Di susun Oleh :
Kelompok 2
Tomi Kurniawan (IPT211003) Rosmala Dewi (IPT211031)
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur khadirat Allah SWT, karena hanya dengan
bimbingan dan petunjuknya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini berisi tentang informasi mengenai peranan pemerintah desa Lampok dalam
menangani tindak pidana korupsi yang pernah terjadi di desa tersebut, dimana diharapkan
mahasiswa yang mengikuti penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat pada bangku
kuliah dengan dunia kerja yang sebenarnya.
Selama penyusunan dan penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang
membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kami mohon maaf atas ketidak sempurnaan ini
karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT, serta kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi terhadap keuangan negara yang dilakukan pejabat daerah merupakan suatu
tindak pidana. Korupsi di Indonesia dikaitkan dengan dana pembangunan atau proyek-proyek
pengadaan barang dan jasa, karena itu apapum alasannya apakah itu disengaja atau tidak
disengaja akibat adanya kesalahan prosedur atau system tetapi akhirnya berakibat
menimbulkan kerugian terhadap negara secara finansial dapat dikatakan suatu tindakan
korupsi. Bentuk- bentuk pelewengan terhadap keuangan negara itu pula dapat bermacam-
macam seperti penambahan anggaran untuk pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada atupun penyalahgunaan kewenangan, kesmepatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi sehingga menimbulkan kerugian pada keuangan negara.
Korupsi inilah yang biasanya ditemui dalam lingkup pemerintah daerah desa di berbagai
negara. Korupsi sistematis menimbulkan kerugian ekonomi karena mengacaukan insentif,
kerugian politik karena melemahkan lembaga-lembaga pemerintahan dan kerugian social
karena kekayaan dan kekuasaan jatuh ke tangan orang yang tidak berhak. Apabila korupsi
telah berkembang secara mengakar sedemikian rupa sehingga hak milik tidak lagi dihormati,
aturan hukum dianggap remeh, dan insentif untuk investasi kacau, maka akibatnya
pembangunan ekonomi dan politikum mengalami penurunan.
Rencana pemerintah untuk pembangunan Indonesia berpangkal pada rencana untuk
pembangunan system tertentu yang digunakan pemerintah daerah untuk menyusun program
penerimaan dan pengeluaran jangka menengah dan sebenarnya, juga tidak ditingkat
pemerintah pusat. Karena itu, anggaran tahun daerah cenderung disiapkan sendiri-sendiri
setiap tahun. Menurut apa yang dipandang sebagai pegeluaran yang mendesak dan sumber
daya yang tersedia pada saat ini, tanpa pedoman kea rah jangka panjang, dan kegiatan
tahunan anggaran bersangkutan pada pegeluaran diperlakukan dalam tahun-tahun yang akan
datang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menyatakan
penatausahaan keuangan pemerintah desa terpisah dari keuanganpemerintah kabupaten.
Pemisahan dalam penatausahaan keuangan desa tersebut bukan hanya pada keinginan untuk
melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat kepada daerah, tetapi yang
lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat.
Selama ini, penggunaan anggaran desa tak pernah diaudit oleh BPK, karena tidak secara
langsung penggunaannya dari APBN. Adanya pemeriksaan oleh BPK dan kemungkinan
terjerat kasus hukum, akan membuat para kepala desa tidak mengajukan anggaran dana desa
karena takut akan menjadi tersangka korupsi karena kesalahan pembuatan laporan.
Kemungkinan lainnya para kepala desa akan meminta pemerintah agar audit BPK ditiadakan.
Namun, dengan meniadakan audit BPK akan memperbesar peluang terjadinya
penyalahgunaan anggaran bahkan korupsi.
Begitu pula yang ada di Indonesia, korupsi berkembang mulai pemerintah pusat
sampai derajat pemerintah lokal. Layaknya gurita, korupsi semakin kuat melilit dan
mencengkram sendi-sendi negara ini. Segala upaya yang telah dilakukan untk menahan dan
memberantas pergerakan korupsi belum menunjukkan tanda-tanda kemenangan. Menurut
Hasil Jejak pendapat kopas terdapat jawaban pembenaran empiris betapa perilaku korupsi
semakin massif dan tak terkendali.
Korupsi pada masa reformasi jauh lebih menyebar,masif dan kasusnya sangat
banyak. Sedangkan korupsi pada masa orde baru lebih terkendali karena korupsi menjadi
bagian dari korupsi Soeharto. Sentralisasi ini menjadikan teori korupsi waralaba. Sedangkan
desentralisisai, setiap orang memnafaatkan waktu dan jabatan untuk mengeruk keuntungan
sebanyak-banyaknya. Hal ini terjadi ditingkatan pusat dan daerah disebuah lembaga
tertinggi negara sekiranya dikaitkan dengan pergeseran pemaknaan tindak pidana korupsi
dari kejahatan biasa menjadi kejahatan luar biasa
Terdakwa Krtono didakwa dalam dakwaan primair dengan Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindakan Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP.
Selain Kartono, dalam kasus ini Kejari Sumbawa Barat menyidangkan juga dua terdakwa
lain yakni anggota tim pengelola kegiatan (TPK) masing-masing Irwin dan Tomy
Nofriansyah. Dua terdakwa tersebut tidak ditahan dan berstatus tahanan kota, karena telah
mengembalikan kerugian negara Rp. 127 juta.
Sidang akan memasuki tahapan tuntutan. Rencananya, sidang pembacaan tuntutan akan
digelar, Kamis (29/4). “Sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa sudah dilakukan
pembacaan tuntutan,” kata Humas Pengadilan Tipikor Mataram, Abdi.
1. Mengikuti alur pemeriksaan Inspektorat, Kejaksaan dan Kepolisian serta lemabaga terkait
untuk mengembalikan segala kerugian negara yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang diatur dalam pasal 17 ayat (2) dan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dalam pasal 7 ayat
(1), BPK melakukan Pemeriksaan Kinerja pada BUKP dan BPR.
2. Menghadiri segala jenis panggilan maupun pembekalan agar tidak lagi terjadi tindak
pidana korupsi, sebagaimana usulan masyarakat bahwa alakngkah lebih baiknya bahwa
pemerintahan yang baru memberlakukan system pemerintahan yang transparan dan lebih
mengedepankan musyawarah dan komunikasi tehadap masyarakat setempat.
3. Meningkatkan kemampuan perangkat desa dan masyarakat dengan menghadiri kegiatan
pelatihan yang diselenggarakan oleh Kejaksaan. Melalui pelatihan administrasi Keuangan
desa, agar pemerintah desa selanjutnya memahami semua peraturan tentang Desa,
peraturan perUndang-Undangan yang berkaitan dengan Pemerintahan Desa, Peraturan
Daerah, dan peraturan yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi serta Pemerintah
Desa wajib memiliki karakter kepemimpinan yang bertanggungjawab, bermoral, dan
berkribadian serta pemerintah Desa harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan penguasaan pengeloaan Keuangan Desa dan pelatihan lainnya yang
berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Desa yang dibuat Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESEIMPULAN
Tindak pidana korupsi Pemerintah Desa Lampok khususnya Kantor Desa Lampok sudah di
selesaikan secara hukum dan berjalan sesuai aturan sehingga tidak ada keributan atau
kericuhan yang terjadi akibat tidak pidana yang dilakukan. Adapun langkah sigap yang diambil
oleh pemerintah desa lampok yaitu memberi pemahaman kepada seluruh masyarakat desa
mengenai masalah yang telah terjadi serta membuat susunan pemerintahan baru melalui
pelatihan administrasi Keuangan desa, agar pemerintah desa selanjutnya memahami semua
peraturan tentang Desa, peraturan perUndang-Undangan yang berkaitan dengan Pemerintahan
Desa, Peraturan Daerah, dan peraturan yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi serta
Pemerintah Desa wajib memiliki karakter kepemimpinan yang bertanggungjawab, bermoral,
dan berkribadian serta pemerintah Desa harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan penguasaan pengeloaan Keuangan Desa dan pelatihan lainnya yang berkaitan
dengan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Desa yang dibuat Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih auh dari kata sempurna,kedepannya
penulisan akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan
DAFTAR PUSTAKA
Sjawie j,hasbullah(2013) " Korupsi Dan Tanggung Jawab Korprasi", diakses pada 25
Oktober 2022 dari https://antikorupsi.org/id/article/korupsi-dan-tanggung-jawab-
korporasi