Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Manajemen


1. Definisi Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Adapun definisi
manajemen yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan (2012;1) menyatakan “manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Dalam manajemen terdapat sejumlah fungsi-fungsi operasional. Fungsi-fungsi tersebut
telah dikemukakan oleh para penulis dengan berbagai sudut pendekatan dan sudut pandang
yang berbeda.
Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan),
dan controlling (pengawasan) :
1) Planning (Perencanaan)
a. Pengertian Planning
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna
merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
b. Proses Perencanaan
Proses perencanaan berisi langkah-langkah:
(1) Menentukan tujuan perencanaan;
(2) Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;
(3) Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang;
(4) Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan
(5) Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi
hasilnya.
c. Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana (plan).
- Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh
organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen
membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
- Rencana adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan.
Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan
penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan,
dan frekuensi penggunaanya.
d. Unsur-unsur Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik harus menjawab enam pertanyaan yang tercakup dalam
unsur-unsur perencanaan yaitu:
- tindakan apa yang harus dikerjakan, yaitu mengidentifikasi segala sesuatu
yang akan dilakukan;
- apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, yaitu merumuskan faktor-
faktor penyebab dalam melakukan tindakan;
- tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan tempat atau lokasi;
- kapan tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan waktu pelaksanaan
tindakan;
- siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, yaitu menentukan pelaku yang
akan melakukan tindakan; dan
- bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut, yaitu menentukan metode
pelaksanaan tindakan.
e. Klasifikasi perencanaan
Rencana-rencana dapat diklasifikasikan menjadi:
- rencana pengembangan. Rencana-rencana tersebut menunjukkan arah (secara
grafis) tujuan dari lembaga atau perusahaan;
- rencana laba. Jenis rencana ini biasanya difokuskan kepada laba per produk atau
sekelompok produk yang diarahkan oleh manajer. Maka seluruh rencana berusaha
menekan pengeluaran supaya dapat mencapai laba secara maksimal;
- rencana pemakai. Rencana tersebut dapat menjawab pertanyaan sekitar cara
memasarkan suatu produk tertentu atau memasuki pasaran dengan cara yang lebih
baik; dan
- rencana anggota-anggota manajemen. Rencana yang dirumuskan untuk menarik,
mengembangkan, dan mempertahankan anggota-anggota manajemen menjadi
lebih unggul (Terry, 1993: 60).
f. Tipe-tipe Perencanaan
Tipe-tipe perencanaan terinci sebagai berikut:
- perencanaan jangka panjang (Short Range Plans), jangka waktu 5 tahun atau
lebih;
- perencanaan jangka pendek (Long Range Plans), jangka waktu 1 s/d 2 tahun;
- perencanaan strategi, yaitu kebutuhan jangka panjang dan menentukan
komprehensif yang telah diarahkan;
- perencanaan operasional, kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk
mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi
tersebut;
- perencanaan tetap, digunakan untuk kegiatan yang terjadi berulang kali (terus-
menerus); dan
- perencanaan sekali pakai, digunakan hanya sekali untuk situasi yang unik.
g. Dasar-dasar Perencanaan yang Baik
Dasar-dasar perencanaan yang baik meliputi:
- forecasting, proses pembuatan asumsi-asumsi tentang apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang;
- penggunaan skenario, meliputi penentuan beberapa alternatif skenario masa yang
akan datang atau peristiwa yang mungkin terjadi;
- benchmarking, perbandingan eksternal untuk mengevaluasi secara lebih baik
suatu arus kinerja dan menentukan kemungkinan tindakan yang dilakukan untuk
masa yang akan datang;
- partisipan dan keterlibatan, perencanaan semua orang yang mungkin akan
mempengaruhi hasil dari perencanaan dan atau akan membantu
mengimplementasikan perencanaanperencanaan tersebut; dan
- penggunaan staf perencana, bertanggung jawab dalam mengarahkan dan
mengkoordinasi sistem perencanaan untuk organisasi secara keseluruhan atau
untuk salah satu komponen perencanaan yang utama.
h. Tujuan Perencanaan
- untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non-
manajerial;
- untuk mengurangi ketidakpastian;
- untuk meminimalisasi pemborosan; dan
- untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya.
i. Sifat Rencana yang Baik
Rencana dikatakan baik jika memiliki sifat sifat-sifat sebagai berikut:
- pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas;
- fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya;
- stabilitas, setiap rencana tidak setiap kali mengalami perubahan, sehingga harus
dijaga stabilitasnya;
- ada dalam pertimbangan; dan
- meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi.

2) Organizing (Pengorganisasian)
a. Pengertian Pengorganisasian
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat,
yaitu proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan
penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82).
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber
yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
b. Ciri-ciri Organisasi
Ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut:
- mempunyai tujuan dan sasaran;
- mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati;
- adanya kerjasama dari sekelompok orang; dan
- mempunyai koordinasi tugas dan wewenang.
c. Komponen-komponen Organisasi
Ada empat komponen dari organisasi yang dapat diingat dengan kata “WERE”
(Work, Employees, Relationship dan Environment).
- Work (pekerjaan) adalah fungsi yang harus dilaksanakan berasal dari sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan.
- Employees (pegawai-pegawai) adalah setiap orang yang ditugaskan untuk
melaksanakan bagian tertentu dari seluruh pekerjaan.
- Relationship (hubungan) merupakan hal penting di dalam organisasi. Hubungan
antara pegawai dengan pekerjaannya, interaksi antara satu pegawai dengan
pegawai lainnya dan unit kerja lainnya dan unit kerja pegawai dengan unit kerja
lainnya merupakan hal-hal yang peka.
- Environment (lingkungan) adalah komponen terakhir yang mencakup sarana fisik
dan sasaran umum di dalam lingkungan dimana para pegawai melaksanakan
tugas-tugas mereka, lokasi, mesin, alat tulis kantor, dan sikap mental yang
merupakan faktor-faktor yang membentuk lingkungan.

d. Tujuan organisasi
Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak
terdapat sekarang, tetapi dimaksudkan untuk dicapai pada waktu yang akan dating
melalui kegiatan-kegiatan organisasi (Handoko, 1995: 109).
e. Prinsip-prinsip organisasi
Williams (1965: 85) mengemukakan pendapat bahwa prinsipprinsip organisasi
meliputi :
- prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas
- prinsip skala hirarki;
- prinsip kesatuan perintah;
- prinsip pendelegasian wewenang;
- prinsip pertanggungjawaban;
- prinsip pembagian pekerjaan;
- prinsip rentang pengendalian;
- prinsip fungsional;
- prinsip pemisahan;
- prinsip keseimbangan;
- prinsip fleksibilitas; dan
- prinsip kepemimpinan.
f. Manfaat pengorganisasian
Pengorganisasian bermanfaat sebagai berikut:
- dapat lebih mempertegas hubungan antara anggota satu dengan yang lain;
- setiap anggota dapat mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab;
- setiap anggota organisasi dapat mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawab masing-masing sesuai dengan posisinya dalam struktur organisasi;
- dapat dilaksanakan pendelegasian wewenang dalam organisasi secara tegas,
sehingga setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang;
dan
- akan tercipta pola hubungan yang baik antar anggota organisasi, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan dengan mudah.
3) Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian
rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan bersama
4) Controlling (Pengawasan)
a. Pengertian Controlling
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat
utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
b. Tahap-tahap Pengawasan
Tahap-tahap pengawasan terdiri atas:
- penentuan standar;
- penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
- pengukuran pelaksanaan kegiatan;
- pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan; dan
- pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
c. Tipe-tipe Pengawasan
- Feedforward Control dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah dan
penyimpangan dari standar tujuan dan memungkinkan koreksi sebelum suatu
kegiatan tertentu diselesaikan.
- Concurrent Control merupakan proses dalam aspek tertentu dari suatu prosedur
harus disetujui dulu sebelum suatu kegiatan dilanjutkan atau untuk menjamin
ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
- Feedback Control mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Manajemen Organisasi
Alat-alat dalam manajemen organisasi menurut Abdulsyan (2010) dapat dirumuskan
dalam 5M, yaitu:
1. Man : tenaga kerja manusia
2. Money : uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
3. Methods : cara atau sistem untuk mencapai tujuan
4. Materials : bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan
5. Market : pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi

2.2 Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep
dan aplikasi. Konsep manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategi
melalui pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan
metoda asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi
yang lengkap.
Menurut Swanburg (2010), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam
tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau
penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi: metode,
prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan
kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok.
1. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994),
adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai
kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai
dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga
lain yamg bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaannkkya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal.
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain
yang diperlukan di ruang rawat.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya.
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan
mencatat program.
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk
tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah pemberian asuhan
keperawatan.
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui
keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah
berlangsung.
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas
wewenangnya.
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan benar.
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain,
seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah
Sakit.
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien
dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan
ruangan dan lingkungan.
21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat
pengkajiannya.
23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan
serta kegiatan lain di ruangan rawat.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan di bidang perawatan.
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan
tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat – obatan secara
efektif dan efisien.
3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
2. Perawat Pelaksana
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak
langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat
pelaksana bertindak sebagai:
a. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006).
b. Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan
kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006).
c. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait
dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk
memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit (Praptianingsi, 2006).
d. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ
atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.
2. Prinsip Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan proses
manajemen seperti proses keperawatan, mencakup pengumpulan data,fakta-fakta,
masalah-masalah diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan rencana-rencana dan
evaluasi hasil.
b. Perencanaan
Dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai
tujuan organisasi yang telah diterapkan. Perencanaan disini dimaksudkan
untukmenentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakan tujuan, mengalokasi anggaran belanja, memutusan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan,membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakan kebijaksanan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah diterapkan.
c. Pelaksanaan
Karena manajemen membutuhkan kerja sama dengan orang lain, pelaksanaan
langkah proses manajemen menyangkut pengarahan kelompok-kelompok perawatan
untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang telah direncanaakan. Pengarahan
karyawan mencakup pengarahan komunikasi dan motivasi.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauhstaf
mampu melaksaanan peranannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan.
2.2 Konsep SP2KP
1. Definisi
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) merupakan
sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan
dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan  perawat asosiet (PA) serta
tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009). Sistem  pemberian pelayanan
keperawatan profesional (SP2KP) adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di
setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang memungkinkan  perawat untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional bagi pasien.
SP2KP mempunyai sistem pengorganisasian yang baik dimana sesional luruh
komponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan diatur secara profesional (Rantung
2013). SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit
ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem
pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana
prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan DEPKES RI, 2009)
Pelaksanaan SP2KP merupakan aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik
keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan
profesional diri. Komponen pelaksanaan SP2KP terdiri dari aplikasi nilai-nilai
profesional dalam praktik keperawatan, Manajemen dan pemberian asuhan
keperawatan, dan Pengembangan profesional diri (Kemenkes RI, 2010).
Pelaksanaan melibatkan kerjasama profesional antara kepala ruangan, perawat
primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta adanya CCM (Clinical Care Management).
Perawat primer bertugas untuk mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien
yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow Up) perkembangan pasien.
Perawat asosiet bertugas untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
dilaksanakan dan memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.
Clinical care management bertugas untuk membimbing PP dan PA dalam
implementasi SP2KP untuk melakukan ronde keperawatan, memberi masukan saat
diskusi kasus pada PP dan PA, bekerja sama dengan kepala ruangan, dan mengevaluasi
implementasi SP2KP.
2. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996),
terdapat komponen pelayanan keperawatan professional menurut Kusnanto (2004)
diantaranya yaitu :
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak
klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas
harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien dirawat
di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk
tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PA
agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.  
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP
adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan kemampuan
manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan
pemimpin yang efektif.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan


Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
1. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang
perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu member
informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian
informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam  penetapan
rencana tindakan medik.
2. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang professional. Kompensasi san penghargaan yang diberikan kepada
perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan
berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA
dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP
dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan
gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.
 Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok
pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan PA
selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari
segi kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang yang berada dalam satu tim
tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama
yang  professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut juga harus
mampu membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan lainnya.
3. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional berdasarkan SP2KP
SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat
memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional bagi
pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara
profesional (Sitorus & Yulia, 2006). Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien mengacu pada proses keperawatan itu sendiri
yaitu meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan maupun pendokumentasiannya perawat
dituntut untuk profesional.
SP2KP merupakan bentuk pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan
lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien.
Didalam SP2KP kita sering mengenal perawat primer (PP) dan perawat associate (PA).
Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam menjalankan
komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, farmasi, dll. Dalam
hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil  pemeriksaannya berdasarkan
hasil pengkajian yang berhubungan dengan perawatan pasien yang dilaksanakan oleh
PA, sehingga dapat membantu dalam memutuskan tindakan medis selanjutnya. Dalam
melakukan asuhan keperawatan yang professional, diperlukannya membuat suatu
rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu mengidentifikasi dan menyusun
strategi terhadap tindakan keperawatan yang akan dilakukan ke pasien. Selain itu
renpra juga memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Pedoman bagi PP-PA dalam melakukan tindakan dan asuhan keperawatan


professional  
2. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai
penunjuk perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media
komunikasi PP pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk
melakukan sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh
sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP
tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini menunjukan
bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan-ketentuan
tertentu (biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit).

Anda mungkin juga menyukai