Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KASUS KORUPSI DANA DESA DI DESA BANGUNCIPTO

KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO


PENELITIAN
MATA KULIAH PANCASILA

NAMA KELOMPOK
TRIPUT OIMOLALA LAIA (5160911150)
NUR HAIZAN (5160911204)
ASMIN (5160911217)
ARSANDI SAMPULAWA (5160911145)
FALDI AWATIWA

PROGRAM STUDY ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKONOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca agar makalah ini bisa menjadi
referensi pembaca dalam bertindak di kehidupan sehari-hari. Kami masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menganalisa sebuah kasus. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta,18 Desember 2019

Penyusun

2
ABSTRAK

Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap individu dalam yang melawan
hukum, perbuatan yang memperkaya diri sendiri dan memperuntungkan individual, orang
lain, atau korporasi, menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya maupun sarana karena
jabatan yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Tujuan dari makalah ini adalah bentuk bagaimana menganalisa kasus korupsi Dana
Desa di desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Karena perbuatan korupsi ini juga sebagai salah satu pelanggaran terhadap Pancasila
terutama disila kelima yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi secara etimilogi, korupsi berawal dari bahasa latin : corruption dari
kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politis
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. 1Secara harfiah korupsi
merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika membicarakan tentang
korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi
menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya2.

Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau
oleh aturan hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang
memerlukan kemampuan berpikir aparat pemeriksaan dan penegakan hukum disertai
pola perbuatan yang sedemikian rapi. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan
hukum merupakan salah satu untuk mengantisipasi korupsi Karena korupsi terkait
dengan berbagai kompleksitas masalah, antara lain masalah moral atau sikap mental,
masalah pola hidup serta budaya, lingkungan sosial, sistem ekonomi, politik dan
sebagainya. Dalam menghadapi karakteristik demikian maka salah satu cara
memberantas tindak pidana korupsi yang selama ini diketahui adalah melalui sarana
hukum pidana sebagai alat kebijakan kriminal dalam mencegah atau mengurangi
kejahatan. 3

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam 3 (tiga) tahap


yaitu elitis, endemic, dan sistematik : pada tahap elitis, korupsi masih menjadi
patologi sosial yang khas di lingkungan para elit/pejabat. Pada tahap endemic,
korupsi mewabah menjangkau lapisan masyarakat luas. Lalu ditahap yang kritis,
ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu di dalam sistem terjangkit penyakit
yang serupa. Penyakit korupsi di Indonesia ini telah sampai pada tahap sistematik.

1
Jurnal UAJY
2
Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta, hlm. 9
3
Surachim dan Suhandi Cahaya, 2011, Strategi dan Tekni Korupsi, cetakan pertama, sinar grafika, Jakarta,
hlm. 11

1
Perbuatan tindak pidana merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-
hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi
digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary-crimes). Dalam upaya
pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan “secara biasa”, tetapi dituntut caracara
yang “luar biasa “ (extra-ordinary enforcement).

Banyak kasus-kasus korupsi yang akhir-akhir ini dengan Korupai Dana Desa,
dalam hal ini kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dan khususnya kasus-
kasus korupsi yang terjadi di desa Banguncipto Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon
Progo yang di duga Kades dan Bendahara Korupsikan Dana Desa.

Korupsi terjadi dikalangan lembaga pemerintahan (eksekutif), dan terjadi


pada banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( legislatif), dan juga terjadi pada
Penegak Hukum (yudikatif). Dan lebih parahnya lagi terjadi pada Pejabat-pejabat
Daerah, dalam hal ini Bupati dan Wakil Bupati serta jajarannya. Korupsi yang
dilakukan oleh beberapa Pejabat di desa Banguncipto, Kulon Progo, yaitu
menyangkut penyalahgunaan kewenangan jabatan yang ada pada mereka dan hal
tersebut berkaitan dengan Alokasi Dana yang sudah ditetapkan dalam APBDes,
APBD disetiap tahun, yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara bahkan ada
yang nilainya mencapai lebih dari 1 Milyar.

Permasalahan yang terjadi adalah di mana pelaku mengkorupsikan dana


APBDes sebesar Rp.1.15 Miliar. Adapun penilaian dari masyarakat bahwa
kemungkinan besar ada penyalahgunaan dana Desa oleh Kades dan Bendahara di
Desa Banguncipto, Kulon Progo. Dan di sisi lain ada indikasi yang kuat bahwa
koruptor itu bisa dibuktikan, dan bisa jadi karena Pejabat daerah ingin memperkaya
diri. Misal, kasus korupsi penyalahgunaan kewenangan jabatan dan penggelapan
Dana APBDes disetiap tahun yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara dan
pelakunya adalah Kades dan Bendaharnya yang telah ditahan di lapas Wirogunan.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah adalah “Analisis Terhadap


kasus korupsi dana Desa”.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Analisis Terhadap kasus korupsi dana Desa di banguncipto
kulonprogo

2
C. LANDASAN TEORI
a. korupsi
Menurut World Bank, definisi paling sederhana dari korupsi adalah penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Berdasarkan pandangan hukum,
dikatakan korupsi apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan yang melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain
atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

b. korupsi ditinjau dari landasan Hukum


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menyatakan ada 7 (tujuh) perbuatan utama korupsi, yaitu:
1. merugikan keuangan negara
2. suap.
3. penggelapan dalam jabatan.
4. pemerasan (paksaan mengeluarkan uang).
5. perbuatan curang.
6. benturan kepentingan dalam pengadaan.
7. gratifikasi (perbuatan korupsi tersebut apabila dijabarkan lebih detail dapat menjadi).

D. STUDI KASUS

Dikutip dari media online suarajogja.id ( dugaan Kasus Korupsi dana desa Rp. 1.15
M, Kades dan bendahara). Dua pejabat di desa Banguncipto, Kecamatn Sentolo,
Kabupaten Kulon Progo. Diduga terlibat korupsi dana desa. Mereka adalah kepala desa
(HS) umur 55 tahun dan Bendahara Desa (SM) umur 60 Tahun. Kedua orang ini diduga
menyalahgunakan dana desa sebesar Rp. 1,15 Miliar yang bersumber dari APBDes,
APBN, dan bantuan Pemkab Kulon Progo selama kurun waktu 2014-2018.

Dilansir dari Harianjogja.com dan suara.com, kini kejaksaaan Negeri Kulon Progo
tengah menangani kasus tersebut. Kasus terkuak setelah masyarakat melapor pada
awal November lalu. Dari laporan tersebut, Kejari Kulon Progo kemudian Melakukan
penyelidikan selama dua pekan sejak 6 November. Sedikitnya 50 saksi diperiks a.
Hasilnya, ditemukan indikasi rasuah beserta nominal
kerugianDilansir HarianJogja.com-jaringan Suara.com, kini Kejaksaan Negeri Kulon
Progo tengah menangani kasus tersebut. Kasus terkuak setelah masyarakat melapor

3
pada awal November lalu. Dari laporan tersebut, Kejari Kulon Progo kemudian
melakukan penyelidikan selama dua pekan sejak 6 November. Sedikitnya 50 saksi
diperiksa. Hasilnya, ditemukan indikasi rasuah beserta nominal kerugian negara yang
mengarah ke HS dan SM. Setelah itu, status penyelidikan naik menjadi penyidikan,
dan HS beserta SM ditetapkan tersangka. Keduanya telah ditahan sejak Selasa
(3/12/2019) di Lapas Kelas II Wirogunan supaya tak merusak atau menghilangkan
barang bukti.
"Kedua tersangka sudah ditahan per kemarin [Selasa]," kata Kepala Kejari Kulon
Progo Widagdo Mulyono Petrus kepada awak media di kantornya, Rabu (4/12/2019).

4
D. ANALISA DAN PEMBAHASAN
a. Analisa Penulis
Kasus pengelapan dana desa , yang merugikan negara sebesar 1,15 m terjadi
selama 4 tahun (2014-2018) di Desa Banguncipto, kecamatan Sentola, kabupaten
kulon Progo. (sumber dana APBDES)
Kasus penyalagunaan dana desa yang bersumber dari laporan masyarakat setempat,
dan dari barang bukti yang di temukan kejaksaan

Ada 2 Modus yang di lakukan oleh pelaku yaiitu


1. dengan menyatat dana pembangunan yang bersumber dari APBDES
2. Dana Bantuan Fiktif (Pembuatan seragam PKK dll ).

b. Analisa berdasarkan Teori World Bank


Menurut World Bank, definisi paling sederhana dari korupsi adalah penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Berdasarkan pandangan hukum,
dikatakan korupsi apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan yang melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana, memperkaya diri sendiri,
orang lain atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

bagian 2 Pasal 6. Pada ayat 1 disebutkan Kepala Desa berkedudukan sebagai kepala
pemerintah desa yang memimpin penyelenggaraan pemerintah desa. Pasal 2 menyebutkan,
kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. tetapi yang dilakukan kades
tersebut tidak sesuai yg dicantunkan dalam Undang-undang. Sehingga tindakan tersebut
dapat merugikan keuangan negara. HS dan SM diduga menyelewengkan dana desa
sebesar Rp1,15 miliar yang bersumber dari APBDes, APBN, dan bantuan Pemkab
Kulon Progo selama kurun waktu 2014-2018. Berdasarkan teori World Bank maka, kades
dan bendahara desa banguncipto salah menyalahgunakan kekuasaannya (jabatan).
Sedangkan Fungsi Kepala Desa dimaktubkan pada.
Dari kasus penyelewengan dana desa yang dilakukan kades sama bendahara tersebut
di kenangkan pasal 2 UU no.31 tahun 1999 Ayat 1 dan Ayat 2. Adanya penambahan dan
pengurangan dengan UU no 20 tahun 2001 pasal 64 KUHP atau pasal 3 uu no 31 tahun 1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Sebagaimana telah di rubah dan di tambah
dengan uu no 20 tahun 2001 pasal 55 ayat 1 KUHP.

UU no. 31 Tahun 1999


Pasal 2.

5
Ayat 1 dan 2.

1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2). Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.

UU no. 31 Tahun 1999


Pasal 3.
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)

Pasal 55 Ayat 1 KUHP.


1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain
supaya melakukan perbuatan.

6
7
E. KESIMPULAN

Kasus korupsi dana desa yang terjadi di desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo,
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Yang di sebabkan oleh 2 faktor, yaitu Sistem
Internal dan Sistem Eksternal.

1. Faktor Internal
Faktor ini merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi,
diantaranya yaitu sifat tamak manusia, moral yang kurang kuat menghadapi
godaan, gaya hidup konsumtif.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan penyebab korupsi yang terjadi karena sebabsebab dari
luar. Faktor ini diantaranya yaitu:
a. kurangnya keteladanan dan kepemimpinan elit bangsa.
b. rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).
c. lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan
perundang-undangan.
d. rendahnya integritas dan profesionalisme.
e. mekanisme pengawasan interrnal di semua lembaga perbankan, keuangan
dan birokrasi belum mapan.
f. kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, serta
g. lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal UAJY, Korupsi

Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta, hlm. 9

Surachim dan Suhandi Cahaya, 2011, Strategi dan Tekni Korupsi, cetakan pertama, sinar
grafika, Jakarta, hlm. 11.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, Tentang tindak pidana korupsi

Happy Febrina Hariyani, Dominicus Savio Priyarsono, Alla Asmara. analisis faktor-faktor
yang memengaruhi korupsi di kawasan asia pasifik, 2016

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4809414/dugaan-korupsi-dana-desa-rp-115-m-
kades-di-kulon-progo-ditahan

https://jogja.suara.com/read/2019/12/04/132000/dugaan-korupsi-dana-desa-rp11-m-kades-
dan-bendahara-banguncipto-ditahan

Anda mungkin juga menyukai