Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK 5

BBLR

Disusun oleh :

Febriyanti Z Latjuba (NPM. 195401426358)


Novi Sukmawati (NPM. 195401426350)
Cicidwy Jayanti Eka Putri (NPM. 195401426344)
Evi Wulandari (NPM.195401426354)
Eka Fitriani (NPM. 195401426348)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D.IV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmatdan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan TUGAS KELOMPOK 5 dengan

judul “BBLR”. Dan tidak lupa pula kami panjatkan salawat dan salam kepangkuan Nabi

Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang

berilmu pengetahuan.

TUGAS KELOMPOK 5 dengan judul “BBLR” merupakan salah satu tugas untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi D-IV Kebidanan di

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional.

Dalam penyelesaian TUGAS KELOMPOK 5 dengan judul “BBLR” penulis

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya tiada yang lebih berharga persembahkan

selain untaian do’a dan ucapan terimakasih kepada kedua Orang Tua kami yang telah

membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, untaian do’a dan

pengorbanan tiada henti, juga kepada Saudara Kami yang telah mencurahkan kasih dan

sayangnya dalam memberikan motivasi serta doanya demi kesuksesan studi yang penulis

jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya penyusunan TUGAS KELOMPOK 5 dengan

judul “BBLR” , ini serta seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan baik dalam

bentuk materi maupun moril kepada penulis, semoga kesuksesan selalu ada untuk kita semua.

Dalam pembuatan TUGAS KELOMPOK 5 dengan judul “BBLR” ini tidak sedikit

hambatan yang dihadapi oleh penulis. Penulis banyak mendapatkan bantuan, petunjuk,

bimbingan, serta berbagai saran dari berbagai pihak sehingga masalah yang penulis alami

selama proses penyusunan TUGAS KELOMPOK 5 dengan judul “BBLR” ini dapat teratasi.

Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Dosen yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran, bimbingan serta sumbangan pikiran

bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa TUGAS KELOMPOK 5 dengan judul “BBLR” ini masih

banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam

kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dan

2
mudah – mudahan dapat berguna bagi penulis dan para pembaca khususnya. Amin YaRabbal

’Alamin.

Muna Barat, Maret 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….....................................................................……… 2

DAFTAR ISI...........................................................................................………. 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................………. 5
B. Rumusan Masalah……...............................................................………. 6
C. Tujuan………..............................................................................………. 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Bayi berat lahir rendah………………………………………………... 7


B. Etiologi bayi berat lahir rendah……………………………………….. 7
C. Karakteristik bayi berat lahir rendah…………………………………. 8
D. Diagnosa dan gejala klinik bayi berat lahir rendah………………….. 9
E. Permasalahan bayi berat lahir rendah………………………………... 9
F. Penanganan bayi berat lahir rendah………………………………….. 11
G. Prognosis bayi berat lahir rendah……………………………………… 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................……….. 16
B. Saran............................................................................................………. 16

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan
dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga
dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat
saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
Di negara-negara berkembang dari Asia, BBLR sebagian besar disebabkan
oleh retardasi pertumbuhan intrauterin dibandingkan dengan prematuritas di negara-
negara maju dan Afrika. Di Nepal, penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi
BBLR berkisar antara 11,9% hingga 39,6%. Sebuah studi berbasis multi-rumah sakit
di Nepal memperkirakan prevalensi BBLR secara keseluruhan menjadi 27% dari
yang hanya 30% prematur.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil),
gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan
(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian
yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena
dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara
berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara
Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 Kematian perinatal pada bayi berat
badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang

5
sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan,
baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka
kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan
hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf
dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.
Berat badan lahir rendah terus menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak. Berat badan lahir rendah dapat menyebabkan komplikasi dalam
kehidupan dewasa, dan karenanya menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan
yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah
disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut
berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung
pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu
penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1.   Apa Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah?
2.   Bagaimana Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah?
3.   Bagaimana Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah?
4.   Bagaimana Diagnosa dan Gejala Klinik Bayi Berat Lahir Rendah?
5.   Bagaimana Permasalahan Bayi Berat Lahir Rendah?
6.   Bagaimana Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah?
7.   Bagaimana Prognosis Bayi Berat Lahir Rendah?

C. Tujuan
1.   Untuk Mengetahui Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah.
2.   Untuk Mengetahui Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah.
3.   Untuk Mengetahui Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah.
4.   Untuk Mengetahui Diagnosa dan Gejala Klinik Bayi Berat Lahir Rendah.
5.   Untuk Mengetahui Permasalahan Bayi Berat Lahir Rendah.
6.   Untuk Mengetahui Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah.
7.   Untuk Mengetahui Prognosis Bayi Berat Lahir Rendah

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memperhatikan umur kehamilan.Pada BBLR sering ditemui refleks
menghisap atau menelan lemah,bahkan kadang-kadang tidak ada,bayi cepat lelah,saat
menyusui sering tersedak atau malas menghisap,dll (Kapita Selekta Kedokteran
edisi ke III.2000).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010)
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir < 1500 – 2499 gr
(Saifuddin, AB. 2002 : 376)
Menurut Saifuddin, AB (2002 : 376), BBLR dibedakan dalam:
1.      Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gr.
2.      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gr.
3.      Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000gr.

B. ETIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu
yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1.   Faktor Ibu
a.    Penyakit:
1)      Toksemia gravidarum.
2)      Perdarahan antepartum.
3)      Truma fisik dan psikologis.
4)      Nefritis akut.
5)      Diabetes mellitus.
b.   Usia Ibu
1)      Usia <16 tahun.
2)      Usia >35 tahun.
3)      Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

7
c.    Keadaan social
1)      Golongan social ekonomi rendah.
2)      Perkawinan yang tidak sah.
d.   Sebab lain
1)      Ibu yang perokok.
2)      Ibu peminum alcohol.
3)      Ibu pecandu narkotik.
2.   Faktor janin
a.    Hidramnion.
b.   Kehamilan ganda.
c.    Kelainan kromosom
3.   Faktor lingkungan
a.    Tempat tinggal dataran tinggi.
b.   Radiasi.
c.    Zat-zat racun.

C. KARAKTERISTIK BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Menurut Wiknjosastro, Hanifa (2005 : 777), karakteristik BBLR meliputi :
1.   Prematur
Prematur adalah bayi lahir dengan kehamilan < 37 minggu dan
mempunyai BB sesuai dengan BB untuk masa kehamilan. Gambaran klinik
sebagai berikut :
a.    BB < 2500 gr, PB 45 cm.
b.   Lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm.
c.    Masa kehamilan < 37 minggu.
d.   Kulit bayi tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan kurang.
e.    Kepala lebih besar daripada badan.
f.    Obat hipotonik lemah.
g.   Tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering apno.
h.   Reflek tonic neck lemah dan reflek morro pasif.
i.     Pernapasan 45 – 50x / menit.
j.     Frekuensi nadi 100 – 140x / menit.
2.   Dismaturitas
Adalah bayi baru lahir mempunyai berat 2500 gr / kurang dengan umur
kehamilan > 37 minggu. Komplikasi bayi dismaturitas :
a.    Aspirasi mekonium.
b.   Jumlah Hb nya tinggi, sering diikuti dengan ikterus / kern ikterus.
c.    Hipoglikemi disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan
meningginya metabolism bayi.

8
d.   Keadaan lain yang dapat terjadi asfiksia, perdarahan, hipotermi, caacat bawaan
akibat kelainan kromosom.
3.   Ada Beberapa Cara Dalam Mengelompokkan BBLR (Proverawati Dan
Ismawati, 2010) :
a.    Menurut harapan hidupnya
1)      Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2)      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram.
3)      Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000
gram.
b.   Menurut masa gestasinya
1)      Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2)      Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK)

D. DIAGNOSA DAN GEJALA KLINIK BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Menurut Mochtar, Rustam (1998 : 449), diagnose dan gejala klinik adalah :
1.   Sebelum bayi lahir
a.    Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan
lahir mati.
b.   Pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c.    Pergerakan janin yang lebih lambat maupun kehamilan yang agak berlanjut.
d.   Sering terjadi oligihidramnion, hiperemesis gravidarum, APB.
e.    Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya.
2.   Setelah bayi lahir
a.    Bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterine.
b.   Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
c.    Bayi small for date = bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterine.
d.   Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat – alat dalam tubuhnya,
karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi.

E. PERMASALAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang
banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil
(Surasmi, dkk., 2002).

9
1.   Ketidakstabilan suhu tubuh Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu
lingkungan 36°C- 37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat
terbatas karena pertumbuhan otot- otot yang belum cukup memadai,
ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas
berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem
saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar
dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
2.   Gangguan pernafasan Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak
dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping
itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
3.   Imaturitas imunologis Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG
maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan
substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa
kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti
bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
4.   Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan menelan,
motilitas usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin
yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus,
menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,
meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan
nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
5.   Imaturitas hati Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin
menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah
terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam
transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
6.   Hipoglikemi Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula
darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan
kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga
dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan
melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas
ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini

10
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang
berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi.
Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga
dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

F. PENANGANAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Menurut Saifuddin, AB (2002 : 380), penanganan BBLR adalah :
1.   Umum
a.    Mempertahankan Suhu Yang Ketat
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus stabil.
b.   Mencegah Infeksi Yang Ketat
BBLR sangat rentan terhadap infeksi.
c.    Pengawasan ASI / Nutrisi
Reflek menelan BBLR belum sempurna, pemberian nutrisi dilakukan dengan
cermat.
d.   Penimbangan Ketat
Perubahan BB mencerminkan kondisi gizi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh.
2.   Dismaturitas
a.    Diberikan makanan dini (early feeding)
b.   Kadar gula harus diperiksa setiap 8 – 12 jam
c.    Frekuensi pernapasan pada 24 jam pertama
d.   Temperature harus dikelolah, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur
lebih rentan terhadap hipotermi
3.   BBLSR / Prematur Kecil
a.    Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain kering yang
hangat dan pakai topi untuk mencegah kehilangan panas.
b.   Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri. Beri dosis pertama
antibiotic Gentamicin 4 mg / kg BB (IM) atau Kendamicin dan Ampicilin 100 mg
/ kg BB (IM) atau Benzin Penicilin.
4.   Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum
matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
a.    Dukungan respirasi Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah
mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko

11
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring
untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek
edema paru dan retinopathy of prematurity.
b.   Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses
kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik.
Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan
untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas
(1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan
menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai
penggantinya.
2) Pemancar pemanas.
3) Ruangan yang hangat.
4) Inkubator Tabel :
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat :
Berat Bayi Suhu inkubator (ºC) menurut umur
35ºC 34ºC 33ºC 32ºC
< 1500 gr 1-10 hari 11 hari – 3-5 minggu >5 minggu
3minggu
1500-2000 1-10 hari 11 hari-4 >4 minggu
gr minggu
2100-2500 1-2 hari 3 hari- 3 >3minggu
gr minggu
>2500 gr 1-2 hari >2hari
Bila jenis inkubatornya berdinding tanggal,naikkan suhu inkoubator 1ºC setiap
perbedaan suhu 7ºC antara suhu ruang dan incubator.
c.    Perlindungan terhadap infeksi Perlindungan terhadap infeksi merupakan
bagian integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan
sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga
sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
infeksi antara lain :
(1)   Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan
cuci tangan terlebih dahulu.

12
(2)   Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.
Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
(3)   Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah
penularan.
(4)   Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada
bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan
tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi
preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan. e. Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam
manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm
menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan
dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh
usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi
kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi
yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada
evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi
normal dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan
dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea,
bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap
dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi
abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan
umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, dkk., 2005). Kapasitas lambung
berdasarkan umur Bayi baru lahir 10-20, 1 minggu 30-90, 2-3 mingu 75-100, 1
bulan 90-150, 3 bulan 150-200,dan 1 tahun 210-360.
(5)   Penghematan energi salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi
adalah menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin.
Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan
tanpa harus membuka pakaian. Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan

13
untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi
telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya
lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih
sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi
sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi
sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
(6)   Stimulasi Sensori Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang
khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio
dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan
stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari
orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi.
Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama
pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi
dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik untuk
memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik
apnea. h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga Kelahiran bayi preterm
merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat stress bila keluarga
tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi
bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi
dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa
bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan
tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat
membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional,
antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,
menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui
metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan
membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya.
Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan menginformasikan
kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua
bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu
mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
G. PROGNOSIS BAYI BERAT LAHIR RENDAH

14
Kematian perinatal pada bayi dengan BBLR 8x lebih besar dari bayi normal
pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan
makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya
dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia. (Mochtar, Rustam. 1998 :
451)

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan
penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.

B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR. 

16
DAFTAR PUSTAKA
Nanda, Nendria. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus BBLR. ( Online ) Tersedia :
http://nendria-nanda.blogspot.com/2012/05/askeb-neonatus-dengan-bblr.html

Saiffudin,Abdul Bahri.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Http://www.wordpress.com. Tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
Manuaba, 2007, pengantar kuliah obstetric, Jakarta : EGC
Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya, padang : praninta
offset.
Prifil kesehatan Tahun 2011 Edisi 2012
Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id, online
diakses 04 Juni 2011
https://liaaprilia110.blogspot.com/2018/07/contoh-makalah-bblr-berat-bayi-lahir.html

S.R.Sharma, S.Giri.2015. Low Birth Weight at Term and Its Determinants in a Tertiary
Hospital of Nepal: A Case-Control Study. US National Library of Medicine
National Institutes of Health . 2015; 10(4): e0123962.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4390309/ (2015 Apr 8)

Y.Gebregzabiherher,A.Haftu.2017.The Prevalence and Risk Factors for Low Birth


Weight among Term Newborns in Adwa General Hospital, Northern
Ethiopia.Hindawi. Volume 2017 Article ID 2149156.
https://www.hindawi.com/journals/ogi/2017/2149156/ (04 Jul 2017)

L. Tshotetsi,L. Dzikiti. 2019. Maternal factors contributing to low birth weight


deliveries in Tshwane District, South Africa.Plos One. 10.1371.0213058 .
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0213058
(March 1, 2019)

17

Anda mungkin juga menyukai