Anda di halaman 1dari 30

DASAR AGRIBISNIS

Oleh :

Tri Suhardi
2004290053
AGROTEKNOLOGI 2

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang DASAR
AGRIBISNIS.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai DASAR AGRIBISNIS. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda semua demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Selasa, 11 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
BAB II ISI.......................................................................................................................................3
A. Dasar Agribisnis..........................................................................................................................3
B. Sistem Agribisnis.........................................................................................................................7
C. Subsistem Agribisnis.................................................................................................................10
D. Etika Agribisnis........................................................................................................................11
E. Risiko Dan Ketidakpastian.......................................................................................................13
F. Pencatatan..................................................................................................................................17
G. Lingkungan Agribisnis.............................................................................................................21
H. Analisis SWOT..........................................................................................................................23
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua aktivitas kita menghadapi banyak ketidakpastian di dunia ini.
Ketidakpastian ini nantinya akan memunculkan risiko. Karena selalu ingin hidup aman dan
tenteram maka kebanyakan orang takut menanggung risiko. Namun, semua tahap kehidupan
mengandung risiko. Kemana pun mengelak dari risiko maka disitu pun akan ditemukan risiko
yang lainnya karena risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan
dikatakan bahwa tidak ada hidup tanpa adanya risiko. Jadi, dengan demikian, setiap hari
manusia menghadapi risiko, baik sebagai perorangan maupun sebagai perusahaan. Orang
berusaha untuk melindungi diri dari risiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha
melindungi usahanya dari risiko. Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Investasi
bisa mendatangkan keuntungan, bisa juga menyebabkan kerugian. Ketidakpastian tersebut
menyebabkan munculnya risiko. Dengan demikian, pembicaraan mengenai ketidakpastian
berarti berbicara mengenai risiko. Risiko itu sendiri merupakan buah dari ketidakpastian.
Usaha yang dilakukan oleh manusia, tentunya akan selalu berhadapan dengan sejumlah
ketidakpastian dan risiko karena risiko dan ketidakpastian ada di mana-mana, dan memang
seperti itu karakter dari suatu usaha. Dalam masalah investasi, investor akan selalu
berhadapan pada sejumlah kemungkinan seperti kemungkinan untuk untung, rugi atau tidak
rugi, dan juga tidak untung (impas

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan
disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko
menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini
secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
2
Risiko dapat didefinisikan sebagai peluang kemungkinan terjadinya kerugian, kegagalan
akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang. Ketidakpastian ini terjadi akibat
ketidaktahuan manusia akan peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang dari apa
yang kita lakukan saat ini. Ketidakpastian dapat dikategorikan menjadi ketidakpastian alami
dan ketidakpastian karena prilaku manusia/teknologi. Ketidakpastian alami atau random
adalah merupakan ketidakpastian yang disebabkan oleh fenomena alam seperti; gempa bumi,
hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang sifatnya sulit untuk dipresdiksi, dan
pendekatan yang dilakukan adalah stokastik/statistik. Sedangkan ketidakpastian teknologi
adalah ketidakpastian akibat dari prilaku manusia yang diakibatkan oleh ketidakpastian dalam
melakukan sampling, pengukuran, terbatasnya data, analisis data atau penerapan model serta
estimasi yang tidak sesuai (Norken, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Agribisnis?
2. Apa Pengertian Sistem Agribisnis?
3. Apa Maksud dari Subsistem Agribisnis?
4. Apa Maksud dari Etika?
5. Apa Pengertia Risiko dan Ketidakpastian?
6. Apa Kegunaan Pencatatan?
7. Apa Itu Lingkungan Agribisnis
8. Apa Analisis SWOT?
3

BAB II
ISI
A. Dasar Agribisnis
Pengertian Agribisnis, Konsep Agribisnis, Sejarah Perkembangan, dan Peranan
Agribisnis dalam Perekonomian
Pertanian merupakan kegiatan yang hampir di seluruh belahan bumi dilakukan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan hampir semua terkandung
dari hasil pertanian. Pertanian juga dijadikan sebagai usaha yang merupakan salah satu
pendapatan terbesar dibeberapa negara terkhusus Indonesia.
Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Banyak peranan
masyarakat yang bergerak di bidang pertanian. Penyerapan tenaga kerja juga hampir
mendominasi dari kegiatan usaha pertanian. Kegiatan pertanian meliputi aspek budidaya
sampai kepada pemasaran.
Agribisnis merupakan sistem dibidang pertanian yang meliputi segala aspek mulai
dari awal sampai akhir kegiatan pertanian. Kagiatan yang mengelola sumberdaya alam dalam
menjadikan produk nilai tambah yang menjadi sumber pendapatan bagi petani. Agribinis
berasal dari kata Agribusiness yang mana Agri merupakan Agriculture berarti pertanian dan
Business yang memiliki arti usaha atau kegiatan yang beorietasi kepada profit. Jadi, agribisnis
adalah kegiatan usahatani mulai dari hulu (penyediaan input produksi) sampai kepada hilir
(pascapanen) yang mengola sumberdaya alam menjadi memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan bagi masyarakat (Maulidah, 2012)
Pada tahun 1955, istilah pertama kali dikenal oleh masyarakat di Amerika Serikat. Pada
waktu itu John H. Davis memakalai istilah ini dalam makalahnya yang disampaikan pada
sebuah seminar yang bernama “Boston Confrence on Distribution”. Dan selanjutnya istilah
ini semakin dikembangkan kemasyarakat agribisnis bersama dengan rekannya Ray Goldberg
dalam buku yang berjudul ”A Conception of Agribusiness” yang diterbitkan pada tahun 1957
di Harvard University. Dan pada tahun 1957 ketika penulis mendapatkan gelar guru besarnya
di Universitas tersebut dan telah diangga sebagai pakar tahun lahirnya konsep agribisnis.
Dalam cetusan bukunya Davis dan Goldberg mendefenisiskan agribisnis sebagai berikut:
“The sum total of all operation involved in the manufacture and distribution of farm supplies:
Production operation on farm: and the storage, processing and distribution of farm
commodities and items made from them”.
Agribisnis juga secara lapangan sering diartikan sebagai usaha pertanian, bisnis
pertanian, hingga pemasaran pertanian untuk yang pada tujuan akhirnya adalah untuk
mendapatkan profit. Agribisnis juga sangat banyak peranannya terhadap masyarakat mulai
dari usaha rumah tangga sampai kepada industri perusahaan. Maka dengan itu tidak jarang
hampir seluruh masyarakat menikmati apa itu agribisnis.
Kegiatan agribisnis yang pelaku utamanya adalah seorang petani sering kurang
memperhatikan masalah lingkungan sekitar dalam menjalankan kegiatannya. Maka dengan
itu, dalam berjalannya kegiatan agribisnis ada beberapa faktor- faktor dalam lingkungan
agribisnis yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Lingkungan Operasional (Operational Environment) yang terdiri dari seluruh stakeholder
yaitu pemasok, pesaing, tenaga kerja, kreditur dan pelanggan yang seluruhnya saling
berkaitan dalam menjalankan kegitan agribisnis.
2. Lingkungan Industri (Industrial Environment) yang terdiri dari daya tawar pembeli dan
pemasok, permintaan dan penawaran, hambatan yang terjadi, kompetensi, dan juga
barang pengganti (substitusi)
3. Lingkungan Pendukung (Supporting Environment) yang terdiri dari ekonomi, sosial,
budaya, dan politik yang menjadi salah satu pengaruh kegiatan agribinis yang juga dapat
dijadikan sebagai pencegah terjadinya hambatan jalannya agribisnis (Purba dkk, 2020)
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa agribisnis memiliki peranan penting dalam
perekonomian Indonesia. Adapun peranan itu antara lain:
1. Agribisnis sebagai penghasil produk pangan bagi manusia.
2. Agribisnis berperan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Agribisnis merupakan
penyumbang tersebar PDB diluar dari migas. 8
3. Agribisnis berperan dalam perolehan devisa negara.
4. Agribisnis berperan dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan.
5. Agribisnis berperan dalam pelestarian lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan
pemanfaatan ekosistem alam yang memiliki potenai dalam pelestarian lingkungan hidup.
6. Agribisnis memiliki keterkaian sektor yang tinggi yang dilihat dari aspek produksi,
konsumsi, dan keterkaitan lainnya.
B. Sistem Agribisnis
Pertanian merupakan sektor kegiatan yang banyak melibatkan kegiatan- kegiatan
terkusus dalam kegiatan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kegiatan ini harus didukung
dengan sistem dan sub sistem agribisnis. Keterkaitan dan kerjasama antara sub-sistem

4
agribisnis akan membuat kegiatan agribisnis berjalan lancar bahkan mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Kegiatan ini juga akan mendukung terpenuhnya kebutuhan konsumen.
Sistem agribisnis memiliki bagian yang saling berkaitan yang sering disebut dengan
subsistem agrbisnis. Subsistem yang saling berkaitan berperan sebagai pembantu jalannya
kegiatan agribisnis..
Subsistem pengadaan dan distribusi darana dan prasarana
Subsistem ini mengarah kepada penyediaan sarana malai dari kegiatan hulu agribisnis sampai
kepada kegiatan hilir agribisnis. Subsistem berfungsi untuk penyediaan bahan dan alat
pertanian yang dibutuhkan. Adapun bagian dari subsistem ini meliputi antara lain:
- Benih dan bibit sebagai tanaman awal yang akan diproduksi ketika sudah cukup umur
tanamnya
- Pupuk sebagai media perangsang pertumbuhan tanaman
- Obat- obatan membantu untuk menghindari hama dan penyakit pada tanaman
- Alat dan mesin pertanian yang menjadi pembantu pengerjaan terhadap petani dan untuk
efisiensi biaya dan waktu
- Media tanam adalah tempat dimana tanaman tumbuh dan besar, media tanam juga tembah
ditaburkannya pupuk perangsang pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik adalah
media yang banyak mengandung unsur yang diperlukan tanaman
- Pakan bagi peternakan berperan sebagai kebutuhan utama terhadap ternak. Pakan yang
baik akan mendukung pertumbuhan yang baik dan sehat terhadap ternak
Subsistem produksi pertanian
Subsistem produksi pertanian merupakan subsistem bagian- bagian dari kegiatan
pertanian. Bagian kegiatan pertanian yang biasa dipakai konsumen baik itu untuk konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi industri. Adapun bagian dari subsistem produksi agribisnis
antara lain:
- Pertanian tanaman pangan merupakan pertanian yang menyediakan kebutuhan konsumsi
pokok para konsumennya. Contohnya adalah tanaman padi, jagung, ubi, gandung dan
lainnya.
- Pertanian tanaman hortikultura adalah pertanian yang berfungsi sebagai pelengkap dari
kebutuhan pokok untuk memenuhi nutrisi tubuh kosumen. Adapun jenis tanaman
hortikulutura adalah tanamana sayur- sayuran.
- Petanian perkebunan merupakan kagiatan pertanian tanaman keras yang umur panen 10
sampai 15 tahun. Biaya produk tanaman perkebunan ini dipakai konsumen sebagai

5
kebutuhan rumah tanggga yang diolah oleh kegiatan industri untuk menjadikan nilai
tambah dalam olahannya.
- Perikanan merupakan bagian dari kegiatan pertanian yang bergerak pada budidaya ikan.
- Peternakan adalah bagian dari kegiatan pertanian sama dengan perikanan. Akan tetapi
kegiatan ini terkhusus pada komoditi ternak seperti sapi, kerbau, ayam, kambing dan lain
sebagainya.
- Kehutanan merupakan kegiatan pertanian pada komoditi tanaman hutan.
Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian
Subsistem ini merupakan subsistem pada kegiatan pascapanen sampai pada pengolahan
industri sehingga menjadi nilai tambah dari produk pertanian tersebut.
Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran merupan subsitem lanjutan dari subsistem pengolahan hasil
pertanian. Subsistem pemasaran adalah kegiatan dalam pemasaran produk hasil pertanian
murni dan juga pemasaran hasil produksi dari olahan industri yang sudah memiliki nilai
tambah.
Subsistem Penunjang
Subsistem penunjang merupakan subsistem yang mendukung kegiatan pertanian yang
diluar dari bagian pertanian. Subsistem ini berperan sebagai pendukung untuk peningkatan
produksi dan hasil pertanian. Adapun bagian dari subsistem penunjang seperti pihak finansial
bank, asuransi, dan kredit, dan ada juga dari pihak kosultan dan training.
Dipandang dari segi pendekatan analisis sistem agribisnis, ada dua model pendekatan
sistem agribisnis antara lain:
Pendekatan Analisis Makro
Pedekatan analsisi makro merupakan pendekatan yang memandang sistem agribisnis dari
sudut pandangan nasional. Melihat sistem agribisnis dengan hubungan ekonomi nasional.
Pendekatan Analisis Mikro
Pendekatan analisis mikro merupakan lebih menekankan kepada memaksimalkan keuntungan
melalui pengoptimalan lahan, penggunaan input (sumberdaya). Aktivitas pertanian dipandang
dari sisi agribisnis bukan lagi kebiasaan turun temurun akan tetapi sudah menjadi kegiatan
yang menjadikan usaha pertanian. Dari segi analisis mikro, agribisnis dibagi dari sektor
ekonomi yang saling berkaitan antara lain:
- Pasokan input seperti sumberdaya alam
- Produksi pertanian mulai dari hulu sampai kepada hilir
- Pemasaran produk merupakan kelanjutan penangan pascapanen
7

C. Subsistem Agribisnis
Subsistem pengadaan dan distribusi Sarana dan prasarana
Subsistem ini mengarah kepada penyediaan sarana malai dari kegiatan hulu agribisnis
sampai kepada kegiatan hilir agribisnis. Subsistem berfungsi untuk penyediaan bahan dan alat
pertanian yang dibutuhkan.
Subsistem produksi pertanian
Subsistem produksi pertanian merupakan subsistem bagian- bagian dari kegiatan
pertanian. Bagian kegiatan pertanian yang biasa dipakai konsumen baik itu untuk konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi industri.
Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian
Subsistem ini merupakan subsistem pada kegiatan pascapanen sampai pada
pengolahan industri sehingga menjadi nilai tambah dari produk pertanian tersebut.
Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran merupan subsitem lanjutan dari subsistem pengolahan hasil
pertanian. Subsistem pemasaran adalah kegiatan dalam pemasaran produk hasil pertanian
murni dan juga pemasaran hasil produksi dari olahan industri yang sudah memiliki nilai
tambah.
Subsistem Penunjang
Subsistem penunjang merupakan subsistem yang mendukung kegiatan pertanian yang
diluar dari bagian pertanian. Subsistem ini berperan sebagai pendukung untuk peningkatan
produksi dan hasil pertanian. Adapun bagian dari subsistem penunjang seperti pihak finansial
bank, asuransi, dan kredit, dan ada juga dari pihak kosultan dan training.
Dipandang dari segi pendekatan analisis sistem agribisnis, ada dua model pendekatan
sistem agribisnis antara lain:
Pendekatan Analisis Makro
Pedekatan analsisi makro merupakan pendekatan yang memandang sistem agribisnis dari
sudut pandangan nasional. Melihat sistem agribisnis dengan hubungan ekonomi nasional.
Hubungan ekonomi nasional seperti Produk Domestik Bruto (PDB), Ekport dan Import
produk pertanian, Penyerapan tenaga kerja nasioal, penambahan devisa negara, dan lain
sebagainya.
Pendekatan Analisis Mikro
Pendekatan analisis mikro merupakan lebih menekankan kepada memaksimalkan keuntungan
melalui pengoptimalan lahan, penggunaan input (sumberdaya). Pertanian di era sekarang
bukan lagi pertanian sebagai way of life (jalan hidup) melainkan sudah menjadi usaha untuk
mendapatkan keuntungan. Aktivitas pertanian dipandang dari sisi agribi snis bukan lagi
kebiasaan turun temurun akan tetapi sudah menjadi kegiatan yang menjadikan usaha
pertanian.

D. Etika Agribisnis
Pengertian Etika
Kata ‘etika’ berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yai
tu, tempat yang biasa ditinggali, kandang, padang rumput, kebiasaan, adapt, akhlak, watak, pe
rasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaa
n. Arti jamak inilah yang digunakan Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjuk pada etika s
ebagai filsafat moral. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata latin mos (jamaknya mores) yang
juga berarti kebiasaan atau adat. Kata ‘moralitas’ dari kata Latin ‘moralis’ dan merupakan abs
traksi dari kata ‘moral’ yang menunjuk kepada baik buruknya suatu perbuatan. Dari asal kata
nya bisa dikatakan etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan. Pe
ndeknya, etika adalah ilmu yang secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi moral, b
ukan dari fisik, etnis dan sebagainya.
Etika berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan, jadi etika memiliki arti tata cara
atau kebiasaan manusia yang beasaskan akhlak (moral). Jadi etika ini sangat erat kaitannya
dengan akhlak (moral) yang di dalam islam semua sudah diatur baik dalam Al- quran dan
Hadist. Salah satu etika yang diajarkan dari firman Allah SWT dalam QS Al- Ahzab: 70 yang
berarti “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
Perkataan yang benar”. Bertakwa dan perkataan yang benar pada ayat ini yang menunjukkan
nilai etika pada diri seseorang baik kepada Allah maupun sesama manusia.
Etika juga dapat dikaitkan dengan etiket, yang mana etika berarti kebiasaan dan etiket
adalah sopan santun. Kedua istliah ini sangat dekat satu sama lain dan merupakan perilaku
manusia walaupun artinya berbeda.
Menurut Ki Hajar Dewantara didefinisikan bahwa etika adalah ilmu yang
mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan
dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Konsep Etika
Konsep etika sebagai ilmu juga ditekankan dalam buku yang ditulis Aristoteles “Etika
Nikomacheia” yang menyatakan istilah terminius techicus yaitu etika dipelajari untuk ilmu pe
ngetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.

Perkembangan Etika
Perkembangan etika terbagi dalam 4 perkembangan zaman:
a. Etika Periode Yunani
b. Etika Abad Pertengahan
c. Etika Periode Bangsa Arab
d. Etika Periode Abad Modren
Nilai- Nilai dalam Etika
Tanggung Jawab (Responsibility)
Suatu pengakuan dari perusahaan bahwa keputusan bisnis dapat mempengaruhi
masyarakat (komunitas dan lingkungannya) dan secara luas meliputi tanggung jawab
perusahaan terhadap pelanggan, karyawan.

Etika Bisnis & Keputusan Pendapatan Nilai


tangungjawab Sosial Bisnis Perusahaan Perusahaan

Dalam kegiatan bisnis yang harus diperhatikan yang paling utama adalah
pelanggang. Sumber pemasukan dalam bisnis adalah pelanggan perlu perlakuan khusus
termasuk dalam tanggung jawab. Ada dua tanggung jawab perusahaan yang harus diberikan
pada pelanggan meliputi:
Tanggung Jawab Produksi :
Produk harus diproduksi dengan keyakinan menjaga keselamatan pelanggan. Label
peringatan harus ada guna mencegah kecelakaan karena salah dalam penggunaan dan adanya
efek samping
Tanggung Jawab Penjualan :
Perusahaan tidak melakukan strategi penjualan yang terlalu agresive atau iklan yang
menyesatkan. Perlu survey kepuasan pelanggan, dimana yang bersangkutan diperlakukan
sebagaimana mestinya.
Dalam kesempatan ini ada beberapa cara menjamin tanggung jawab sosial kepada
pelanggang agar kegitaan bisnis kita tetap di percaya dan memiliki citra baik di mata
pelanggan.
Keadilan (Fairnes) 10
Nilai keadilan ini sangat perlu di tekankan dalam kegiatan bisnis. Karena semua
yang terlibat dalam kegiatan bisnis harus mendapatkan hak yang sam a. Tidak membeda-
bedakan siapa pun yang terlibat dalam kegiatan bisnis. Dengan menerapkan nilai seperti ini
maka kegiatan bisnis akan berjalan sengan baik.
Kejujuran (Honesty) 9

Prinsip kejujuran sangat perlu dan penting dilakukan oleh para pelaku kegiatan bisnis.
Salah satu kunci kesuksesan dari kegiatan bisnis adalah kejujuran. Bisnis yang jujur adalah
bisnis yang baik di mata para konsumennya. Kejujuran yang diperlukan adalah kejujuran baik
baik sesama pelaku, pemberi saham, dan yang paling utama adalah konsumen.
Ketidakjujuran dari kepada konsumen merupakan awal dari kehancuran kegiatan bisnis.
Karena menyebabkan ketidakpercayaan bagi konsumen terhadap kegiatan bisnis itu lagi.
Akuntabilitas (Acuntability)
Nilai akuntabilitas ini harus diterapkan dalam kegiatan bisnis karena apabila tidak ada
pertanggungjawaban yang dilakukan dalam perjalan kegiatan maka tidak akan terkontrol
dengan baik. Akuntabiilitas disini adalah baik kegiatan yang berhasil maupun yang tidak
berhasil.
Transparan (Transparancy)
Transparan merupakan nilai yang dekat dengan nlai kejujuran. Karena
transparan adalah keterbukaan antara sesama yang terlibat dalam kegiatan bisnis. Dengan
adanya transparansi diantara pelaku kegiatan bisnis, maka saling percaya tumbuh diantara
sesama. Dengan adanya rasa saling percaya sehingga kegiatan bisnis berjalan baik dan lancar.

E. Risiko Dan Ketidakpastian


Pengertian Risiko dan Ketidakpastian
Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya
terukur secara kuantitatif. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian,
di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu
kerugian. Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.

Berikut ini beberapa pengertian risiko dari beberapa sumber buku:


 Menurut Griffin (2002:715), risiko adalah ketidakpastian tentang peristiwa masa depan
atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. 
 Menurut Hanafi (2006:1), risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.

Sedangkan Menurut Vaughan (1978), risiko memiliki beberapa arti dan definisi, yaitu:

1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian). Chance of loss berhubungan
dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu
statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya
situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga
risiko tidak ada. 
2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah possibility
berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Namun,
definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. 
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Uncertainty bersifat subjective dan
objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko
yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective
uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut. 
4. Risk is the dispersion of actual from expected results (risiko merupakan penyebaran
hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai
derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-
rata. 
5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (risiko adalah
probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Risiko
bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome
yang berbeda dari yang diharapkan.

Ketidakpastian diartikan sebagai suatu situasi pada suatu keadaan atau kejadian di masa
mendatang yang tidak dapat diduga secara pasti. Para pengambil keputusan dapat saja
memiliki pengetahuan atau tingkat kepercayaan tentang kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi, sehingga bila berbagai kemungkinan yang akan terjadi itu diberikan peluang
yang sama, maka kita sudah menyatakan ketidakpastian itu.

Jenis-Jenis Risiko dan Sumber-Sumber Risiko


1. Jenis-Jenis Risiko
Menurut Hanafi (2006:6), terdapat dua jenis risiko secara umum, yaitu:
a. Risiko murni (pure risk)

Risiko murni adalah ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau dengan kata
lain hanya ada suatu peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko
murni adalah suatu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian dan 11

apabila tidak terjadi maka tidak menimbulkan kerugian namun juga tidak
menimbulkan keuntungan.

b. Risiko spekulasi (speculative risk)

Risiko spekulasi adalah risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua


kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian finansial atau memperoleh
keuntungan. Risiko ini akibatnya ada tiga macam: rugi, untung atau break event,
contohnya adalah investasi saham di bursa efek, membeli undian dan sebagainya.

Sedangkan menurut Jorion (1997), terdapat beberapa tiga jenis risiko pada suatu
perusahaan, yaitu:
a. Risiko bisnis (business risk)
5
Risiko bisnis adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan atas kualitas dan
keunggulan pada beberapa produk pasar yang dimiliki oleh perusahaan. Risiko seperti
ini hadir karena adanya ketidakpastian dari aktivitas-aktivitas bisnis seperti inovasi
teknologi serta desain produk dan pemasaran.

b. Risiko Strategi (strategic risk)

Risiko strategi muncul karena adanya perubahan fundamental pada lingkungan


ekonomi atau politik. Risiko strategi sangat sulit untuk dihitung karena berhubungan
dengan hal-hal makro di luar perusahaan, seperti kebijakan ekonomi, iklim politik dan
lain-lain.

c. Risiko keuangan (financial risk)

Risiko finansial merupakan risiko yang timbul sebagai akibat adanya pergerakan
pada pasar finansial yang tidak dapat diperkirakan. Risiko ini berkaitan dengan
kerugian yang mungkin dihadapi dalam pasar finansial, seperti kerugian akibat
pergerakan tingkat suku bunga atau adanya kegagalan (defaults) dalam obligasi
finansial.

2. Sumber-Sumber Risiko
sumber risiko sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Nelson et al.
(1978) menyatakan, faktor risiko di bidang pertanian berasal dari faktor berikut ini :
a. Risiko produksi terjadi karena variasi hasil akibat berbagai faktor yang sulit
12
diduga, seperti cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan waktu pelaksanaan
kegiatan.

b. Risiko harga dan pasar biasanya dikaitkan dengan keragaman dan


ketidaktentuan harga yang diterima petani dan yang harus dibayarkan untuk input
produksi. Jenis keragaman harga yang dapat diduga antara lain adalah trend harga,
siklus harga, dan variasi harga berdasarkan musim.

c. Risiko usaha dan finansial berkaitan dengan pembiayaan dari usaha yang
dijalankan, modal yang dipengaruhinya serta kewajiban kredit. Risiko usaha
menjadi makin tinggi bila modal investasi atau pinjaman modal usaha menjadi
lebih banyak.

d. Risiko teknologi, berkaitan dengan perubahan yang tejadi setelah pengambilan


keputusan dan akibat cepatnya kemajuan teknologi. Adopsi teknologi baru yang
terlalu cepat atau terlalu lambat merupakan risiko yang harus dihadapi.
e. Risiko kerusakan merupakan sumber risiko tradisional, misalnya kehilangan
harta karena kebakaran, angin, banjir atau pencurian. Kehilangan yang disebabkan
oleh tingginya inflasi dirasakan makin meningkat.
f. Risiko faktor manusia berkaitan dengan perilaku, kesehatan, dan sifat-sifat
seseorang yang tidak terduga sehingga dapat mengakibatkan risiko dalam usaha
tani. Kehilangan pekerja utama pada saat keahliannya diperlukan dapat
mempengaruhi tingkat produksi yang akan dicapai.

Strategi Pengelolaan Risiko


Pengelolaan resiko merupakan upaya untuk menghindari atau mengurangi dampak resiko
yang telah teridentifikasi. Strategi pengelolaan resiko pada bidang pertanian terdiri dari:
strategi budidaya, strategi pembagian resiko, diversifikasi, jaminan sosial, pasar berjangka,
atau asuransi. Adapun alat pengelolaan resiko antara lain asuransi pertanian (asuransi biaya,
asuransi hasil, asuransi pendapatan, asuransi indeks meteorologi), contract farming, atau
perdagangan berjangka komoditas pertanian. Strategi pada tingkat budidaya ditekankan
kepada manajemen budidaya termasuk pemilihan produk dengan resiko rendah, atau produk
dengan siklus produksi yang pendek, memberikan kecukupan likuiditas, dan diverisifikasi
produk. Strategi pembagian resiko termasuk kontrak produksi dan pemasaran, integrasi
vertikal, pasar berjangka, partisipasi pada pendanaan bersama dan asuransi. Pa sar berjangka
akan membantu mengurangi resiko harga pada jangka pendek, dan pada saat yang bersamaan
akan meningkatkan transparansi pembentukan harga. Strategi diversifikasi dilakukan melalui
peningkatan pendapatan yang bersumber dari kegiatan di luar pertanian. Jaring pengaman
merupakan sebuah strategi pengelolaan resiko yang disediakan oleh pasar. Resiko produksi
dapat dilindungi dengan asuransi jika resiko sedikit berhubungan dengan invidu yang telah
terlindungi oleh asuransi dan jika petani dengan perusahaan asuransi membangun informasi
yang simetri.

F. Pencatatan
Pengertian Pencatatan
Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap yang akan dan telah di lakukan untuk
merekam dalam bentuk tulisan secara rinian rencana kegiatan yang akan dilakukan dan
merekam hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Menurut Henry Simamora (2000:4) mengemukakan bahwa yaitu :Pencatatan adalah


pembuatan suatu catatat pembukuan , kronologis kejadian yang terjadi , terukur melalui suatu
cara yang sistematis dan teratur.

Menurut Mulyadi (2008:196) mengemukakan bahwa :pencatatan adalah suatu urutan ketiga
klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat
untuk menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang.

Pencatatan usahatani dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) pencatatan data inventaris, (2)
Pencatatan data produksi, dan (3) pecatatan keuangan.

1. Pencatatan Data Inventaris


Mencatat seluruh inventaris yang dimiliki petani pada suatu waktu tertentu, menilai
masing-masing inventaris untuk membantu dalam penetapan kekayaan dan hutang,
membandingkan nilai inventaris pada tahun tersebut dengan tahun sebelumnya dan
sebagai dasar untuk membuat neraca yang sangat penting dalam pelaporan usahatani.
Pecatatan data inventaris ada dua, yaitu (1) catatan inventaris usaha sederhana dan (2)
catatan inventaris usaha perbandingan. 15
Contoh-contoh catatan inventaris: inventaris produk tanaman dan ternak, inventaris me
sin-mesin usahatani, inventaris bangunan usahatani, inventaris ternak dan perbandingan
inventaris produksi usahatani.
2. Pencatatan Data Produksi
Mencatat jumlah produksi usahatani dengan satuan yang sesuai, misalnya kh/ha,
liter/hari; mencatat semua bahan/sarana produksi yang digunakan dalam proses produksi;
mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan dalam proses usahatani; mencatat seluruh
tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi usahatani; mencatat bagian produksi
yang dikonsumsi sendiri dan membandingkan jumlah produksi pada tahun tersebut
dengan
3. Pencatatan Keuangan
Menentukan keberhasilan usahatani dalm bentuk profitabilitas dalam periode atau siklus
tertentu, menentukan keadaan umum keuangan pelaku usahatani pada suatu waktu
tertentu, memperkirakan kemampuan usahatani untuk memenuhi tuntutan kreditur,
perubahan dan tuntutan perluasan, menganalisis kecenderungan prestasi kerja sehubungan
kemampuan usahatani, dan memilih cara penggunaan sumber-sumber daya untuk masa
mendatang dari berbagai alternatif yang tersedia.

Kegunaan Pencatatan
Kegunaan pembukuan/pencatatan usahatani:

1. Untuk memperkirakan keadaan/posisi usahatani,


2. sebagai dasar pengambilan keputusan,
3. Menyediakan data dasar yang dipergunakan untuk: perencanaan usahatani menghitung
dan mengetahui untung rugi usahatani menghitung daya guna dan hasil guna usahatani
menilai tingkat kemajuan dan perkembangan usahatani memberikan informasi langkah-
langkah pemecahan masalah, kegunaan lain, contoh untuk sewa-menyewa, membuat
kontrak-kontrak baru, mencegah salah pengertian diantara mitra, menetapkan peraturan
dalam penyertaan usaha, menyediakan informasi dasar tentang kekayaan yang dimiliki
pada suatu waktu tertentu.

Prinsip-Prinsip Akuntansi
16

Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses akuntansi.
Pemakaian prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap produk
akuntansi sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau permasalahan. Selain itu,
laporan keuangan sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca dan dipahami oleh semua
pihak. Karena itu perlu adanya penyeragaman pada prosedur akuntansi. Dan terciptalah
prinsip akuntansi yang dikenal dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Adapun prinsip-prinsip akuntansi berterima umum tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini
mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu
perusahaan adalah sebuah kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan
terpisah dengan pribadi pemilik ataupun entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri
dan terpisah adalah dalam hal aset atau kekayaan perusahaan.

2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah
penilaian dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu.
Prinsip ini bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur. Periode
akuntansi yang umum dipakai dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai
tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam
bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non
kuantitatif ini seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-
faktor ini tidak termasuk dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun
dilaporkan dalam bentuk uang.

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas
suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang atau jasa tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi,
maka yang dinilai dan dicatat adalah harga jadi yang disepakati bersama.
5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)
17
Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan
beroperasi terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada
perusahaan yang menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali
terjadi peristiwa tertentu misal bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi


keuangan secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna
informasi akuntansi.

7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
usaha seperti penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar
yang digunakan untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang
diperoleh atas transaksi keuangan tersebut.

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan


atau di-matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk
menentukan nilai penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada
prinsip pengakuan pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka
pembebanan biaya tidak bisa dilakukan. (Baca juga : Manfaat Jurnal Khusus )

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan
keuangan secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan
kebijakan yang digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada
suatu periode bisa diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode
sebelumnya, sehingga bisa memberikan manfaat bagi para penggunanya.

10. Prinsip Materialitas


Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan
akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa
dijual. Jika tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

18
G. Lingkungan Agribisnis
Pengertian Lingkungan Agribisnis
Usaha agribisnis adalah suatu institusi atau organisasi bisnis yang berusaha di dalam
salah satu subsistem, beberapa subsistem atau secara terpadu total di dalam sistem agribisnis
yang dikelola dengan keterampilan manajerial yang baik untuk meraih keuntungan, material
maupun spiritual. Lingkungan agribisnis adalah segala sesuatu yang ada di luar batas sistem
agribisnis (sistem saprodi, budidaya tanaman, pengolahan usaha, pemasaran dan lembaga-
lembaga pendukung) dan memengaruhi keberlangsungan operasi sistem tersebut. Menurut
Susilawati (2005), faktor-faktor lingkungan sangatlah memberikan pengaruh dalam
penentuan keberhasilan pengembanganagribisnis, faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal.

Menurut Yulianti (2011), sistem agribisnis memiliki lingkungan yang dibagi menjadi
2, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah
lingkungan yang turut membantu suatu sistem agribisnis yang berasal dari luar lingkungan
tersebut. Lingkungan eksternal sendiri dibagi menjadi 4 bagian diantaranya yaitu:

 Lingkungan kebijaksanaan dan kelembagaan (pemerintah)


Lingkungan kebijaksanaan dan kelembagaan (pemerintah) dapat berupa penentuan
kebijaksanaan dalam hal prioritas pengembangan baik sektor pertanian maupun sektor
industri, pengembangan komoditi prioritas, pengaturan pelayanan saprodi dan kredit
pertanian, pengaturan sistem keuangan pedesaan, peningkatan otonomi daerah serta
kebijaksanaan dalam penyuluhan.
 Lingkungan fisik teknis
Lingkungan fisik teknis meliputi letak geografis, keadaan tanah dan topografi,
keadaan iklim, keadaan sumber air, dan keadaan vegetasi.
 Lingkungan ekonomi bisnis
Lingkungan ekonomi bisnis meliputi keadaan infrastruktur, mekanisme pemasaran,
keadaan pasca panen, keadaan agroindustri, keadaan pembimbing koperasi, dan
keterlibatan pengusaha swasta.
 Lingkungan sosial budaya
Salah satu faktor luar yang berpengaruh terhadap aktivitas dalam sistem agribisnis
adalah lingkungan sosial budaya dari masyarakat baik berupa adat istiadat, tata nilai
budaya, stratifikasi/tingkat sosial, agama, serta tingkat kemampuan dan keberadaan
kelompok tani di wilayah lokalita.

Faktor-Faktor Lingkungan Agribisnis


Adanya batasan sistem membuat pemisahan antara sistem dengan lingkungan. Segala
sesuatu yang ada diluar batas sistem tersebut dan mempengaruhi operasi sistem itulah yang
disebut lingkungan. Tujuan mengenali lingkungan sistem agribisnis adalah untuk identifikasi
pengaruh lingkungan yang menguntungkan dan yang merugikan, kemudian mengelola faktor
yang menguntungkan atau mendukung sistem dan mengendalikan faktor yang merugikan
agar tidak mengganggu kelangsungan hidup sistem. Lingkungan dan hal-hal yang
mempengaruhi sistem agribisnis adalah:

1. Undang Undang dan Legalitas.


2. Strategi Bisnis (IFAS & EFAS).
3. Kebijakan Ekonomi Mikro Pemerintah.
4. Kebijakan Ekonomi Makro Pemerintah.
5. Situasi Ekonomi Internasional.
6. Lain-Lain.

Lingkungan Mikro dan Makro


Sistem agribisnis merupakan kesatuan totalitas atas kinerja agribisnis yang terdiri dari
subsistem hulu yang berupa kegiatan ekonomi dalam pengadaan input produksi (saprodi),
informasi, dan teknologi. Subsistem on darm (usahatani) yakni kegiatan produksi pertanian
primer komoditi tanaman dan hewan. Subsistem hilir terkait subsistem agribisnis pengolahan
dan subsistem pemasaran serta subsistem penunjang merupakan dukungan atas sarana dan
prasarana dan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan sistem agribisnis.
Kajian dalam sistem agribisnis dapat dilakukan dengan 2 pendekatan analisi, yaitu analisi
mikro dan analisis makro. Kedua pendekatan analisis ini memiliki orientasi penekanan yang
berbeda
1. Analsis Mikro
Pendekatan analisis mikro melihat bahwa agribisnis sebagai suatu unit usaha yang bisa
bergerak dalam salah satu ataupun keseleluruhan subsistem agribisnis, baik hanya pada satu
atau lebih subsistem dalam satu lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas. Kajian
dalam sistem agribisnis melalui pendekatan analisis mikro menekankan kepada pencapaian
efisiensi, optimal dan alokasi penggunaan input (sumber daya)., serta memaksimalkan
keuntungan. Pertanian bukan lagi sebagai way of life, tetapi aktivitas pertanian didasarkan
pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Oleh karena itu, dalam
analisis mikro agribisnis didefinisikan sebagai tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan.
Ketiga sektor agribisnis tersebut adalah (a) the input supply sector, (b) the farm production
sector, dan (c) the product marketing sector.
2. Analisis Makro 20
Pendekatan analisis makro memandang bahwa agribisnis sebagai unit sistem industri dari
19
suatu komoditas tertentu yang mampu membentuk sebuah sektor ekonomi secara regional
maupun nasional. Dalam analisis makro, sistem agribisnis berkaitan dengan produk domestik
bruto, pendapatan nasional, peningkatan ekspor, upaya substitusi impor, inflasi, devaluasi,
penurunan tingkat pengangguran serta komponen ekonomi makro lainnya.

H. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi suatu usahatani. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan
keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan
untuk usahatani yang dijalankan. Dengan demikian, perencanaan strategi harus menganalisa
faktor-faktor strategi usahatani (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi
yang saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity)
dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness)
(Rangkuti, 2004).

Menurut Irham Fahmi (2013) untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka
perlu dilihat faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal sebagai bagian penting
dalam analisis SWOT, yaitu:

1. Faktor Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal adalah proses mengidentifikasi dan mengevaluasi


karakteristik usahatani seperti sumber-sumber, kapabilitas, dan kompetensi inti. Melalui
analisis lingkungan internal akan diketahui kekuatan dan kelemahan suatu usahatani,
sehingga petani dapat mengetahui kinerja masa lalu dan dapat memproyeksi kondisi masa
depan (Lestari, 2011). Manajemen harus mampu mengelola faktor internalnya dan
beradaptasi dengan faktor eksternalnya.
Menurut David (2012) pendekatan fungsi bisnis berupaya mengidentifikasikan dan
menilai faktor-faktor internal yang mencakup kemampuan perusahaan, dan keterbatasan yang
biasanya dikategorikan sebagai berikut:

1) Manajemen
21
Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang mencakup
sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumberdaya manusia dan keuangan. Fungsi
manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian.

2) Pemasaran

Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi


kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran:
analisis pelanggan, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan
harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. Dengan memahami fungsi-fungsi ini
akan membantu dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
pemasaran.

3) Keuangan

Kondisi keuangan sering dijadikan ukuran tunggal terbaik dalam menentukan posisi
persaingan. Selain itu, kondisi keuangan perusahaan juga dapat menjadi daya tarik bagi
investor. Penetapan kekuatan dan kelemahan finansial sebuah perusahaan sangat penting
untuk memformulasikan strategi secara efektif.

4) Produksi dan Operasi

Produksi dan operasi dalam suatu perusahaan merupakan seluruh aktivitas yang merubah
input menjadi output yang berupa barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi erat
kaitannya dengan input, proses dan output.

5) Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan biasanya diarahkan pada produk-produk baru sebelum


pesaing melakukannya, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pemasaran serta
mendapatkan keunggulan dari biaya melalui efisiensi.

2. Faktor Lingkungan Eksternal


Menurut David (2009) perubahan dalam kekuatan eksternal terjadi karena perubahan dari
permintaan konsumen akan produk dan jasa. Harapan penilaian eksternal disini adalah untuk
mengetahui akan peluang dan ancaman yang akan terjadi. Mengidentifikasi dan
mengevaluasi peluang dan ancaman eksternal memampukan organisasi untuk
mengembangkan suatu misi yang jelas, merancang strategi guna mencapai tujuan jangka
panjang, dan mengembangkan berbagai kebijakan untuk meraih tujuan tahunan. Kekuatan
lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori besar yaitu:

1) Kekuatan Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu
perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah
siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa,
produktivitas, dan tenaga kerja.

2) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap
hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Aspek kondisi sosial seperti sikap, gaya
hidup, adat-istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan,
sebagai yang dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius,
pendidikan dan etnis.

3) Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Perusahaan dan industri baru yang bergantung pada kontrak pemerintah atau subsidi,
ramalan politik dapat menjadi bagian yang paling penting dalam audit eksternal. Perubahan
dalam undang-undang paten, tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat mempengaruhi perusahaan
secara signifikan. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia
usaha, begitu pula sebaliknya.

4) Kekuatan Teknologi

Sekarang ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang
bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi tidak hanya mencakup
penemuan-penemuan baru, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode
baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
5) Kekuatan Kompetitif (Analisis Lingkungan Industri)

Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang
digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Menurut Porter,
persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan yaitu persaingan
antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan
produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan kekuatan tawar-menawar
konsumen.

Kekuatan dan Kelemahan Pertanian di Kota Medan 22

Kekuatan

Kekuatan (Strength) pengembangan Sentra Pertanian Perkotaan (Urban Farming) di Tani


Kreatif, Kota Medan Faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) pengembangan sentra
pertanian perkotaan (urban farming) di Tani Kreatif, Kota Medan adalah sebagai berikut :
1) Memiliki Visi, Misi dalam Pengembangan Urban Farming
2) Komitmen Mengembangkan Urban Farming
3) Kemampuan Mengakses Informasi Dengan Baik
4) Memberikan Service Yang Baik Terhadap Konsumen
5) Jaringan Komunikasi Yang Baik Antar Anggota Organisasi
6) Suasana Lingkungan Kerja Yang Kondusif
7) Memiliki Reputasi Yang Baik Sebagai Produsen Tanaman Organik
8) Melakukan Penelitian Dan Pengembangan
9) Menggunakan Teknologi Sederhana
Kelemahan Pertanian di Kota Medan
Kelemahan (Weakness) pengembangan Sentra Pertanian Perkotaan (Urban Farming) di Tani
Kreatif, Kota Medan Faktor-faktor yang menjadi kelemahan (weakness) pengembangan
sentra pertanian perkotaan (urban farming) di Tani Kreatif, Kota Medan adalah sebagai
berikut :
1) Kurangnya Jejaring Kerja (Networking)
2) Kurangnya Manajemen
3) Produk-Produk Yang Dihasilkan Kurang Inovatif
4) Kurangnya Modal Usaha Yang Dimiliki
5) Kurangnya Kapasitas Produk Yang Diproduksi
6) Kurang Efektifnya Kegiatan Promosi Yang Dilakukan
7) Kurangnya Kompetensi Tenaga Kerja

Peluang dan Ancaman Pertanian di Kota Medan


Peluang
Faktor-faktor yang menjadi peluang (oppurtunities) pengembangan sentra pertanian
perkotaan (urban farming) di Tani Kreatif, Kota Medan adalah sebagai berikut :
1) Memiliki Lingkungan Usaha Yang Kondusif
2) Semakin Meningkatnya Trend Urban Farming
3) Memiliki Pelanggan Yang Loyal
4) Meningkatnya Kesadaran Masyarakat Untuk Mulia Berusahatani
5) Adanya Isu Global Warming Dan Kerusakan Lingkungan
6) Membaiknya Perekonomian Nasional
7) Banyaknya Konsumen Potensial Disekitar Lokasi Usaha
8) Adanya Peluang Untuk Masuk Pasar Global (Ekspor)
9) Adanya Insentif dan Kebijakan yang Diberikan Pemerintah

Ancaman 23

Faktor-faktor yang menjadi ancaman (threats) pengembangan sentra pertanian perkotaan


(urban farming) di Tani Kreatif, Kota Medan adalah sebagai beikut :

1) Meningkatnya Jumlah Bisnis Ekowisata Di Kota Medan


2) Berlakunya Sistem Regulasi Dan Perpajakan Untuk Usaha Yang Dijalankan
3) Rumitnya Persyaratan Untuk Memasuki Pasar Global (Ekspor)
4) Masuknya Pendatang Baru
5) Adanya Inflasi dan Kenaikan Harga Input
25

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan 24

 Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya


terukur secara kuantitatif. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat
menimbulkan suatu kerugian. Ketidakpastian diartikan sebagai suatu situasi pada
suatu keadaan atau kejadian di masa mendatang yang tidak dapat diduga secara pasti.
Para pengambil keputusan dapat saja memiliki pengetahuan atau tingkat kepercayaan
tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, sehingga bila berbagai
kemungkinan yang akan terjadi itu diberikan peluang yang sama, maka kita sudah
menyatakan ketidakpastian itu.
 Pencatatan dan pembukuan usaha dalam agribisnis merupakan bentuk pengukuran
tertulis dari tingkat keberhasilan usaha. Maka dari itu dua hal ini mutlak diperlukan.
Pencatatan usaha sendiri merupakan serangkaian kegiatan untuk mencatat semua
aktivitas usaha yang dapat digunakan sebagai bahan laporan, sementara itu
Pembukuan usaha merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mencatat semua
perubahan atau transaksi yang telah dilakukan baik menyangkut uang atau barang-
barang berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan guna kelancaran usaha tersebut
 Lingkungan agribisnis adalah segala sesuatu yang ada di luar batas sistem agribisnis
(sistem saprodi, budidaya tanaman, pengolahan usaha, pemasaran dan lembaga-
lembaga pendukung) dan memengaruhi keberlangsungan operasi sistem tersebut.
Lingkungan dan hal-hal yang mempengaruhi sistem agribisnis adalah: Undang
Undang dan Legalitas, Strategi Bisnis (IFAS & EFAS), Kebijakan Ekonomi Mikro
Pemerintah, Kebijakan Ekonomi Makro Pemerintah, Situasi Ekonomi Internasional,
Lain-Lain.
 Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi suatu usahatani. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

26

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Fita Marito. 2020. Strategi Pengembangan Sentra Pertanian Perkotaan (Urban
Farming) di Tani Kreatif, Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan

Handoyo, Dodi. 2019. Potensi dan Peluang Usaha Tani dalam Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat (Studi Kasus Desa Sei Buluh Kabupaten Serdang Bedagai

Utary, Nur Meity, Tavi Supriana, Sri Fajar Ayu. 2013. Usahatani dan Strategi
Perkembangan Pertanian Organik Ventrikultur di Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan. Journal Of Agriculture and Agribusiness.

http://bombom240291.blogspot.com/2012/11/risiko-dalam-agribisnis-dan.html

https://www.scribd.com/doc/72864279/RISIKO-DAN-KETIDAKPASTIAN-DI-BIDANG-
PERTANIAN

https://text-id.123dok.com/document/ozl9m8mlz-sumber-sumber-risiko-agribisnis-tinjauan-
pustaka.html#:~:text=2.2.%20Sumber%2Dsumber%20Risiko%20Agribisnis,risiko%20pasar
%20dan%20risiko%20produksi.&text=Risiko%20produksi%20tersebut%20umumnya
%20meliputi,atau%20iklim%20yang%20tidak%20pasti.

https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-jenis-dan-sumber-risiko.html

https://balittro.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/09/6-Suci-Wulandari-
Manajemen-Resiko-Pengembangan-PO.pdf

https://dosenakuntansi.com/prinsip-prinsip-akuntansi
http://petanikreatif.blogspot.com/2012/01/perlukah-pencatatan-pembukuan-usaha.html

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/83224/PEMBUKUAN-USAHATANI/

http://tipsakuntansikeuangan.blogspot.com/2016/03/pengertian-pencatatan-dan-jurnal.html

Anda mungkin juga menyukai