Anda di halaman 1dari 16

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

MENGHADAPI DILEMA ETIK ATAU MORAL


PELAYANAN KEBIDANAN
DI

Oleh :

Kelompok 3
Putri Intan Dimara (22020011)
Putri Maulina (22020005)
Putri Salsabila (22020010)

Dosen : Idawati,S.ST.,M.K.M

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya penyusun makalah “ Pengambilan Keputusan Dalam
Menghadapi Dilema Etik Atau Moral Pelayanan Kebidanan ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusun makalah ini penyusun banyak mendapatkan bimbingan dari


berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penyusun makalah ini penyusun menyadari masih jauh dari


kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dimasa mendatang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi
penyusun khususnya.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus


diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam
melaksanakan tugas profesi dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-
norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan,
yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh
anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan
juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di
dalam masyarakat. Kode etik memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi
martabat dan citra profesi, menjaga & memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan meningkatkan
mutu profesi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang maksud dari pengambilan keputusan?
2. Bagaimana teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika
dan moral pelayanan kebidanan?
3. Bagaimana cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam
praktek kebidanan?
4. Sebutkan pembagian dilema dan konflik etik?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian pengambilan keputusan.
2. Mengetahui teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika
dan moral pelayanan kebidanan.
3. Mengetahui cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam
praktek kebidanan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan


nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan
apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan
mempunyai konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang
bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi
kesehatan memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan
mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan
bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai
hak untuk mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung
jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus
mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui
ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.

Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan


sosial masyarakat dunia juga mempengaruhi munculnya masalah atau
penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan
yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat
dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan
misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB,
institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri mempunyai tanggung
jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa
yang dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja
yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
B. Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral


dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan
menentukan tindakan selanjutnya. Menurut George R.Terry, pengambilan
keputusan adalah memilih alternatif yang ada.

Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:

1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh.


2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu
kasus. Sehingga, meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
terhadap suatu kasus.
3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas.
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.

2. 1.2.Keterlibatan Bidan Dalam Proses Pengambilan Keputusan

Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat


penting karena dipengaruhi oleh 2 hal yaitu:

1) Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi
dan bidan bisa memenuhi kebutuhan.
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras
untuk memenuhi kebutuhan.
b. Perawatan berfokus pada ibu(women centered care) dan asuhan
total( total care).
2) Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya
disebabkan oleh 3 keterlambatan yaitu :
a. Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga
terlambat untuk memulai pertolongan.
b. Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.

2.1.3. Empat Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan


Keputusan Ketika Menghadapi Delima Etik.
a. Tingkatan 1

Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada


pengalaman atau pengalaman rekan kerja.

b. Tingkatan 2

Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar),


privasi, kerahasiaan dan kesetiaan ( menepati janji). Bidan sangat
familiar, tidak meninggalkan kode etik dan panduan praktik
profesi.

c. Tingkatan 3

Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktik


kebidanan:

1. Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan


dan pilihan individu.
2. Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien,
selain itu berbuat terbaik untuk orang lain.
3. Non Maleticence, tidak melakukan tindakan yang
menimbulkan penderitaan apapun kerugian pada orang lain.
4. Justice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan
keuntungan.
d. Tingkatan 4

Teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika dan


moral pelayanan kebidanan

a. Teori Utilitarisme

Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan,


meminimalkan ketidaksenangan.

b. Teori Deontology

Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak


baik. Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan.

c. Teori Hedonisme

Menurut Aristippos , sesuai kodratnya, setiap manusia untuk


mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.

d. Teori Eudemonisme

Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap


kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu
yang baik bagi kita.

2.1.4. Bentuk pengambilan keputusan

a) Strategi

Dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana


dan masa depan, rencana bisnis dan lain-lain.

b) Cara kerja

Mempengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.


c) Individu dan profesi

Dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik


kebidanan.

2.1.5. Pendekatan Tradisional Dalam Pengambilan Keputusan

a. Mengenal dan mengidentifikasi masalah.


b. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa
lalu dan sekarang.
c. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
d. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
e. Mengevaluasi pilihan tersebut.
f. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

a. Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti
rasa sakit, tidak nyaman dan kenikmatan.
b. Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
c. Rasional, didasarkan pada pengetahuan
d. Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
dalam melaksanakanya.
e. Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada.
f. Struktural, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik

2.1.7. Pengambilan keputusan yang etis Ciri-cirinya:

a. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah


b. Sering menyangkut pilihn yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial
2.2. Cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik
kebidanan.
Menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik kebidanan

Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat


menerapkan etika dalam menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik
yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan
tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik kebidanan.

1. Informed Choice

Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan


penjelasan tentan alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode
etik kebidanan internasionl (1993) bidan harus menghormati hak informed
choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam
asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya. Definisi
informasi dalam konteks ini meliputi, informasi yang sudah lengkap
diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat,
keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.Pilihan (choice)
berbeda dengan persetujuan (consent) :

a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena


berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua
prosedur yang akan dilakukan bidan.
b. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima
jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman
masalah yang sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi
menentukan “ pilihannya” sendiri.
2. Bagaimana pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik

Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur,


tidak bias dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media
ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka. Bidan dan tenaga kesehatan lain
perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima
tanggungjawab keputusan yang diambil.

Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga
kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu
sudah diberikan informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan
mereka

Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu


merencanakan, mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan
protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah, propinsi untuk semua
kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan pada
ibu dan evidence based,

diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin. Tidak perlu


takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai sutu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra
dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.

3. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien.


 Bentuk pemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC
 Tempat melahirkan
 Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
 Di dampingi waktu melahirkan
 Metode monitor djj
 Augmentasi, stimulasi, induksi
 Mobilisasi atau posisi saat persalinaan
 Pemakaian analgesia
 Episiotomi
 Pemecahan ketuban
 Penolong persalinan
 Keterlibatan suami pada waktu melahirkan
 Teknik pemberian minuman pada bayi
 Metode kontrasepsi

2.3. Masalah – Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik
Kebidanan
Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan :

1. Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :


a) Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
b) Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :
a) Pengetahuan klinik yang baik
b) Pengetahuan yang Up to date
c) Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan
d) Harapan Bidan dimasa depan :
e) Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam
menjalankan praktik kebidanan (Daryl Koehn ,Ground of Profesional
Ethis,1994)
f) Dengan memahami peran bidan tanggung jawab profesionalisme
terhadap patien atau klien akan meningkat
g) Bidan berada dalam posisi baik memfasilitasi klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam
strategi praktik kebidanan.
3. Langkah-langkah penyelesaian masalah :
a) Melakukan penyelidikan yang memadai
b) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
c) Memperluas pandangan tentang situasi
d) Kepekaan terhadap pekerjaan
e) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
2.4 .Pembagian Dilema / Konflik Etik

Pembagian konflik etik meliputi empat hal:

1. Informed Concent
2. Negosiasi
3. Persuasi
4. Komite etik

Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada
suatu consent atau persetujuan :

1. Sukarela (Voluntariness)

Sukarela mengandung makna pilihan yang dibuat atas dasar


sukarela tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi.

2. Informasi (Information)

Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan


dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang
lengkap dibutuhkan agar mampu keputusan yang tepat.Kurangnya
informasi atau diskusi tentang risiko, efek samping akan membuat klien
sulit mengambil keputusan.

3. Kompetensi (Competence)

Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman


bahwa seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat
keputusan yang tepat bahkan ada rasa cemas dan bingung .

4. Keputusan (decision)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana


merupakan persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan
tahap terakhir proses pemberian persetujuan.Keputusan penolakan pasien
terhadap suatu tindakan harus di validasi lagi apakah karena pasien kurang
kompetensi.

2.5. ISTILAH DALAM ETIK

Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan


kebidanan, maka ada baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini:

1. Legislasi (Lieberman, 1970 ) :

Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorng yang


berhubungan erat dengan tindakan

2. Lisensi :

Pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan


pekerjaan yang telah ditetapkan tujuannya untuk membatasi pemberian
kewenangan dan untuk meyakinkan klien.

3. Deontologi/tugas :

Keputusan yang diambil berdasarkan keterkaitan atau hubungan


dengan tugas dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.

4. Hak :

berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak


berbeda dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.

5. Instusionist :

Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari


kasus per kasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan
yang sama pentingnya.
6. Beneficience :

Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.

7. Mal-eficience :

Keputusan yang diambil merugikan pasien.

8. Malpraktek/lalai :
 Gagal melakukan tugas atau kewajiban kepada klien.
 Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.
 Melakukan tindakan yang mencederai klien.
 Klien cedera karena kegagalan melakukan tugas.
9. Malpraktek terjadi karena :
 Ceroboh
 Lupa
 Gagal mengkomunikasikan

Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan


masalah etik yang berhubungan dengan hukum. Seiring masalah dapat
diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat diselesaikan
berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa
seorang bidan berhadapan dengan masalah etik.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta


mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang benar salah, baik
buruk, yang secara umum dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman suatu tindakan. Bidan dihadapkan pada dilema etik
membuat keputusan dan bertindak didasarkan atas keputusan yg dibuat
berdasarkan Intuisi mereflekasikan pada pengalamannya atau pengalaman
rekan kerjanya.

1. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan


nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau
salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994).
2. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih
alternatif yang ada
3. Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil
berdasarkan kebutuhan dan masalahyang dihadapi klien, sehingga
semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi permasalahan
yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi, atau rutin.

3.2. Saran

Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap tindakan, dalam


memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang ethis dan
profesional sehingga, tidak merugikan diri sendiri dan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brownlee, M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di


dalamnya. PT BPK Gunung, Mulia, Jakarta.

Frith, L (1996) Ethtes Midwifery. Issue in Contemporary Practice,


Butterworth Heinemann. Oxfoed.

Jones, S (1994) Ethtes in Midwifery, Mosby, London.

Anda mungkin juga menyukai