang digunakan dalam proses produksi;
mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan dalam proses usahatani; mencatat seluruh
tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi usahatani; mencatat bagian produksi
yang dikonsumsi sendiri dan membandingkan jumlah produksi pada tahun tersebut
dengan produksi pada tahun sebelumnya.
Macam-macam pencatatan produksi, diantaranya yaitu: catatan produksi tanaman, catatan
pengolahan tanah, catatan ternak, catatan tenaga kerja, catatan pakan, dan catatan
pemakaian produksi usahatani.
3. Pencatatan Keuangan
Menentukan keberhasilan usahatani dalm bentuk profitabilitas dalam periode atau siklus
tertentu, menentukan keadaan umum keuangan pelaku usahatani pada suatu waktu
tertentu, memperkirakan kemampuan usahatani untuk memenuhi tuntutan kreditur,
perubahan dan tuntutan perluasan, menganalisis kecenderungan prestasi kerja sehubungan
kemampuan usahatani, dan memilih cara penggunaan sumber-sumber daya untuk masa
mendatang dari berbagai alternatif yang tersedia. Pencatatan keuangan terdiri dari catatan
bukti transaksi, jurnal dan buku besar.

B. Kegunaan Pencatatan
Kegunaan pembukuan/pencatatan usahatani:

1. Untuk memperkirakan keadaan/posisi usahatani,


2. sebagai dasar pengambilan keputusan,
3. Menyediakan data dasar yang dipergunakan untuk: perencanaan usahatani menghitung
dan mengetahui untung rugi usahatani menghitung daya guna dan hasil guna usahatani
menilai tingkat kemajuan dan perkembangan usahatani memberikan informasi langkah-
langkah pemecahan masalah, kegunaan lain, contoh untuk sewa-menyewa, membuat
kontrak-kontrak baru, mencegah salah pengertian diantara mitra, menetapkan peraturan
dalam penyertaan usaha, menyediakan informasi dasar tentang kekayaan yang dimiliki
pada suatu waktu tertentu.

C. Prinsip-Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses akuntansi.
Pemakaian prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap produk
akuntansi sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau permasalahan. Selain itu,
laporan keuangan sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca dan dipahami oleh semua
pihak. Karena itu perlu adanya penyeragaman pada prosedur akuntansi. Dan terciptalah
prinsip akuntansi yang dikenal dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Beda negara beda prinsip akuntansinya. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan dan
faktor-faktor lain yang ada di masing-masing negara. Di Indonesia, prinsip akuntansi diatur
oleh IAI atau Ikatan Akuntansi Indonesia, yaitu badan yang mengatur peraturan dan
kebijakan akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Adapun prinsip-prinsip akuntansi berterima umum tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini
mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu
perusahaan adalah sebuah kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan
terpisah dengan pribadi pemilik ataupun entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri
dan terpisah adalah dalam hal aset atau kekayaan perusahaan. Jadi akuntansi menuntut
adanya pemisahan aset perusahaan dengan kekayaan pribadi pemilik perusahaan yang
bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua transaksi keuangan yang terjadi tidak
boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan pencatatan pribadi pemilik.

Prinsip ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan
utang pribadi pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya
tanggung jawab yang jelas terhadap keuangan perusahaan. (Baca juga : Fungsi Buku
Besar )
5
2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah
penilaian dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu.
Prinsip ini bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur. Periode
akuntansi yang umum dipakai dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai
tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam
bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non
kuantitatif ini seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-
faktor ini tidak termasuk dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun
dilaporkan dalam bentuk uang.

Jadi prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala sesuatu
yang bisa diukur dan dinilai dengan satuan uang.

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas
suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang atau jasa tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi,
maka yang dinilai dan dicatat adalah harga jadi yang disepakati bersama.

Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa
digunakan seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan
harga perolehan atau harga akuisisi dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan
biaya.

Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua
belah pihak yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang
tanah memiliki harga pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,- Namun
sebuah perusahaan mampu membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,-
Maka yang diakui dan dicatat adalah Rp 90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara
penjual dengan perusahaan tersebut.
5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)
6
Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan
beroperasi terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada
perusahaan yang menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali
terjadi peristiwa tertentu misal bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi


keuangan secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna
informasi akuntansi.

Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi
yang terjadi pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1
laporan. Maka pada laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan
yang diperlukan yang tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan
tersebut berupa catatan kaki atau lampiran yang berisi :

 Metode akuntansi yang digunakan


 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi,
taksiran, dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan
bagaimana perlakuan perusahaanterhadap perubahan yang terjadi tersebut
 Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyara
 Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainny
 Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail tentang akun
tertentu yang dianggap penting dan material.

7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
usaha seperti penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar
yang digunakan untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang
diperoleh atas transaksi keuangan tersebut.
7
Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada
kepastian nilai nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara
kas belum diterima perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh
pelaku usaha sehingga memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan.
Contoh ketentuan lain tersebut di antaranya :

 pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai


 pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang
masih dalam proses produksi
 pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.\

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan


atau di-matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk
menentukan nilai penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada
prinsip pengakuan pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka
pembebanan biaya tidak bisa dilakukan. (Baca juga : Manfaat Jurnal Khusus )

Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak
berhubungan langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya
administrasi. Biaya administrasi adalah biaya yang tidak berhubungan langsung
dengan pendapatan meski mendukung terjadinya pendapatan itu sendiri. Biaya ini
bisa dibebankan pada periode terjadinya pendapatan tersebut. Biaya semacam itu
sering disebut dengan Period Cost.

Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan
dengan produksi tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti
ini akan ditunda pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau
dibagi ke dalam periode-periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian
biaya tersebut dihitung berdasarkan jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan
manfaat dari biaya tersebut.

Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan
adanya jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan
pendapatan. (Baca juga : Cara Membuat Buku Besar )

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)


8
Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan
keuangan secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan
kebijakan yang digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada
suatu periode bisa diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode
sebelumnya, sehingga bisa memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan
penggunaan metode dan prosedur secara konsisten, maka jika ada perbedaan yang
terjadi bisa diketahui dengan cepat.

Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur
akuntansi. Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan
memberikan penjelasan alasan penggantian tersebut pada laporan keuangan
perusahaannya.

10. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan
akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa
dijual. Jika tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usaha dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mencapai kesejahteraan, yakni dalam
memenuhi kebutuhan materil & spiritual dimana kebutuhan materil dapat dipenuhi melalui
perolehan pendapatan (income), sementara kebutuhan spiritual dapat terpenuhi apabila pelaku
agribisnis dapat memenuhi kebutuhan & kepuasan konsumen.

Pencatatan dan pembukuan usaha dalam agribisnis merupakan bentuk pengukuran


tertulis dari tingkat keberhasilan usaha. Maka dari itu dua hal ini mutlak diperlukan.

Pencatatan usaha sendiri merupakan serangkaian kegiatan untuk mencatat semua


aktivitas usaha yang dapat digunakan sebagai bahan laporan, sementara itu Pembukuan usaha
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mencatat semua perubahan atau transaksi yang
telah dilakukan baik menyangkut uang atau barang-barang berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan guna kelancaran usaha tersebut

Pencatatan usahatani dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) pencatatan data inventaris, (2)
Pencatatan data produksi, dan (3) pecatatan keuangan.

B. Saran
Saat membuat suatu usaha, alangkah baiknya dilakukan pencatatan agar usaha yang
dijalankan berjalan sesuai keinginan.
10

DAFTAR PUSTAKA

https://dosenakuntansi.com/prinsip-prinsip-akuntansi

http://petanikreatif.blogspot.com/2012/01/perlukah-pencatatan-pembukuan-
usaha.html

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/83224/PEMBUKUAN-USAHATANI/

http://tipsakuntansikeuangan.blogspot.com/2016/03/pengertian-pencatatan-dan-
jurnal.html

Anda mungkin juga menyukai