Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

MAKALAH MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu sosial budaya dasar

dengan dosen pengampu

Dra. hj. Elis Setiawati, M.pd. , Kian Amboro, M.pd.

KELOMPOK 5

1. AGUNG EKO NUGROHO NPM : 16320029

2. EVA YULIANA NPM : 16320006

3. HARDIANTI NING UTARI NPM : 16320055

4. PUTRI AGUSTINA NPM : 16320036

5. NISA YULISTIKA NPM : 16320044

6. LORENZA SEFTA ZELVIA NPM : 16320043

7. LUKI GUMINTANG NPM : 16320010

8. SELLY KURNIA RIZKY NPM : 16320021

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

APRIL 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penulis,sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ilmu sosial budaya dasar yang berjudul
“manusia, nilai, moral dan hukum”.
Terima kasih saya ucapkan kepada :

1) Orang tua yang selalu menyemangati kami.

2) Ibu Dosen yang telah membimbing kami.

3) Teman-teman yang saling membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan.

Metro,17 April 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi…............................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah…........................................................................................................... 1

1.3 Tujuan…............................................................................................................................. 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat nilai dan moral....................................................................................................... 2

2.2 Norma sebagai perwujudan dari nilai................................................................................. 3

2.3 Hukum sebagai norma........................................................................................................ 4

2.4 Problematika nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negara............................... 5

BAB III

METODE

3.1 Metode penulisan................................................................................................................ 6

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara manusia dengan nilai, moral, dan norma............................................... 7

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka......................................................................................................................... 11

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penulis,sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ilmu sosial budaya dasar yang berjudul
“manusia, nilai, moral dan hukum”.

Terima kasih saya ucapkan kepada :

1) Orang tua yang selalu menyemangati kami.

2) Ibu Dosen yang telah membimbing kami.

3) Teman-teman yang saling membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan.

Metro,17 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar.......................................................................................................................... i

Daftar Isi…............................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah…........................................................................................................... 1

1.3 Tujuan…............................................................................................................................. 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat nilai dan moral....................................................................................................... 2

2.2 Norma sebagai perwujudan dari nilai................................................................................. 3

2.3 Hukum sebagai norma........................................................................................................ 4

2.4 Problematika nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negara............................... 5

BAB III

METODE

3.1 Metode penulisan................................................................................................................ 6

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara manusia dengan nilai, moral, dan norma............................................... 7

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki
kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut pendidikan.
Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya ketujuan
yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya. Menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan
batin), pikiran (intelek), dan jasmani (Slamet Sutrisno, 1983, 26). Perkembangan kepribadian seseorang
tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang
(cultural backround of personality).

Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan baik
sehingga dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup manusia selain ada
kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan bertentangan antara satu dengan yang lain. Agar
dalam usaha atau perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terjadi tabrakan antara yang
satu dengan yang lain dalam masyarakat, maka diperlukan adanya suatu aturan, norma atau kaidah
yang harus dipatuhi oleh segenap warga masyarakat. Oleh sebab itu di negara Indonesia, kehidupan
manusia dalam bermasyarakat diatur oleh hukum juga diatur oleh norma-norma agama, kesusilaan, dan
kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh
anggota masyarakat di mana kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah sosial
lainnya itu saling mengisi.

Di Indonesia sendiri, penegakan hukum selalu menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus diadakan
dalam negara hukum yang berdasarkan Pancasila. Kewajiban tersebut bukan hanya dibebankan pada
petugas resmi yang telah ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah akan tetapi adalah juga merupakan
kewajiban dari pada seluruh warga masyarakat. Bukan merupakan rahasia umum lagi bahwa kadang-
kadang terdapat noda hitam dalam praktek penegakan hukum yang perlu untuk dibersihkan sehingga
hukum dan keadilan benar-benar dapat ditegakkan. Sebagai salah satu pilar yang sangat penting dalam
sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), penyelesaian berbagai
permasalahan hukum yang dihadapi oleh bangsa Indonesia harus diakui tidak dapat dilakukan dalam
waktu singkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud hakikat nilai dan moral ?

2. Apa yang dimaksud norma sebagi perwujudan dari nilai ?

3. Apa yang dimaksud hukum sebagai norma ?

4. Sebutkan problematika nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negara ?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar serta untuk
menambah wawasan pengetahuan tentang Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Nilai dan Moral

A. Pembahasan mengenai nilai termasuk dalam kawasan etika. Bertens (2001) menyebutkan bahwa ada
tiga jenis etika, yaitu :

1. Etika berarti nilai-nilai atau norma-normayang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.

2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Etika yang dimaksud adalah kode etik.

3. Etika berarti ilmu tentang baik buruk. Etika yang dimaksud sama dengan istilah filsafat moral.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai. Misalkan kita mengatakan bahwa
orang itu baik atau lukisan itu indah. Berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek. Baik atau
indah adalah contoh nilai.

Istilah nilai (value) menurut Kamus Poerwodarminto diartikan sebagai berikut :

1. Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.

2. Harga sesuatu, mislnya uang.

3. Angka, skor.

4. Kadar, mutu.

5. Sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.

Beberapa pendapat tentang pengertian nilai, dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Menurut Bambang Daroesu , Nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang
menjadi dasarpenentu tingkah laku seseorang. Ia menyatakan nilai memiliki ciri-ciri sebagai berikkut:

a. Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat di tangkap oleh indra, tetapi ada)

b. Normatif ( yang seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan).

c. Berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator).

2. Menurut Darji Darmodiharjo adalah kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi manusia baik lahir
ataupun batin.

Nilai itu ada atau real dalam kehidupan misalnya manusia mengakui adanya keindahan. Namun
keindahan sebagai nilai adalah abstrak ( tidak dapat diindra). Yang dapat di indra adalah objek yang
memiliki nilai keindahan itu. Misalnya lukisan atau pemandangan.

Nilai merupakan suatu yang diharapkan(das solena) oleh manusia, nilai merupakan suatu yang baik yang
di ciptakan manusia. Contohnya semua manusia mengharapkan keadilan.

Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu terwujud dalam
kehidupan. Nilai diharapkan manusia sehingga mendorong manusia berbuat. Misalnya, siswa berharap
akan kepandaian.

3. Menururt Prof. Drs Notonegoro, S.H. menyatakan ada tiga macam nilai yaitu:

a. Nilai materil, yakni sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.

b. Nilai vital, yakni sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan.

c. Nilai kerohanian, dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :

d. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikiran manusia (rasio, budi, dan cipta).

e. Nilai estetika( keinndahan) bersumber pada rasa manusia.

f. Nilai kebaikan (nilai moral) bersumber pada kehendak keras, keras hati, dan nurani manusia.

g. Nilai religius (Ketuhanan )yang bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia.
B. Moral berasal dari kata bahasa latin Mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai
sinonom mos, moris, manner mores atau manners, morals. Dari beberapa pendapat moral dapat
diartikan sebagai istilah etika, etik, akhlak kesusilaan, dan budi pekerti.

Dalam hubungannya dengan nilai, moral adalah bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Tidak semua nilai
adalah nilai moral. Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan prilaku manusia (human ) tentang hal
baik dan buruk.

Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi tiga jenis,yaitu :

a. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah.

b. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk.

c. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek

Niai etika adalah nilai tentang baik buruk yang berkaitan dengan prilaku manusia .jadi,kalau kita
mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi prilaku orang itu. Nilai etika
adalah nilai moral . Jadi , moral yang di maksud adalah nilai moral sebagai bagian moral .

Selain etika kita mengenal pula estetika. Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan,
penampilan fisik, dan keserasian dalam hal penampilan . sebuah lukisan memiliki nilai estetika , bukan
nilai etik.

2.2 Norma sebagi Perwujudan dari Nilai

Nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab nilai bersifat normatif dan menjadi motivator
tindakan manusia. Namun demikian, nilai belum dapat berfungsi secara praktis sebagai penuntut
perilaku manusia itu sendiri. Nilai sendiri masih bersifat abstrak sehingga butuh konkretisasi atas nilai
tersebut. Contohnya, manusia mendambakan keselamatan, tetapi apa yang harus dilakukan manusia
agar terwujud keselamatannya? Akhirnya, yang dibutuhkan manusia adalah semacam aturan atau
tuntutan perilaku yang bisa mengarahkan manusia agar terwujud keselamatan. Jadi, niali belum dapat
berfungsi praksis bagi manusia.

Norma merupakan konkretisasi dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai. Setiap norma pasti
terkandung nilai di dalamnya. Nilai sekaligus menjadi sumber norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin
terwuju norma. Sebaliknya, tanpa di butuhkan norma maka nilai yang hendak di jalankan itu mustahil
terwujudkan.

Contohnya ada norma yang berbunyi, “dilarang membuang sampah sembarangan” atau “buanglah
sampah pada tempatnya.”

Norma diatas berusaha mewujudkan nilai kebersihan. Dengan mengikuti norna tersebut diharapkan
kebersihan sebagai nilai dapat terwujudkan dalam kehidupan.
Norma norma yang berlaku di masyarakat ada empat macam,yakni sebagai berikut :

a. Norma agama yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan yang brasal dari
Tuhan.

b. Norma moral /kesusilaan , yaitu peraturan hidup yang bersumber dari hati nurani.

c. Norma kesopanan yaitu peraturan yang bersumber dari pergaulan hidup antar manusia .

d. Norma hukum yaitu peraturan yang di ciptakan resmi atau dari negara yang sifatnya mengikat dan
memaksa.

Macam norma di atas dapat diklasifikasikan pula sebagai berikut :

1. Norma yang berkaitan dengan kehidupan pribadi yaitu :

a. Norma agama / religi

b. Norma moral / kesusilaan

2. Norma yang berkaitan dengan aspek kehidupan antar pribadi yaitu :

a. Norma adat / kesopanan

b. Norma hukum.

2.3 Hukum sebagai Norma

Hukum pada dasarnya adalah bagian dari norma ,yaitu norma hukum. Jika hukum yang
dibicarakan berarti maksudnya adalah norma hukum. Hukum sebagai norma berbeda dengan ketiga
norma sebelumnya (agama, kesusilaan, dan kesopanan). Pebedaan norma hukum denan norma lainnya
adalah :

1. Norma hukum datangnya dari luar kita sendiri, yaitu dari kekuasaan / lembaga yang resmi dan
berwenang .

2. Norma hukum di lekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik , norma lain tidak di lekati sanksi
pidana secara fisik .

3. Sanksi pidna atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara.

Jadi , meskipun telah ada norma agama, kesusilaan, dan kesopanan ,namun dalam kehidupan bernegara
tetap di butuhkan norma hukum .

Norma hukum di butuhkan karena dua hal yaitu :


1. Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif untuk melindungi
keteraturan dan ketertipan masyarakat.

2. Masih ada prilku lain yang perlu di atur di luar ketiga norma di atas , misalnya prilaku di jalan raya.

2.4 Problematika Nilai, Moral, dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara

1. Pelanggaran Etik

Kebutuhan akan norma etik oleh manusia di wujudkan dengan membuat serangkaiannorma etik
untuk semua kegiatan atau profesi. Rangkaian norma moral yang terhimpun ini biyasanya di sebut kode
etik.kode etik merupakan bentuk aturan (code)tertulis secara sistematik sengaja di buwat berdasarkan
prinsi prinsip moral yang ada.

Meskipun telah memiliki kode etik masih terjadi seseorang yang melanggar kode etik profesinya sendiri.
Contohnya, seorang dokter melanggar kode etik dokter. Pelanggaran kode etik tidak akan mendapat
sanksi lahiriyah atau yang bersifat memaksa. Pelanggaran etik biasanya mendapatkan sanksi etik, seperti
menyesal rasa bersalah , dan malu. Bila seorang profesi melanggar kode etik profenya maka iya akan
mendapat sanksi etik dari lembaga profesi seperti teguaran, di cabutnya keanggotaannya,atau tidak di
perbolehkan lagi profesi tersebut.

2. Pelanggaran Hukum

Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan atau perintah dari luar
untuk tunduk pada hukum yang beralku. Dengan berjalannya kesadaran hukum di masyarakat maka
hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya di jatuhakn pada warga yang benar- benar terbuti
melanggar hukum.

Problem hukum yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat.
Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran hukum. Bahkan, pada hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak perlu
terjadi. Misalnya, secara sengaja tidak membawa sim dengan alasan hanya untuk sementara waktu.

Problem hukum yang lain adalah hukum dapat digunakan sebagai alat kekuasaan. Dalam Negara,
sesungguhnya hukumlah yang menjadi panglima. Semua institusi dan lembaga negara tunduk pada
hukum yang berlaku. Namun, dapat terjadi hukum dibuat justru untuk melayani kekuasaan dalam
negara. Contohnya, kopres-kopres yang dibuat pada masa lalu. Oleh karena itu dalam embuat hukum
harus memenuhi kaidah hukum.
BAB III

METODE

3.1 Metode Penulisan

penulisan ini menggunakan metode literatur. Makalah ini dibuat pada

Waktu : 13:00 s/d 15:00

Tanggal : 13 April 2017

Tempat : Di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Metro.

Kemudian makalah ini dilanjutkan pada

Waktu : 15:00 sd selesai

Tanggal : 17 April 2017

Tempat : Di perpustakaanUniversitas Muhammadiyah Metro

Metode pengumpulan informasi data yaitu dari berbagai sumber diantarnya :

- Pdf

- Buku Literatur
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Antara Manusia Dengan Nilai, Moral, Dan Norma

Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling maju
dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat kuat
dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam
secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk. Berdampingan dengan anggapan
kekuasaan manusia, kita sering menganggap ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya
kehidupan manusia. Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa
“Manusia adalah ukuran dari segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu”.
Aristotle mendeskripsikan manusia sebagai “hewan komunal”, yaitu menekankan pembangunan
masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia, dan “hewan dengan sapien”, istilah yang juga
menginspirasikan taksonomi spesies, Homo sapiens.

Pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-
cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir
setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan
Immanuel Kant, “Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia
adalah ‘hewan rasionil'”. Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada
positivisme mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang
dikendalikan oleh pikiran bawah sadar.

Dari titik pandang ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling tersama-
ratakan di Bumi, dan hanya ada sejumlah kecil spesies tunggal yang menduduki lingkungan beraneka-
ragam sebanyak manusia. Rupa-rupa usaha telah dibuat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri
kelakuan tunggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain, misal: Kemampuan untuk
membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah lingkungan, bahasa dan
perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap
diamati ini (pembuatan-perkakas dan bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses
mental yang kemungkinan unik di antara manusia: kemampuan berpikir secara simbolik, dalam hal
abstrak atau secara logika.

Dalam kehidupannya manusia tidak akan bisa terlepas dari yang namanya nilai, moral dan norma. Yang
mana ketiganya tersebut selalu berhubungan dan mempengaruhi kehidupan manusia dalam
masyarakatnya. Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia
sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai
sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang
menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung
pada subjek yang menilainya.

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu:

1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti baik
dan buruk, keindahan dan kejelekan.

2. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan, objek yang
dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan antara
pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain
yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai kenikmatan,
kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi klasifikasi lainnya dari para pakar,
namun adapula pembagian hierarki di Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran P4), yakni,
nilai dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir nilai praksis. Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai
itu dipandang dapat mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu
menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang
sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus
diaplikasikan dalam perbuatan.
Manusia juga sangat berkaitan dengan moral dalam kehidupan bermasyarakatnya, yang mana
moral menjadi istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang
mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Dalam zaman sekarang ini moral anak bangsa kita telah merosot, hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai macam factor. Faktor tersebut seperti pengaruh budaya asing, televise, dan
akibat dari kesenjangan ekonomi. Dalam hal ini moral sangat diperlukan oleh setiap individu manusia.
Orang-orang pintar sekarang telah banyak kita temukan, tapi apakah dapat tau orang tersebut bermoral
atau tidaknya, karena moral tersebut hanya dapat dilihat dari tingkah lakunya.

Kemerosotan moral sekarang banyak kita temukan pada pejabat-pejabat kita, yang lebih gembor-
gembor lagi dalam pemberitaan adalah masalah korupsi yang tidak pernah henti-hentinya terjadi di
negara kita ini mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas korupsi telah merajalela. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya sudah pendidikan moral yang ada pada individu anak bangsa saat sekarang ini.
Selain korupsi, masih kita dengar ada ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri, ada ibu yang
tega menjual anak kandungnya, dan masalah lainnya. Sudah saatnya pendidikan moral terhadap anak
bangsa kita tanamkan sejak dini agar nantinya generasi anak bangsa ini menjadi generasi yang memiliki
moral dan memiliki malu dalam melakukan suatu tindakan criminal, bukannya menjadi individu yang
kebal terhadap hukum atau norma yang berlaku sehingga dengan semena-mena melakukan suatu
tindakan yang melanggar hukum.

Norma dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan
norma merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat,
diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan
saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga
hukum mana yang melaksanakannya.

Norma yang baik adalah norma yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.

Manusia dan norma adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat
adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada
hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama
masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai
komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut
adalah norma atau hukum.

Norma tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, norma atau hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh
karena itu kualitas norma atau hukum harus selalu diukur dengan norma moral dan perundang-
undangan yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan norma dan moral begitu erat, namun norma dan moral tetap berbeda, sebab
dalam kenyataannya mungkin ada norma yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang
yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara norma dengan moral.

K. Bertens menyatakan ada setidaknya empat perbedaan antara norma dan moral, pertama,
hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas (norma lebih dibukukan daripada moral), kedua, meski
norma dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun norma membatasi diri pada tingkah laku
lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap bathin seseorang, ketiga, sanksi yang berkaitan
dengan norma berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan moralitas, keempat, norma didasarkan
atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara sedangkan moralitas didasarkan pada
norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpiulan

Dalam kehidupannya manusia tidak akan bisa terlepas dari yang namanya nilai, moral dan norma.
Yang mana ketiganya tersebut selalu berhubungan dan mempengaruhi kehidupan manusia dalam
masyarakatnya. Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia
sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai
sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang
menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung
pada subjek yang menilainya. Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas
dan hierarki, yaitu:

1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti baik
dan buruk, keindahan dan kejelekan.

2. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

DAFTAR PUSTAKA
Winarno.2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta Tim:PT Bumi Aksara.

Diposting 10th October 2017 oleh Anonymous

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai