Nama Pembimbing:
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS NASIONAL
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Development Goals/MDGs) harus tercapai pada tahun 2015. Seiring dengan target tersebut
yakni : Menurunkan angka status gizi kurang/buruk pada anak-anak berusia di bawah lima
tahun (balita) sebesar 50% dari keadaan tahun 1990 pada tahun 2015 menjadi 15%, menurunkan
angka kematian bayi dan balita sebesar 66% dari keadaan tahun 1990 yaitu menjadi 16 / 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015, menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% dari keadaan
tahun 1990 yaitu menjadi 125 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 alinea IV adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan
Nasional.
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan berperan penting dalam
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh,
terpadu dan merata serta dapat diterima dan dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
PWS-KIA adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA-nya masih
rendah ataupun wilayah yang membutuhkan penanganan atau tindak lanjut secara khusus.
Penyajian PWS-KIA dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor terkait
yang berkaitan terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dapat dijabarkan lebih
lanjut bahwa penyajian PWS-KIA berkaitan langsung dengan masyarakat setempat, khususnya
aparat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan pelayanan
KIA, maupun dalam membantu memecahkan masalah non teknis rujukan kasus resiko tinggi.
Dalam hal ini adalah sumber daya masyarakat setempat seperti kader kesehatan, tokoh
Pembelajaran dalam jenjang D IV Kebidanan mencakup kuliah di kelas dan praktik klinik.
Praktik Klinik Kebidanan V adalah salah satu proses pembelajaran yang harus ditempuh oleh
mahasiswi kebidanan. Melalui proses pembelajaran ini diharapkan terbentuk lulusan yang
handal, siap pakai, serta inovatif dengan bekal pengetahuan dan kemampuan yang akhirnya
mampu mengaplikasikan apa yang dipelajari di dunia kerja serta menjadi aset yang bernilai
kebidanan dalam situasi yang nyata, khususnya dalam membentuk peran dan tanggungjawab
mahasiswa untuk menjadi bidan yang profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan
kebidanan, mengelola program PWS KIA, dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap
Mengacu pada Kurikulum Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
memotivasi praktisi kesehatan baru yang memenuhi persyaratan untuk melewati masa transisi
bagi mahasiswi untuk mengembangkan kemampuan praktik mereka lebih lanjut. Serta untuk
serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang telah didapat di perkuliahan dan
nifas, bayi baru lahir, KB, serta pengelolaan administrasi PWS KIA.
Program preceptorship dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk peran dan tanggung
jawab mahasiswa untuk menjadi perawat yang profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan
pasien dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas yang berada di bawah Dinas Kesehatan yang
Indonesia.
Tugas pokok dan fungsi Puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat serta sebagai pusat pelayanan kesehatan strata
pertama. Atas dasar itu, semua program yang ada di Puskesmas mengacu kepada tugas pokok
dan fungsi tersebut sehingga pelaksanaan kegiatan mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
serta diakhiri dengan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan yang telah
Dinas Kesehatan dalam bentuk laporan tahunan pelaksanaan kegiatan Puskesmas Tahun
Anggaran 2011.
a. Sebagai Preseptor
b. Sebagai Coach
c. PWS-KIA
1.2.2.1
1.2.2.2
1.2.2.3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Preceptorship adalah suatu metode pengajaran dan pembelajaran kepada
mahasiswa dengan menggunakan bidan sebagai model perannya. Preceptorship bersifat formal,
disampaikan secara perseorangan dan individual dalam waktu yang sudah ditentukan
sebelumnya antara bidan yang berpengalaman (preceptor) dengan bidan baru (preceptee) yang
didesain untuk membantu bidan baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan
membantu individu tersebut menjadi lebih ahli didalam struktur organisasi dan professional
(Kitchin 1993). Suatu program pembelajaran yang terorganisasi dan terencana yang mana staf
dan tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi tenaga kesehatan yang professional dan
mengorganisasi perawatan pasien dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan
organisasi. Shamian dan Inhaber ( 1985) menyatakan bahwa model preceptorship digunakan
sebagai alat sosialisasi dan orientasi. Hill dan Loweinstein (1992) memandang model
preceptorship sebagai salah satu metode rekrutmen staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan
praktik klinik tidak dapat diprediksi oleh bidan baru, sehingga diskusi antara preceptor dan
preceptee diperlukan untuk memberikan praktik terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan
Preceptoring secara mikro (bagi individu) adalah untuk membantu proses transisi
dari pembelajar ke praktisioner (Mahen dan Clark, 1996) mengurangi dampak syok realita
(Kramer, 1947) dan memfasilitasi bidan untuk berkembang apa yang dihadapi dalam ingkungan
barunya (Bain, 1996). Fokus pada efisiensi dan efektifitas layanan kebidanan yang berkembang
cepat sering kali menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi bidan baru.
Tidak semua bidan senior dan media dapat memiliki kriteria sebagai seorang
preceptoring. UKCC (1993) menganjurkan bahwa preceptoring adalah bidan yang memiliki
pengalaman minimal 12 tahun dibidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan.
Keterampilan komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan
mendukung perkembangan professional merupakan hal terpenting (Shamian dan Inhaber, 1985).
Secara garis besar dapat disimpulkan kriteria seorang preceptor yang berkualitas adalah
kemauan untuk mengajar dan mengambil peran dalam penerrapan model preceptorship, tidak
mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif, fleksibilitas untuk berubah,
mendapatkan kepahaman praktik yang terbaik, dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh
c. Syarat preceptor
e. Berjiwa kepemimpinan
h. Memiliki kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam penerapan model
preseptorship
i. Peran preceptor
belajar
p. Melakukan supervise
q. Bertanya pada mahasiswa dan membawa mahasiswa pada situasi yang menantang sesuai
menunjukkan tingkat sosialisasi dan performa yang lebih baik (Udis, 2006). Program
preseptorship juga telah terbukti bermanfaat dalam mengendalikan biaya melalui retensi bidan
deskriptif yang dilakukan oleh (Kim, 2007) menemukan bahwa kompetensi kebidanan diantara
para mahasiswa bidan senior secara positif berhubungan dengan partisipasi dalam program
preseptorship klinis.
Canadian Nurse Association (CNA) menyebutkan ada tiga pihak yang
mendapatkan keuntungan dari program preseptorship ini yaitu preceptee (partisipan), institution
b. Bagi Institusi
5) Meningkatkan produktivitas
c. Terhadap profesi
4) Meningkatkan jumlah bidan yang mempunyai nilai kepemimpinan dan pengajaran yang
baik.
2.2 Teori Coaching
2.2.1 Pengertian
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas dan handal dalam memajukan perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan.
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka perusahaan harus melatih atau
coaching.
Coaching, menyatakan bahwa Coaching adalah pembinaan yang membuka potensi seseorang
untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri, yang membantu mereka untuk belajar daripada
1. Mengakses potensial
3. Memaksimalkan kinerja
secara profesional dan menjadi lebih efektif dalam 9 pekerjaan mereka. Ketika individu
mendapatkan coaching dari atasan, mereka dapat meningkatkan kinerja mereka baik dalam saat
ini, dan juga meningkatkan potensi mereka untuk berbuat lebih banyak di masa depan.
menemukan apa yang diinginkan dari posisi dimana dia sekarang, dengan menggali sumber daya
apa saja yang dibutuhkan, sikap mental yang harus dibangun dan teknik-teknik yang cocok
dalam mengimplementasikannya.
supervisor dalam waktu yang lama, yang menindaklanjuti perkembangan individu dalam
terstruktur yang menggunakan informasi tentang kinerja yang nyata antara seorang atasan
dengan seorang individu (atau tim) yang menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.” Merujuk pada
definisi tersebut di atas, bentuk dari coaching adalah percakapan dan membantu orang yang
dibimbing untuk meningkatkan kinerjanya. Coaching juga dapat dilakukan dimanapun apakah di
dari aktivitas harian seorang atasan. Coaching bisa dalam bentuk berbagi pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan karyawan. 10 Tujuan coaching
1. Membantu karyawan untuk memahami peluang penuh dalam jabatannya yaitu jangkauan
tipe penugasan yang tersedia bagi karyawan sesuai dengan jabatannya dan memberikan
gambaran mengenai manfaat apa saja yang dapat dia ambil dari peluang penugasan
tersebut.
2. Membantu karyawan dalam belajar pengetahuan baru misalnya metode, teknologi dan
prosedur.
3. Membawa nilai karyawan lebih sejalan dengan nilai dan filosofi perusahaan.
jabatannya.
Coaching tidak akan mengubah kepribadian yang bukan merupakan bagian dari
akuntabilitas atasan.Jika ada masalah yang berkaitan dengan perilaku karyawan atau perilaku-
perilaku yang tidak dapat diterima untuk jabatan karyawan, atasan harus menyampaikannya
kepada karyawan dan menjelaskan apa konsekuensi dari perilaku tersebut. Dalam hal ini seorang
atasan juga harus menawarkan bantuan kepada karyawan untuk memperbaiki perilakunya.
Dalam melaksanakan coaching, seorang atasan harus cermat untuk menghindari pengambil
alihan pekerjaan karyawan. Atasan dapat saja menunjukkan teknik atau prosedur pelaksanaan
suatu penugasan, tapi karyawan harus tetap yang berakuntabilitas melaksanakan pekerjaan
tersebut.Coaching juga 11 menunjukkan bahwa atasan peduli dengan kinerja karyawan meskipun
pelaksanaannya bisa memakan waktu. Perancoaching sangat penting dalam membentuk rasa
percaya diri, loyalitas dan semangat kerja tim yang dimiliki karyawan.
sukses, coaching untuk perbaikan kinerja dan mengelola berbagai masalah kinerja. Coaching
untuk sukses biasanya dikerjakan secara proaktif di lakukan sebelum orang menangani suatu
situasi ataupun tugas, atau ketika mereka baru pertama kali melakukannya. Coaching untuk
perbaikan kinerja dan mengelola berbagai masalah kinerja dilakukan sebagai reaksi untuk
memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan dengan kinerja. Berikut ini adalah definisi dari
1. Coaching untuk sukses Coaching yang diberikan kepada orang agar sukses menangani suatu
a. Mendapatkan tanggung jawab baru, seperti menyiapkan perkiraan biaya, dan jadwal
kerja.
b. Mempelajari keterampilan, tugas, dan fungsi pekerjaan yang baru, seperti menggunakan
c. Bekerja dengan rekan kerja, kelompok kerja atau pemasok yang baru.
d. Menangani situasi yang baru atau sulit, seperti melakukan presentasi atau memimpin
2. Coaching untuk perbaikan kinerja Coaching yang diberikan kepada orang untuk
a. Pekerjaan yang selalu tidak selesai, selalu datang terlambat, terlalu banyak mengobrol
b. Tidak efektif dalam melakukan rapat, tidak sabar dan tidak man bekerja lama dengan
c. Selalu melewati batas waktu yang telah ditetapkan, tidak mencapai target penjualan atau
d. Mendapat penilaian bunik dari pelanggan atau terlalu banyak melakukan kesalahan.
3. Coaching untuk mengelola berbagai masalah kinerja. Coaching yang ditujukan untuk
b. Berulangkali datang terlambat atau tidak datang dengan alasan sakit, melanggar peraturan
yang penting.
berikut :
komunikasi. Ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk membangun sebuah hubungan
yang baik secara efektif, yakni dengan 3 perangkat komunikasi yaitu Content (Kata-kata),
Body Posture and Facial Expression (Bahasa Tubuh), Voice Pitch and Volume (Intonasi
Suara).
sesungguhnya. Clarifying juga dapat menghindarkan terciptanya makna ganda (ambigu) yang
2.3.1 Pengertian Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
membina peran serta masyarakat sebagi pusat pembangunan kesehatan masyarakat.Manajemen yang
baik merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mewujudkan fungsi puskesmas.Fungsi
manajemen tersebut, terutama dalam hal monitoring (pemantauan) dan evaluasi (penilaian)
keberhasilan program puskesmas.Salah satu upaya monitoring dan evaluasi adalah dengan
menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan
salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.
Pemantauan wilayah setempat KIA adalah suatu alat manajemen program KIA untuk
memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (Puskesmas/Kecamatan) secara terus menerus,
sehingga dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa dengan cakupan pelayanan
kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
2.3.2 Tujuan PWS-KIA
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui
1) Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur (bulanan)
5) Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA ini diutamakan pada
a. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai standar
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan dan pengamatannnya
secara terus-menerus.
e. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan
4. Batasan PWS-KIA
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.Standar
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil beresiko, yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi,
Kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke
fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat
e. Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan
f. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-4 (atau lebih), untuk mendapatkan
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai dengan hari ke-7 (sejak 6 jam setelah lahir).
2) Kunjungan kedua kali pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-28.
h. Cakupan Akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama kehamilan. Cara menghitungnya
adalah sbb: (jumlah kunjungan baru ibu hamil dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada disuatu
Adalah persentase ibu hamil disuatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan trimester I, 1 kali pada trimester ke II dan
2 kali pada trimester ke III. Cara menghitungnya adalah sbb : (Jumlah ibu hamil yang telah menerima K4
dibagi jumlah sasaran ibu hamil dengan kurun waktu 1 tahun) dikalikan 100 %)
Adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun, angka ini dapat diperoleh
2) Angka perkiraan, yaitu memakai rumus : = angka kelahiran kasar (CBR) x 1.1 x jumlah penduduk
setempat ; dengan pengambilan angka CBR dari provinsi atau bila ada dari kabupaten setempat atau 3 %
Adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong
Adalah persentase ibu hamil beresiko yang ditemukan baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh kader/
dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan, yang kemudian ditindaklanjuti (dipantau secara
intensif dan ditangani sesuai kewenangan dan /atau dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi)
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
Adalah persentase neonatal (bayi umur kurang dari 1 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan
minimal dua kali dari tenaga kesehatan, satu kali pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh dan
satu kali pada hari ke delapan sampai dengan hati ke dua puluh delapan.
5. Indikator PWS-KIA
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indikator yang dapat
menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA. Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA,
yaitu :
program dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar
pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil
KIA.
Rumus :
Indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini
profesional.
Rumus :
Indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu
Rumus :
Indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA dan harus
Rumus :
Indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus :
kesehatan
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang juga menggambarkan
pencapaian tiap desa dalam tiap bulan. Dengan demikian tiap bulannya dibuat 6 grafik, yaitu :
Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA, dapat dimanfaatkan juga untuk alat motivasi
dan komunikasi lintas sektor. Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS-KIA untuk tingkat
Puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk desa. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik
PWS-KIA :
1) Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk menghitung tiap indikator diperoleh dari catatan ibu hamil per desa, register
kegiatan harian, register kohort ibu dan bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil per desa, catatan
posyandu, laporan dari bidan/dokter praktek swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya
2) Pengelolaan Data
Sebagai contoh dalam menggambarkan grafik PWS-KIA untuk bulan juni 2012, maka data yang
diperlukan adalah :
Pencapaian cakupan kumulatif ibu hamil baru per desa (januari s/d juni 2012) per sasaran ibu hamil per
Pencapaian sasaran ibu hamil per desa selama bulan juni 2012 per sasaran ibu hamil per desa selama 1
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan ibu hamil (K4) per desa (januari s/d juni 2012) per sasaran ibu
Pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil (K4) per desa selama bulan juni 2012 per sasaran ibu hamil per
Pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil (K4) per desa selama bulan mei 2012 per sasaran ibu hamil per
desa selama 1 tahun dikali 100%. Cara untuk keempat indikator lainnya sama dengan perhitungan di
atas.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS-KIA (dengan menggunakan indikator
a. Menentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertikal (sumbu Y).
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 s/d bulan juni dimasukkan ke dalam jalur %
kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di
sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
c. Nama desa bersangkutan dituliskan pada lajur desa, sesuai dengan cakupan kumulatif masing-
d. Hasil perhitungan pencapaian bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap desa dimasukkan ke
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur Trend. Bila pencapaian cakupan bulan ini
lebih besar dari pencapaian cakupan bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke
atas.Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak
panah yang menunjukkan ke bawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap/sama gambarkan dengan
tanda (-).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1
3.2
3.3
3.4
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
4.2
4.3
BAB V
1.1 Simpulan
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN