DAN ANAK
DI
Oleh :
KELOMPOK 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Menurut (Riset Kesehatan Dasar, 2018) di Indonesia kasus
Gastroenteritis atau diare mencapai (6,8%) dengan total keseluruhan
1.017.290 kasus. Dari 34 provinsi terdapat 3 provinsi terbesar yang
dilaporkan kasus gastroenteritis terbanyak yaitu berada didaerah Aceh
(8,5%), Sumatera utara (8,1), dan Sumatera barat (8,1%). Jawa Barat
berada diposisi urutan ke 12 mencapai (7,4%) dengan total keseluruhan
186.809 kasus Diare atau gastroenteritis pada balita mencapai (11,0%)
dengan total keseluruhan 93.619 kasus.
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada bayi dan anak
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui metode restrain dan pelukan teurapeutik.
b) Untuk mengetahui pemberian obat yang aman,penentuan dosis dan
cara cara pemberian obat.
c) Untuk mengetahui perhitungan kebutuhan cairan pada bayi dan anak.
d) Untuk mengetahui cara pemasangan infus dan transfuse darah.
e) Untuk mengetahui teknik berkomunikasi dengan anak sesuai dengan
tahapan usia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Hal – hal yang harus diperhatikan pada anak yang dipasang restrein menurut
Selekman & Snyder (1997) dalam Wong (2009) adalah sebagai berikut :
5
Langkah – langkah pemasangan Restrein pada anak:
6
Jelaskan cara – cara mereka membantu memastikan
manfaat yang maksimal dan stres yang minimal
Posisikan orang tua dekat kepala tempat tidur sehinggan
orang tua dapat menenangkan anak dengan berbicara
lembut
d) Alat :
Restrein sesuai hasil pengkajian
Kain kasa untuk melapisi kulit
Guntung verban
Pin pengikat
Bengkok
4. Pelaksanaan
a) Restrein mumi atau bedong
Cuci tangan
Letakan kain restrein atau selimut pada tempat tindakan dengan
salah satu sudut dilipat
Tempatkan bayi pada sudut lipatan kain restrein atau selimut
Salah satu ujung ditarik ke tengah tubuh dan diselipkan ke bawah
tubuh
Ujung kedua ditarik ke tubuh dan diselipkan dan sudut bagian
bawah dilipat dan diselipkan atau diikat dengan pin
Apabila diperlukan pemeriksaan di daerah dada maka restrein
dapat dimodifikasi dengan dada yang terbuka
Rapihkan alat
Dokumentasikan
7
b) Restrein Lengan dan kaki
Cuci tangan
Lapisi lengan atau kaki yang akan direstrein dengan
bantalan/kain kasa untuk mencegah tekanan, kontriksi atau
cedera jaringan
Ikatkan tali pengikat tepat pada bantalan, pastikan ikatan
tidak terlalu kencang
Ujung tali pengikat ikatkan di tempat tidur jangan diikatkan
pada penghalang tempat tidur
Periksa bagian distal extermitas apakah ada gangguan
sirkulasi atau tidak
Rapihkan alat
Dokumentasikan
c) Restrein siku
Cuci tangan
Lingkarkan restrein siku (jika menggunkan restrein siku
yang sudah jadi)
Rekatkan dengan plester atau pin
Periksa bagian distal
Dokumentasikan
8
B. PEMBERIAN OBAT YG AMAN, PENENTUAN DOSIS DAN CARA2
PEMBERIAN OBAT
Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang
memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit. Pemberian dosis obat
haruslah tepat karena jika dosis terlalu rendah, maka efek terapi tidak
tercapai. Sebaliknya jika berlebih, bisa menimbulkan efek toksik atau
keracunan bahkan kematian.
1. Dosis terapi atau dosis lazim adalah takaran yang diberikan dalam keadaan
biasa dan dapat menyembuhkan. Dosis lazim suatu obat dapat ditentukan
sebagai jumlah yang dapat diharapkan menimbulkan efek pada pengobatan
orang dewasa yang sesuai dengan gejalanya. Rentangan dosis lazim suatu
obat menunjukkan perkisaran kuantitatif atau jumlah obat yang dapat
ditentukan dalam kerangka praktek pengobatan biasa. Untuk obat – obatan
yang mungkin dipakai oleh anak – anak maka dosisya diturunkan dari
dosis dewasa.
2. Dosis maksimal (DM) adalah takaran terbesar yang dapat diberikan
kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa
membahayakan. Dosis maksimal bukan merupakan batas yang harus
mutlak ditaati.
3. Lethal dose 50 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 50%
hewan percobaan.
9
4. Lethal dose 100 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 100%
ewan percobaan.
5. Dosis toksis adalah takaran pemberian obat yang dapat menyebabkan
keracunan, tetapi tidak menyebabkan kematian.
6. Dosis sinergis, bila dalam suatu resep terdapat dua atau lebih bahan obat
yang berDM dan menpunyai efek yang sama maka dihitung DM
gabungann yang tidak boleh lebih dari satu.
Umur
10
Berat Badan
1. Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan
70 kg (150 pound). Rasio antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran
tubuh mempengaruhi konsentarsi obat pada tempat kerjanya. Untuk itu
dosis obat memerlukan penyesuaian dari dosis biasa untuk orang dewasa
ke dosis yang tidak lazim, pasien kurus atau gemuk, penentuan dosis obat
untuk pasien yang lebih muda, berdasarkan berat badan lebih tepat
diandalkan dari pada yang mendasarkan kepada umur sepenuhnya.
2. Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam milligram
(obat) perkilogram (berat badan).
Jenis Kelamin
Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan dari pada laki-
laki, dan dalam beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup memerlukan
pengurangan dosis.
Status Patologi
11
berbahaya tinggi pada suatu situasi terapentik tertentu hanya boleh dipakai
apabila kemungkinan manfaatnya melebihi kemungkinan resikonya terhadap
pasien, dan bila sudah tidak ada lainnya yang cocok dan kemungkinan
keracunannya lebih rendah.
Toleransi
Waktu Pemakaian
12
Cara menghitung dosis obat
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat antara lain :
Berat badan
Umur pasien
13
tentunya sangat banyak diderita oleh anak-anak. Diare terjadi karena adanya
invasi bakteri pada mukusa usus yang dapat menyebabkan peradangan.
14
D. PEMASANGAN INFUS DAN TRANSFUSI DARAH
Pemasangan infus juga dilakukan pada pasien yang sulit minum obat,
misalnya karena muntah-muntah, atau untuk memberikan obat yang tidak
tersedia dalam bentuk minum.
15
Peringatan dan Larangan Pemasangan Infus
Perlu diketahui, jarum infus tidak dapat dipasang di area tubuh yang
mengalami luka terbuka, infeksi, atau peradangan.
Tahap-tahap yang dilakukan oleh dokter atau perawat pada pemasangan infus
adalah:
16
Setelah Pemasangan Infus
Demam
Nyeri, bengkak, atau memar, di area infus
Kulit di area infus berwarna kemerahan dan teraba hangat
Pembuluh darah membengkak dan teraba keras ketika disentuh
Posisi infus bergeser
Infus merembes atau macet.
17
E. TEKNIK BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK SESUAI DG
TAHAPAN USIA
Kalangan usia pertama adalah bayi yang baru lahir hingga usia 2
tahun atau batita. Pada usia ini, anak memang belum banyak memberikan
respon, namun mereka tetap membutuhkan adanya interkasi untuk
membangun komunikasi dalam diri mereka.
Adapun beberapa cara berkomunikasi untuk anak batita adalah sebagai berikut:
Berikut cara efektif berkomunikasi dengan anak usia 3-5 tahun, di antaranya:
18
Fokus memberikan perhatian saat anak berbicara.
Menjelaskan segala sesuatu secara singkat dan jelas agar mudah dipahami.
Perhatikan intonasi bicara dan bahasa tubuh yang digunakan saat berbicara
dengan anak. Tujuannya adalah agar tidak adanya emosional saat
berkomunikasi.
Berikut ini cara yang bisa Mama lakukan untuk berkomunikasi dengan anak usia
sekolah:
Ajak anak berbicara dengan sikap yang hormat agar ia dapat melakukan
yang sama pada orangtua maupun lawan bicaranya.
Usahakan untuk mengajak anak mengobrol setiap hari agar anak bisa
menyampaikan perasaan dan pikirannya.
19
Usahakan sesering mungkin mengajak anak mama bercanda. Ini adalah
cara komunikasi terbaik agar anak bisa tetap dekat dengan orangtuanya.
Jika anak berbuat salah, jelaskan padanya mengapa perbuatan itu salah dan
berikan arahan apa yang harus ia lakukan untuk memperbaikinya. Jangan
langsung memarahi atau menyerang pribadinya yang sudah berbuat
kesalahan.
Tak hanya anak-anak, orangtua juga perlu mengakui dan meminta maaf
pada anak jika memang berbuat salah. Sebab pada usia ini, anak sudah
mulai memahami banyak hal.
Berikut cara efektif berkomunikasi dengan anak usia remaja, antara lain:
Hormati juga privasi anak dan jaga harga dirinya. Di usia ini, anak
semakin banyak menyimpan segala sesuatu seorang diri. Jika ia tidak
berkenan menyampaikan semuanya, cobalah untuk mengerti dan
mengahargai.
20
Cari kesempatan untuk mengobrol meskipun singkat. Cobalah untuk tanya
hal-hal ringan pada anak pada waktu senggang seperti saat dalam
perjalanan, ketika jeda iklan saat menonton bersama, atau waktu
senggang lainnya.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
22
3. Saran Bagi Petugas Kesehatan
23
DAFTAR PUSTAKA
24