Disusun Oleh :
GRUP CEMPAKA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Diskusi refleksi kasus.
Dengan dibuatnya dalam bentuk makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak berpartisipasi aktif dalam terselenggaranya Diskusi refleksi
kasus. Akhir kata kami berharap, kiranya makalah ini bermanfaat. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran sangat di perlukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang agar lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi
praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Tidak hanya berpengaruh pada
proses pengelolaan asuhan keperawatan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik
sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Pemecahan masalah dan proses
pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat
ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan
dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Perawat memiliki fungsi dan peran tertentu dalam menjalankan pekerjaannya, sebagai
seorang advokator perawat membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan keputusan atau persetujuan tindakan keperawatan yang di berikan klien
(asmadi, 2008). Sebagai seorang manajer keperawatan misalnya harus mempunyai
keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari
resiko yang timbul sebagai konsekuensi dari keputusan yang telah diambilnya. Pada
hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah yang difokuskan untuk memecahkan masalah secepatnya dimana
individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan
pengalaman yang berharga yang cukup efektif dalam pemecahan masalah.
Pada waktu mengambil keputusan, otonomi pasien harus dihormati secara etika akan
tetapi kemampuan pengambilan keputusan yang tepat dan akurat sangat diperlukan bagi
tenaga paramedis untuk dapat menyelamatkan pasien yang dihadapi. Pola-pola perilaku
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh tenaga paramedis ini melibatkan aspek-
aspek fisik maupun psikis yang sangat besar, mengandung resiko yang cukup tinggi
antara keselamatan dan kematian dari pasien yang sedang dihadapi. Perawat memiliki
tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah-langkah keperawatan yang
diperlukan sesuai dengan standar keperawatan. Pelayanan keperawatan di Indonesia
untuk masa depan diperkirakan akan menuju pelayanan atau asuhan keperawatan
profesional yang bersifat holistik dan humanistik, berlandaskan ilmu dan kiat
keperawatan dengan etika keperawatan sebagai tuntunan (Husin, 1995).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh tentang
analisis konsep clinical decision making di tatanan pelayanan keperawatan, mengingat
bahwa clinical dicesion making merupakan aspek yang sangat penting bagi perawat untuk
menjadi clinical leadership supaya dapat mencapai pelayanan keperawatan yang optimal.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisis konsep pengambilan keputusan di tatanan klinis
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan teori pengambilan keputusan ditatanan klinis terkait pelayanan
asuhan keperawatan
2. Mengimplementasikan teori pengambilan keputusan dalam penanganan kasus
di tatanan klinis
3. Menganalisa kasus dengan teori pengambilan keputusan dalam pelayanan
keperawatan pada klien
C. Studi Pustaka
Dalam makalah ini, kami menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti :
1) Studi perpustakaan, merupakan cara pengambilan data dengan mengumpulkan data-
data yang bersumber dari literatur – literatur atau buku – buku penunjang.
2) Internet, merupakan cara pengambilan data dengan mengumpulkan data – data jurnal
artikel penelitian dan e-book (Book Elektronic) yang bersumber dari media internet
atau global.
3) Berdiskusi dengan teman sejawat (satu profesi ilmu keperawatan) tentang konsep
pengambilan keputusan di tatanan klinis dalam pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3 Kuhap pasal 51
Perawat bekerja dan melakukan kewajiban sesuai dengan perintah jabatan tidak bisa
dimintai pertanggungjawaban atas kerugian atau kesalahan yg dilakukan.
Pasal 24
a) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
b) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
c) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan,standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
B) Kolb, 1975
Kolb sangat dipengaruhi oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewey dan Piaget pada
1970-an. Model reflektif Kolb menyoroti konsep experiential learning dan berpusat
di sekitar transformasi informasi menjadi pengetahuan. Ini terjadi setelah situasi telah
terjadi dan memerlukan seorang praktisi merefleksikan pengalaman, mendapatkan
pemahaman umum tentang konsep-konsep yang ditemukan selama pengalaman dan
kemudian pengujian ini pemahaman umum tentang situasi yang baru. Dengan cara
ini pengetahuan yang diperoleh dari situasi terus diterapkan dan diterapkan kembali
bangunan pada praktisi pengalaman sebelumnya dan pengetahuan.
C) Gibbs, 1988
Graham Gibbs membahas penggunaan pembekalan terstruktur untuk memfasilitasi
refleksi terlibat dalam Kolb "siklus experiential learning". Dia menyajikan tahapan
terstruktur pembekalan penuh sebagai berikut:
1) Pengalaman awal
"Apa yang terjadi, tidak membuat penilaian belum atau mencoba untuk menarik
kesimpulan;? Hanya menjelaskan."
2) Perasaan
"Apa reaksi dan perasaan Anda? Sekali lagi tidak bergerak ke menganalisis ini
belum."
3) Evaluasi
"Apa yang baik atau buruk tentang pengalaman? Membuat nilai penilaian."
4) Analisis
"Apa arti Anda dapat membuat situasi? Bawalah ide-ide dari luar pengalaman
untuk membantu Anda."
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Apakah pengalaman orang yang berbeda sama atau berbeda dalam cara yang
penting?"
5) Kesimpulan
Kesimpulan (umum)
"Apa yang bisa disimpulkan, dalam pengertian umum, dari pengalaman dan
analisis yang telah dilakukan?"
Kesimpulan (spesifik)
"Apa yang bisa disimpulkan tentang sendiri yang spesifik, unik, situasi pribadi atau
cara kerja?"
6) Rencana aksi pribadi:
"Apa yang akan Anda lakukan secara berbeda dalam situasi semacam ini waktu
berikutnya?"
"Langkah-langkah apa yang akan Anda ambil atas dasar apa yang telah Anda
pelajari?"
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS
Perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar paraktik keperawatan,
serta memperhatikan kode etik dan moral profesi. Hal ini dimanivestasikan melalui
praktik profesi yang diatur dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Peraturan Mentri
Kesehatan Nomor: HK 02.02/Menkes/148/1/2010 dan Permenkes RI Nomor 17
Tahun 2013 tentang perubahan atas Permenkes RI Nomer: HK
02.02/Menkes/148/1/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktek keperawatan dan
Permenkes RI dan Surat keputusan Dirjen Yan Med Nomer: HK.00.06.5.1.311
tentang keperawatan mandiri yang dapat dilakukan perawat. Adanya Standar
Operasional Produk (SPO) pada masing- masing institusi kesehatan tentang tindakan
keperawatan. Seorang perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan bila berdasarkan pertimbangannya dianggap perlu. Namun perawat
dapat menyampaikan alasan kenapa intervensi tersebut dilakukan..
Berdasarkan peristiwa tersebut menurut pendapat penulis disinilah para perawat
pelaksana sangat sulit melakukan keputusan dalam menentukan pilihan yang tepat,
mereka tidak dapat berpikir sedalam mungkin sebelum mengambil keputusan seperti
pertimbangan-pertimbangan atau alternatif lain yang menguntungkan dan merugikan
klien. Membuat keputusan adalah merupakan salah satu esensi dari seorang clinical
leadership dalam menghadapi situasi yang komplek sekalipun, sehingga keputusan
yang perawat ambil atau tidak dalam masalah diatas semuanya mengandung resiko.
Baik buruknya akan berdampak kepada tatanan pelayanan kesehatan.
B. Conclusion
Penyebab perawat terkadang sulit untuk menganbil keputusan yaitu Pemahaman
keluarga klien masih beranggapan bahwa sakit kejiwaan apabila sering dibesuk
keadaannya cepat pulih. Bahwasanya klien dengan gangguan jiwa tidak boleh terlalu
sering dibesuk agar memandirikan klien dan proses penyembuhannya pun akan
berlangsung dengan baik. Perawat ketika menemukan kasus seperti ini harus
mengambil tindakan (keputusan) yaitu memberikan pemahaman kepada keluarga
klien tentang apa yang harus dilakukan sehingga keluarga klien menuruti nasihat
perawat.
C. Action Plan
Clinical leadership yang baik adalah pemimpin yang dapat memberi pengambilan
keputusan yang tepat dan cepat dengan didasari keilmuan. Dalam berbagai descripsi
berbagai macam jenis Rumah Sakit, analisis dan evaluasi permasalahan di atas yang
telah dipaparkan maka penulis dapat melakukan rencana sebagi berikut :
1) Mencari alternatif-alternatif untuk pemecahan masalah.
2) Melakukan pendekatan yang terstruktur dalam pemecahan masalah.
3) Pembuatan keputusan meningkatkan pemahaman kritis individu dan merupakan
cara yang terbaik untuk belajar bagaimana membuat keputusan yang berkualitas
tanpa merasa terbebani dengan sikap loyaliatas pada pimpinan semata.
4) Kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi klien amuk.
5) Perawat melakukan ‘the right clinical decision making’, khususnya pada
pemasangan restrain (pengikatan) pada klien dengan gangguan jiwa sesuai.
6) Menguasaan diri, yakni menghadapi klien dengan ketenangan hati, tidak
terpancing emosi saat berhadapan dengan klien marah, keberanian serta keyakinan
bahwa perawat pasti mampu mengahadapi berbagai masalah yang memerlukan
keputusan yang cepat.
7) Memiliki tim yang solid (Good Team Work).
8) Melakukan Pendidikan Kesehatan terhadap anggota keluarga klien denngan
gangguan jiwa.
9) Perluas hubungan networking perawat agar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan keilmuan yang terkini.
10) Gunakan Evidace Base Practise sebagai salah satu alternatif dalam membantu
membuat keputusan.
11) Merubah prilaku dan kemampuan baik keterampilan maupun pengetahuan untuk
membuat keputusan.
12) Perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan etika profesi secara terus
menerus agar dalam membuat keputusan dalam tindakan keperawatan secara
profesional dengan memperhatikan dan menghormati hak pasien, merujuk kasus
yang tidak dapat ditangani, menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku , memberikan informasi, meminta persetujuan
tindakan yang dilakukan, melakukan catatan perawatan dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN
Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nd ed, St.Louis: Mosby.
Ixer, G. (2003) Developing the relationship between reflective practice & social work values.
Journal of Practice Teaching, 5, 1, pp 7-22.
Tate, S. & Sills, M. (eds) (2004) p 126 The Development of Critical Reflection in the Health
Professions. London; Higher Education Authority