Oleh :
INTAN ROMALA SARI HARAHAP
NIM: 2026115
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah “Resiko
dan Ketidakpastian Dalam Agribisnis” dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas Resiko dan Ketidakpastian Dalam Agribisnis. Dengan makalah ini
diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca dapat memilki pengetahuan yang
lebih luas mengenai ilmu Agribisnis.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris, yang sektor pertaniannya merupakan
mata pencaharian dari sebagian penduduknya. Di samping sebagai mata pencaharian
sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia. Bahan-bahan baku dari industri baik pangan maupun non pangan
merupakan hasil dari pertanian. Kebanyakan bahan baku yang merupakan hasil dari
pertanian mempunyai sifat yang mudah rusak (perishable) sehingga perlu pengolahan
yang lebih lanjut, pengolahan hasil pertanian tersebut biasanya dilakukan oleh
industri kecil atau rumah tangga sampai industri yang besar, maka dari itu hasil-hasil
dari komoditi pertanian sangat penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan sektor-
sektor lainnya, salah satunya adalah sektor industri.
Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan
pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar
penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi,
memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi
dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu
keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda
tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor
andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi
basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan
usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang
terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju
pertumbuhan ekonomi nasional.
Kontribusi sektor pertanian dalam membangun perekonomian Indonesia
dapat terlihat dari besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap PDB (Product
Domestic Bruto) Indonesia. Pada tahun 2013, triwulan kedua sektor pertanian
menyumbangkan 12,73 % (87,7 triliun) terhadap PDB Indonesia secara keseluruhan
yaitu sebesar 688,9 triliun, PDB tersebut dihitung berdasarkan harga konstan. (BPS,
1
2013). Melihat dari kontribusi sektor pertanian yang cukup tinggi terhadap PDB
Indonesia, maka perlu untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
Indonesia, salah satunya dengan meningkatkan hasil-hasil komoditi pertanian. Dalam
keberlangsungan untuk meningkatkan hasil dari produksi pertanian, terdapat banyak
kendala yang dihadapi petani sehingga tidak mampu meningkat hasil produksinya
melainkan malah sebaliknya akan menurunkan produksi pertanian.
Dalam usaha pertanian, petani banyak dihadapkan pada pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan risiko dan ketidakpastian. Yang dimaksud
pengambilan keputusan dengan melibatkan faktor risiko dan ketidakpastian adalah
bahwa petani tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Dalam pengambilan suatu keputusan terdapat banyak kemungkinan kejadian,
bergantung pada faktor-faktor lain di luar kemampuan petani untuk mengontrolnya.
Untuk mengetahui apa yang akan terjadi, biasanya digunakan berbagai informasi
tentang beberapa hal yang mungkin terjadi. Tingkat pengetahuan akan informasi ini
sangat bervariasi, mulai dari sangat tidak pasti sampai yang dapat diduga. Nelson et
al. (1978) menyatakan, faktor risiko di bidang pertanian berasal dari produksi, harga
dan pasar, usaha dan finansial, teknologi, kerusakan, social dan hukum, serta
manusia. Risiko dan ketidakpastian menjadi masalah karena dapat menyebabkan
sistem ekonomi menjadi kurang efisien. Sebagai contoh, karena meningkatnya
ketidakpastian, petani tidak memberikan pupuk pada takaran yang dianjurkan,
sehingga hasil yang dicapai rendah. Karena ketidakpastian, petani tidak mau
meningkatkan skala usahanya untuk efisiensi tenaga kerja dan peralatan.
Dampak risiko dan ketidakpastian di dalam usaha pertanian sangat besar dan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani, maka diperlukanlah suatu
strategi untuk menangani risiko dalam pertanian maupun usaha agribisnis. Ada
berbagai hal yang dapat dilakukan petani terkait dalam menangani risiko dan
ketidakpastian, yaitu salah satunya adalah sistem share leasing dalam usaha
pertanian. Untuk mengurangi dampak dari adanya risiko produksi, risiko harga dan
ketidakpastian lainnya petani menerapkan sistem share leasing yaitu berupa sistem
2
kelembagaan lahan yang dialihkan kepada petani lain. Penerapan sistem share leasing
yang banyak diterapkan petani di Indonesia adalah dengan sistem pembagian lahan
dan sistem bagi hasil produksi pertanian yang dikenal dengan istilah maro, marapat,
dan lain-lain. Dengan adanya sistem share leasing yang diterapkan dalam pertanian
ini diharapkan dapat menangani dan mengurangi risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi petani.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah menganalis share leasing sebagai sistem untuk
menangani risiko dan ketidakpastian yang dihadapi petani dalam usaha pertanian.
Selain itu juga untuk mengetahui penerapan sistem share leasing yang dilakukan oleh
petani di Indonesia (Studi Kasus).
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh
sebab itu risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi
seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan.
5
4. Risiko manusia atau orang
Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses
produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output
optimal. Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti adanya kelalaian
sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi.
5. Risiko keuangan
Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara petani dalam
mengelola keuangamya. Modal yang dimiliki dapat digunakan secara optimal
untuk menghasilkan output. Peminjaman modal yang banyak dilakukan oleh
petani memberikan manfaat seimbang berupa laba antara pengelola dan pemilik
modal.
Munculnya risiko pada perusahaan dapat disebabkan oleh faktor internal
maupun eksternal. Menurut Sofyan (2004), menyebutkan faktor-faktor penyebab
munculnya risiko itu pada umumnya berasal dari dua sumber, yakni sumber internal
dan sumber eksternal. Sumber internal terjadi karena masalah internal itu umumnya
lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh
di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik
suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya suatu daerah atau
negara, kondisi suplai atau pemasok.
6
(decision theory) berdasarkan konsep expected utility model (Moschini dan
Hennessy, 1999). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model
ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return
model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return)
tetapi kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah
berhubungan positif, dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka
pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Teori risiko terhadap
kepuasan ditunjukkan pada Gambar 1.
UTILITY UTILITY
INCOME INCOME
UTILITY
INCOME
RISK TAKER
Gambar 1. Hubungan Fungsi Kepuasaan dan Pendapatan
Sumber : Depertin, 1986
7
Debertin (1986), juga menjelaskan mengenai hubungan tingkat kepuasan
petani dengan keputusan strategi yang diambil pada tingkat risiko tertentu.
Sehubungan dengan Gambar 1, setiap petani yang ingin mendapatkan income
(pendapatan) yang lebih tinggi maka akan menghadapi risiko yang lebih besar,
dimana tingkat risiko selalu berbanding lurus dengan tingkat harapan pendapatan.
Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang
dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis
sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan
dengan besamya return yang akan diterima oleh pengarnbil risiko. Semakin besar
risiko yang dihadapi umurnnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga
akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap
pengambilan risiko. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Robison dan Barry, 1987 dalam Fariyanti,
2008).
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan
yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan
yang diharapkan.
3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk netral). Sikap ini
menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka
pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan
keuntungan yang diharapkan.
8
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah share leasing
merupakan salah satu bentuk penanganan risiko dalam usaha pertanian. Dampak
risiko dan ketidakpastian di dalam usaha pertanian sangat besar dan berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan petani, maka diperlukanlah suatu strategi untuk
menangani risiko dalam pertanian maupun usaha agribisnis. Dengan adanya sistem
share leasing yang diterapkan dalam pertanian ini diharapkan dapat menangani dan
mengurangi risiko dan ketidakpastian yang dihadapi petani. Penerapan leasing dalam
bidang pertanian kebanyakan merupakan share land, jadi dalam bentuk hubungan
kerjasama pemilik lahan dengan petani penggarap dan petani penyewa. Konsep dasar
dari leasing adalah perjanjian yang terjadi antara lessor dan lesse.
Dari studi kasus diatas, hubungan kerjasama antara pemilik lahan dengan
petani penggarap pada sistem Mawah tipe I dan II merupakan bentuk penanganan
risiko, sedangkan untuk sistem kontrak bukan merupakan penanganan risiko karena
beban risiko ditanggung oleh satu individu saja. Porsi pendapatan paling tinggi yang
diterima pemilik tanah ditemukan pada hubungan kerjasama sistem mawah tipe I.
Sedangkan pendapatan tertinggi petani penggarap diperoleh pada sistem kontrak.
Namun kekurangan yang didapat pada sistem kontrak adalah tidak ditemukan adanya
pembagian pendapatan dan tidak ada pembagian resiko yang harus ditanggung kedua
belah pihak secara bersama-sama. Pendapatan yang diterima pada sistem mawah tipe
dua memberikan pemerataan pendapatan yang relatif lebih baik dan adil kepada
petani penggarap dan pemilik tanah pada sawah beririgasi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Stastitik. 2013. Berita Resmi Statistik. No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus
2013.
Basyaib, F. 2007. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Grasindo.
Debertin, d.1. 1986. Agriculture Production Economics. Newyork: Macmilan
Publishing Company.
Edi, Marsudi. 2011. Identifikasi Sistem Kerjasama Petani Penggarap dan Pemilik
Tanah dalam Kaitannya dengan Pemerataan Pendapatan Petani Padi
Sawah Beririgasi (Studi Terhadap Kelembagaan petani pada Wilayah
Jaringan Sekunder Irigasi Dayah Daboh dan Lamcot, Kabupaten Aceh
Besar). Jurnal Agrisep Vol 12, No.1 2011.
Fariyanti, A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam
Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecarnatan
Pangalengan Kabupaten Bandung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Harwood, J et all. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and
Analysis. U.S: Economic Research Service
Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola
Risiko Operasional) Perusahaan. Jakarta: PPM.
_________, 2 0 0 6 . Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur
Linda Deelen, Mauricio Dupleich, Louis Othieno dan Oliver Wakelin. 2003. Leasing
For Small And Micro Entrepises. International Labaour Organization.
USA.
Lindon J. Robison, Peter J. Barry. 1986. The Competitive Firm’s Response to Risk.
Macmillan Publishing New York and Collier Macmillan Publishers
London.
Moschni, G. and D.A. Hennessy. 1999. Uncertainty, Risk Aversion and Risk
Management for Agricultural Proseducers. Publishers, Amsterdam:
Elsevier Science
10
Nelson A.G., G.L. Casler, and O.L. Walker. 1978. Making Farm Decision in a Risky
World: A guide book. South Eastern Agricultural Extension, USDA,
Oregon State-Cornell- Oklahoma State Universities.
Sofyan, I. 2004. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Graha Ilmu.
SOAL ESAI
3. Apa perbedaan antara risiko harga dengan risiko keuangan dalam agribisnis ?
Jawaban
Risiko harga dapat dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input yang
11
digunakan. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan. Hal ini lebih disebabkan
oleh proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan
input setiap periode memiliki harga yang berbeda. Kemudian adanya perbedaan permintaan
baik pada lini konsumen domestik maupun internasional. Perubahan harga yang dihadapi
oleh pelaku pertanian akan memepengaruhi minat dan kesediaan mereka untuk memproduksi
suatu jenis komoditi.
Cara sebuah bisnis dalm membiayai kegiatan bisnisnya merupakan sebuah hal yang
diperhatikan dan sering diprihatinkan dalam banyak perusahaan. Dalam hal ini, kegiatan
pertanian mempunyai kekhasan tersendiri. Risiko keuangan merupakan dampak yang
ditimbulkan oleh cara petani dalam mengelola keuangannya. Petani harus melakukan
usahanya dengan modal sendiri, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses
produksi, dan petani harus mengantisipasi semua biaya dan semua kemungkinan risiko yang
terjadi sebelum usahanya menghasikan dan bisa dipasarkan. Hal ini menyebabkan potensi
permasalahan arus kas yang diperburuk dengan kurangnya akses petani ke layanan kredit,
layanan asuransi dan tingginya biaya pinjaman. Selain itu, proses yang berbelit-belit dan
dipersulit dalam melakukan peminjaman modal dapat diklasifikasikan sebagai risiko
keuangan (Kountur, 2008).
Jawaban
5. Sebutkan beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat
menurunkan tingkat pendapatan petani!
12
Jawaban
13
Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya
produksi.
a. Teknologi
b. Ekonomi
c. Politik
d. Semua benar
2. Ada beberapa risiko yang dialami oleh pelaku agribisnis dalam berusaha, kecuali:
14
b. Risiko kerugian karena bencana alam
5. Sebutkan beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan
tingkat pendapatan petani?
a. Risiko hasil produksi
b. Risiko harga atau pasar dan Risiko institusi
c. Risiko manusia atau orang dan Risiko keuangan
d. Semua jawaban benar
15
a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan
yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
b. Pembuat keputusan yang cuek terhadap risiko (risk netral). Sikap ini
menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau
menaikkan keuntungan yang diharapkan.
c. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan
yang diharapkan.
d. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk netral). Sikap ini
menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau
menaikkan keuntungan yang diharapkan.
7. Dampak risiko dan ketidakpastian di dalam usaha pertanian sangat besar dan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani, maka diperlukanlah suatu
strategi untuk menangani risiko dalam pertanian maupun usaha agribisnis. Ada
berbagai hal yang dapat dilakukan petani terkait dalam menangani risiko dan
ketidakpastian, yaitu salah satunya adalah?
a. Sistem share leasing dalam usaha pertanian.
b. Sistem tumpang sari
c. Simtem Irigasi
d. Sistem yang modern
16
8. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan
pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar
penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi,
memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang
tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu
kecuali?
a. Produksi
b. keterkaitan input-output antar industri,
c. konsumsi
d. investasi.
dimana jika?
a. Tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga
meningkat.
b. Tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga
menurun.
c. Tingkat kepuasan menurun maka pendapatan yang akan diperoleh juga
meningkat.
d. Semua jawaban benar
17