Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KORUPSI DI BIDANG PENDIDIKAN

Disusun Oleh:

Sisian Ranindaya Tangisi (201904060)

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

PROGRAM STUDI ILMU S1 GIZI

2021
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah korupsi di bidang Pendidikan dan infrastruktur

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pendidikan Antikorupsi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I . PENDAHULUAN....................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................

BAB II . PEMBAHASAN........................................................................................................

1. Pengertian Korupsi......................................................................................................
2. Kasus Korupsi.............................................................................................................
3. Modus Korupsi...........................................................................................................
4. Putusan Keadilan.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab negara atas pendidikan bagi warganya sudah dijamin dalam
berbagai peraturan perundangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan
UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sementara itu, dalam menjalankan peran tersebut negara menghadapi berbagai
kendala, termasuk adanya kasus korupsi atau kebocoran anggaran di sektor
pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Cf. Hallak (2003) bahwa "di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia korupsi sering kali merupakan masalah endemik
seluruh masyarakat. Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang termasuk
kategori rentan terhadap korupsi, karena relatif besarnya anggaran pendidikan,
sehingga cenderung memberi peluang untuk praktik korupsi yang semakin besar
pula”.
Temuan dari kajian pemetaan korupsi pendidikan oleh ICW pada tahun 2009
menunjukkan bahwa pendidikan merupakan sektor yang relatif cukup rawan korupsi.
Banyak obyek korupsi yang terdapat disektor pendidikan seperti dana untuk
pembangunan gedung sekolah, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan,
operasional satuan pendidikan, gaji dan honor guru, aset pendidikan serta kegiatan
pendidikan lainnya. Institusi dengan kewenangan yang tinggi dan didukung oleh
anggaran yang besar berpeluang paling besar melakukan penyelewengan.
Data ICW (Indonesia Corruption Watch) oleh Ade Irawan Terhitung semenjak
tahun 2005 sampai 2016 ada sekitar 425 kasus korupsi. Sebanyak 214 kasus korupsi
pendidikan terjadi di dinas pendidikan terkait anggaran pendidikan dengan kerugian
negara Rp 1,3 triliun dan nilai suap Rp 55 miliar. Perilaku korup di dunia pendidikan
melibatkan mulai dari pembuat kebijakan hingga institusi pendidikan seperti kepala
dinas, guru, kepala sekolah, anggota DPR/DPRD, pejabat kementerian, dosen, dan
rektor. Objek korupsi pendidikan berupa Dana Alokasi Khusus (DAK), sarana dan
prasarana sekolah, dana BOS hingga infrastruktur sekolah serta dana buku. Salah satu
lembaga yakni Dinas Pendidikan merupakan lembaga yang menjadi sangat rentan
bersinggungan dengan kasus korupsi. Melihat banyaknya kasus korupsi seharusnya
lembaga pendidikan yang seharusnya bisa menjadi benteng dalam memerangi
korupsi, justru malah terlibat dalam praktik korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Korupsi
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam
suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Tindakan
korupsi yang terjadi karena beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan
masyarakat. Kartono K. dalam Patalogi Sosial mengatakan bahwa, Korupsi adalah
sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan Negara
Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek
kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi
kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si
empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia
menginginkan dapat hidup terus.
Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak lama dengan
menggunakan berbagai cara, sanksi terhadap pelaku korupsi sudah diperberat, namun
hampir setiap hari kita masih membaca atau mendengar adanya berita mengenai
korupsi. Berita mengenai operasi tangkap tangan (OTT) terhadap pelaku korupsi
masih sering terjadi.
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan
masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai
masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik.
Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self
interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerja sama dan persaudaraan yang tulus.
Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat.
Ketika korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemulyaan dalam
masyarakat. Theobald menyatakan bahwa korupsi menimbulkan iklim ketamakan,
selfishness, dan sinisism. Chandra Muzaffar menyatakan bahwa korupsi
menyebabkan sikap individu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas segala
sesuatu yang lain dan hanya akan berpikir tentang dirinya sendiri semata-mata. Jika
suasana iklim masyarakat telah tercipta demikian itu, maka keinginan publik untuk
berkorban demi kebaikan dan perkembangan masyarakat akan terus menurun dan
mungkin akan hilang.
2. Kasus Korupsi
a. Kasus Korupsi
Bupati Malang dua periode Rendra Kresna (RK) ditetapkan sebagai
tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk dua perkara. “KPK
menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dua tindak pidana korupsi
yaitu, penyediaan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan pada Dinas
Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2011 dan
gratifikasi, Perkara pertama Rendra selaku Bupati malang periode 2010--2015
ditetapkan sebagai tersangka untuk tindak pidana suap sarana penunjang mutu
pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang anggaran
tahun 2011. Pada kasus ini RK ditetapkan sebagai tersangka bersama Alim
Murtopo (AM) pihak swasta yang diduga sebagai pemberi suap. RK
disangkakan menerima suap sekitar Rp 3,45 miliar dari AM. RK bersama
mantan tim suksesnya pada pilkada 2010 mengatur proses lelang dan pengadaan
barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) proyek pengadaan buku dan
alat peraga pendidikan setingkat SD dan SMP.
RK dijerat pasal 12 huruf a atau b, atau pasal 11 Undang-undang nomor 31
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara AM yang diduga
sebagai pihak pemberi suap dikenakan pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf b atau
pasal 13 Undang-undang Tipikor juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Perkara kedua RK sebagai Bupati malang dua periode, 2010-2015 dan
2016-2021 bersama pihak swasta EAT diduga menerima gratifikasi untuk
sejumlah proyek di Dinas Kabupaten Malang. “Penerimaan gratifikasi oleh RK
dan Eryk Armando Talla (EAT) diduga terkait dengan sejumlah proyek di Dinas
Pendidikan Kabupaten Malang.
Sampai saat ini gratifikasi yang diduga diterima oleh RK total sekitar Rp
3,55 miliar. KPK telah menyita barang bukti berupa dokumen, bukti elektronik
dan sejumlah uang. KPK menyita sejumlah S$ 15.000 di rumah dinas Bupati,
Rp 305 juta di Kantor Bina Marga dan Rp 18,95 juta di rumah salah satu kepala
bidang. RK dan EAT melanggar pasal 12B Undang-undang nomor 31
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Modus Korupsi
a. Modus Korupsi
Malang Corruption Watch (MCW), menyebutkan modus yang terjadi ada pada
proses lelang pengadaan barang dan jasa di sektor pendidikan. Meskipun
pemerintah pusat menerapkan sistem elektronik melalui LPSE (Layanan
Pengadaan Secara Elektronik) agar mudah melakukan pengawasan. Namun,
masih ada celah yang dimanfaatkan bekerjasama dengan pihak ketiga. Terutama
kongkalikong dengan rekanan. “Proses lelang tidak sesuai dengan seharusnya.
Pemenangnya sudah ditentukan sejak awal. Sehingga proses pemenangan lelang
tidak murni secara elektronik di LPSE,
Selanjutnya Anggaran DAK tahun 2011 yang telah dimenangkan rekanan
kemudian dimainkan di tahapan realisasi pengadaan barang dan jasa
(pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana sekolah).

4. Putusan Pengadilan
i. Putusan Pengadilan
a. Putusan Pengadilan Negeri (tipikor)
Jaksa Eksekusi KPK telah melaksanakan putusan Pengadilan Tipikor pada
PN Surabaya Nomor: 84/Pid.Sus/TPK/2020/PN.Sby tanggal 27 April 2021
dengan terpidana Rendra Kresna dengan cara memasukkan ke Lapas Klas I
Surabaya di Porong untuk menjalani pidana penjara selama 4 tahun, setelah
terlebih dulu selesai menjalankan pidana badan sebagaimana putusan
Pengadilan Tipikor pada PN Surabaya Nomor: 37/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Sby
tanggal 9 Mei 2019. Selain itu kewajiban untuk membayar uang pengganti
sejumlah Rp 6,75 miliar, di mana sebelumnya telah di bayarkan oleh
terpidana melalui rekening KPK sejumlah Rp 2 miliar yang dijadikan sebagai
pengurang uang pengganti sehingga masih tersisa Rp 4,75 miliar yang mesti
segera dibayarkan selambat-lambatnya 1 bulan setelah putusan pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap. Jika dalam waktu tersebut tidak mampu
membayar maka harta bendanya disita oleh Jaksa dan dilelang untuk
menutupi uang pengganti tersebut. Dalam hal tidak mempunyai harta benda
yang mencukupi maka dipidana dengan pidana penjara selama 1 tahun.
Daftar Pustaka
https://www.republika.co.id/berita/qimwa8384/mantan-bupati-mesuji-ajukan-
pk-putusan-pn-tipikor [diakses tanggal 09 oktober 2021]

https://news.detik.com/berita/d-5602151/kpk-eksekusi-eks-bupati-malang-ke-
lapas-surabaya [diakses tanggal 09 oktober 2021]

https://nasional.kontan.co.id/news/bupati-malang-rendra-kresna-jadi-
tersangka-dua-kasus-korupsi [diakses tanggal 09 oktober 2021]

https://malangvoice.com/mcw-beber-dugaan-modus-korupsi-yang-menjerat-
rendra-kresna/ [diakses tanggal 09 oktober 2021]

https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/234/pdf [diakses
tanggal 09 oktober 2021]

Anda mungkin juga menyukai