Anda di halaman 1dari 25

“ANTIKORUPSI”

By : Damilo Hendriksz (202030144)

Dewasa ini Indonesia tengah dihadapkan pada posisi dilematis seputar permasalahan
moral yang tidak kunjung sirna, yaitu korupsi. Korupsi merupakan penyelewengan
terhadap wewenang publik yang timbul karena kurangnya kontrol terhadap kekuasaan
yang dimiliki dan terbukanya kesempatan untuk menyelewengkan kekuasaan
tersebut. Hal ini perlu diatasi secara tepat sebagai wujud kesadaran kita sebagai
masyarakat yang masih rindu akan kemakmuran bangsa. Lembaga pendidikan
menjadi salah satu wahana strategis dalam rangka menyuarakan kebaikan serta
membekali generasi muda yang bebas korupsi.

Mengingat semakin beratnya tugas KPK yang saat ini sedang ada pada zona terpuruk
dan besarnya akibat yang disebabkan oleh kasus korupsi tersebut, maka diperlukan
suatu sistem yang mampu menyadarkan semua elemen bangsa untuk sama-sama
bergerak memberantas korupsi yang juga harus didukung penuh oleh semua pihak
dalam jajaran pemerintah. Cara yang paling efektif adalah melalui media pendidikan.
Diperlukan sebuah sistem pendidikan antikorupsi yang berisi tentang sosialisasi
bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap
tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai
dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Pendidikan antikorupsi ini sangat penting bagi perkembangan psikologis siswa. Pola
pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal
yang berkenaan dengan korupsi temasuk sanksi yang akan diterima jika melakukan
korupsi. Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya
korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika
melakukan korupsi. Sehingga, masyarakat akan mengawasi setiap tindak korupsi
yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi moral bagi koruptor.

Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi


korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk
mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi.
Mentalitas antikorupsi ini akan terwujud jika kita secara sadar membina kemampuan
generasi mendatang untuk mampu mengidentifkasi berbagai kelemahan dari sistem
nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-
situasi yang baru.

Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena pendidikan


merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan
melalui jalur ini lebih tersistem serta mudah terukur, yaitu perubahan perilaku
antikorupsi. Perubahan dari sikap membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap
menolak secara tegas tindakan korupsi, tidak pernah terjadi jika kita tidak secara
sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk memperbaharui sistem nilai
yang diwarisi untuk menolak korupsi sesuai dengan tuntutan yang muncul dalam
setiap tahap pernjalanan bangsa kita.

Model penyelenggaraan pendidikan antikorupsi bisa diterapkan dengan tiga cara yaitu
Model Terintegrasi dalam Mata Pelajaran, Model di Luar Pembelajaran melalui
Kegiatan Ekstra Kurikuler, dan Model Pembudayaan atau Pembiasaan Nilai dalam
seluruh aktivitas kehidupan siswa. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan baru
dalam menyemaikan kebaikan melalui lembaga pendidikan. Perlu komitmen kuat dan
langkah konkrit dalam menanamkan nilai kejujuran pada diri setiap generasi muda
agar terbentuk pribadi mulia, jujur serta bertanggung jawab dengan segala yang
diamanahkan kepada mereka. Dengan demikian, sekolah memiliki tugas besar dalam
merealisasikan hal itu. Semua dapat berjalan sesuai harapan apabila ada peran nyata
dari pihak sekolah, dukungan pemerintah serta partisipasi aktif masyarakat.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikaln antikorupsi ini adalah membuat
siswa mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi sehingga tercipta
generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi, dan
mengerti sanksi yang akan diterima jika melakukan korupsi, serta menciptakan
generasi muda bermoral baik serta membangun karakter teladan agar generasi muda
tidak melakukan korupsi sejak dini. Indonesia masuk tiga besar sebagai negara
terkorup di Asia menurut laporan lembaga Transparency International bertajuk
‘Global Corruption Barometer-Asia’. Survei ini digelar sejak Juni hingga September
2020 terhadap 20 ribu responden di 17 negara Asia. Ini menjadi indikator bahwa
pemerintah telah gagal menjalankan kerja reformasi birokrasi dan upaya pencegahan
yang selama ini menjadi jualan utama pemerintah selama 6 tahun terakhir
(BeritaBaru.Co 01/12/2020).
Korupsi di negeri ini terus melenggang dan melaju ke titik nadir, seolah tak dapat
dihentikan. Kejahatan kerah putih ini sangat luar biasa popularitasnya. Dari kelas teri
hingga kelas kakap, bahkan mungkin kelas paus mewarnai pernak-pernik dunia ngeri-
ngeri sedap – meminjam istilah Sutan Batugena, politisi Partai Demokrat. Para
pejabat di lingkungan legislatif, eksekutif, dan yudikatif secara masif, sistematis, dan
rapi layaknya jaringan mafia melakukan kejahatan yang sangat luar biasa dampaknya
ini. Menteri, gubernur, bupati, walikota, politisi DPR, jaksa, hakim, dan polisi tak
bisa mengelak dari belitan tindak pidana korupsi. Para pejabat di level kepala dinas
ikut pula meramaikan berita mengenai korupsi.

Pada era Orde Baru (Orba) perilaku korupsi masih terbatas kuantitas dan kualitasnya.
Tidak separah seperti saat ini. Ketika itu kita tidak mendengar istilah dan ungkapan
korupsi berjamaah, operasi tangkap tangan (OTT), dan Jumat Keramat. Namun, di
zaman reformasi korupsi semakin mewabah. Gus Dur (Abdurahman Wahid, mantan
presiden Republik ini) dengan nada humor mengingatkan bahwa korupsi pada masa
Orde Lama dilakukan di bawah meja dengan malu-malu kucing, sedangkan korupsi
pada masa Orde Baru dilakukan di atas meja secara terang-terangan tanpa rasa
sungkan atau malu sedikit pun. Yang lebih mengenaskan adalah korupsi di masa Orde
Reformasi karena meja yang biasanya digunakan untuk bertransaksi lenyap dikorupsi.

Sebab-sebab Korupsi
Korupsi merupakan kejahatan yang sangat luar biasa proses dan akibatnya. Itu
sebabnya, cara-cara penanganan untuk mengatasinya juga memerlukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan yang juga sangat luar biasa. Untuk itu, pemerintah
pun membentuk lembaga yang super body yang pada dekade sekarang ini dikenal
sebagai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga ini diharapkan sebagai
satu-satunya lembaga anti-rasuah yang mampu mencegah dan membabat korupsi
yang merongrong Republik ini.

Dengan teknologi sadap para koruptor akhirnya tertangkap tangan dalam sebuah
operasi yang digelar oleh KPK. Operasi ini dikenal dengan istilah Operasi Tangkap
Tangan (OTT). Seorang pejabat sekelas menteri tertangkap dan kemudian harus
mengenakan seragam oranye. Pejabat sekelas menteri lainnya pun menyusulnya pula.
Benar-benar keterlaluan. Sangat berani, nekat, dan tidak punya malu.

Kasus terbaru yang hingga saat ini masih menjadi bahan perbincangan masyarakat
adalah tertangkapnya Menteri Perikanan dan Kelautan, Edhy Prabowo, oleh KPK,
dengan nilai korupsi miliaran rupiah yang bagi rakyat kecil perbuatan demikian
dianggap di luar jangkauan nalar. Tidak lama setelah itu, tertangkap pula Menteri
Sosial, Yuliari Batubara, dengan nilai korupsi yang juga tidak main-main, miliaran
rupiah pula.

Sepanjang tahun 2020 saja, KPK telah menetapkan 109 tersangka tindak pidana
korupsi. Mereka ini adalah penyelenggara negara dan pihak swasta (LensaRakyat.Id,
31/12/2020). Para penyelenggara negara tersebut adalah menteri, gubernur, walikota,
dan bupati. Para pejabat ini tidak pernah mau belajar dari peristiwa penangkapan dan
pemenjaraan para tersangka kasus korupsi.
Betapa sangat rapuhnya mental para koruptor sehingga korupsi seolah tidak dapat
distop. Ini pernah pula saya gambarkan dalam puisi “Jumat Keramat” berikut ini.

Strategi Antikotupsi

Mengembangkan budaya antikorupsi dan menumbuhkan rasa malu menikmati hasil


korupsi merupakan hulu yang penting dalam pencegahan tindak pidana korupsi.
Pendidikan antikorupsi harus diperluas untuk melahirkan generasi masa depan yang
antikorupsi. Tetapi, membangun sistem yang menutup peluang terjadinya tindak
pidana korupsi juga merupakan kunci utama.

Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada acara
peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) tahun 2020. Dalam acara yang
digelar secara virtual melalui konferensi video dari Istana Negara dan Gedung Juang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut, Presiden juga menekankan
pentingnya peningkatan transparansi dan akuntabilitas lembaga pemerintahan.

“Semua lembaga pemerintahan harus terus meningkatkan transparansi, meningkatkan


akuntabilitas, melakukan penyederhanaan proses kerja dan proses pelayanan kepada
masyarakat untuk meminimalisir ruang korupsi, sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat,” ujar Presiden dari Istana Negara, Jakarta, Rabu
(16/12/2020).

Presiden menjelaskan, upaya pemerintah untuk melakukan reformasi di sektor


perizinan dan sektor layanan publik merupakan upaya penting untuk memperkecil
peluang terjadinya korupsi. Sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan
kepentingan rakyat banyak, sektor-sektor yang memengaruhi ekosistem berusaha
terutama pada UMKM, menjadi perhatian utama pemerintah.

“Pemerintah berusaha keras untuk melakukan reformasi struktural secara besar-


besaran. Regulasi yang tumpang tindih dan prosedur yang rumit terus akan kita
pangkas. Mekanisme dan prosedur birokrasi yang rumit kita sederhanakan yang
kemudian didukung dengan penggunaan teknologi digital seperti e-budgeting, e-
procurement, e-audit, dan aplikasi-aplikasi lainnya,” ungkapnya.

Pembenahan sistem yang sedang dilakukan tersebut pasti memerlukan dukungan


pengawasan yang efektif, baik yang dilakukan oleh pengawas internal di institusi
pemerintah, pengawas eksternal yang melibatkan beberapa lembaga di luar
pemerintah, dan juga dengan mengundang partisipasi publik untuk mengawasi kerja
aparat pemerintah. Menurut Presiden, profesionalitas aparat penegak hukum memiliki
posisi yang sangat sentral dalam penindakan dan juga pencegahan.

“Namun, orientasi dan mindset dalam pengawasan dan penegakan hukum harus
diarahkan untuk perbaikan dan tata kelola pencegahan korupsi. Kinerja penegakan
bukan diukur dari seberapa banyak kasus yang ditemukan, tetapi pada bagaimana
mencegah secara berkelanjutan agar tindak pidana korupsi itu tidak sampai terjadi
lagi,” tegasnya.

Kepala Negara memandang bahwa upaya pemberantasan korupsi membutuhkan


kegigihan dan konsistensi yang luar biasa dan butuh orkestrasi kebersamaan yang luar
biasa untuk mencegahnya. Selain itu juga butuh inovasi dan kerja sistematis untuk
menutup peluang bagi terjadinya korupsi, serta perlu tindakan yang adil dan konsisten
untuk menindak para pelaku pidana korupsi.

“Saya berharap dengan langkah-langkah yang sistematis, yang sistemik, dari hulu
sampai hilir, kita bisa lebih efektif memberantas korupsi, lebih efektif memberantas
kemiskinan dan mengurangi pengangguran, dan menjadikan Indonesia negara maju
yang kita cita-citakan,” tandasnya.

Nilai dan Kebijakan/Prinsip Anti Korupsi

Nilai-nilai anti korupsi berjumlah 9 buah, yaitu :

1. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku
juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah
merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa
kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk
dalam kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat
diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak
mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai. Lebih luas,
contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur
dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak
hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian

Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa


kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat diwujudkan
dengan berusaha memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem
pengelolaan sumber daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus.
Selain itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turut
membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal maupun di lingkungan
tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial terhadap individu dan
kelompok lain.

3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri
diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai
hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu
memimpin orang lain.

4. Kedisiplinan

Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya
untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari
disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu
dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan
dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala
sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.

5. Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang
memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan
lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu
dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai
tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-
sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan
baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

6. Kerja Keras

Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung


ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi
tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.

7. Kesederhanaan

Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk
tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang
sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya.

8. Keberanian

Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela


kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan
semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat
jika pengetahuannya juga kuat.

9. Keadilan

Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial,
secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945.
Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa
yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar
hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak
tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa
Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam
keadilan.

Sedangkan Kebijakan/Prinsip anti korupsi, yaitu :

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional
dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
kepada sejumlah otoritas eksternal .

Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada
kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang
diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan
pengawasan dan mengharapkan kinerja . Akuntabilitas publik memiliki pola-pola
tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program, akuntablitas
proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik . Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung
maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi


dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk
sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk
melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi
menjadi lima, yaitu :

– Proses penganggaran,

– Proses penyusunan kegiatan,

– Proses pembahasan,

– Proses pengawasan, dan

– Proses evaluasi.

Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,


laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan


proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan
alokasi anggaran (anggaran belanja).

Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan


dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek
mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis.

Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan


dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara


terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara
teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.

3. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya


manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini
terdiri dari lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,
kejujuran dan informatif. Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran
dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan
tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan
dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam
tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung
arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja
yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian
pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem
informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan
sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain
itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu
identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang
kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila
didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor
penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-
undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa
partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan
mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi KPK untuk Visi Indonesia Bebas dari
Korupsi

Memberantas korupsi di Indonesia bukan pekerjaan mudah dan perlu kerja


berkelanjutan yang melibatkan semua pihak. Ada tiga strategi pemberantasan korupsi
yang tengah dijalankan di Indonesia, KPK menyebutnya: Trisula Pemberantasan
Korupsi.

Layaknya trisula yang memiliki tiga ujung tajam, Trisula Pemberantasan Korupsi
memiliki tiga strategi utama, yaitu Penindakan, Pencegahan, dan Pendidikan.

Sula Penindakan menyasar peristiwa hukum yang secara aktual telah memenuhi
unsur tindak pidana korupsi sesuai undang-undang. Sula ini tidak hanya mengganjar
hukuman penjara dan denda bagi para pelaku korupsi, tapi juga memberikan efek jera
bagi para korupsi dan masyarakat. Sementara Sula Pencegahan adalah perbaikan
sistem untuk menutup celah-celah korupsi, dilengkapi oleh sosialisasi dan kampanye
antikorupsi melalui Sula Pendidikan.

Trisula Pemberantasan Korupsi ini selalu digaungkan oleh para Pimpinan KPK dalam
berbagai kesempatan. Harapannya, Trisula akan membantu menyukseskan Visi
Indonesia 2045 —yaitu negara dengan PDB terbesar ke-5 (PDB $ 7 triliun dan
pendapatan per kapita $ 23.199) dan mengurangi kemiskinan hingga mendekati nol.

Mari kita bahas satu per satu Trisula Pemberantasan Korupsi KPK:

1. Sula Penindakan

Sula Penindakan adalah strategi represif KPK dalam menyeret koruptor ke meja
hijau, membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang
menguatkan. Strategi ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penanganan laporan
aduan masyarakat, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga eksekusi.
Pengaduan masyarakat merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi upaya
pemberantasan korupsi. Karena itulah, KPK memperkuat whistleblowing system
yang mendorong masyarakat mengadukan tindak pidana korupsi. Pengaduan
masyarakat atas dugaan tindak pidana korupsi bisa dilakukan di situs KPK.

KPK akan melakukan proses verifikasi dan penelaahan untuk memastikan apakah
sebuah aduan bisa ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan. Di tahap penyelidikan, KPK
akan mencari sekurang-kurangnya dua alat bukti untuk melanjutkan kasus ke proses
penyidikan. Pada tahap ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang
menjadi tersangka.

Selanjutnya adalah tahap penuntutan dan pelimpahan ke Pengadilan Tindak Pidana


Korupsi. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan putusan pengadilan. Eksekusi yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh jaksa.

2. Sula Pencegahan

Harus diakui masih banyak sistem di Indonesia yang membuka peluang terjadinya
korupsi. Misalnya, rumitnya prosedur pelayanan publik atau berbelitnya proses
perizinan sehingga memicu terjadinya penyuapan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Sistem dengan celah korupsi juga kerap terjadi pada proses pengadaan barang dan
jasa yang sarat konflik kepentingan.

Sula Pencegahan mencakup perbaikan pada sistem sehingga meminimalisasi


terjadinya tindak pidana korupsi. Pada strategi ini, KPK akan melakukan berbagai
kajian untuk kemudian memberikan rekomendasi kepada kementerian atau lembaga
terkait untuk melakukan langkah perbaikan.

Di antara perbaikan yang bisa dilakukan misalnya, pelayanan publik yang dibuat
transparan melalui sistem berbasis online atau sistem pengawasan terintegrasi. KPK
juga mendorong penataan layanan publik melalui koordinasi dan supervisi
pencegahan (korsupgah), serta transparansi penyelenggara negara (PN).

Untuk transparansi PN, KPK menerima laporan atas Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan gratifikasi. Penyerahan LHKPN wajib
dilakukan semua penyelenggara negara. Sedangkan untuk gratifikasi, penerima wajib
melaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak menerimanya. Jika tidak
melaporkannya, maka pegawai negeri tersebut dianggap menerima suap.
3. Sula Pendidikan

Sula Pendidikan digalakkan dengan kampanye dan edukasi untuk menyamakan


pemahaman dan persepsi masyarakat tentang tindak pidana korupsi, bahwa korupsi
berdampak buruk dan harus diperangi bersama.

Harus diakui, masyarakat tidak memiliki pemahaman yang sama mengenai korupsi.
Contoh paling mudah adalah soal memberi "uang terima kasih" kepada aparat
pelayan publik yang masih dianggap hal lumrah. Padahal uang terima kasih adalah
gratifikasi yang dapat mengarah kepada korupsi.

Melalui Sula Pendidikan, KPK ingin membangkitkan kesadaran masyarakat


mengenai dampak korupsi, mengajak masyarakat terlibat dalam gerakan
pemberantasan korupsi, serta membangun perilaku dan budaya antikorupsi.

Salah satu bentuk konkret edukasi anti korupsi adalah diterbitkannya


Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penyelenggaraan
Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi. Melalui Peraturan Menteri ini,
perguruan tinggi negeri atau swasta wajib mengadakan mata kuliah pendidikan
antikorupsi untuk para mahasiswanya.

Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum, pendidikan antikorupsi juga
disampaikan kepada anak-anak usia dini, sekolah dasar hingga sekolah menengah
atas. Salah satu bentuknya dengan berbagai permainan dan tontonan anak yang
bertemakan integritas. Dengan sasaran usia yang luas tersebut, KPK berharap, pada
saatnya nanti di negeri ini akan dikelola oleh generasi antikorupsi.

Semua Pihak Berperan

Tentunya Trisula Pemberantasan Korupsi tidak akan berhasil jika hanya dilakukan
oleh KPK. Membutuhkan peran serta semua pihak untuk bisa mewujudkan negara
yang bebas dari korupsi, dari pemerintah hingga masyarakat.

Butuh komitmen dan political will dari pemerintah dan publik untuk menuntut
standar etis dan norma yang lebih tinggi, bahwa korupsi bukan hanya soal melawan
hukum tapi juga merusak sendi-sendi kebangsaan.
Pihak swasta yang kerap juga terlibat dalam kasus korupsi harus juga berperan dalam
strategi ini. Karena itulah, Trisula Pemberantasan Korupsi juga diarahkan ke sektor
swasta secara proporsional.

Masyarakat sipil yang bersemangat antikorupsi dan media massa yang independen
juga menjadi salah satu kunci memberantas korupsi di tanah air. Sinergitas KPK
dengan aparat penegak hukum lainnya, kementerian atau lembaga, organisasi
pemerintah dan non pemerintah mesti ditingkatkan untuk mendeteksi dan menindak
para pelaku korupsi.

Apakah Koruptor Layak Didor?

Dampak korupsi sangat merugikan negara. Negara bisa runtuh karena digerogoti para
koruptor yang mencuri uang negara. Cepat atau lambat jika perilaku korupsi
berkembang di mana-mana, negeri ini akan binasa. Rakyat hidup menderita. Jika
seorang pejabat ketahuan korupsi dan kemudian ditangkap oleh KPK, tidak sedikit
pun memiliki rasa takut dan malu. Mereka malah tersenyum dan melambaikan tangan
kepada para awak juru warta. Seolah-olah korupsi dianggap sebagai prestasi dan
prestise.

Tidak seperti di negeri matahari terbit yang masyarakatnya tertib dan memiliki
budaya malu yang tinggi. Para pejabat Jepang yang ketahuan korupsi dengan gagah
berani melakukan harakiri dengan samurai. Aksi bunuh diri ini dilakukan sebagai
perwujudan rasa nalu yang menggumpal.

Mantan Jaksa Agung, Sukarton Marmosudjono, pernah mengingatkan agar pelaku


tindak pidana korupsi ditindak dengan tuntutan yang berat. Ia mengatakan bahwa
tidak adil apabila manipulator hukumannya ringan, sedangkan pencuri hukumannya
berat. Padahal, manipulator melakukan tindakan yang mengganggu jalannya
pembangunan.

Manipulator adalah koruptor yang tidak memiliki hati nurani. Mereka berkhianat dan
tidak memegang teguh amanat yang diberikan oleh rakyat. Mereka lamis, cuma manis
di bibir karena lain di hati lain di mulut. Apa yang diniatkan tidak selaras dengan apa
yang diucapkan dan dilakukan. Mereka mengamalkan hipokrisi secara sempurna.

Selama ini hukuman mati diberlakukan bagi para pelaku tindak pidana terorisme,
para gembong dan bandar narkoba, dan para pembunuh yang mengakibatkan nyawa
banyak orang melayang. Di negeri ini hukuman mati diberlakukan dengan cara
menembak terpidana dengan peluru tajam hingga terpidana dinyatakan sudah
meninggal dunia oleh dokter. Bukan dipancung, digantung, disetrum dengan listrik
atau disuntik, atau seperti yang berlaku di Arab Saudi, Malaysia, atau Amerika
Serikat. Cuma di China pelaku korupsi miliaran rupiah dihukum mati dengan cara
ditembak.

Koruptor membunuh secara tidak langsung banyak orang. Harkat, derajat, dan
martabat manusia dan kemanusiaan dihancurkan oleh koruptor secara sistematis. Itu
sebabnya, koruptor layak dihukum berat. Hukuman ringan bagi para koruptor tidak
membuat jera dan tidak memberikan pesan yang kuat bagi orang lain agar tidak
melakukan korupsi.

Korupsi yang dilakukan oleh Yuliari Batubara dengan mengentit bantuan sosial
(bansos) ketika masyarakat di negeri ini sedang diterpa Pandemi Covid-19 atau
wabah Corona, harus diberi sanksi berat hukuman mati. Bayangkan, berapa banyak
manusia di Republik ini yang telah dihancurkan rasa manusia dan kemanusiaannya.

Kita layak meniru kebijakan dan strategi yang ditempuh oleh negeri tirai bambu.
Hukuman mati bagi para koruptor miliaran hingga triliunan rupiah sudah sering kita
dengar. Para pejabat sekelas menteri dan walikota banyak yang dihukum mati karena
terbukti berbuat korupsi.

Anda mungkin juga menyukai