Anda di halaman 1dari 82

i

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


IBU NIFAS PADA NY “M” PI A0 DENGAN BENDUNGAN ASI
DI PUSKESMAS KABAWO KABUPATEN MUNA
TANGGAL 25 S.D 28 APRIL 2015

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh :

MARSELA
PSW.B.2015.IB.0014

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE


AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas


pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna
Tanggal 25 s.d. 28 April 2015

Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2015


Pembimbing I Pembimbing II

Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes


iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis
Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI:

1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........)

2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........)

3. Asrini, S.ST (…...............…….................)

Raha, Juli 2015


Pembimbing I Pembimbing II

Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes


iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS

Nama : Marsela
Nim : PSW.B.2015.IB.0014
Tempat/ tanggal lahir : Mantobua,30 November 1997
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna / Indonesia
Alamat : Desa Mantobua Kecamatan Lohia

B. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah dan Ibu : Muslimin dan Minarti


Pekerjaan : Wiraswasta dan IRT
Alamat : Desa Mantobua Kecamatan Lohia

C. PENDIDIKAN

Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Lohia Tahun 2009


Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Raha Tahun 2012
Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lohia Tahun 2015
Mengikuti Pendidikan Diploma (DIII) Kebidanan di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna Tahun 2015 sampai sekarang.
v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Studi Kasus dengan judul Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
pada Ny “M” Ibu Nifas dengan Bendungan ASI tanggal 25 s.d. 28 April 2015
dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari dalam penulisan Studi Kasus ini tidak sedikit hambatan
yang dialami oleh penulis, namun berkat bantuan, dorongan dan dukungan dari
berbagai pihak sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya kepada Ibu Fitria Ningsih S,ST selaku
pembimbing I dan Ibu Asrini S,ST selaku pembimbing II Studi Kasus, ucapan
terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan yang di berikan dengan penuh
kesabaran kepada penulis.Tak lupa penulis hanturkan terima kasih kepada :

1. Bapak La Ode Muhlisi, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan


Sowite Kabupaten Muna dan Sebagai Penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta mengikuti pendidikan di
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Ibu Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes selaku Pudir I di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
4. Ibu Sartina, SST.,M.Keb sebagai pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan studi.
5. Seluruh jajaran Dosen dan Staff Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Orang tuaku Ayahanda Muslimin dan Ibunda Minarti yang paling kucintai,
yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material serta
doa restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT tetap menjaga orang-orang yang paling
kucintai dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.
7. Seluruh Keluarga Besarku dan kakak serta adik-adikku Harianto, Maulid,
Hasnawati yang banyak membantu mulai dari awal mengikuti pendidikan
sampai akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, kekuatan lahir dan batin agar mereka dapat juga
melanjutkan sekolah dengan sebaik mungkin.
8. Teman - temanku tingkat III dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi selama mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis
akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis
sangat menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Studi Kasus ini.Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pihak lain
yang membutuhkannya.

Raha , Juli 2015

Penulis

Marsela
vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul

LembarPersetujuan........................................................................................ ii

Lembar Pengesahan....................................................................................... iii

Riwayat Hidup............................................................................................... iv

Kata Pengantar............................................................................................... v

Daftar Isi........................................................................................................ vii

Daftar Tabel................................................................................................... ix

Intisari…………………………………………………………………………x

BAB I : Pendahuluan……........................................................................... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………..5

B. Ruang Lingkup Pembahasan…………………………………….5

C. Tujuan Telaah……………………………………………………5

1. Tujuan umum…………………………………………..…….5

2. Tujuan khusus………………………………………………..5

D. Manfaat Telaah…………………………………………………..6

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan……………………………6

2. Manfaat bagi Institusi Tempat Pengambilan Kasus………….6

3. Manfaat bagi Ibu Nifas, Keluarga dan Masyarakat…………..6

4. Manfaat bagi Penulis………………………………………….7


E. Metode Telaah…………………………………………………….7

1. Studi Pustaka…………………………………………………..7

2. Studi Kasus…………………………………………………….7.

3. Studi Dokumentasi……………………………………………..8

F. Sistematika Penulisan………………………………………………8

1. Bab I : Pendahuluan………………………………………….8

2. Bab II : Tinjauan Pustaka……………………………………..9

3. Bab III : Studi Kasus……………………………………..……9

4. Bab IV : Pembahasan………………………………………….10

5. Bab V : Kesimpulan dan Saran……………………………….10

6. Daftar Pustaka…………………………………………………..10

BAB II: Tinjauan Pustaka…………………………………………..…………11

A. Telaah Pustaka……………………………………………………..11

1. Masa Nifas……………………………………………………..11

2. Bendungan ASI………………………………………………...19

3. Kelenjar Mammae……………………………………...………22

B. Konsep Manajemen Kebidanan…………………………...……….26

C. Langkah-langkah Manajemen…………………………….………..26

1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar………………………...……27

2. Langkah II. Perumusan Diagnosa/Masalah Aktual…….……….27

3. Langkah III. Perumusan Diagnosa/Masalah Potensial………….27

4. Langkah IV. Pelaksanaan Tindakan Segera dan Kolaborasi……28

5. Langkah V. Perumusan Rencana Tindakan……………………..28


6. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan…………………………….28

7. Langkah VII. Evaluasi………………………………………..…28

D. Dokumentasian Asuhan Kebidanan……………..…………………29

1. Subjektif (S)……………………………………………………29

2. Objektif (O)………………………………………………….…29

3. Assesment (A)……………………………………………….…29

4. Planning (P)……………………………………………….……29

BAB III Studi Kasus……………………………………………………………30

A. Manajemen…………………………………………………………30

1. Pengumpulan Data Dasar………………………………….….30

2. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual………………………..34

3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial……………………..36

4. Menilai perlunya intervensi segera, Konsultasi dan


Kolaborasi…………………………………………………….36

5. Perencanaan Asuhan Kebidanan……………….………….….36

6. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan………………………………37

7. Evaluasi Keefeksifan Asuhan..................................................38

B. Pendokumentasian………………………………………………….44

1. Data Subjektif (S)……………………………………………..44

2. Data Objektif (O)………………………………………...……44

3. Assesment (A)…………………………………………...……45

4. Planning (P)…………………………………………………...45
C. Catatan Perkembangan……………………………………………..50

1. Kunjungan Pertama…………………………………………….50

2. Kunjungan ke Dua………………………………………….…..56

3. Kunjungan ke Tiga…………………………………………..…58

Bab IV Pembahasan…………………………………………………………...60

A. Pengumpulan data dasar……………………………………………60

B. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual………………………..60

C. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial……………………...61

D. Menilai perlunya intervensi segera/kolaborasi……………………..61

E. Rencana Asuhan……………………………………………………61

F. Pelaksanaan Tindakan………………………………………..…….62

G. Evaluasi Tindakan………………………………………………….62

Bab V Penutup……………………………………………………………..….64

A. Kesimpulan……………………………………………………..….64

B. Saran………………………………………………………….……65

Daftar pustaka…………………………………………………………….……67.

Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel I. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan


INTISARI

Marsela (PSW.B.2015.IB.0014)“Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan


Kebidanan Ibu Nifas pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah
Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 Agustus
2015” Di bawah bimbingan Ibu Tyas Sri Utami Ernadibar, S.ST dan Bapak
Nasaruddin, SKM.,M.Si.

Latar Belakang : Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan


dampak yang dapat meluas di berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu
parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang menyangkut dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Menurut World Health Organization (WHO) 81%.Angka
Kematian Ibu akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa
post partum.
Tujuan Telaah : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan Ibu nifas dengan
Bendungan ASI terutama pada Ny “M” P1 A0 melalui pendekatan manajemen
kebidanan sehingga dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Metode Telaah : Studi kasus ini menggunakan metode studi kepustakaan, studi
wawancara, studi observasi, studi pemeriksaan fisik, pengkajian psikososial,
diskusi dan Tanya jawab.
Hasil Telaah : Setelah mendapatkan asuhan selama 6 hari berturut-turut pada
Ny.M mulai tanggal 25 s.d 28 Agustus 2015 di dapatkan hasil keadaan umum ibu
baik, ASI keluar dengan lancar dan jumlahnya banyak, bayi nampak puas
menyusui, suhu badannya tidak panas lagi, dan payudarannya tidak panas lagi.
Kesimpulan dan Saran : Pada studi kasus ini, yang dimulai dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, perlunya tindakan segera/kolaborasi,rencana
tindakan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti
dan semua permasalahan teratasi.

Kata Kunci : Post Partum dan Bendungan ASI


Daftar Pustaka : 10 (2008-2013)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan hal yang penting diperhatikan guna menurunkan

angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masa yang cukup penting bagi

tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan

yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah.

Bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis

puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi

merupakan penyebab kematian terbanyak nomordua setelah perdarahan

sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikanperhatian yang

tinggi pada masa ini. (Sulistyawati, 2009)

Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian terjadi

setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian masa nifas terjadi pada 24

jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya

komplikasi pada masa nifas.Selama ini, perdarahan pasca persalinan

merupakan faktor penyebab angka kematian ibu, namun dengan

meningkatnaya persediaan darah dan sistem rujukan,maka infeksi menjadi

lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.Macam-

macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis,

parametritis,peritonitis, infeksi saluran kemih, bendungan ASI, mastitis,

abses payudara.
Bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mammae

(mastitis).Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan

keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah

persalinan. Salah satu penyebabbendungan ASI yaitu puting susu yang

terbenam. Puting susu yang terbenam akanmenyulitkan bayi dalam menyusu.

Karena bayi tidak dapat menghisap puting danareola, bayi tidak mau

menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Payudara yang bengkak jika

tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah infeksi

pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis

umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada

primipara.Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus

dan sumbatan susuyang berlanjut / bendungan ASI. (Elisabeth,2015)

Menurut laporan badan kesehatan dunia World Health Organization

(WHO)mencatat bahwa angka kematian ibu nifas meningkat tiap tahunnya.

Pada tahun 2009 ibu nifas sebanyak 80 % atau sekitar 860.000 dan yang

meninggal dunia sekitar 20 % karena perdarahan dan infeksi. Sementara pada

tahun 2011 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5 % dari tahun

sebelumnya atau sekitar 928.000 dengan angka kematian ibu nifas sebanyak

25 % akibat perdarahan, infeksi dan penyebab lainnya. Menurut WHO,

dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan

mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai

segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat,

akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri, walaupun tidak
disertai dengan demam.Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar

dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat

akhinya terjadi mastitis.

Pada Oktober yang lalu dikejutkan dengan hasil perhitungan angka

kematian ibu (AKI) menurut Survei Demograsi Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012 yang menunjukan peningkatan (dari 228 kelahiran hidup menjadi 359

per 100.000 kelahiran hidup).Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan

bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah

melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan dapat berlangsung

dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama, angaka mobiditas pada ibu nifas salah satunya disebabkan oleh

bendungan ASI, pada tahun 2009 ditemukan ibu nifas dengan bendungan ASI

sebanyak 28 orang dari 50 ibu nifas (Depkes, 2009). Faktor yang

mempengaruhi terjadinya terjadinya bendungan ASI yaitu putting susu datar

sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang – kadang pengeluaran

susu juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran

vena serta pembuluh limfe (Manuaba, I.Gde (2002).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3%

anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka ini masih jauh di bawah angka

global yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak yang disusui eksklusif.

Survey Demografi kesehatan Indonessia (SDKI) tahun 2009 menunjukan

bahwa 55% ibu menyusui. Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui
dari penelitian terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di peroleh bahwa

98% ibu-ibu tersebut menyusui,akan tetapi selama masa menyusui tersebut

ada kalanya timbul masalah-masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting

susu lecet, abses payudara dan putting terbenam. Masalah-masalah tersebut

biasanya timbul karna kurangnya perawatan payudara dan teknik menyusui

yang tidak benar. Kurangnya perawatan payudara ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara. Penelitian

terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu

pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga

dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam

melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan

terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI. (Depkes RI, 2006).

Di Indonesia, anjuran dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33

tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini menyatakan

kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai

berusia 6 bulan."Dari berbagai sumber data dapat saya simpulkan bahwa

perkembangan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah

dan menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Data Susenas 2010

menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak

perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia Tenggara," kata Menteri

Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan ASI Sedunia

2012 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (19/9/2012).

Selain itu, Menkes juga menyatakan bahwa penyebarluasan informasi di


antara petugas kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya

sekitar 60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40

% tenaga kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui.

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara

telah memproduksi air susu.Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu

yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi

meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang

baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusui. Salah satu

penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam. (Prawirohardjo,

2011;hal 652).

Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu

95,4% diperkotaan dan 96,7% di pedesaan pernah disusui dan terus diberikan

sampai anak berusia 23,9 bulan. Gambaran ini menunjukan bahwa kita perlu

berkonsentrasi penuh untuk menyukseskan peningkatan pemberian Air Susu

Ibu (ASI) sehingga target sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh

Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dapat

dipenuhi.Sementara di Sulawesi Tenggara, jumlah ibu menyusui yang

diberikan Air susu ibu (ASI) Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan

adalah 65,93%. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yakni 56,6% dan kota.Meskipun menduduki urutan kedua

tertinggi dalam pemberian air susu ibu (ASI) Eksklusif dibandingkan dengan

9 kabupaten atau kota lainnya di Propinsi Sulawesi Tenggara yakni

73,4%.Jumlah ibu nifas di Kabupaten Muna pada tahun 2013 yaitu 5863
orang, dan pada tahun 2014 yaitu 5671 orang. Pada tahun 2013 ibu yang

memberikan ASI ekslusif pada bayinya yaitu 1930 orang sedangkan tahun

2014 yang memberikan ASI eklusif pada bayinya yaitu 1984 orang. (Profil

Dinkes kabupaten muna).

Jumlah ibu nifas di Puskesmas Kabawo tahun 2012 yaitu 266 orang yang

memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang sedangkan tahun

2013 yaitu 262 orang dan yang memiliki komplikasi bendungan ASI

sebanyak 3 orang. Pada tahun 2014 yaitu 263 orang dan yamg memiliki

komplikasi bendungan ASI sebanyak 5 orang. Pada awal survei dari bulan

Januari s.d Mei 2015 yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 5

orang.Sehingga dari data yang ada penulis tertarik untuk mengadakan studi

kasus yang berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

ibu nifas Pada Ny “M” dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 April 2015”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penulisan studi kasus meliputi Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” dengan

Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna

Tanggal 25 s.d 28 April 2015.


C. Tujuan Telaah

1. Tujuan Umum.

Mampu melaksanakan Manajemen dan pendokumentasian Asuhan

Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” Dengan Bendungan ASI Di wilayah

Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada

tanggal 25 s.d 28 April 2015 dengan menggunakan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus.

a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny “M”

dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April

2015.

b. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah aktual pada Ny

“M”dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April

2015.

c. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada

Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan

masalah pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja

Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal

25 s.d 28 April 2015.


e. Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny “M”

dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April

2015.

f. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan yang telah disusun

pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas

Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28

April 2015.

g. Dapat mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan

pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas

Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28

April 2015.

h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam

Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M” dengan

Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten

Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

i. Melakukan follow up Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny

“M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April

2015.
D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Teoritis.

a. Bidang kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan


khususnya tentang nifas dengan bendungan ASI.

b. Bagi penulis

Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembangkan


studi kasus berikutnya.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Pendidikan.

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

kebidanan dalam mengatasi masalah ibu nifas khususnya masalah

bendungan ASI serta dapat digunakan sebagai bahan bacaan

diperpustakaan dan bahan untuk studi kasus selanjutnya.

b. Bagi Lahan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi

untuk meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan

terhadap klien dalam mengatasi masalah ibu nifas serta memberikan

perawatan ibu nifas yang baik dan benar.

c. Manfaat bagi Penulisan.

Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis

dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti

pendidikan.
E. Metode Telaah

Dalam penulisan Studi Kasus ini metode yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Studi Kepustakaan.

Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya antara lain:

membaca buku dari berbagai sumber dan mengakses data melalui

internet.

2. Studi Kasus.

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian,

merumuskan diagnosa/masalah aktual mapun potensial, melakukan

tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, implementasi atau

evaluasi serta mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah

diberikan pada klien dengan bendungan ASI untuk memperoleh data

yang akurat, maka penulis menggunakan teknik:

a. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya guna

mendapatkan informasi yang di perlukan untuk memberikan asuhan

kebidanan kepada klien tersebut.


b. Observasi

Dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung keadaan dan pola

hidup klien dengan cermat secara fisik dan keluarga.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai kaki (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi.

d. Pengkajian Psikososial

Dilaksanakan melalui penilaian dan pengamatan pada saat

pengumpulan data sehingga dapat member kesimpulan tentang status

emosi dan pola interaksi dengan keluarga.

3. Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang

bersumber dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang

menunjang yaitu hasil pemeriksaan diagnostik.

4. Diskusi

Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan

yang menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen

pembimbing Studi Kasus.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang karya tulis

ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam
karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan

sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan,

tujuan telaah, manfaat telaah, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep manajemen

kebidanan, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Telaah pustaka yang berisi tentang masa nifas meliputi pengertian

masa nifas, tahapan masa nifas, kebijakan pemerintah tentang masa

nifas. Kemudian berisi tentang laktasi, konsep dasar bendungan ASI

meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan, dan

penanganan.

b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian, pedoman

penerapan pada masa nifas, langkah-langkah manajemen kebidanan

dan dokumentasi asuhan kebidanan.

3. Bab III Studi Kasus

Studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa

dan masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, perlunya

tindakan segera/kolaborasi dan konsultasi, rencana asuhan, implementasi


dan evaluasi. Kemudian berisi tentang pendokumentasian dan catatan

perkembangan.

4. Bab IV Pembahasan

Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada

sasaran, lalu membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus

dibuat bukan hanya jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika

hasil telaah sesuai teori harus diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang

mendukung kondisi yang ada.Uraian tersebut memuat penjelasan secara

teoritik tentang mekanisme mengapa hasilnya demikian. Dengan fokus

pada aspek teoritik dan aspek telaah.

5. Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. selain itu dalam pembuatan

studi kasus ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

a. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,
atau tahun.(Elisabeth, 2015).

b. Involusio dan Subinvolusio Masa Nifas

1) Involusio

Involusio uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu


organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan
uterus setelah melahirkan.Involusio uteri adalah mengecilnya kembali
rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal. Proses involusio dapat
terjadi secara cepat atau lambat, factor-faktor yang mempengaruhi
involusio uterus antara lain:

a) Mobilisasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah


anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang
terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam
uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang
diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut mengecil.

b) Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan
jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu postpartum
maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari
kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan
pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk
menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu postpartum dengan status
gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga
tidak tejadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusio
uterus.

c) Menyusui

Pada proses menyusui ada reflex let down dari isapan bayi merangsang
hipofise posterior mengeluarkan hormone oxytosin yang oleh darah
hormone ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi
sehingga proses involusi uterus terjadi.

d) Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak.
Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein,
serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan
penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini menghambat
involusi uterus.

e) Parietas

Parietas mempengaruhi involusio uterus, otot-otot yang terlalu sering


teregang memerlukan waktu yang lama.

2) Subinvolusio

Subinvolusio adalah kegagalan perubahan fisiologi pada sistem


reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
reproduktif. Subinvolusio dapat terjadi pada :
a) Subinvolusio uterus
Subinvolusio uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola
normal involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya sehingga proses pengecilan uterus terlambat.
b) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi.
c) Subinvolusio tempat plasenta
Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah.
d) Subinvolusio ligament
Yaitu kegagalan ligament dan diafragma pelvis vasia kembali seperti
sedia kala.
18
e) Subinvolusio seviks
Yaitu kegagalan seviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil.
f) Subinvolusio lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea.
berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.
g) Subinvolusio vulva dan vagina
Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti
semula setelah beberapa hari postpartum.
h) Subinvolusio perineum
Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan.
d. Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan
tujuan untuk :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
19
Tabel 1. PROGRAM ASUHAN DAN KEBIJAKAN TEKNIK MASA NIFAS
Kunju
ngan
Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan ibu untuk mempercepat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2 6 hari
setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilcus tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
3 2 minggu
setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
4 6 minggu
setelah
persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami
atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Elisabeth, 2015).
e. Anatomi dan Fisiologi payudara
1) Anatomi payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara
horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan
20
subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis
mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah
200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa ukuran
600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan
lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, yaitu korpus (badan), areola, papilla
atau puting. Areola mammae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting
susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penapisan dan
penimbunan pigmen pada kulitnya.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakam muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan
menybabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal
akan menarik kembali puting susu tersebut.
Ada 4 macam bentuk puting yaitu bentuk normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbanam. Namun bentuk-bentuk puting ini tidak
terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
21
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot”
kedalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada
bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bias
menyusu dengan baik.
2) Fisiologis Payudara
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat terjadi
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
yang yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh proklaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan
lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran timbul akibat
perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
a) Reflex prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa
ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormone proklatin kedalam darah. Melalui sirkulasi
prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah
prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
22
dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi
mengisap
b) Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat
juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down adalah
tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
f. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai
usia 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari
buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
buahbuahan,
biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim.
Manfaat ASI ekslusif yaitu :
1) Manfaat bagi bayi
a) ASI sebagai nutrisi.
b) ASI sebagai kekebalan.
c) ASI meningkatkan jalinan kasih saying
23
2) Manfaat bagi ibu menyusui
a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta
mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula
b) Menjarangkan kehamilan
c) Lebih cepat langsing kembali
d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
e) Lebih ekonomis dan murah
f) Tidak merepotkan dan hemat waktu
g) Portabel dan praktis
h) Memberi kepuasan pada ibu
g. Komposisi Gizi dalam ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium
laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam :
1) Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan
disbanding dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung
butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:
a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap
untuk menerima makanan.
b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga
dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
24
KANDUNGAN KOLOSTRUM
ASI
TRASISI
ASI
MATUR
Energy (kg/kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,4-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan.
2) ASI Masa Transisi
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10.
3) ASI Matur
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya.
Di bawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara
kolostrum, ASI transisi dan ASI matur, yang disajikan pada Tabel.
Tabel 2. PERBEDAAN KANDUNGAN KOLOSTRUM, ASI
TRANSISI, DAN ASIMATUR
(Elisabeth, 2015)
h. Cara Menyusui Yang Benar
1) Cara menyusui dengan sikap duduk:
a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi pendek
agar kaki tidak tergantung dengan punggung bersandar di sandaran
kursi.
25
b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada
puting, dengan manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembapan puting susu.
c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi dengan posisi
bayi di atas pangkuan ibu dengan cara :
(1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong ditahan dengan
telapak tangan ibu.
(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan.
(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepal bayi menghadap payudara.
(4) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus.
(5) Ibu menetap bayi dengan kasih sayang.
(6) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan
ibu jari menekan payudara bagian atas areola.
(7) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh
sisi mulut bayi.
(8) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi. (Setyo, 2011).
26
Gambar 1 : Posisi-Posisi dalam menyusui dan Menyandawakan bayi
Gambar 2 : Macam Macam Posisi Dalam Menyusui
2) Melepaskan isapan bayi
a ) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain.
b) Cara melepas isapan bayi: jari kelingking ibu dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
c) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum
terkosongkan.
27
d) Setelah selesai menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan
kering dengan sendirinya. (Setyo Retno, 2011).
3) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengelurkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan
bayi:
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu lalu
usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
4) Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar
a) Bayi dalam keadaan tenang
b) Mulut bayi terbuka lebar
c) Bayi menempel betul pada ibu
d) Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara
e) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi
f) Bayi Nampak pelan pelan menghisap dengan kuat
g) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis
28
Gambar 3 : Teknik Menyusui yang Baik dan Benar
i. Masalah Menyusui pada masa nifas
1) Puting susu datar/ tertarik kedalam
Penanganannya adalah dengan pengurutan puting susu, posisi puting susu
ini akan menonjol keluar seperti keadaan seperti normal. Jika dengan
pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan
memakai breast sbield atau dengan pompa ASI atau dapat ditarik dengan
menggunakan spoit.
2) Puting susu nyeri
Kebanyakan puting susu nyeri disebabkan oleh kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu
hanya pada puting susunya, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena
gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada
ibunya akan terjadi nyeri pada puting susunya.
29
3) Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah,
tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.
4) Bengkak pada payudara
Pengeluaran air susu tidak lancar disebabkan karena puting susu jarang
diisap.
Penatalaksanaan :
a) Payudara dikompres dengan air hangat.
b) Payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atau dengan pompa
ASI/ payudara.
c) Bayi disusui lebih sering.
d) Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet
analgetika.
5) Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara. Payudara bengkak yang tidak disusui
secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Puting susu lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengakak.
6) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini
disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
30
j. Keadaan Abnormal yang menyertai kala nifas
Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas, keadaan
abnormal tersebut adalah sebagai berikut :
1) Keadaan abnormal pada rahim
a) Subinvolusi uteri
Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat.
Penyebab terjadinya involusio uteri adalah terjadi infeksi pada
endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan
darah, atau mioma uteri.
b) Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24
jam pertama setelah persalinan. Penyebab utama perdarahan kala nifas
sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi
pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri
bersama dengan kehamilan dan inversio uteri.
c) Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis
yang mengenai pembuluh darah vena femoralis
2). Keadaan abnormal pada payudara
a) Bendungan ASI
(1) Karena sumbatan pada saluran ASI.
31
(2) Tidak dikosongkan seluruhnya.
(3) Keluhan : mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat.
(4) Penanganan : mengosongkan ASI dengan masase atau pompa,
memberikan estradiol.
b) Mastitis dan Abses Mammae
(1) Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan
infeksi mammae.
(2) Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus
aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan
demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan mammae, dan
terjadi perubahan warna kulit mammae.
2. Bendungan ASI
a. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah
terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi yang
disebabkan overdistensi dari saluran system laktasi. (Sarwono, 2005).
32
Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan
vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui tidak
kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat
terjadi setelah hari ketiga melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat
serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus.
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal,
payudara sering mengalami distensi, menjadi keras dan berbenjol-benjol.
Keadaan ini disebut sebagai bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai dengan kenaikan
suhu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena
normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara yang
merupakan procursor reguler untuk terjadinya laktasi. Apabila hal ini tidak
teratasi maka akan mengakibatkan terjadinya mastitis. Keadaan ini bukan
akibat overdistensi sistem lacteal oleh air susu. Demam nifas akibat distensi
payudara sering terjadi. Lamanya panas yang terjadi berkisar 4-16 jam dan
suhu tubuhnya berkisar dari 38 hingga 390C. Sesudah bayi lahir dan plasenta
keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor
dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitari laktogenik hormon
(prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak
dikeluarkannya lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi oleh air susu, tetapi
33
untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi selsel
mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. (Prawirahardjo, 2009).
b. Gejala bendungan Air Susu Ibu (ASI)
Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tandatanda
kemerahan dan demam. Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air susu
kepada bayinya. Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu,
sebaiknya air susu di keluarkan dulu untuk menurunkan ketegangan payudara.
(Sarwono Prawirahardjo 2009). Gejala bendungan Air susu ini juga di tandai
dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari
sampai 5 hari setelah persalinan. (Elisabeth, 2014).
c. Faktor Penyebab Bendungan Air Susu Ibu (ASI)
Bendungan Air Susu Ibu di sebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan
dapat pula karena adanya adanya pembatasan waktu menyusu. (Sarwono
Prawirahardjo 2009).
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu
dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
34
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI. Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
d. Pencegahan
1) Menyusui bayinya segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar.
2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan sebagainya).
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bendungan air susu di lakukan dengan pemakaian
kutang untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan
menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan
dengan pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.
Kalau perlu di beri supresi laktasi untuk sementara agar bendungan terkurangi
dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan pijitan. Keadaan ini pada
umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan
35
normal. (Sarwono Prawirahardjo 2009).
Penatalaksanaan umum bendungan air susu adalah sebagai berikut :
1) Sangga payudara ibu dengan bra yang pas.
2) Kompres payudara dengan menggunakan air hangat selama 5 menit.
3) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
4) Keluarkan air susu dari bagian depan payudara sehingga puting jadi lunak.
5) Susukan bayi 2 sampai 3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feading) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
6) Pada masa-masa awal bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin di perlukan pompa atau pengeluaran air
susu secara manual dari payudara.
7) Letakan kain dingin dan kompres dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara di pompa.
8) Bila perlu berikan parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi nyeri kemudian
lakukan evaluasi setelah 3 hari.(Pelayanan Kesehatan Edisi I, 2013)
a) Bila ibu menyusui
(1) Susukan sesering mungkin.
(2) Kedua payudara disusukan.
(3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
(4) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
36
(5) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan
atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
(6) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai
bendungan teratasi.
(7) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
(8) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan
pengurang rasa sakit.
(9) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak,
bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
(10) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
(11) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan perbanyak minum.
(12) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
(13) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
b) Bila ibu tidak menyusui
(1) Sangga payudara
(2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit.
(3) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
(4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
37
f. Perawatan payudara
Indikasi perawatan payudara dilakukan pada payudara yang tidak
mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan
puting tidak menonjol/masuk ke dalam. Terdapat beberapa cara dalam
melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui.
Cara pemijatan payudara pada ibu menyusui yang dilakukan 2 kali
sehari sejak hari ke dua persalinan yaitu :
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan
berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
Teknik menyokong payudara
Selanjutnya buatlah derakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan
gerakan seperti ini pada payudara kanan.
38
Gerakan memutar satu payudara
Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua
payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan
melepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari
diatas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil
meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yang
sama pada payudara kanan.
Gerakan memutar kedua payudara
39
Lalu sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah panggkal payudara ke arah
puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu
tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua
tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan .
ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.
Mengurut payudara
Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI.
Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir
yang tak kalah penting, mencegah bendungan ASI pada payudara.
Gambar 5. Perawatan payudara pada ibu menyusui
40
Cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan oleh tenaga
kesehatan di klinik yaitu :
1) Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan
pakaian atas.
2) Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau
baby oil selama 2-3 menit.
3) Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan
gerakan memutar dari dalam keluar.
4) Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral
keluar, apabila didapat puting tidak menonjol lakukan penarikan.
5) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan
melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua
payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan kedepan
sambil menghentakan payudara. Pengurutan dilakukan 20-30 kali.
6) Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan
pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-
30 kali. Lakukan pada kedua payudara.
7) Langkah selanjutnya, dengan menggunakan sendi-sendi jari posisi tangan
mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan
pengurutan dari pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali pada
tiap payudara.
41
8) Meletakan waskom dibawah payudara dan dan menggunakan was lap yang
dibasahi air hangat.
9) Mengguyur payudara kurang lebih 5 kali kemudian di lap dengan waslap
bergantian dengan air dingin, masing-masing 5 kali guyuran kemudian di
akhiri dengan air hangat.
10) Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang dibahu.
11) Memakai BH yang dapat menopang payudara.
B. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir logis dan
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya. (Elisabeth, 2015).
Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Depkes RI, 2005 manajemen kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuhan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
42
2 Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif.
c) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu dan bayinya.
d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
e) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Elisabeth, 2015).
b. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gram.
43
(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750 gram.
(3) Satu minggu, ligament uterus dan postpartum tinggi fundus uteri
teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram.
(4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gram.
(5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gram. Perubahan sistem perkemihan.
Tabel 3. PERUBAHAN-PERUBAHAN NORMAL PADA UTERUS
SELAMA POST PARTUM
Waktu TFU Bobot uterus Diameter uterus Palpasi
serviks
Pada
akhir
persalinan
Setinggi pusat 900-1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir
minggu
ke 1
1
2
pusat sympisis
450-500 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir
minggu
ke 2
Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir
minggu
ke 6
Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
(Ambarwati, 2010).
b) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
(1) Lochea rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium,
selama 2 hari postpartum.
44
(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3-
7 hari postpartum.
(3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 postpartum.
(4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Locheastasis: lochea tidak lancer keluarnya.
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6
minggu persalinan serviks menutup.
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan
kendor. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara bila labia menjadi lebih menonjol.
e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
45
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
f) Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi:
(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormone prolaktin setelah persalinan
(2) Kolostrum adalah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi.
2) Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan oedema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3). Sistem gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun
46
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalaangi keinginan ke belakang.
4). Perubahan sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam
postpartum. Progesteron turun pada hari ke-3 postpartum. Kadar prolaktin
dalam darah berangsur-angsur hilang.
5). Perubahan sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera
setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali keukuran semula.
6). Perubahan sistem Hematologi
Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah berkisar
15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara
25.000-30.000 merupakan manifestasi adanya infeksi partus lama, dapat
meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan
tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah.
Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2
% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas
47
berkisar antara 1500 ml. 200-200ml hilang pada saat persalinan; 500-800
ml hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat
nifas.
7). Perubahan tanda-tanda vital
(a). Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0c -38 0c)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan naik lagi. Pada
hari ketiga suhu badan akan naik karena ada pembentukan ASI, buah
dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain.
(b). Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan meningkat lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini
mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang
tertunda.
(c). Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
48
(d). Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan
juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran
pernapasan.
8). Perubahan sistem musculoskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi
dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
proses involusi.
c. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Fase-fase yang dialami ibu pada masa nifas yaitu:
1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua melahirkan.
2). Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan.
3). Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
d. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
nifas antara lain :
49
1). Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2). Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3). Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4). Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5). Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6). Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7). Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melakukannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
8). Memberikan asuhan secara profesional.
e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1) Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan olehn tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
50
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena
sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah
porsi yang cukup, tidak terlalu asin, pedas, berlemak, tidak mengandung
alkohol, nikotin serta pengwet atau pewarna. Disamping itu harus
mengandung sumber energy, sumber pembangun, dan sumber pengatur dan
pelindung.
2) Ambulasi
Disebut juga early embulation, adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas
mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-28 jam postpartum.
3) Eliminasi : BAB atau BAK
(a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam.
(b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien
pada hari ke tiga belum buang air besar maka diberikan laksan
supersitoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara
teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang
banyak, makanan cukup serat, olahraga.
51
4) Kebersihan diri
Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar
mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae yang
dilanjutkan perawatan perineum.
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk :
(a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.
(b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
(c) Kembali kekegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
(d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka
koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum.
7) Keluarga Berencana
Setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. Pada dasarnya ibu
tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh enam bulan
belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap
metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontraksi jauh lebih aman.
8) Pemberian ASI/laktasi
Hal-hal yang dibutuhkan kepada pasien :
52
(a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah
disusukan.
(b) Ajarkan cara menyusui yang benar.
(c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI
ekslusif).
(d) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand).
(e) Diluar menyusui jangan memberikan dot / kempeng pada bayi, tapi
berikan ASI dengan sendok.
(f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan
frekuensi pemberian ASI.
3. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan Evaluasi.
Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut varney :
a. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah 1)
Penumpulan data dasar atau pengkajian adalah mengumpulkan
semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Langkah
ini merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
53
1) Data Subyektif
a) Biodata yang mencangkup identitas pasien.
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan fisiknya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
(5) Suku/ Bangsa
Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(6) Pekerjaan
Yaitu untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
54
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien meraarena adanya luka jahitan pada perineum.
Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri
serta seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat
tanda-tanda kemerahan dan demam. Salah satu penyebab bendungan ASI
adalah puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009)
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa ini.
(2) Riwayat Kesehatan Sekarang.
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ada
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan
bayinya.
55
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
d) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
e) Riwayat Obstetrik
(1) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus atau tidak, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang
lalu.
(2) Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
56
g) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat-istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan.
h) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
banyak mengalami perubahan emosi/ psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjsdi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues
sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini
sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah factor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
(1) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita hamil selama kehamilan dan persalinan.
(2) Rasa sakit masa nifas awal.
(3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
(4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
(5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
57
Menjelaskan pengkajian psikologis :
(1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
(2) Respon ibu terhadap bayinya.
(3) Respon ibu terhadap dirinya.
i) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui sebarapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
j) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantang.
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah.
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat
sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
58
(4) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.
(5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika
melakukan ambulasi.
2) Data obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam
keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian
data obyektif adalah :
a) Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya.
(1) Temperatur/ Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa
nifas pada umumnya disebabkan oleh keluarnya cairan pada
59
waktu melahirkan, selain itu biasa juga disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai ˃ 38 0C adalah
mengarah tanda-tanda infeksi.
(2) Nadi dan Pernapasan
(a) Nadi berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi diatas 100
x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bias diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
(b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan
karena adanya vitium kordis.
(c) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai
serendah-rendahnya 40 sampai 50 x/menit, beberapa alasan
telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum
ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu
kelainan.
(d) Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30 x/menit.
60
(3) Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,
tetapu keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila
tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2
bulan pengobatan.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan
pemeriksaan fisik.
(1) Keadaan buah dada dan putting susu
(a) Simetris/tidak.
(b) Konsistensi, ada pembengkakan atau tidak.
(c) Puting menonjol/tidak, lecet/tidak.
(2) Keadaan abdomen
(a) Uterus normal ditandai dengan kokoh, berkontrasi baik, tidak
berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
Abnormal ditandai dengan lembek, diatas ketinggian fundal
saat masa postpartum segera.
(b) Kandung kemih : bisa buang air/tidak bias buang air.
(3) Keadaan Genetalia
(a) Lochea normal ditandai dengan : merah hitam (lochia rubra),
bau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
61
(ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
(b) Abnormal ditandai dengan merah terang, bau busuk,
mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan
penggantian pembalut 0-2 jam).
(c) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi / robekan, hecting.
(d) Keadaan anus : hemorrohoid.
(e) Keadaan ekstremitas : varises, oedema, dan reflex patella.
c) Data penunjang
Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan
keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah
persalinan. (Elisabeth, 2014).
b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II)
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
dinterprestasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
rencana asuhan terhadap pasien, masalah yang sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
62
1) Diagnosa kebidanan
Diagnose dapat ditegakan yang berkaitan dengan para, abortus, anak
hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
a) Data subyektif
Pernyataan ibu tentan g persalinan, apakah pernah abortus atau
tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhan.
b) Data obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital.
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi :
a) Data obyektif
Data yang didapat dari hasil anamneses pasien.
b) Data obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
Gejala utama bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya
pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras,
kadang terasa nyeri serta seringkali di sertai peningkatan suhu
63
badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan
demam. Salah satu penyebab terjadinya bendungan ASI adalah
puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009)
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
c. Identifikasi diagnosis/masalah potensial (Langkah III)
Langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah
ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya
terjadi mastitis. Mastitis merupakan peradangan payudara. Mastitis
biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu
yang berlanjut / bendungan ASI . Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada
payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. (Rukiyah
dan Yulianti, 2010; h.350).
64
d. Antisipasi Masalah (Langkah IV)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Penatalaksanaan bendungan ASI di lakukan dengan pemakaian kutang
untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui
segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan dengan
pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.
e. Perencanaan (Langkah V)
Langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah yang sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga barkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,
ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan
pada kasus ini adalah :
1) Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, anjuran ibu untuk segera berkemih,
observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
65
2) Kebersihan Diri
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
b) Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK.
3) Istirahat
a) Cukup istirahat.
b) Beri pengertian manfaat istirahat.
c) Kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
4) Gizi
a) Makan bergizi, bermutu dan cukup kalori.
b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
c) Minum tablet fe / zat besi.
d) Minum vitamin A (200.000 unit).
5) Perawatan payudara
a) Jaga kebersihan payudara
b) Beri ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.
6) Hubungan seksual
Beri peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
7) Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.
Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu :
1) Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin.
66
b) Kedua payudara disusukan.
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang
rasa sakit.
i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat
untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan perbanyak minum.
l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2) Bila ibu tidak menyusui
a) Sangga payudara
b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit.
67
c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
f. Pelaksanaan (Langkah VI)
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langakah-langkah yang sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyelurah tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,
ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan
pada kasus ini adalah :
1) Mengobservasi meliputi:
a) Keadaan umum.
b) Kesadaran.
c) Tanda-tanda vital dengan mengukur tekanan darah, suhu, nadi,
pernapasan.
d) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
e) Menganjuran ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung
kemih penuh akan menghambat proses involusio uteri.
f) Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar
pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.
68
2) Kebersihan Diri
a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai
BAK.
3) Istirahat
a) Memberi sarana ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat
menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusio berjalan lambat
sehingga menyebabkan perdarahan.
c) Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan
sehari-hari.
4) Gizi
a) Mengkonsumsi makan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori,
sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin
dan mineral.
b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
c) Minum tablet fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.
d) Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
5) Perawatan payudara
a) Menjaga kebersihan payudara
b) Memberi ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.
69
6) Hubungan seksual
Memberi peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
7) Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan
keinginannya.
Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu :
1) Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin.
b) Kedua payudara disusukan.
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang
rasa sakit.
i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat
untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
70
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan perbanyak minum.
l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.Sangga
payudara ibu dengan bra yang pas.
2) Bila ibu tidak menyusui
a) Sangga payudara
b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit.
c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
g. Mengevaluasi ( Langkah VII)
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberika, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana.
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah.
Agar orang lain mengetahui apa yang telah di laksanakan oleh bidan melalui
proses
sistematis maka di lakukan pendokumentasian dalam format SOAP, yakni :
71
S : Data diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah
pengkajian
dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan
pertanyaanpertanyaan,
baik secara langsung pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga
pasien. Untuk pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf
“O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
O : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi.
A : Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada
respon ibu terhadap masa nifas. Masalah terjadi belum termasuk dalam rumusan
diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan bidan,
maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul
merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subyektif
maupun obyektif.
P : Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari
pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien.
Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan
rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke
dalam informed consent .(Elisabeth, 2015).
72
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam
asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M dengan bendungan ASI di wilayah kerja
puskesmas kabawo kabupaten muna tanggal 25 s.d 28 April 2015 di awali dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta di lanjutkan dengan
pendokumentasian dan catatan perkembangan.
A. MANAJEMEN
1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar
a. Identitas Istri/ Suami
Nama : Ny.M/ Tn.A
Umur : 19 tahun/ 21 tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMP/ SMA
Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta
Pernikahan ke : 1/ 1
Lama menikah: ± 1 tahun
Alamat : Desa Lamaeo
73
b. Data Biologis/ Fisiologis
1) Keadaan ibu sekarang
Ibu mengatakan :
a) Buah dadanya bengkak, keras, dan terasa nyeri.
b) Puting susunya masuk kedalam.
c) Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar.
d) Bayinya diberikan susu formula.
e) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
f) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.
g) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan
48 cm.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Tidak ada penyakit yang di derita sekarang baik penyakit menular maupun
tidak menular.
3) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi, malaria,
DM.
b) Belum pernah di operasi, tidak memiliki riwayat alergi dan
ketergantungan obat serta tidak ada riwayat gemeli dalam keluarga.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular dan
penyakit turunan.
74
5) Riwayat Reproduksi
a) Riwayat haid
Menarche : 13 Tahun
Siklus Haid : 28-30 Hari
Durasi : 5-7 Hari
Perlangsungan : Normal
Dismenorhoe : Tidak ada.
b) Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : tidak ada.
6) Riwayat Nifas Sekarang
Ibu mengatakan:
a) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
b) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.
c) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan
48 cm.
7) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Nutrisi
(1) Kebiasaan
Makan 3 kali sehari, makanan pokok nasi ,sayur, ikan, dan buah,
nafsu makan baik, minum 6-8 gelas/ hari.
(2) Selama sakit
Tidak ada perubahan.
75
b) Kebutuhan eliminasi
(1) Kebiasaan
Buang air besar 1 kali/ hari , buang air kecil 4-5 kali/ hari.
(2) Selama sakit
Jarang buang air besar dan buang air kecil 3-4 kali/ hari.
c) Istrahat
(1) Kebiasaan
Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 8 jam.
(2) Selama sakit
Tidur tidak teratur karena terganggu dengan rasa nyeri.
d) Personal Hygiene
(1) Kebiasaan
Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali dalam 1
minggu menggunakan sampo, sikat gigi 2 kali sehari, pakaian
dalam diganti setiap kali lembab.
(2) Selama sakit
Tidak ada perubahan selama sakit.
8) Data biopsikosiospiritual
Kehamilan di rencanakan dengan suami, kehamilan di respon baik oleh
suami dan keluarga kemudian ibu tidak melakukan ibadah 5 waktu.
76
9) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum ibu baik.
b) Kesadaran kompesmentis.
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,4 0c
Pernapasan : 23 x/menit
d) Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
(1) Kepala dan rambut
Inspeksi : Kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
(2) Wajah/muka
Inspeksi : Ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat.
Palpasi : Tidak ada oedema.
(3) Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan bola mata baik,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.
(4) Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
77
Palpasi : TTidak ada nyeri tekan
(5) Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan
sekret tampak polister dan tidak ada pembengkakan
di belakang telinga.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
(6) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
tidak ada sariawan
(7) Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar
limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis.
(8) Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu masuk kedalam,
hyperpigmentasi pada areola mammae.
Palpasi : Payudara bengkak dan keras, tidak ada benjolan,
terdapat nyeri tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit
bila dipencet.
(9) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut agak
kendor.
78
Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat dan kontraksi uterus baik,
diastasis (-).
(10) Genitalia dan anus
Inspeksi : Tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan
berbau khas, tidak ada varises, tidak ada luka bekas
jahitan, dan tidak ada hemoroid.
Palpasi : Tidak ada oedema.
(11) Ekstremitas atas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku bersih dan berwarna
merah muda, jari-jari kaki lengkap
Palpasi : Tidak ada oedema dipunggung tangan.
(12) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, kuku
bersih dan berwarna merah muda, jari-jari kaki
lengkap.
Palpasi : Tidak ada oedema, homan sign (-).
Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+) .
2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual.
Setelah dilakukannya pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah
aktual pada Ny.“M” yaitu, PIA0 masa nifas hari ke-III dengan bendungan ASI.
79
1. PIA0
Data subjektif :
Ibu mengatakan:
a. Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
b. Melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.
Data objektif :
a. Nampak striae livide dan linea nigra.
b. Tonus otot perut kendor
Analisis dan interprestasi
a. Striae livide adalah kulit perut tampak seolah-oleh retak, warnanya berubah
agak hiperemik dan kebiru-biruan.
b. Linea nigra (garis hitam) adalah garis vertikal berwarna hitam gelap yang
terlihat di bawah perut ibu selama hamil. linea nigra timbul karena
peningkatan produksi pigmen melamin terkait peningkatan hormon
estrogen pada ibu hamil,linea nigra timbul sekitar trimester ke dua dan
berakhir setelah persalinan.
c. Perbedaan antara primigrafida dan multigrafida adalah pada tonis otot
tegang untuk primigrafida sedangkan intuk multigrafida tonus otot perut
lembek/kendor.
2. Post partum hari ke-III
Data subjektif :
Ibu mengatakan melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.
80
Data objektif :
a. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat
b. Tampak pengeluaran lochia rubra
Analisis dan interprestasi
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
b. Pada involusio uterus jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
prolitik berangsur-angsur akan mengecil dan setiap kalinya tinggi fundus
uteri akan turun 1 jari di bawah pusat (ilmu kebidanan 2010).
c. Lochia rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium, selama 2
hari postpartum.
3. Dengan bendungan ASI
Data subjektif :
Ibu mengatakan:
a. Buah dadanya bengkak, keras dan terasa nyeri.
b. Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar.
c. Puting susunya masuk kedalam.
d. Bayinya diberikan susu formula.
81
Data objektif:
Payudara bengkak dan keras, puting susu masuk kedalam, terdapat nyeri
tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit bila dipencet.
Analisis dan Interprestasi
a. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
b. Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena
bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI.
c. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan
ASI. Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang
produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial.
Potensial terjadinnya mastitis.
82
4. Langkah IV. Perlunya Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Tindakan segera yaitu melakukan perawatan payudara dan tidak ada data yang
mendukung untuk tindakan kolaborasi.
5. Langkah V. Rencana Asuhan
a. Tujuan
1) Bendungan ASI dapat teratasi.
2) Masa nifas berlangsung normal.
b. Kriteria
1) Bendungan ASI teratasi di tandai dengan :
a) ASI keluar dengan lancar.
b) Puting susu sudah menonjol dan bayi dapat menyusu dengan baik.
c) Ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.
2) Masa nifas berlangsung normal di tandai dengan :
a) Keadaan umum ibu baik.
b) Kesadaran composmentis.
c) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100-120 / 60-90 mmHg
Nadi : 60-100 kali / menit
Pernapasan : 16-24 kali / menit
Suhu : 36,5 0c-37,5 0c
d) Involusio uteri berlangsung normal, di tandai dengan kontraksi uterus
baik (teraba bundar dank keras), pengeluaran lochia sesuai dengan
83
fisiologisnya seperti lochia rubra berlangsung 1-3 hari, lochia
sanguelenta berlangsung 3-7 hari, lochia serosa berlangsung 7-14 hari,
lochia alba setelah 2 minggu
e) Proses laktasi berjalan baik
1) ASI kolostrum berlangsung 1-3 hari
2) ASI peralihan berlangsung 4-10 hari
3) ASI matur berlangsung 11 hari dan seterusnya
f) Kebutuhan eliminasi yaitu ibu BAB 1x/hari, dan BAK 3-4 kali/hari.
c. Rencana tindakan
1) Umum
a) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
Rasional : Dengan informasi yang akurat ibu dapat mengerti dan
memahami keadaannya serta mau bekerja sama dengan
bidan.
b) Mengobservasi tanda-tanda vital :
Rasional : Tanda-tanda vital dilakukan memantau naik turunnya suhu
badan pasien.
2) Bendungan ASI
a) Kompres kedua payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian.
84
Rasional : Pengompresan payudara dengan air hangat di lakukan agar
payudara menjadi lembek dan dan air dingin untuk
mengurangi rasa nyeri.
b) Lakukan perawatan payudara
Rasional : Perawatan payudara di lakukan agar ASI keluar sehingga
tidak terjadi bendungan air susu.
c) Tarik puting susu dengan menggunakan spoit
Rasional : Penarikan puting susu dengan spoit bertujuan untuk
merangsang puting susu keluar atau menonjol.
d) Lakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablet/hari,
amoxillin 3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.
Rasional : Dengan memberikan obat parasetamol sehingga dapat
mencegah ibu agar tidak demam dan nyeri, amoxillin
untuk mencegah infeksi, dan vitamin untuk memperbaiki
kondisi ibu dan mempercepat proses pemulihan.
3) Health Education (HE)
a) Anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin.
Rasional : Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI.
85
b) Ajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar
Rasional : Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan
puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri
pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau
menyusui bayinya dan terjadi bendungan.
c) Berikan Health Education (HE) tentang :
(1) Nutrisi dan gizi seimbang.
Rasional : Gizi pada ibu menyusui sangat penting bagi kesehatan
ibu dan pertumbuhan bayinya karena zat-zat gizi yang
dikonsumsi ibu akan terkandung di dalam ASI.
(2) Personal hygiene terutama daerah genetalia.
Rasional : Dengan menjaga kebersihan diri dan genitalia dapat
mencegah terjadinya infeksi genitelia/jalan lahir dan
memberikan suasana nyaman pada ibu.
(3) Istirahat yang cukup
Rasional: Istirahat yang cukup bertujuan untuk mengoptimalkan
kondisi tubuh ibu.
(4) Manfaat ASI eksklusif.
Rasional : Dengan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan pada bayi
dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap
penyakit.
86
(5) KB pasca salin.
Rasional : Dengan mennganjurkan ibu untuk ber-KB setelah
melahirkan sehingga dapat menjarangkan kehamilan.
d) Jelaskan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah
terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak
pada wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat
BAB/BAK, pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit.
Rasional : Untuk mencegah komplikasi yang berkelanjutan.
e) Sepakat dengan ibu untuk dilakukan kunjungan ulang.
Rasional : Dengan adanya kunjungan sehingga dapat memantau
kelainan-kelainan yang akan terjadi.
d. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan
Tanggal 25 April 2015 Jam : 08.20 WITA
a. Umum
1) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini.
2) Mengobservasi tanda-tanda vital:
Hasil : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 89 x/menit, pernapasan 23
x/menit Suhu 37,4 0c.
b. Bendungan ASI
1) Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
87
bergantian.
Hasil : Kedua payudara terasa lembek dan rasa nyeri ibu sedikit
berkurang.
2) Melakukan perawatan payudara.
Hasil : ASI sudah keluar sedikit-sedikit dan bendungan ASI berkurang.
3) Menarik puting susu dengan menggunakan spoit.
Hasil : puting susu sudah mulai keluar.
4) Melakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablet/hari,
amoxilin 3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.
Hasil : Ibu mau minum obat secara rutin.
c. Health Education (HE)
1) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Hasil : bayi belum dapat menyusu dengan baik.
2) Mengajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar.
Hasil : ibu mengerti dan sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.
3) Memberikan Health Education (HE) tentang :
(a) Nutrisi dan gizi seimbang
Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3kali/hari.
(b) Personal hygiene
Hasil : Ibu sudah mengganti baju dan sarung serta pembalut telah
diganti sebanyak 2 kali.
88
(c) Istirahat yang cukup
Hasil : Ibu siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam.
(d) Manfaat ASI esklusif
Hasil : Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat pemberian ASI
eksklusif pada bayi.
(e) KB pasca salin.
Hasil : Ibu mau ber-KB.
4) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah
terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat BAB/BAK,
pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu tidak mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
5) Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada tanggal 26 April 2015.
Hasil : ibu sepakat dengan bidan.
e. Langkah VII. Evaluasi Keefektifan Asuhan
Tanggal 25 April 2015 Jam : 08.40 WITA
a. Keadaan umum ibu baik, payudara masih bengkak, keras, terasa nyeri, ASI
sudah keluar sedikit-sedikit, puting sudah mulai keluar, bayi belum menyusu.
b. Bendungan ASI dapat teratasi di tandai dengan :
1) ASI sudah keluar dengan lancar.
2) Puting susu sudah menonjol dan bayi sudah menyusu dengan baik.
89
3) Ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.
c. Masa nifas berlangsung normal di tandai dengan
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kesadaran kompesmentis
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 23 x/menit
Suhu : 37 0c
4) Kontraksi uterus baik dan ada pengeluaran lochia sanguilenta.
5) Proses laktasi berjalan dengan baik yaitu ASI yang keluar adalah ASI
peralihan.
6) Kebutuhan eliminasi yaitu ibu sudah BAK dan BAB.
Setelah dilakukannya manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah
varney pada Ny.M dengan bendungan ASI, maka penulis akan merangkum
manajemen tersebut dalam 7 langkah pendokumentasian yang dikenal dengan
SOAP, untuk lebih jelas dapat dilihat pada uraian berikut.
90
Pendokumentasian
Pada langkah ini telah di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan
dalam 7 langkah varney dan akan di persingkat menjadi pendokumentasian pada
ibu
nifas dengan bendungan ASI di wilayah kerja puskesmas kabawo kabupaten muna
tanggal 25 s.d 28 April 2015.
A. Identitas Suami Istri
Nama : Ny.M/ Tn.A
Umur : 19 tahun/ 21 tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMP/ SMA
Pekerjaan : IRT/ Swasta
Pernikahan ke : 1/ 1
Lama menikah : ± 1 tahun
Alamat : Desa Lamaeo
1. Data Subjektif (S)
a) Buah dadanya bengkak, keras, dan terasa nyeri.
b) Puting susunya masuk kedalam.
c) Bayinya tidak menyusu karena ASI keluar tidak keluar.
d) Bayinya diberikan susu formula.
e) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
f) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.
91
g) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan 48
cm.
2. Data Objektif (O)
a. Keadaan umum ibu baik.
b. Kesadaran kompesmentis.
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,4 0c
Pernapasan : 23 x/menit
d. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok, tidak ada
benjolan, ekspresi wajah meringis bila nyeri, tidak pucat, tidak ada
oedema, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena
jugularis, pada payudara puting susu masuk kedalam, hyperpigmentasi
pada areola mammae, payudara teraba bengkak dan keras, tidak ada
benjolan, terdapat nyeri tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit bila
dipencet, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut kendor, TFU 3 jari
bawah pusat dan kontraksi uterus baik, tidak terjadi diastasis, tampak
darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak ada varises,
tidak ada luka bekas jahitan, tidak ada hemoroid, pada ekstremitas atas
92
dan bawah, kuku bersih dan berwarna merah muda, tidak ada oedema
dipunggung tangan, tidak ada varises, homan sign (-), refleks patella kiri
dan kanan (+).
ASSESMENT ( A )
Diagnosa : P1A0, post partum hari ke-III, dengan bendungan ASI,
Potensial : Terjadinya mastitis.
Tindakan segera : Melakukan perawatan payudara.
PLANNING ( P )
Tanggal 25 April 2015 Jam : 08.20 WITA
a. Umum
1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
Hasil : Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini
2. Mengobservasi tanda-tanda vital :
Hasil : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 89 x/menit, pernapasan 23 x/menit,
Suhu 37,4 0c.
b. Bendungan ASI
1. Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
bergantian.
Hasil : Kedua payudara terasa lembek dan rasa nyeri ibu sedikit berkurang.
2. Melakukan perawatan payudara.
Hasil : ASI sudah keluar sedikit-sedikit.
93
3. Menarik puting susu dengan menggunakan spoit.
Hasil : Puting susu sudah mulai keluar .
4. Melakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablet/hari, amoxilin
3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.
Hasil : Ibu mau minum obat secara rutin.
c. Health Education (HE)
1. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Hasil : bayi belum dapat menyusu dengan baik.
2. Mengajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar.
Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.
3. Memberikan Health Education (HE) tentang :
a. Nutrisi dan gizi seimbang
Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3kali/hari.
b. Personal hygiene
Hasil : Ibu sudah mengganti baju dan sarung serta pembalut telah diganti
sebanyak 2 kali.
c. Istirahat yang cukup
Hasil : Ibu siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam.
d. Manfaat ASI esklusif
Hasil : Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat pemberian ASI eksklusif
pada bayi.
94
e. KB pasca salin
Hasil : Ibu mau ber-KB.
4. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah
terusmenerus
dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada wajah
dan ekstremistas, hipertensi, badan panas, tidak dapat BAB/BAK, pandangan
kabur, payudara bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu tidak mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
5. Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada tanggal 26 April 2015.
Hasil : Ibu sepakat dengan bidan.
95
CATATAN PERKEMBANGAN IBU NIFAS PADA NY ”M” DENGAN
BENDUNGAN ASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABAWO KABUPATEN MUNA
TANGGAL 26 S.D 28 APRIL TAHUN 2015
NO HARI/
TANGGAL
DATA
SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF ASSESMENT PLANNING
1 Minggu,
26/04/2015
1) Ibu mengatakan
buah dadanya
masih bengkak
dan nyeri.
2) Ibu mengatakan
bayinya tidak
puas menyusu
karena air
susunya keluar
sedikit-sedikit.
1) Keadaan umum ibu baik.
2) Kesadaran kompesmentis.
3) Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah: 110/70
mmHg.
- Nadi : 84 x/menit.
- Suhu : 37,2 0c.
- Pernapasan :20x/menit.
4) Ekspresi wajah meringis
jika nyeri dan tidak ada
oedema.
5) Konjungtiva merah
mudah, sklera mata tidak
ikterus.
6) Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada distensi
vena jugularis pada leher.
7) Tinggi fundus uteri 3 jari
di bawah pusat, kontraksi
uterus baik.
8) Payudara bengkak dan
keras, puting susu mulai
keluar sedikit, ada
pengeluaran ASI sedikitsedikit
bila di pencet.
Diagnosa:P1A0, post
partum hari ke-4,
dengan bendungan
ASI.
Potensial : terjadinya
mastitis.
Tindakan segera
yaitu melakukan
perawatan payudara.
a. Umum
1. Meminta persetujuan ibu untuk tindakan yang akan
di lakukan.
Hasil : ibu kooperatif dan memberi respon yang
positif.
2. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan.
Hasil : ibu mengerti dengan keadaannya saat ini.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg.
- Nadi : 84 x/menit.
- Suhu : 37,2 ºC
- Pernapasan : 20x/menit.
4. Mengobservasi BAB dan BAK.
Hasil : Ibu sudah BAB dan BAK
b. Bendungan ASI
1. Melakukan perawatan payudara.
Hasil : ASI sudah keluar sedikit-sedikit dan
bendungan ASI sedikit berkurang.
2. Mengeluarkan air susu dengan pompa ASI.
Hasil : air susu keluar ± 20 cc.
c. Health Education (HE)
1. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
sesering mungkin.
Hasil : Bayi belum dapat menyusu dengan baik.
2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang yang benar.
Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui
bayinya dengan benar.
96
9) Nampak pengeluaran
lochia sanguelenta.
3. Memberikan Health Education (HE) tentang :
b. Nutrisi dan gizi seimbang
Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3 kali/
hari.
c. Personal hygiene terutama daerah genetalia.
Hasil : Ibu sudah mengganti pembalut
sebanyak 2 kali.
d. Istirahat yang cukup
Hasil : Ibu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam
± 8 jam
e. Manfaat ASI esklusif
Hasil: Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat
pemberian ASI eksklusuf pada bayi.
f. KB pasca salin
Hasil : Ibu mau ber-KB.
4. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak
dapat BAB/BAK, pandangan kabur, payudara
bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu tidak mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
5. Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada
tanggal 27 April 2015.
Hasil : Ibu sepakat
2. Senin,
27/04/2015
1.) Ibu
mengatakan
buah dadanya
masih bengkak
dan nyeri.
2.) Ibu
mengatakan
bayinya tidak
puas menyusu
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kesadaran kompesmentis
3) Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/70
mmHg
- Nadi : 82 kali/menit
- Suhu : 37 0c
- Pernapasan:20
kali/menit.
Diagnosa:P1A0, post
partum hari ke-5,
dengan bendungan
ASI.
Potensial : terjadinya
mastitis.
Tindakan segera yaitu
melakukan perawatan
payudara.
a. Umum
1. Meminta persetujuan ibu untuk tindakan yang akan
di lakukan.
Hasil : ibu kooperatif dan memberi respon yang
positif.
2. Memnginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
Hasil : ibu mengerti dengan keadaannya saat ini
3. Mengobservasi tanda-tanda vital :
Hasil :
97
karena air
susunya keluar
sedikit-sedikit.
4) Ekspresi wajah meringis
jika kesakitan dan tidak
ada oedema.
5) Konjungtiva merah
mudah, sklera mata tidak
ikterus
6) Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada distensi
vena jugularis pada leher
7) Tinggi fundus uteri
pertengahan simpisis
pusat, kontraksi uterus
baik
8) Payudara sudah mulai
lembek dan tidak terlalu
keras, puting susu sudah
mulai keluar
9) Nampak pengeluaran
lochia sanguelenta
- Tekanan darah : 110/70 mmHg.
- Nadi : 82 x/menit.
- Suhu : 37 ºC
- Pernapasan : 20x/menit.
4. Memandikan bayi.
Hasil : Ibu merasa nyaman.
b. Bendungan ASI
1. Melakukan perawatan payudara.
Hasil : Perawatan payudara telah dilkukan dan
bendungan ASI sudah mulai berkurang.
2. Mengeluarkan air susu dengan pompa ASI.
Hasil : air susu keluar keluar ± 30 cc dan puting
susu menonjol.
c. Health Education (HE)
1. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Hasil : Bayi elum dapat menyusu dengan baik.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan
benar.
Hasil : Ibu sudah dapat menyusui bayinya dngan
benar.
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, oedema pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak
dapat BAB/BAK, pandangan kabur, payudara
bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya
masa nifas.
4. Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada
tanggal 28 April 2015.
Hasil : ibu sepakat
98
3 Selasa,
28/04/2015
1) Ibu
mengatakan
payudaranya
sudah tidak
bengkak dan
air susunya
sudah keluar
dengan lancar
2) Ibu
mengatakan
bayinya
menyusu
dengan baik
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kesadaran kompesmentis
3) Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/70
mmHg
- Nadi : 82 kali/menit.
- Suhu : 37 0c
- Pernapasan : 20 x/menit
4) Wajah tidak pucat dan
tidak ada oedema.
5) Konjungtiva merah
mudah, sklera mata tidak
ikterus.
6) Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada distensi
vena jugularis pada leher
7) Tinggi fundus uteri
pertengahan simpisis
pusat, kontraksi uterus
baik.
8) Payudara tidak bengkak,
tidak sakit, puting susu
sudah menonjol dan ASI
sudah lancar keluar.
9) Nampak pengeluaran
lochia sanguelenta
Diagnosa:P1A0, post
partum hari ke-6.
Potensial : -
Tindakan segera : -
a. Umum
1. Meminta persetujuan ibu untuk tindakan yang akan
di lakukan.
Hasil : ibu kooperatif dan memberi respon yang
positif.
2. Memnginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
3. Hasil : ibu mengerti dengan keadaannya saat ini
4. Mengobservasi tanda-tanda vital :
Hasil :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg.
- Nadi : 80 x/menit.
- Suhu : 37 ºC
- Pernapasan : 20x/menit.
5. Memandikan bayi.
Hasil : bayi merasa nyaman
b. Health Education (HE)
1. Menganjurkan pada ibu untuk sering menyusui
bayinya
Hasil : Ibu sudah dapat menyusui bayinya.
2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang yang benar.
Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui
bayinya dengan benar.
2. Memberikan Health Education (HE) tentang :
a. Nutrisi dan gizi seimbang
Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3 kali/
hari.
b. Personal hygiene
Hasil : Ibu sudah mengganti baju, sarung serta
pembalut telah diganti sebanyak 2 kali.
c. Istirahat yang cukup
Hasil : Ibu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam
± 8 jam
d. Manfaat ASI esklusif
Hasil: Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat
pemberian ASI eksklusuf pada bayi.
99
e. KB pasca salin
Hasil : Ibu mau ber-KB.
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa
nifas yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas,
tidak dapat BAB/BAK, pandangan kabur,
payudara bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
5. Menganjurkan pada ibu agar banyak mengonsumsi
makanan yang dapat merangsang produksi air susu
ibu
Hasil : Ibu makan kacang-kacangan dan sayuran.
100
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
studi kasus pada pelaksanaan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny.M dengan Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas
Kabawo
Kabupaten Muna pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan dalam
proses asuhan kebidanan, tahap ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan,
dan analisis data atau fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subyektif dan
obyektif. Pada tahap ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena
pada saat mengumpulkan data, orang tua maupun keluarga terbuka dalam
memberikan informasi yang di butuhkan berhubungan dengan keadaan klien
sehingga
memudahkan penulis dalam pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang
diangkat. Data yang diambil oleh penulis terfokus pada masalah yang dialami oleh
klien.
Pada tinjauan pustaka data subyektif pada ibu nifas dengan bendungan ASI
yaitu di tandai dengan ibu mengeluh payudara bengkak dan keras, nyeri pada
payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 6 hari setelah persalinan. Data obyektif
pada
ibu nifas bendungan ASI yaitu pada hasil pemeriksaan terdapat pembengkakan
100
101
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali
disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan
dan
demam. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam.
(Prawirohardjo, 2010).
Pada kasus Ny. M dengan bendungan ASI data subyektifnya yaitu ibunya
mengeluh buah dadanya teras bengkak, keras,dan nyeri. Pada data obyektif hasil
pemeriksaan payudara teraba keras, bengkak, puting susu masuk kedalam,
terdapat
nyeri tekan, dan suhu 37,4 ºC.
Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi
kasus pada Ny.M tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Eva Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan
bendungan ASI di BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara
Bandar
Lampung tahun 2013 yaitu pada data subyektif ibunya mengeluh bengkak pada
payudara dan nyeri pada saat menyusui, keras saat diraba dan berdasarkan hasil
pemeriksaan data obyektifnya terdapat puting susu sebelah kanan masuk kedalam,
payudara bengkak, keras, terdapat nyeri tekan, dan suhu 37 0C.
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Berdasarkan data yang telah di kumpulkan, terdapat diagnosa atau masalah
yang di temukan pada pasien, diagnosa tersebut adalah P1A0, post partum hari ke-
III
dengan bendungan ASI.
102
Pada tinjauan pustaka data subyektif bendungan ASI yaitu ibu merasa cemas
karena payudaranya bengkak dan terasa sakit bila menyusui. Kebutuhan ibu nifas
dengan bendungan ASI adalah penjelasan tentang penyebab penjelasan supaya ibu
tidak cemas dan di buat rencana untuk mengurangi kecemasan dan
ketidaknyamanan
tersebut. Data obyektif pada bendungan ASI tanda gejalanya yaitu mammae
teraba
bengkak, keras, dan nyeri, putting susu yang mendatar sehingga bayi sulit
menyusui,
pengeluaran susu terkadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit, seringkali
disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan
dan
demam (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pada kasus Ny. M dengan bendungan saluran ASI muncul masalah yaitu pada
data subyektif ibu mengeluh cemas akan payudaranya karena bengkak, dan terasa
nyeri, bayi tidak dapat menyusu karena ASI tidak keluar sehingga membutuhkan
informasi tentang keadaan dirinya (bendungan ASI) dan perawatan payudara
untuk
mengatasi keluhan ibu. Data obyektif pada pemeriksaan payudara teraba keras,
bengkak, puting susu masuk kedalam, terdapat nyeri tekan, ada pengeluaran ASI
sedikit-sedikt bila dipencet, dan suhu 37,4 ºC.
Dengan demikian antara tinjauan pustaka dengan studi kasus pada Ny.M
tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Eva
Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS
DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013
yaitu, ibu cemas akan keadaan payudara karena bengkak, dan terasa nyeri, disertai
103
bayi yang tidak dapat menyusu sehingga membutuhkan informasi tentang keadaan
dirinya (bendungan ASI) dan perawatan payudara untuk mengatasi keluhan ibu.
C. Identifikasi Diagnosa dan masalah Potensial
Pada langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah potensial yang
mungkin akan terjadi atau yang dialami oleh klien berdasarkan pengumpulan data
dan
observasi, apabila terdapat kondisi yang tidak normal dan tidak mendapatkan
penanganan segera dapat membawa dampak yang berbahaya pada klien.
Pada tinjauan pustaka, terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari
kemungkinan infeksi mammae (mastitis). Bendungan ASI jika tidak disusui
secara
adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah radang pada payudara. Bakteri
yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus aureus yang masuk
melalui
luka puting susu (Setyo Retno, 2011).
Pada studi kasus Ny.M dilahan praktek, jika tidak segera ditangani maka
keadaan ibu akan berlanjut pada terjadinya mastitis. Namun hal ini tidak terjadi
karena ibu sudah mendapat penanganan yang tepat. Dengan demikian antara
tinjauan
pustaka dan kasus pada Ny.M tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa
nifas
dengan bendungan ASI di BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung
Utara
Bandar Lampung tahun 2013 yaitu, jika tidak segera ditangani maka akan
berlanjut
pada mastitis.
104
D. Menilai Perlunya Interfensi Segera/Kolaborasi
Pada langkah perlunya tindakan segera dan kolaborasi, tindakan yang harus
segera dilakukan oleh bidan pada kasus bendungan ASI yaitu asuhan kerja
mandiri
yang dapat di tangani di rumah, tidak perlu kolaborasi dan berkonsultasi dengan
dokter ahli. (Setyo Retno, 2011).
Berdasarkan keluhan pada Ny. M tindakan yang di lakukan yaitu segera
melakukan perawatan payudara. Tidak ada data yang mendukung untuk di
lakukan
kolaborasi dengan dokter ahli.
Dengan demikian antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M tidak terjadi
kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri
Yanti
tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI
ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013 yaitu,
dengan cara melakukan perawatan payudara. Tidak ada data yang mendukung
untuk
dilakukan kolaborasi dengan dokter ahli karena diagnosa potensial tidak muncul.
E. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan asuhan kebidanan, menurut Varney, Helen bahwa rencana
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu sebelumnya harus didiskusikan
dengan
klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan yang
diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa terlebih
dahulu.
105
Penatalaksanaan bendungan ASI menurut (setyo retno wulandari, 2011) yaitu:
1. Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin.
b) Kedua payudara disusukan.
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa
dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang rasa
sakit.
i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran ASI.
j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
perbanyak minum.
l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
n)
2. Bila ibu tidak menyusui
106
a) Sangga payudara
b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
Pada kasus Ny.M dengan bendungan ASI rencana tindakan yang diberikan,
dibagi dalam tiga rencana asuhan yaitu tindakan umum, bendungan ASI, Health
Education (HE).
1. Tindakan umum yang dilakukan pada kasus Ny.M yaitu informasikan pada ibu
hasil pemeriksaan. observasi tanda-tanda vital.
2. Bendungan ASI yaitu kompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin
secara bergantian, lakukan perawatan payudara, tarik puting susu dengan
menggunakan spoit/ pompa ASI, lakukakan pemberian obat-obatan yaitu
paracetamol 3x1 tablet/hari, amoxillin 3x1 tablet/hari, vitamin 3x1 tablet/hari.
3. Health Education yaitu anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya,
ajarkan
pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar, berikan Health Education (HE)
tentang nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat
ASI esklusif, KB pasca salin, jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk,
oedema pada wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat
BAB/BAK, pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit, sepakati dengan ibu
kunjungan ulang.
107
Hal ini menandakan antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M sebagian
kecil terdapat kesenjangan dikarenakan pada tinjauan pustaka Health Education
(HE)
terfokus pada masalah penanganan bendungan ASI sedangkan pada kasus Ny.M
health education (HE) secara umum pada ibu nifas seperti Health Education (HE)
tentang nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat
ASI esklusif, KB pasca salin dan jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI
ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013 yaitu,
Dikarenakan pada Health Education (HE) tidak dijelaskan tentang tanda-tanda
bahaya masa nifas dan tidak menganjurkan ibu untuk menggunakan KB setelah
melahirkan.
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat
dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan klien serta kerja
sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan.
Penatalaksanaan bendungan ASI yaitu:
1. Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin.
b) Kedua payudara disusukan.
108
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa
dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang rasa
sakit.
i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran ASI.
j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
perbanyak minum.
l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Pada studi kasus Ny.M, penulis melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan
rencana asuhan yaitu :
1) Umum
(a) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
(b) Mengobservasi tanda-tanda vital
109
2) Bendungan ASI
(a) Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
bergantian.
(b) Melakukan perawatan payudara.
(c) Menarik puting susu dengan menggunakan spoit/ pompa ASI.
(d) Melakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablethari,
amoxilin 3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.
3) Health Education (HE)
(a) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya.
(b) Mengajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar.
(c) Memberikan Health Education (HE) tentang nutrisi dan gizi seimbang,
personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat ASI esklusif, KB pasca
salin.
(d) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah
terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, oedema pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat BAB/BAK,
pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit.
(e) Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang.
Dengan demikian antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M ada sebagian
kecil terdapat kesenjangan hal ini dikaarenakan karena pada tinjauan pustaka
terfokus
pada masalah penanganan bendungan ASI sedangkan pada kasus Ny.M health
110
education (HE) secara umum pada ibu nifas seperti Health Education (HE)
tentang
nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat ASI
esklusif, KB pasca salin dan jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI
ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013
dikarenakan pada Health Education (HE) tidak dijelaskan tentang tanda-tanda
bahaya
masa nifas dan tidak menganjurkan pada ibu untuk menggunakan KB setelah
melahirkan. Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
seluruhnya
dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan dukungan dari ibu dan
keluarga klien.
G. Evaluasi Keefektifan Asuhan
Evaluasi manajemen kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah
diimplementasikan, evaluasi yang dilakukan meliputi keadaan umum ibu, tanda-
tanda
vital terutama tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, bendungan ASI dapat
teratasi,
keadaan puting susu, ASI sudah keluar, bayi sudah menyusu, (Ambarwati, 2010).
Berdasarkan hasil peneliti lain, hasil akhir dalam melaksanakan asuhan
kebidanan dengan bendungan saluran ASI selama 4 hari, evaluasi yang diperoleh
adalah bendungan ASI teratasi, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, ibu
dapat
111
menyusui bayinya dengan benar keadaan umum ibu baik, tekanan darah
110/70mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 37° C, Dengan
demikian
antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M ada kesesuaian dan tidak ditemukan
kesenjangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu bendungan
ASI teratasi, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, ibu dapat menyusui
bayinya
dengan benar, keadaan umum ibu baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 37 °C. Tidak ditemukan hal-hal yang
menyimpang
dari evaluasi tinjauan pustaka.
112
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.M dengan
Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna tanggal 25
s.d
28 April 2015, maka penulis menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Ny. M di wilayah kerja Puskesmas
Kabawo Kabupaten Muna dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data
subyektif dengan mewawancarai Ny. M sehingga didapatkan keluhan buah
dadanya terasa bengkak, keras dan nyeri, puting susu masuk kedalam, bayi tidak
menyusu karena ASI tidak keluar dan data obyktif diperoleh dari pemeriksaan
fisik yaitu pada payudara bengkak, teraba keras, puting susu masuk kedalam, ada
nyeri tekan, ASI keluar sedikit-sedikit bila dipencet .
2. Dalam penentuan diagnosa/masalah aktual terhadap kasus Ny. M di wilayah
kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna dengan mengumpulkan data secara
teliti dan akurat sehingga didapatkan diagnosa PIA0, postpartum hari ke-III
dengan bendungan ASI yang disertai masalah yang dialami Ny. M adalah buah
dadanya terasa bengkak, keras dan nyeri, puting susu masuk kedalam, bayi tidak
menyusu karena ASI tidak keluar sehingga pencegahan secara dini begitu
penting agar keluahan ibu dapat teratasi .
112
113
3. Menganalisa dan menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa/
masalah
potensial terjadinya pada Ny”M” Dengan bendungan ASI yaitu potensial
terjadinya mastitis. Namun hal ini tidak terjadi karena sudah mendapatkan
penanganan segera.
4. Tindakan segera yang dilakukan melakukan perawatan payudara dan kolaborasi
dengan Dokter Obgyn tidak dilakukan.
5. Rencana tindakan pada kasus Ny. M di wilayah kerja Puskesmas Kabawo
Kabupaten Muna dengan dibagi dalam 3 rencana asuhan diantaranya tindakan
umum, eklamsia postpartum dan edukasi.
6. Penatalaksanaan kasus Ny. M di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.
7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny ”M” yaitu pada tanggal 25 s.d 28
April 2015 maka di dapatkan hasil yaitu keadaan Ny”M” bendungan ASI
teratasi, puting susu sudah menonjol, bayi sudah dapat menyusu dengan baik,
keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
8. Telah dilakukannya pendokumentasian asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M
dengan bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna
dibuat dalam bentuk SOAP yang merupakan ringkasan dari 7 langkah Varney.
9. Telah dilakukan follow up asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M dengan
bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna selama 3
hari sampai keluhan ibu teratasi.
114
B. Saran
1. Agar karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah
wawasan pembacanya sehingga proses perkuliahan dapat berjalan baik.
2. Dengan adanya karya tulis ini kita dapat melihat betapa penting dilakukannya
perawatan payudara pada ibu hamil sehingga dapat mencegah terjadinya
bendungan ASI karena putting susu yang terbenam.
3. Dengan adanya karya tulis ini para pembaca khususnya mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuan terutama tentang masalah ibu nifas patologi
dengan bendungan ASI sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat dan
sesuai dengan masalah yang terjadi.
4. Diharapkan dalam pemberian asuhan bidan dapat mengidentifikasi suatu
keadaan
yang dapat mengarah kearah patologi, sehingga dapat mencegah kejadian yang
tidak diharapkan.
5. Sehingga dengan adanya karya tulis ini, bila benar-benar terjadi bendungan ASI
pada masa nifas dapat dicegah sedini mungkin
115
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia offset.
Arini H., (2012) Mengapa Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta, flashbooks.
Dinas Kesehatan Kabupaten Muna (2015) Profil Kesehatan Kabupaten Muna.
Estiwidani, Dwiana, Meilani, Niken & Widyasih, Hesty. (2011) Konsep
Kebidanan.
Yogyakarta, Fitramaya.
http://www.google.com/stikes-kusuma-husada.ac.id.penelitian-bendungan-
ASI.com di
Akses tanggal 9 Juni 2013 Pukul 09.30 WITA.
http://yuniochyrosiati.blogspot.com/2012/11/Dampak-bendungan-ASI.com di
Akses
tanggal 9 Juni 2013 pukul 09.30 WITA.
http://ryandefinta.blogspot.com/2013/02/masa-nifas-dan-cara-menyusui-yang
benar.html diakses tanggal 9 Juni Pukul 09.30 WITA
http://2.bp.blogspot.com/-UxliaryzLXU/UYtorXu162I/AAAAAAAABHw/9BW4
8Ifmow/s1600/Perawatan-Payudara-Ibu-Menyusui.webp di Akses tanggal 9
Juni 2013 pukul 09.30 WITA.
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media
Marmi (2011) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono (2011) Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka
Jogyakarta: CV Andi Offset
Prawirohardjo, Sarwono (2009) Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
116
Prawirohardjo, Sarwono (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Setyo Retno, Wulandari & Handayani S. (2011) Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas. Yogyakarta, Gosyen Publishing.
Siwi, Elisabeth & Purwoastuti, Endang (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas
dan
Menyusui. Yogyakarta, PUSTAKA BARU PRESS.
Sulistyawati, Ari (2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta,
Andi.
Sumintar. 2008 http://www.f-buzz.com/wp-content/uploads/2008/08/susu-ibu.jpg;
Varney, Jan M. Kriebs & Carolyn L. Gegor (2012) Buku Saku Bidan. Jakarta,
EGC.
117
Tabel : pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.M P1A0, post partum hari ke-
III di wilayah kerja puskesmas kabawo kabupaten muna.
No Asuhan Kebidanan Waktu pelaksanaan Ket
25-4-
15
26-4-
15
27-4-
15
28-4-
15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Menginformasikan pada ibu hasil
pemeriksaan.
Mengobservasi tanda-tanda vital,
Mengobservasi BAB dan BAK.
Mengompres kedua payudara
dengan air hangat
Melakukan perawatan payudara
Menarik puting susu dengan
menggunakan spoit.
Mengeluarkan air susu dengan
pompa ASI
Mengajarkan pada ibu cara
menyusui bayinya dengan benar
Menganjurkan pada ibu untuk
menyusui bayinya sesering
mungkin
Menatalaksanakan pemberian
obat-obatan yaitu parasetamol 3x1
tablet/hari, amoxillin 3x1
tablet/hari, dan vitamin 3x1
tablet/hari.
Memberikan health education
pada ibu tentang ASI esklusif,
nutrisi, personal Hygiene, istirahat
yang cukup, KB pasca salin
Menjelaskan pada ibu tentang
tanda-tanda bahaya masa nifas.
Menganjurkan pada ibu untuk
makan makanan yang dapat
merangsang produksi air susu ibu.
Memandikan bayi
Menyepakati dengan ibu
kunjungan ulang

√√√
√√







√√√
















√√







118
119

Anda mungkin juga menyukai