Nim : 202028095
Management Koperasi
A. Pengantar
Untuk menjalankan tugas dan perannya secara efektif, maka dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi koperasi serta untuk mengarahkan orang-orang yang ada di dalam
koperasi, membutuhkan. manajemen. Para manajer, pengurus, dan pengawas membutuhkan
manajemen untuk menjalankan organisasi guna mencapai tujuan bersama yang diinginkan
serta menciptakan perubahan organisasi. Manajemen juga diperlukan untuk menciptakan
keteraturan sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif. Pemimpin, pengurus, dan pengawas
koperasi harus menya dari bahwa dasar-dasar untuk menjalankan mengelola organisasi yang
dipimpinnya.
B. Definisi Manajemen
Untuk memahami manajemen lebih mendalam, maka terlebih dulu perlu diketahui arti dari
manajemen, dan penulis akan menyajikan beberapa pengertian manajemen yang dikutip dari
pendapat ahli, yaitu sebagai berikut.
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah rangkaian aktivitas pemanfaatan dan
mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan cara yang
efektif dan efisien.
Murdick, Ross, Clagget (1997), mengemukakan ada tiga tugas penting dari manajemen, yaitu
sebagai berikut.
2. Membentuk suatu lingkungan kerja dan alokasi dari sumber daya agar terdapat produktivitas
maksimum dari seluruh sistern (organisasinya).
3. Mengatur tanggung jawab kepada, dan dampaknya, mereka yang "berkepentingan" atas
lembaga tersebut.
fungsi-fungsi manajemen, maka kita akan dihadapkan dengan beberapa fungsi manajemen
yang sering digunakan. dalam dunia bisnis maupun organisasi, yaitu terdiri atas: Perencanaan
(Planning), Pengorganisasian (Organizing), Koordinasi (Coordinating). Pengarahan (Actuating),
dan Pengendalian (Controlling).
D. Tingkatan Manajemen
Dalam bukunya, McLeod dan Schell (2007) menyebutkan ada tiga tingkat manajemen, yaitu
sebagai berikut.
1. Tingkat Perencanaan Strategis (strategic planning level) atau disebut juga Manajemen
Puncak, di mana keputusannya berpengaruh ke seluruh organisasi untuk masa kini dan
mendatang. Misalnya, presiden dan wakil
presiden.
2. Tingkat Manajemen Kontrol (management control level) atau disebut juga Manajemen
Tingkat Menengah, di mana manajemen pada tingkat ini melakukan pekerjaan-pekerjaan
bersifat taktis, karena mereka bertanggung jawab dalam meletakkan perencanaan menjadi
pekerjaan nyata dan memastikan akan tercapainya tujuan. Misalnya, manajer wilayah, direktur,
dan kepala divisi.
3. Tingkat Kontrol Operasional (operation control level) atau disebut juga tingkat paling rendah,
di mana mereka bertanggung jawab menjalankan perencanaan yang dibuat oleh manajer pada
tingkat di atasnya. Pada tingkat inilah, operasional perusahaan ditangani. Misalnya, kepala
departemen, supervisi, dan pimpinan proyek.
E. Perencanaan
David (2017) dalam bukunya menuliskan bahwa perencanaan adalah jembatan penting yang
menghubungkan masa kini dan masa akan datang yang meningkatkan kemungkinan mendapat
hasil yang diharapkan.
Secara umum, ada tiga fungsi dari sebuah perencanaan, yaitu mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam membuat keputusan; membantu dalam percepatan pencapaian
tujuan atau sasaran organisasi; dan meminimalkan risiko
Stoner (1986), menuliskan ada empat langkah dasar dalam perencanaan yang dapat
disesuaikan dengan semua kegiatan perencanaan, pada semua tingkat di dalam organisasi
atau perusahaan, yaitu sebagai berikut.
1. Tetapkan tujuan atau seperangkat tujuan.
2. Definisikan situasi saat ini.
3. Identifikasikan hal-hal yang membantu dan menghambat tujuan tujuan.
4. Kembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan.
Secara umum, perencanaan dibagi atas beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Rencana Strategis (strategies plans). Daft (2007) mendefinisikan Rencana Strategis adalah
langkah nyata yang diambil organisasi untuk mencapai tujuan strategisnya. Tujuan strategis
adalah pernyataan yang luas tentang ke arah mana organisasi ingin melangkah di masa depan,
mengarah ke organisasi secara menyeluruh dan bukan menunjuk pada divisi atau
departemen tertentu.
2. Rencana Operasional (operational plans). Daft (2007) mendefinisikan Rencana Operasional
adalah rencana yang dibuat oleh organisasi di tingkat bawah yang menjelaskan
langkah-langkah yang diambil dalam mencapai tujuan operasional dan mendukung kegiatan
perencanaan taktis. Tujuan operasional adalah hasil yang spesifik dan terukur yang diharapkan
dari departemen, kelompok kerja, dan individu dalam organisasi.
Schermerhorn (1997) menyebutkan perencanaan operasional yang khas dalam bisnis
perusahaan di antaranya sebagai berikut.
3. Rencana Jangka Pendek adalah rencana yang mencakup satu tahun atau kurang.
4. Rencana Jangka Menengah adalah rencana untuk jangka waktu 1 sampai
2 tahun.
5. Rencana Jangka Panjang adalah rencana dengan kerangka waktu lebih dari lima tahun.
6. Rencana Sekali Pakai. Daft (2007), mendefinisikan Rencana Sekali Pakai adalah rencana
yang dikembangkan untuk mencapai sejumlah tujuan yang tidak akan diulangi di masa depan.
Schermerhom (1997), menyebutkan rencana sekali pakai digunakan hanya sekali pakai untuk
situasi yang unik. Perencanaan ini didesain untuk mencapai tujuan khusus yang dinyatakan
dalam kerangka waktu tertentu, misalnya perencanaan anggaran dan jadwal proyek.
7. Rencana Terus-Menerus. Daft (2007), mendefinisikan Rencana Berkesinambungan adalah
rencana yang menunjukkan respons organisasi terhadap situasi tertentu, seperti keadaan
darurat, kemunduran, atau kondisi yang tidak diharapkan lainnya. Rencana Tetap.
Schermerhorn (1997), menyebutkan rencana tetap
8. merupakan perencanaan yang digunakan untuk kegiatan yang terjadi berulang kali
terus-menerus. Perencanaan ini tertuang dalam bentuk kebijaksanaan organisasional,
prosedur-prosedur, dan peraturan peraturan.
F. Pengorganisasian
David (2017) dalam bukunya menuliskan bahwa tujuan pengorganisasian (organizing) adalah
untuk mencapai usaha yang terkoordinasi dengan mendefinisikan hubungan pekerjaan dengan
otoritas. Pengorganisasian berarti merupakan "siapa" yang melakukan "apa" dan "siapa" yang
melaporkan kepada "siapa". Lebih lanjut, dituliskan bahwa fungsi pengorganisasian manajemen
dapat dilihat dari tiga aktivitas yang berurutan, yaitu: Pertama, pemecahan tugas menjadi
pekerjaan (spesialisasi kerja). Kedua, mengombinasikan pekerjaan untuk membantu
departemen-departemen (departementalisasi). Ketiga, mendelegasikan kewenangan.
G. Koordinasi
Downey dan Erickson (1988) mendefinisikan koordinasi merupakan daya upaya untuk
menyinkronkan dan menyatukan tindakan-tindakan sekelompok manusia,
Koordinasi dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu Pertama, koordinasi vertikal adalah upaya
penyatuan atau pemaduan oleh seorang pemimpin terhadap kegiatan berbagai unit organisasi
yang ada di bawah kekuasaannya guna mendukung tercapainya tujuan organisasi. Kedua,
koordinasi horizontal adalah upaya penyatuan atau pemaduan oleh seorang pemimpin terhadap
kegiatan berbagai unit organisasi yang berada pada tingkat organisasi (posisi/ jabatan) yang
setingkat atau sejajar (Tambunan, 2015).
H. Pengarahan
Downey dan Erickson (1988) mendefinisikan pengarahan merupakan daya upaya untuk
menunjukkan jalan terbaik. Pengarahan meliputi usaha untuk memimpin, menyelia atau
mengawasi, memotivasi, mendelegasikan, dan menilai mereka yang dipimpin; dan pengarahan
ditujukan untuk: menentukan kewajiban dan tanggung jawab; menetapkan hasil yang harus
dicapai; mendelegasikan wewenang yang diperlukan; menciptakan hasrat untuk berhasil;
mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya; membuat
organisasi tetap hidup; untuk menciptakan kondisi yang menumbuhkan minat kerja.
I. Pengendalian
David (2017) dalam bukunya menuliskan bahwa fungsi pengendalian (controlling) manajemen
meliputi semua aktivitas yang diambil untuk memastikan bahwa operasional aktual sama
dengan operasional yang direncanakan.
pengendalian meliputi empat tahap dasar, yaitu Pertama, menetapkan standar kinerja. Kedua,
mengukur kinerja individu dan organisasi. Ketiga, membandingkan kinerja aktual dengan
standar kinerja yang direncanakan. Keempat, mengambil tindakan perbaikan.
Griffin (2004) menjelaskan ada empat tujuan dari pengendalian bagi organisasi, yaitu sebagai
berikut.
1. Beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2. Membatasi akumulasi kesalahan.
3. Mengatasi kompleksitas organisasi.
4. Meminimalisasi biaya.
Griffin (2004) menjelaskan ada lima karakteristik dari pengendalian yang efektif, yaitu sebagai
berikut.
Griffin (2004) membagi empat level pengendalian dalam sistem organisasi, yaitu sebagai
berikut.
Manajemen Koperasi adalah rangkaian kegiatan berkerja sama dalam pemanfaatan dan
mendayagunakan sumber daya koperasi untuk mencapai tujuan bersama dengan cara yang
efektif dan efisien sesuai dengan nilai serta prinsip koperasi. Manajemen Koperasi
dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki oleh koperasi
secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan organisasi.
Manajemen Koperasi melibatkan unsur atau perangkat yang terdiri atas Anggota, Pengurus,
Pengawas, Dewan Pembina, Manajer, dan Karyawan untuk mengelola koperasi ke arah yang
lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Manajemen Operasional,
2. Manajemen Keuangan,
3. Manajemen Pemasaran,
Koperasi yang menganut prinsip manajemen tradisional hanya berfokus kepada tujuan utama
koperasi, yaitu menyejahterakan para anggotanya. Secara umum, penulis mencoba
menjelaskan beberapa bentuk manajemen tradisional dalam organisasi koperasi, yaitu sebagai
berikut.
Koperasi yang telah menerapkan manajemen modern adalah koperasi yang memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. Manajemen dipandang sebagai suatu ilmu yang bersifat teoretis dan harus diaplikasikan di
dalam aktivitas organisasi koperasi. Organisasi dan usaha koperasi sudah dikelola dengan
pendekatan manajemen yang profesional.
2. Fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan sudah diterapkan dengan baik dalam mendukung tercapainya tujuan yang
ditetapkan bersama.
3. Tujuan koperasi tidak hanya untuk menyejahterakan para anggotanya, tetapi tujuannya
sudah berfokus untuk pemenuhan kebutuhan anggota dan konsumen secara luas;
4. Sudah ada pengaturan serta pembagian untuk tugas dan tanggung jawab untuk setiap
anggota koperasi.
5. Setiap Pengurus, Pengawas, dan Pengelola (manajer) dipilih dan diangkat sesuai dengan
kemampuan dan pengalaman,
6. Semua aktivitas koperasi sudah didukung oleh penggunaan sistem teknologi canggih yang
terintegrasi, sehingga memberikan kemudahan, kecepatan, ketepatan, dan keakuratan di setiap
kegiatannya.
7. Risiko sudah dikelola dengan baik guna meminimalisasi pengulangan
8. kesalahan yang sama di masa mendatang. Sudah diterapkan program penelitian dan
pengembangan (research and development)
Setiap koperasi mencantumkan jenis koperasi dalam Anggaran Dasar. Jenis koperasi tersebut
didasarkan pada kesamaan kegiatan usaha dan/atau kepentingan ekonomi anggota. Secara
umum, jenis koperasi terdiri atas berikut ini.
1. Koperasi Konsumen
2. Koperasi Produsen
3. Koperasi Jasa
4. Koperasi Simpan Pinjam
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1959 telah dijabarkan bahwa koperasi tersusun
dalam tingkatan, yaitu sebagai berikut.
1. Koperasi Primer, yaitu koperasi yang beranggotakan orang-orang dan
2. yang mempunyai sedikitnya 25 orang anggota.
3. 2. Koperasi Pusat, yaitu gabungan beberapa koperasi yang mempunyai
4. kaitan dalam usahanya serta beranggotakan sedikit-dikitnya 5 buah Koperasi Primer.
5. 3. Gabungan Koperasi, yaitu gabungan dari beberapa gabungan Koperasi Pusat. Tiap-tiap
Gabungan Koperasi harus memakai nama yang menyebut kata "Gabungan Koperasi"; dan
penunjukan usaha utama atau jenis.
6. 4. Induk Koperasi, yaitu gabungan dari beberapa Gabungan Koperasi. Tiap-tiap Induk
Koperasi harus memakai nama yang menyebut: kata "Induk Koperasi"; dan penunjukan usaha
utama atau jenis.
7. Damage C
8. Lebih lanjut, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1959 telah diatur tingkatan
koperasi berdasarkan letak kedaerahannya, yaitu sebagai berikut.
1. Tingkat Primer meliputi Desa.
2. 2. Tingkat Pusat meliputi Kabupaten.
3. 3. Tingkat Gabungan meliputi Provinsi.
4. 4. Tingkat Induk meliputi nasional (seluruh Indonesia).