Anda di halaman 1dari 27

PLANNING DALAM MANAJEMEN

Pengantar Manajemen

Disusun Oleh :

Ketua : Ananda Pratama Putra A. 175020301111025

Anggota :

1. Aliyatul Himah 175020301111014


2. Gabriella Esther 175020307111042
3. Vionisa Shafira 175020307111047

Universitas Brawijaya

2017
I. Latar Belakang

Didalam dunia kerja, organisasi atau di dalam kebutuhan rumah tangga


sekalipun, perencanaan tetaplah dibutuhkan. Di dalam dunia kerja, perencanaan
dibutuhkan untuk perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan,
perencanaan pembuatan produk baru dan perencanaan anggaran dan keuangannya.
Perencanaan (planning) merupakan proses dasar yang melibatkan penetapan
tujuan, penentuan untuk mencapai strategi itu, dan pemgembangan rencana untuk
mengintegrasikan serta mengkoordinasikan kegiatan kerja suatu organisasi.
Perencanaan juga merupakan salah satu fungsi yang terpenting dalam manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan.

Perencanaan dibutuhkan dalam berbagai kegiatan organisasi, seperti manajer


yang membutuhkan perencanaan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
Zaman sekarang ini, perencanaan harus lebih sering mengandalkan prosedur yang
rasional, sistematis, terstruktur dan sesuai dengan fakta bukan dengan firasat atau
dugaan. Hal ini dibutuhkan seorang manajer untuk memberikan arah kepada
seluruh unit kerja agar mengetahui apa hal-hal yang harus dicapai oleh organisasi
dan memberikan kontribusi tentang apa yang harus dilakukan. Dengan kerja yang
terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efektif dan efisien serta
sesuai dengan tujuan perusahaan.

Dalam organisasi seringkali banyak sekali program kerja yang tidak jalan
sesuai dengan perencanaan dan tujuan organisasi. Oleh karena itu, seorang
manajer membutuhkan perencanaan yang matang agar mengantisipasi hal-hal
yang tidak diinginkan. Meskipun hal-hal yang terjadi diluar rencana tidak dapat
dihilangkan, tetapi dengan perencanaan, perusahaan atau organisasi dapat
meminimalisir hal-hal tersebut.

Perencanaan merupakan elemen yang penting di dalam organisasi, sebab


perencanaan merupakan hal yang paling dasar. Tanpa adanya perencanaan,
fungsi-fungsi lain seperti fungsi pengorganisasian, pengawasan dan pengarahan
tidak dapat berjalan.
II. Isi
A. Pengertian Perencanaan

Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk


dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan. Perencanaan juga penentuan serangkain tindakan untuk mencapai
suatu hasil yang ditentukan.

Beberapa tokoh juga berpendapat tentang arti dari perencanaan:

1. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel


Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, program-
program dari alternatif-alternatif yang ada.
2. G.R.Terry
Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
3. Drs.H.Malayu dan S.P Hasibuan
Rencana adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi
pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu.
Jadi,setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu:”tujuan dan pedoman” .
4. Prajudi Atmosudirdjo
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang kan
di jalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan,
bilamana, dimana, dan bagaimana cara melakukanya.
5. S.P. Siagian (1994:108)
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pross pemikiran dan
penentuan secara matang daripada hal-hal yang dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dijawab oleh perencanaan : (Pengantar


Manajemen oleh Hari Sucahyowati, S.Pd., M.Si)
a. Tindakan apa yg harus dikerjakan?
b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?
c. Dimana tindakan itu harus dikerjakan?
d. Kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
e. Siapakah yg akan mengerjakan tindakan itu?
f. Bagaimanakah caranya melaksanakan.

B. Pentingnya suatu perencanaan

Salah satu pentingnya dibuat perencanaan adalah melihat program-program


yang akan digunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan-
tujuan, sehingga dapat meningkatkan peluang dalam pengambilan keputusan yang
lebih baik.Maka dari itu, perencanaan organisasi harus dibuat dengan aktif,
dinamis, berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya
bereaksi terhadap lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia
usaha.

Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan, yaitu:

1. Untuk mencapai “protective benefits” yaitu keamanan dalam pengambilan


keputusan sehingga menghasilkan keuntungan yang baik. Hal ini
dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pembuatan keputusan.
2. Untuk mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses
pencapaian tujuan organisasi.

Tujuan dari perencanaan;

1. Standar Pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan


perencanaanya.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat ( struktur organisasinya ), baik
kualifikasinya maupun kuantitasnya.
4. Mendapat kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Meminalkan kegiatan kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya,
tenaga dan waktu.
6. Memberikan Gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan.
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

Beberapa manfaat perencanaan adalah:

1. membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-


perubahan lingkungan.
2. memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas.
3. membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat.
4. memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi.
5. memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi.
6. membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
7. meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
8. menghemat waktu, usaha, dan dana.

C. Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi Lain

Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan manajerial


lainnya adalah saling berhubungan, saling tergantung dan berinteraksi.  Berikut ini
penjelasan tentang hubungannya.

a) Pengorganisasian dan penyusunan personalia


        Pengorganisasian adalah proses pengaturan kerja bersama sumber
daya-sumber daya keuangan, phisik dan manusia dalam organisasi.
Perencanaan menunjukan cara dan menunjukan sumber daya-sumber
daya tersebut seperti menetapkan anggota baru, dan menempatkan
anggota di masing masing departemen untuk mencapai efektivitas paling
tinggi.
b) Pengarahan 
Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor,
kekuatan-kekuatan, sumber daya-sumber daya dan hubungan-hubungan
yang di perlukan untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan.
c) Pengawasan
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan sangat erat, sehingga
sering disebut sebagai “kembar siam” dalam manajemen. Pengawasan
adalah penting sebagai produk perencanaan efektif. Oleh karena itu,
pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja
terhadap rencana. Tujuan setiap rencana adalah untuk membantu sumber
daya dalam kontribusinya secara positif terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi.

D. Jenis-jenis perencanaan
a) Jenis perencanaan menurut prosesnya:
1) Policy Planning, suatu rencana yang memuat kebiajkan-kebijakan
saja, tentang garis besar atau pokok dan bersifat umum. Mengenai
apa dan bagaimana melaksanakan kebijakan itu tidak dirumuskan.
Contohnya ada pada GBHN. (visi misi dalam perusahaan)
2) Program Planning, merupakan perincian dan penjelasan dari
policy planning. Dalam perencanaan ini biasanya memuat hal-hal,
berikut:
 Ikhtisar tugas-tugas yang harus dikerjakan
 Sumber-sumber dan bahan-bahan yang dapat digunakan
 Biaya, personalia, situasi dan kondisi pekerjaan
 Prosedur kerja yang harus dipatuhi
 Struktur organisasi yang harus dipenuhi
3) Operational Planning (perencanaan kerja), yakni suatuperencanaan
yang memuat hal- hal yang bersifat teknis seperti cara-cara
pelaksanaan tugas agar berhasil mencapai tujuanyang lebih tinggi.

Hal-hal yang seringkali dimuat dalam perencanaan ini adalah: 


 Analisa daripada program perencanaan
 Penetapan prosedur kerja
 Metode-metode kerja
 Tenaga-tenaga pelaksana
 Waktu, dan sebagainya

b) Jenis Perencanaan menurut jangka waktunya:


 Long Range Planning, yaitu perencanaan jangka panjang yang
dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun.
 Intermediate Planning, yaitu perencanaan jangka menengahyang
waktu pelaksanaanya membutuhkan waktu antara satu hingga tiga
tahun.
 Short Range Planning, yaitu perencanaan jangka pendek yang
pelaksanaannya membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun.

C.  Jenis perencanaan menurut wilayah pelaksanaannya

1.      National Planning, yakni rencana yang diperuntukkan


bagiseluruh  wilayah negara

2.      Regional Planning, yakni rencana untuk suatu daerah

3.      Local Planning, yakni rencana untuk suatu daerah yang


sangatterbatas.
D. Jenis perencanaan menurut penggunaannya

1.      Single Use Planning, yaitu suatu perencanaan hanya


untuksekali pakai saja. Dalam artian jika rencana tersebut 
         telah tercapai, maka tidak akan digunakan lagi
2.      Repeats Planning, yaitu perencanaan yang dipakai
secaraberulang-ulang, walaupun sudah dilaksanakan berkali-kali

E.  Jenis perencanaan dilihat dari segi luasnya usaha kegiatan

1.      General Planning, suatu rencana yang dibuat secara garis


besardan menyeluruh untuk kegiatan kerja sama yang lebih 
         luas.Misalnya rencana Kepala Bidang Kanwil untuk satu
tahunpelajaran
2.      Special (Concentrated) Planning, suatu rencana
mengenaikeegiatan khusus, misalnya perencanaan yang dilakukan
oleh 
         kepala sekolah untuk mengatasi kesulitan belajar dikela IPA

F.  Jenis Perencanaan Menurut James Af Stoner dan R . Edward


Freeman, 1994

1.      Perencanan strategis, perencanaan yang dilakukan oleh para


manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan    
         organisasi yang lebih luas, 
2.      Perencanaan operasional , perencanaan yang memperlihatkan
bagaimana perencanan strategis akan diimplementasikan 
         dalam kegiatan sehari hari.

5. Proses penyusunan perencanaan

        Sebelum para manajer dapat mengorganisasi, memimpin, atau


mengendalikan, terlebih dahulu mereka harus membuat rencana
yang memberikan arah pada setiap kegiatan organisasi. Pada tahap
perencanaan para manajer menentukan apa yang akan dikerjakan,
kapan akan mengerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan siapa
yang akan mengerjakannya.

          Kebutuhan akan perencanaan ada pada semua tingkatan


manajemen dan semakin meningkat pada tingkatan manajemen
yang lebih tinggi, dimana perencanaan itu mempunyai
kemungkinan dampak yang paling besar pada keberhasilan
organisasi. Pada tingkatan top manajer pada umumnya
mencurahkan hampir semua waktu perencanaannya jauh ke masa
depan dan pada strategi-strategi dari seluruh organisasi. Manajer
pada tingkatan yang lebih rendah merencanakan terutama untuk
subunit mereka sendiri dan untuk jangka waktu yang lebih pendek.

           Terdapat pula beberapa variasi dalam tanggung jawab


perencanaan yang tergantung pada ukuran dan tujuan organisasi
dan pada fungsi atau kegiatan khusus manajer. Organisasi yang
besar dan berskala internasional lebih menaruh perhatian pada
perencanaan jangka panjang daripada perusahaan lokal. Akan
tetapi pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan
keseimbangan antara perencanaan jangka panjang maupun
perencanaan jangka pendek. Karena itu penting bagi para manejer
untuk mengerti peranan perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang dalam pola perencanaan secara keseluruhan.

Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada


dasarnya melalui empat tahap sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan

Perencanaan yang efektif dan baik memiliki langkah-langkah


sebagai berikut:

1.   Menyadari adanya perluang. Artinya, kesadaran akan suatu


kesempatan merupakan titik awal yang sebenarnya dari
perencanaan. Hal itu meliputi suatu pandangan pendahuluan
terhadap kemungkinan adanya peluang-peluang di hari depan dan
kemampuan untuk melihatnya dengan jelas dan lengkap, suatu
pengetahuan tentang dimana kita berdiri pada sudut kekuatan dan
kelemahan kita, suatu pengertian tentang mengapa kita ingin
memecahkan ketidakpastian, dan suatu visi tentang apa yang
menurut harapan kita akan kita dapatkan.

2.   Menentukan tujuan. Artinya, tujuan-tujuan yang menentukan


hasil-hasil yang diharapkan menggambarkan hal-hal akhir yang
harus dilakukan, dimana penekanan penting harus ditempatkan,
dan apa yang harus dicapai oleh jaringan strategi, kebijakan,
prosedur, peraturan, anggaran dan program-program.
3.   Menentukan Premis. Artinya, Premis adalah asumi-asumi
perencanaan. Dengan kata lain, lingkungan yang diharapkan dari
rencana-rencana yang sedang dilaksanakan. Apabila premis
perencanaan yang konsekuen makin dipahami oleh perencana,
maka akan semakin terkoordinasilah perencanaan perusahaan itu.

4.   Menentukan arah tindakan alternatif. Artinya, langkah keempat


di dalam perencanaan adalah mencari dan memeriksa arah-arah
alternatif dalam tindakan, khususnya yang tidak nampak dengan
segera.

5.   Mengevaluasi arah tindakan alternatif. Artinya, dalam langkah


ini, tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan perlu dilakukan
evaluasi kekurangan dari tindakan alternative yang diambil dan
dirasa menghambat atau menggangu jalannya kegiatan tujuannya
agar tidak terjadi kesalahan para tahap-tahap selanjutnya dari
kegiatan tersebut

6.   Memilih satu arah tindakan, artinya langkah yang terakhir dari
perencanaan ini merupakan langkah yang paling menentukan untuk
melanjutkan pada proses pelaksanaan.

6. Pendekatan dalam perencanaan

1.  Perencanaan inside-out dan perencanaan outside-in

Perencanaan inside-out: terfokus pada yang sudah dilakukan dan


mengusahakan untuk melakukan yang tebaik yang dapat dilakukan.
Ini meningkatkan efektivitas organisasi. 
Perencanaan outside-in: dari analisa lingkungan eksternal muncul
perencanaan untuk mengeksploitasi kesempatan-kesempatan dan
meminimisasi permasalahan yang terjadi. Kedua perencanaan ini
dapat dikombinasikan agar optimal.

2.   Perencanaan top-down dan perencanaan bottom-up

Perencanaan dari atas ke bawah (top-down): manajer dibawah


manajer puncak membuat perencanaan berdasarkan tujuan yang
telah ditentukan manajer puncak.

Perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up) dikembangkan pada


tingkatan yang lebih bawah tanpa adanya batasan yang secara
teratur melewati hirarki tersebut ke tingkat manajer puncak.
Kelebihan: kuatnya komitmen dan kepemilikan dalam perencanaan
yang lebih rendah. Kelemahan: bila terlalu ekstrim mungkin akan
gagal untuk menghasilkan seluruh tugas yang terintegrasi dalam
organisasi secara keseluruhan.

3.   Perencanaan contingency

Perencanaan yang terfokus pada pemikiran ke depan. Perencanaan


ini meliputi penentuan alternatif-alternatif tindakan yang dapat
diimplementasikan seandainya perencanaan orisinil tidak sesuai
karena adanya perubahan keadaan. Kunci: prediksi perubahan yang
akan datang yang dapat berakibat pada perencanaan yang sedang
dijalankan.

7.             Ciri-ciri rencana yang baik

Perencanaan yang baik dapat dinilai jika adanya :


1.   Perencanaan disusun sesuai dengan tujuan perusahaan
2.   Tepat sasaran
3.   Manager menjalankan fungsinya sebagai seorang coordinator
4.   Anggota atau karyawan berada dalam satu koordinasi
5.   Anggota atau karyawan menjalankan fungsinya sesuai dengan
perencanaan program
6.   Adanya peningkatan kualitas kerja karyawan atau anggota
7.   Perencanaan berhasil membuat sebuah pelaksanaa
8.   Adanya pembagian sub-sub koordinasi untuk menjalankan
sebuah program
9.   Adanya kesepahaman antara manager dengan karyawan atau
anggotanya dalam membuat sebuah perencanaan

8.            Efektifitas perencanaan

Perencanaan yang baik dan efektif akan berjalan baik dan baik atau
tidaknya menurut George R Terry dapat diketahui melalui
pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai perencanaan, yaitu 5W+1H
:

A.    What (apa),
      Membicarakan masalah tentang apa yang menjadi tujuan
sebuah perencanaan dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan perencanaan tersebut.

B.     Why (mengapa),
      Membicarakan masalah mengapa tujuan tersebut harus dicapai
dengan mengapa beragam kegiatan dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut

C.Where (dimana),
     Membicarakan masalah dimana program dalam perencanaan
tersebut dilaksanakan

D.When (kapan),
    Membicarakan masalah kapan kegiatan tersebut akan
dilaksanakan dan diakhiri.

E.Who (siapa),
    Membicarakan masalah siapa yang akan melaksanakan program
tersebut.

F.HOW (bagaimana).
    Membicarakan masalah bagaimana cara melaksanakan program
yang direncanakan tersebut.

        Dengan melakukan kategori di atas, maka seorang manager


akan mudah dalam melaksanakan program atau kegiatan yang
direncanakannya. Hal ini dikarenakan, metode yang dilakukannya
terpola secara baik dan berkesinambungan yang melibatkan
berbagai macam objek penunjang pelaksanaan program atau
kegiatan.

Dilain hal, sebeuh perencanaan yang baik dan efektif haruslah


memiliki criteria-kriteria sebagai berikut :

1.      Logis dan Rasional. Artinya, apa yang dirumuskan dapat


diterima oleh akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut
bisa dijalankan.

2.      Komprehensif. Perencanaan yang baik juga harus memenuhi


syarat komprehensif. Artinya menyeluruh dan mengakomodasi
aspek-aspek yang terkait langsung terhadap perusahaan.
Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan bagian yang
harus kita jalankan, tetai juga dengan mempertimbangkan
koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di perusahaan.

3.      Fleksibel. Artinya, perencanaan yang baik diharapkan dapat


beradaptasi dengan perubahan dimasa yang akan datang, tapi
bukan berarti perencanaan itu dapat diubah seenaknya.

4. Komitmen. Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan


komitmen 
terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan
tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika
seluruh anggota di perusahaan beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan
telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.

1. Realistis, perencanaan yang baik perlu memenuhi persyaratan realistis.


Artinya, apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan
wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.

Hambatan Perencanaan Yang Efektif Dan Baik


·   Seorang manajer bertindak otoriter
Manajer disini, tidak memikirkan kebutuhan karyawan hanya megutamakan
aturan yang mengikat karyawan dalam membuat perencanaan

·   Kurangnya koordinasi
Kurangnya koordinasi antara atasan dengan bawahan sehingga menyebabkan
perncanaan kurang terarah

·   Kurangnya sumber daya manusia


Sumber daya manusia dalam kategori jumlah dan keterampilan

·   Kurangnya sumber daya modal

·   Karyawan atau anggota lebih memikirkan kebutuhan pribadi

·   Penyusunan rencana yang lamban seringkali membuat fungsi-fungsi dari setiap


bagian perusahan tidak berjalan dengan smestinya.

B.     Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

1.      Macam keputusan manajemen

        Terdapat beberapa jenis keputusan dalam proses pengambilan


keputusan.Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level manajemen di
perusahaan jenis keputusan terdiri atas:

1. Keputusan Strategis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak


dalam sebuh perusahaan.
2. Keputusan taktis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah
3. Keputusan operasional, adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen
yang paling bawah, misalnya operator mesin     di lantai produksi.

Berdasarkan tersedianya pemecahan masalah, jenis keputusan yang biasanya


muncul adalah:

• Keputusan Terprogram. Keputusan ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan, dan


prosedur. Dalam hal ini kondisi yang dihadapi semuanya dapat diketahui dengan
pasti.
• Keputusan tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram ini adalah keputusan
yang tidak mempunyai suatu aturan yang baku, tergantung pada jenis masalahnya.
Biasanya, masalah yang membutuhkan keputusan tidak terprogram ini terjadinya
tidak dapat diprediksi.

• Keputusan tidak terstruktur.disebut tidak terstruktur karena tidak diketahui


pemecahannya karena ketidakjelasan masalahnya

2.      Keputusan dan jenjang manajemen

1.   HIGH LEVEL (tingkat tinggi)

Contoh halnya dirut dan wakilnya. Bertanggung jawab pengolahan terhadap


organisasi secara keseluruhan. Membuat rencana jangka panjang, merumuskan
strategi, menetapkan kebijaksanaan, dan menetapkan interaksi / hubungan
organisasi dengan lingkungan luar. Tingkatan yang mempunyai tanggung-jawab
penuh terhadap jalannya perusahaan. Dan biasanya pada tingkatan ini membuat
keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan yang tidak selalu terjadi.

2. MIDDEL LEVEL (tingkat menengah)

Salah satu contohnya seperti kepala bagian / divisi. Pengendali manajemen dalam
suatu organisasi. Bertanggung-jawab atas ruang lingkupnya, wilayah, divisi dll.
Merumuskan rencana jangka menengah, melakukan pengendalian, membuat
prosedur, dan membuat keputusan berdasarkan lingkup tanggung-jawabnya.
Sebagai pengendali dalam arti mengawasi dan meyakini bahwa organisasi
menjalankan strategic yang sudah ditetapkan secara baik, efektif dan se’efisien
mungkin.
3. LOW LEVEL (tingkat bawah)

Seperti supervisor atau mandor. Yaitu pengendali dalam jalannya operasional.


Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan sasaran operasional. Membuat
keputusan jangka pendek dan mengendalikan transaksi sehari-hari. Biasanya
keputusan yang diambil yaitu keputusan yang terprogram, keputusan yang sering
terjadi dan rutin.

3.  Tahap-tahap pengambilan keputusan

        Proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui,


atau digunakan untuk membuat keputusan. Tahap ini merupakan kerangka dasar,
sehingga setiap setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa sub tahap
yang lebih khusus dan spesifik.

Proses pengambilan keputusan menurut Levin dkk (1995) terdiri atas 6 tahap
sebagai berikut :

1.Observasi
Merupakan aktifitas kunjungan lapangan, konprensi, observasi dan riset yang
dapat menjadi informasi dan data penunjang.

2.Analisis Dan Pengenalan Masalah


Penentuan penggunaan, penentuan tujuan dan penentuan batasan-batasan yang
dapat  menjadi pedoman untuk mencari solusi sebuah masalah.

3.Pengembangan Model
Peralatan pengambilan keputusan antar hubungan model matematik, riset yang
dapat menjadi out put proses.
4. Memilih Data Masuk Yang Sesuai
Berupa data internal dan eksternal, kenyataan, dan dapat dipercaya

5. Perumusan Dan Pengetesan Yang Dapat Dipertanggung Jawabkan


Berupa pengetesan atau percobaan dan pembuktian yang dapat menjadi out put
yang pemecahan yang membantu pencapaian tujuan.

6. Penerapan Pemecahan
Dapat berupa aktifitas perubahan prilaku, pelontaran ide, pelibatan manajemen
serta penjelasan yang dapat menjadi out put 
pemahaman manajemen untuk menunjang model operasi dalam jangka yang lebih
panjang.

4.Tipe-tipe masalah dan pemecahannya

Masalah merupakan kesenjangan antara das sollen atau teori dengan das sein atau
fakta empiris; antara yang ditetapkan sebagai kebijakan dengan kenyataan
implementasi kebijakan. Dalam masalah terdiri dua jenis masalah, yaitu:

1. Masalah Sederhana (Simple Problem),

Ciri dari masalah sederhana adalah, berskala kecil, berdiri sendiri (kurang
memiliki sangkut paut dengan masalah lain), tidak mengandung konsekuensi yang
besar, pemecahannya tidak memerlukan pemikiran luas dan
mendalam.Pemecahan masalah dilakukan secara individual. Teknik yang biasa
digunakan, dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan dan wewenang
yang melekat pada jabatannya

2. Masalah Rumit (Complex Problem),


Ciri dari masalah rumit adalah, berskala besar, tidak berdiri sendiri (memiliki
kaitan erat dengan masalah lain), mengandung konsekuensi besar, pemecahannya
memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.

Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan


segenap staf pembantunya. Jenis dari masalah ini adalah masalah yang terstruktur
(struktur problems) dan masalah yang tidak terstruktur (unstructured problems).

a. Masalah yang Terstruktur,

Merupakan masalah yang jelas faktor penyebanya, bersifat rutin dan biasanya
timbul berulang kali sehingga pemecahanya dapat dilakukan dengan teknik
pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif dan dibakukan. Sifat
pengambilan keputusannya adalah. relatif lebih mudah atau cepat, salah satu
caranya dengan penyusunan metode, prosedur, atau program tetap.

b. Masalah yang tidak Terstruktur,

Merupakan penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak


rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya, serta tidak repetitif. Sifat
pengambilan keputusannya adalah, relatif lebih sulid dan lebih lama, diperlukan
teknik pengambilan keputusan yang bersifat non-programmed decision-
making. Bagaimana keputusan yang akan dibuat?

Kebijakan umum yang dapat membantu:

·     Semakin dekat keputusan dibuat dengan asal/sumber masalah, semakin baik.

·     Biasanya mereka yang berada paling dekat dengan masalah berada dalam
posisi terbaik untuk memutuskan apa yang 
      akan dikerjakan
 
Kebijakan mempunyai dua konsekuensi :

·     Sedikit mungkin meneruskan keputusan ketingkat yang lebih atas dalam


organisasi

·     Sebanyak mungkin meneruskan keputusan ketingkat yang lebih bawah


dalam organisasi.

5. Gaya pengambilan keputusan

Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh
seorang pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:

1. Gaya Direktif

-Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan


masalah
-Berfokus pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat
-Cenderung berfokus jangka pendek
-Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum
menggambarkan kekeuasaan yang otokratik

2. Gaya Analitik

-Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis


-Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif
dibandingkan gaya direktif
-Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
-Menggambarkan pemimpin yang otokratik

3. Gaya Konseptual

-Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas


-Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan
-Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan
banyak menggunakan intuisi dalam peng keputusan
-Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif
-Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

4. Gaya Perilaku

-Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
-Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
-Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada
kebahagiaan    org lain
-Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika keputusan
tersebut akan berdampak kerugian pada orang lain

6.   Model pengambilan keputusan

a. Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana


keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal
sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum

b. Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih


berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang
memuaskan
c. Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan
merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil
keputusan

d. Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan

e. Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada


sifat kompetitif

f. Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang


seringb tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan
situsai dibawah sadar.

g.  Model Preskriptif dan Deskriptif


Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan
keputusan, yaitu:

·         Model Preskriptif
          Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok
seharusnya mengambil keputusan.

·         Model Deskriptif
          Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan
tertentu.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitas observasi.

Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana
satu anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju
tidak setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan
seterusnya.
7.      Pengambilan keputusan individu dan kelompok

Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok,


tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individual
dibuat oleh seorang pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok dibuat
sekelompok orang. Keputusan kelompok dibedakan dalam :

a)      Sekelompok pimpinan
b)      Sekelompok orang-orang bersama pimpinannya.
c)      Sekelompok orang yang mempunyai kedudukan sama dan keputusan   
kelompok

A.    Keputusan yang dibuat oleh seseorang

Kebaikannya antara lain :

1.      Keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu


persetujuan dari rekan lainnya.
2.      Tidak akan terjadi pertentangan pendapat
3.      Kalau pimpinan ya ng mengambil keputusan itu  mempunyai kemampuan
yang tinggi dan berpengalaman yang luas 
         dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya besar kemungkinan
tepat.

Kelemahannya antara lain :

1.      Bagaimana kepandaian dan kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki


keterbatasan.
2.      Keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang lain
seringkali kurang tepat.
3.      Jika terjadi kesalahan pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi
pimpinan seorang diri.

B.     Keputusan yang dibuat oleh Sekelompok Orang

Kelebihannya antara lain :

1.      Hasil pemikiran beberapa orang akan saling melengkapi


2.      Pertimbangannya akan lebih matang
3.      Jika ada kesalahan pada pengambilan keputusan tersebut, beban ditanggung
secara bersama.

Kelemahannya antara lain :

1.      Ada kemingkinan terjadi perbedaan pendapat


2.      Biasanya memakan waktu lama dan berlarut-larut karena terjadi perdebatan-
perdebatan
3.      Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang, dan ada kemungkinan
saling melemparkan tanggung jawab jika terjadi
         kesalahan.

L. Keterlibatan Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan


Keterlibatan bawahan dalam pembuatan keputusan dapat bersifat resmi missal
dengan pembuatan kelompok, bisa juga bersifat tidak resmi missal dengan
meminta gagasan dan saran-saran. Pembuatan keputusan yang didasarkan pada
sifat formal lebih efektif karena banyak masukan-masukan pengetahuan yang
lainnya. karakteristik situasi keputusan dan gaya pembuatan keputusan
manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah pembuatan keputusan
dilakukan secara kelompok atau tidak.

M. Metode Kuantitatif Dalam Pembuatan Keputusan


Operasi organisasi semakin komplek dan mahal, sehingga semakin sulit dan
penting manajer dalam membuat rencana dan keputusan. Untuk itu diperlukan
bantuan berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Teknik dan peralatan kuantitatif
pembuatan keputusan dikenal dengan nama teknik management science dan
operations research. Riset operasi menggambarkan, memahami, dan
memperkirakan perilaku berbagai sistem yang komplek dalam kehidupan
manusia. Tujuannya menyediakan informasi yang akurat
III. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai