Anda di halaman 1dari 16

PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIK

KEPERAWATAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah


Konsep Dasar Keperawatan 1

Dosen Pembimbing :
ROSLIANA DEWI, S.KP., M.H.KES., M.KEP

Disusun Oleh :
ERNA RIANA
HENI MARLINA
IHSYAN SAEPUL ALAM
SANTIKA WULANDARI
SOPYAN NURZAMAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan 1 dengan
pokok bahasan “Pengambilan Keputusan Legal Etik Keperawatan”. Tujuan
penyusunan makalah ini bagi kami adalah untuk melatih pemecahan masalah secara
ilmiah. Selain itu juga untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan 1.

Ucapkan terima kasih kami kepada semua pihak khususnya dosen mata
kuliah tersebut yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Sukabumi, 27 Maret 2020

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang integral dari pelayanan
kesehatan berfokus pada bio, psiko, sosial dan spiritual yang diberikan kepada
individu, keluarga,kelompok dan masyarakat. Sasaran pelayanan keperawatan
adalah manusia, maka dalam memberikan pelayanan perawat harus benar-benar
memperhatikan faktor etika karena sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dan teknologi dan dampaknya terhadap
kehidupan sosial, politik dan ekonomi membuat semakin tingginya perhatian
pada dimensi etika praktik asuhan keperawatan (Gold, 1995).
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah
semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya
sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.
Etika bagi perawat adalah suatu pedoman yang digunakan dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan etis baik dalam area praktek, pendidikan,
administrasi maupun penelitian. Etika keperawatan menghasilkan informasi
tentang moral, perawat yang peka terhadap masalah yang dihadapi, perawat yang
bertanggung-gugat dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan etis
dalam praktik keperawatan.
Kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang merupakan sesuatu yang
esensial dalam praktik keperawatan profesional. Dalam praktiknya sehari-hari
perawat berhubungan dengan pasien yang beraneka ragam dengan status
kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Perawat juga kadangkala
terlibat dalam sebuah permasalahan yang membingungkan untuk mengambil
keputusan disebut dengan masalah etika atau dilema etik dimana dalam
pembuatan keputusan tidak ada yang benar dan salah sehingga membuat perawat
menjadi bingung. Dengan demikian, di dalam makalah ini kami akan membahas
tentang “Pengambilan Keputusan Legal Etis dalam Keperawatan” secara ringkas
dan mudah di mengerti.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka kami merumuskan
masalah yaitu bagaimana peran pengambilan keputusan legal etik keperawatan

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran peengambilan keputusan legal etik dalam
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetuahui Penngambilan keputusan
b. Mengetahui Teori dasar tentang pengambilan keputusan legal etik
c. Mengetahui pengambilan keputusan legal etik keperawatan
d. Mengetahui prinsip etik keperawatan
e. Mengetahui peran perawat dalam pengambilan keputusan legal etik
keperawatan
f. Mengetahui model pengambilan keputusan legal etik keperawatan
g. Mengetahui tahap-tahap dan faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputsan legal etik keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan Etik


Etik Berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang menurut Araskar dan David
berarti “kebiasaan” model perilaku atau standart yang diharapkan. Etik adalah
suatu ilmu yang mempelajari apa yang baik dan apa yang buruk.
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat sesuai aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yang menentukan tingkah laku (baik dan buruk).
Pengambilan keptusan adalah suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan
menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan tidak dilakukan
dalam suatu situasi tertentu dan juga merupakan pendekatan yang sistematis
terhadap suatu masalah yang dihadapi.
Pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu
rangkaian tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga
dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam menyelesaikan masalah.
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang
membentuk fungsi kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu
keputusan, diperlukan informasi-informasi pendukung, misalnya informasi
mengenai:
1. Laporan anggaran
2. Laporan sensus pasien
3. Catatan medis
4. Catatan personil pegawai
5. Laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
6. Waktu libur

Adapun jenis-jenis keputusan menurut Zidni, 2014 dalam jurnalnya yaitu


sebagai berikut :
1. Kebutuhan
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:
a. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
b. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat
menengah dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan
mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan jalannya kelembagaan.
c. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa
harian yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-
peraturan lainnya.
2. Situasi
a. Berdasarkan situasi  yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan ,
keputusan manajemen dibagi menjadi dua macam:
b. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi
menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur
memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan peraturan untuk
membimbing pemecahan peristiwa yang sama. Misalnya keputusan
tentang cuti hamil.
c. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak
terstruktur dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi
tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan dengan pasien.
3. Proses
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga
dapat dibedakan menjadi dua model:
a. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses
sistematis dalam pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif;
perlu waktu yang cukup untuk mengenal dan menyukai pilihan yang
ada.
b. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan
pada pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun
yang terbaik.

B. Teori Dasar Pengambilan Keputusan Legal Etik


1. Teori Teleologi
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena
berdasarkan akibat yang dihasilkan.  Teleologi dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai berikut :
a. Rule Utilitarianisme
Berprinsip bahwa manfaat atau nilai dari suatu tindakan bergantung
pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau
kebahagiaan pada manusia.
b. Act Utilitarianisme 
Bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan umum tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan
terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak
banyaknya atau ketidakbaikan sekecil kecilnya pada individu.
2. Teori Deontologi
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada
tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu
apakah suatu tidakan benar atau salah. 
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan
berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh
perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal
ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan yang
semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah
situasi yang selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada
menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak
dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang
tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi individu
tersebut bekerja.
Dalam Sumijatun(2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu
dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan
dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan
konflik. Pendapat Kepner dan George tentang pengambilan keputusan adalah
“A decision is always choice between various ways of getting a particular
thing done on end accomplished”.  Pengambilan keputusan adalah suatu
rangkaian kegiatan memilih alternatif atau kemungkinan.
Pengambilan keputusan dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara
membangun model dari beberapa disiplin ilmu antara lain ekonomi, filosofi,
politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan ilmu kperawatan itu
sendiri.
a. Berpikir Kritis
Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat
menerapkan pola berpikir kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan
bahwa berpikir kritis  merupakan elemen-elemen yang yang berasal dari
dimensi dasar yang memberikan logika umum untuk suatu alasan
mengapa kegiatan tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut meliputi
tujuan, pusat masalah atau pertanyaan yang mengarah pada isu yang
berkembang, sudut pandang atau kerangka referensi, dimensi empiris,
dimensi konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta
kesimpulan
b. Analisis Kritis
Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan dalam berpikir
kritis dengan mengembangkan beberapa pertanyaan tentang isu yang ada
dan validitasnya, karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu
dalam menganalisis tahap-tahap dalam pengambilan keputusan.
Pertanyaan dalam analisis kritis yaitu sebagai berikut :
1) Apakah isu tersebut nyata?
2) Asumsi apa yang paling utama?
3) Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat dipercaya?
a) Yang harus dicari
- Akurasi data
- Konsistensi
- Adanya hubungan/keterkaitan
- Efek dari kasus
- Masukkan dalam bingkai pertimbangan
- Identifikasi secara jelas tentang nilai dan perasaan
b) Apa yang keluar/tampak
- Bias
- Apa yang menimbulkan munculnya emosi
- Tidak konsisten
- Kontradiksi
- Klise
4) Apakah ada konflik dengan sistem yang dianut?
c. Berpikir Logis Dan Kreatif
Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa berpikir logis
dan kreatif mempunyai keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan
proses-proses pemecahan masalah secara kreatif, membiarkan otak kanan
bekerja pada situasi-situasi yang menantang, memahami peran paradigma
pribadi dalam proses-proses kreatif, mempelajari bagaimana curah-
gagasan(brain Storming) dapat memberikan pemecahan inovatif bagi
berbagai masalah, dan menemukan keberhasilan dalam “berpikir tentang
hasil(outcome thinking)”.
d. Pemecahan Masalah
Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan
bahwa mekanisme berpikir dari otak manusia telah dikonsepkan dalam
dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan konseptualyang digunakan untuk
mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri adalah analisis dan
rangkaian-rangkaian.
Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa pemecahan
masalah dikenal adanya 7 istilah yang sering digunakan, yakni berpikir
vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir tentang hasil, dan juga
berpikir kreatif.

C. Pengambilan Keputusan Legal Etik


Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari
suatu permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara
pengambilan keputusan baik secara umum ataupun secara khusus.
1. Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai yaitu sebagai berikut :
a. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
b. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat
menengah dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan
mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan jalannya kelembagaan.
c. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa
harian yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-
peraturan lainnya.
2. Berdasarkan situasi  yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan ,
keputusan manajemen dibagi menjadi dua macam:
a. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi
menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur
memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan peraturan untuk
membimbing pemecahan peristiwa yang sama. Misalnya keputusan
tentang cuti hamil.
b. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak
terstruktur dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi
tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan dengan pasien.
3. Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat
dibedakan menjadi dua model:
a. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses
sistematis dalam pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu
waktu yang cukup untuk mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
b. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan
pada pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun
yang terbaik.

D. Prinsip-prinsip Etik Keperawatan


Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement, dalam PPNI (2003)
dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Otonomi (Autonomy)
Mengacu pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat yang
mengikuti prinsip ini mengakui bahwa setiap klien adalah unik, memiliki hak
untuk menjadi apa orang itu, dan memiliki hak untuk memilih tujuan pribadi.
orang memiliki "inward autonomy" jika mereka memiliki kemampuan untuk
membuat pilihan; mereka memiliki "outward autonomy" jika pilihan mereka
tidak terbatas atau dipaksakan oleh orang lain.
2. Tidak Merugikan (Nonmaleficence)
Nonmaleficence adalah kewajiban untuk "tidak membahayakan"
meskipun hal ini tampaknya akan menjadi sebuah prinsip sederhana untuk
diikuti, pada kenyataannya kompleks. Dapat berarti sengaja bahaya
menyebabkan kerugian, menempatkan seseorang pada risiko bahaya, dan
secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan. dalam keperawatan, kerusakan
yang disengaja tidak pernah diterima. Namun, menempatkan seseorang pada
risiko bahaya memiliki banyak sisi. klien mungkin berada pada risiko bahaya
sebagai konsekuensi diketahui intervensi keperawatan yang dimaksudkan
untuk membantu.
3. Berbuat Baik (Beneficence)
Beneficence berarti "berbuat baik" perawat diwajibkan untuk berbuat
baik, yaitu untuk melaksanakan tindakan yang menguntungkan klien dan
dukungan buat mereka. Namun, berbuat baik juga dapat menimbulkan risiko
merugikan
4. Keadilan (Justice)
Sering disebut sebagai keadilan. perawat sering menghadapi keputusan
di mana rasa keadilan harus menang.
5. Menepati Janji (Fidelity)
Artinya menjadi setia kepada perjanjian dan janji-janji. berdasarkan
kedudukan mereka sebagai perawat profesional, perawat memiliki tanggung
jawab kepada klien, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat, serta untuk diri
mereka sendiri. perawat sering membuat janji seperti aku akan segera
kembali dengan obat penghilang rasa sakit atau aku akan mencari tahu untuk
Anda. klien mengambil janji tersebut secara serius, sehingga harus
menunggu perawat
6. Kejujuran (Veracity)
Mengacu pada mengatakan yang sebenarnya. meskipun hal ini
tampaknya sederhana, dalam prakteknya, pilihan tidak selalu jelas. harus
perawat mengatakan yang sebenarnya ketika diketahui bahwa hal itu akan
menyebabkan bahaya? apakah perawat berbohong ketika diketahui bahwa
kebohongan akan mengurangi kecemasan dan ketakutan? berbohong kepada
orang sakit atau sekarat jarang dibenarkan. hilangnya kepercayaan perawat
dan kecemasan yang disebabkan oleh tidak mengetahui kebenaran.

E. Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusan Legal Etik Keperawatan


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, berdasarkan Doheny(1982) mengidentifikasi beberapa
elemen peran perawat professional, langkah pertama yang penting dalam
pengambilan keputusan etik adalah memastikan bahwa masalah memiliki muatan
etik dan moral. Ketika orang yang mengambil keputusan adalah klien, fungsi
perawat adalah peran suportif yaitu perawat membagi pengetahuan dan keahlian
kasus mereka dengan klien agar memungkinkan mereka mengambil keputusan
berdasarkan infomasi.
Menurut Aderemia, 2016 terdapat lima peran perawat sebagai pengambilan
keputusan yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi issu etik dalam praktik keperawatan
2. Membela pasien dan keluarga
3. Memberikan informasi pada pasien termasuk keputusan etik
4. Berpartisipasi dalam proses formal dan informal terhadap issu etik
5. Mengevaluasi proses.

F. Model Pengambilan Keputusan Legal Etik Keperawatan


1. Model menurut Kozier (2004)
Model Pengambilan Keputusan Etik menurut, Kozier, erb (2004), adalah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat memerlukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut
meliputi: Orang yang terlibat, Tindakan yang diusulkan, Maksud dari
tindakan, dan konsekuensi dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
f. Membuat keputusan.
2. Model menurut Potter dan Perry (2005)
a. Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang
mempunyai maksud yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada.
b. Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua
orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan merupakan
orang penting dan perlu didengar pendapatnya.
c. Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi
data tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis
medis, pertimbangan sosial, dan dukungan lingkungan.
d. Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting
e. Mengusulkan tindakan alternatif
f. Melakukan tindakan terpilih

G. Tahap- Tahap Dan Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Legal Etik Keperawatan
1. Pengambilan Keputusan
a. Mengidentifikasi masalah yang merupakan sebuah pertimbangan
stuasional, kesehatan, organisasi
b. Mengumpulkan data masalah.
c. Mengidentifikasi masalah yang merupakan pertimbangan etika dan non
etika
d. Memikirkan masalah etik secara berkesinambungan.
e. Membuat keputusan dan berpola pikir teleologi dan deontologi
f. Kontribusi faktor internal, eksternal dan kualitas keputusan dan tindakan.
g. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
a. Faktor agama dan adat istiadat
b. Faktor sosial
c. Faktor IPTEK
d. Faktor Legislasi dan Keputusan yuridis
e. Faktor dana atau keuangan
f. Faktor pekerjaan atau posisi klien atau perawat
g. Faktor kode etik keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keptusan adalah suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan
menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan tidak dilakukan
dalam suatu situasi tertentu dan juga merupakan pendekatan yang sistematis
terhadap suatu masalah yang dihadapi.

Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari


suatu permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara
pengambilan keputusan baik secara umum ataupun secara khusus.
Peran perawat dalam pengambilan keputusan legal etik adalah menentukan
dan memutuskan permasalahan yang terjadi pada issu etik dalam keperawatan
dari mulai issu etik muncul sampai dengan pemecahan masalah yang akan di
lakukan untuk menyelesaikan issu etik tersebut.

B. Saran
1. Bagi perawat
Dengan adanya makalah tentang pengambilan keputusan legal etik
keperawatan ini, perawat dapat memahami dasar pengambilan keputusan
dalam issu etik yang dihadapi, sehingga pengambilan keputusan dapat
terstruktur dengan baik sesuai dasar dari teori pengambilan keputusan dan
prinsip-prinsip etik yang di gunakan.
2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pemahaman tentang peran perawat pengambilan
keputusan legal etik keperawatan dalam dunia kerja yang akan di hadapi,
diharapkan teman-teman mahasiswa untuk mencari referensi dan sumber lain
untuk memperkuat dan meningkatkan dasar pengambilan keputusan legal
etik keperawatan, dan juga dapat memberikan banyak manfaaat bagi
pembaca agar dapat mengaplikasikannya dalam rangka dapan melakukan
pengambilan keputusan legal etik keperawatan yang memiliki dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Wijayanti, Dini. 2016. Dalam Jurnal Peran Perawat Dalam Pengambilan


Keputusan Etik Dalam Kasus Aborsi Fakultas Keperawatan Universitas
Brawijaya

Yuhbaba, Zidni. 2014. Dalam Essai Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusan
Etik Fakultas Keperawatan Universitas Brawijaya

Satriani. 2014. Dalam Essai Aspek Etik dan Legal ditinjau dari masalah ekonomi
Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai