Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Pendiam Budak Anti Korupsi

Dosen : Sitti Nurlyanti Sanwas, S. ST., MH

ANALISIS TENTANG KORUPSI

Oleh :

Euis sartika
FitriYana Wulandari

DIV PROMOSI KESEHATAN


POLITEKNIK KARYA PERSADA MUNA
2020

1
KORUPSI DANA PENDIDIKAN

Sektor Pendidikan seharusnya menjadi sektor yang bebas dari praktik korupsi
karena wajah intregritas bangsa tecermin dari apa yang dihasilkan sektor ini.
Semestinya institusi-institusi pendidikan malah menjadi lahan subur tumbuh dan
berkembangnya praktik korupsi. Menurut pemetaan yang dilakukan Indonesian
Corruption Watch (ICW), tercatat bahwa Dinas Pendidikan, Universitas hingga
sekolah menjadi lembaga yang sangat rentan dengan korupsi (tribunnews.com,
24/4/2017).

Berdasarkan data yang dirilis ICW, setidaknya ada 425 kasus korupsi terkait
dengan anggaran pendidikan terjadi pada periode 2005-2016, dengan kerugian
negara mencapai rp 1,3 Triliun dan Nilai Suap rp 55 Miliar (kompas.com,
17/5/2016). Bahkan Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan menyebutkan bahwa
Sektor Pendidikan merupakan lahan paling empuk terjadinya perilaku koruptif
karena anggaran besar (20% apbn) yang dikucurkan ke sektor ini sehingga potensi
untuk diselewengkan cukup besar pula (detik.com, 19/3/2018).

Korupsi Dana Pendidikan Substansi Pendidikan yang menjunjung tinggi Nilai


Kejujuran dan Integritas seakan kehilangan makna karena banyaknya Oknum
korup di lingkungan Pendidikan yang melancarkan aksinya dengan begitu
terorganisasi dan sistematis. Oknum di tingkat Dinas Pendidikan dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) sering kali menyulap berbagai proyek fiktif demi
mendapatkan Fee dari anggaran pendidikan yang diperoleh. Ditingkat Kepala
Sekolah, Penyelewengan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) juga cukup
rawan terjadi.

Proses penerimaan Dana Bos dibanyak Sekolah Negeri yang biasanya hanya
melibatkan Kepala Sekolah, mulai proses pencairan, pengelolaan, hingga
pertanggungjawaban, telah membuat praktik koruptif berpeluang besar dilakukan.

2
Itu karena mekanisme kontrol yang seharusnya dapat dilakukan para pemangku
kepentingan di sekolah; murid, guru, dan orang tua siswa hampir dapat dipastikan
sulit untuk diakses. Dalam sebuah wawancara eksklusif yang ditelusuri detik.com
pada minggu (17/2) dengan seorang guru yang pernah menjabat sebagai
bendahara sekolah, disampaikan bahwa Kepala Sekolah sering kali menjadi satu-
satunya orang yang mengetahui dengan rinci ke mana Dana BOS tersebut
disalurkan. Sementara itu, Bendahara Sekolah hanya nama administratif di atas
kertas yang tidak pernah tahu kemana rincian dana itu mengalir.dana bos yang
diterima pada setiap triwulan dengan nominal yang cukup besar membuat banyak
kepala sekolah gelap mata dan akhirnya berperilaku korup.

Sebagai contoh pada 2018, seorang Kepala Sekolah SMK kerabat kita
Bumiayu, Brebes, ditahan Kejaksanaan Negeri Brebes karena diduga
menyelewengkan Dana BOS dengan total kerugian Negara mencapai rp 2 miliar
lebih (tribunjateng.com, 15/10/2018). Bahkan, dalam sebuah jurnal berjudul
korupsi dan pembangunan pendidikan di indonesia yang ditulis titik handayani
(2009), peneliti pada pusat penelitian kependudukan, melansir data yang dirilis
ICW 2009 mengungkapkan dari 142 kasus korupsi pendidikan yang terjadi,
sebanyak 46 kasus di antaranya terjadi di tingkat sekolah/madrasah.fakta itu tentu
cukup mencengangkan, di saat kita berharap institusi pendidikan menjadi tempat
menyemai harapan akan nilai jujur dan integritas, tetapi realitasnya menunjukkan
potret yang berbeda.

SEKTOR pendidikan seharusnya menjadi sektor yang bebas dari praktik


korupsi karena wajah intregritas bangsa tecermin dari apa yang dihasilkan sektor
ini. Alih-alih menjadi pengawal moral, institusi-institusi pendidikan malah
menjadi lahan subur tumbuh dan berkembangnya praktik korupsi. Menurut
pemetaan yang dilakukan Indonesian Corruption Watch (ICW), tercatat bahwa
dinas pendidikan, universitas, hingga sekolah menjadi lembaga yang sangat rentan
dengan korupsi (Tribunnews.com, 24/4/2017).Berdasarkan data yang dirilis ICW,
setidaknya ada 425 kasus korupsi terkait dengan anggaran pendidikan terjadi pada
periode 2005-2016, dengan kerugian negara mencapai Rp1,3 triliun dan nilai suap

3
Rp55 miliar (Kompas.com, 17/5/2016).Bahkan, Wakil Ketua KPK Basaria
Panjaitan.

Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi


adalah UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU
Tipikor”).

Orang yang membantu pelaku tindak pidana korupsi dikenakan ancaman


pidana yang sama dengan yang dikenakan kepada pelaku korupsi (lihat Pasal 15
UU Tipikor). Ketentuan ini juga berlaku untuk setiap orang yang berada di luar
wilayah Indonesia yang membantu pelaku tindak pidana korupsi (Pasal 16 UU
Tipikor).

Kemudian, mengenai ancaman pidana untuk orang yang turut serta


melakukan tindak pidana korupsi, kita perlu perlu merujuk pada ketentuan umum
hukum pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(“KUHP”). Berdasarkan Pasal 55 ayat (1) KUHP, orang yang turut serta
melakukan perbuatan pidana, dipidana sebagai pelaku tindak pidana. Jadi,
berdasarkan Pasal 55 ayat (1) KUHP orang yang turut serta melakukan tindak
pidana korupsi juga dipidana dengan ancaman pidana yang sama dengan pelaku
tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai