Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP BERPIKIR KRITIS DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Oleh :
Anita Tuto Lengaring
NIM : P27820723003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2023
BERPIKIR KRITIS UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM
KEPERAWATAN

Abstrak
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi
praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya
berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk
meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan
posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan
yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim.
Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan
analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif.
Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.Perawat membutuhkan
cara berpikir kritis dalam praktiknya. Berpikir kritis akan berguna untuk pengambilan
keputusan dalam menetapkan kondisi pasien atau klien perawat tersebut. Kesalahan dalam
menetapkan kondisi pasien akan mempengaruhi kualitas kan kuantitas perawatan yang
diberikan kepada pasien tersebut. Dalam bertugas, perawat juga menggunakan diagnosis
keperawatan agar perkembangan kondisi kesehatan pasien dapat lebih terdata dan dapat
ditetapkan pelayanan-pelayanan yang akan diberikan selanjutnya

A. LATAR BELAKANG
Dalam menjalankan tugasnya, perawat tentu akan dihadapkan pada suatu kondisi
dimana perawat tersebut akan memutuskan tentang kondisi kesehatan klien atau pasien
yang ia tangani. Kondisi kesehatan pasien yaitu terdiri dari pasien yang sehat dengan
pasien yang sakit. Pemikiran kritis akan sangat dibutuhkan karena menentukan skala
kondisi kesehatan pasien tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.Mengambil
keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akan mempengaruhi kualitas serta
kuantitas pelayanan kesehatan pasien. Apabila sang perawat tidak berhati-hati. Terdapat
kemungkinan pasien akan menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
Perawat merupakan profesi kesehatan yang terpenting dirumah sakit selain karna
jumlahnya yang lebih dominan juga karena merupakan profesi yang memberikan

2
pelayanan kesehatan secara konstan dan terus menerus selama 24 jam setiap hari kepada
klien.Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus
juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Untuk
membantu perawat dalam mendata dan memutuskan kondisi kesehatan pasien, perawat
dibantu dengan sebuah catatan yang disebut diagnosa. Diagnosa berisi tentang kondisi
pasien secara spesifik. Diagnosa dapat dijadikan sebuah acuan bagi pelayanan yang
akan diberikan kepada pasien agar lebih cepat dan tepat.
Pemecahan masalah dalam keperawatan termasuk dalam langkah proses
pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada
dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang
efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan
mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan
kerjanya.
Asuhan keperawatan bermutu dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis
perawat dalam melakukan pelayanannya. Pelayanan keperawatan didasarkan dengan
pendekatan pengambilan keputusan yang ditingkatkan dengan berfikir kritis. Berfikir
kritis adalah suatu proses untuk memeriksa berdasarkan pada asumsi, iterpretasi,
evaluasi argumentasi, imanjinasi dan eksplorasi alternatif serta mengembangkan refleksi
yang kritis untuk mendapatkan kesimpulan sebagai suatu alasan dan justifikasi. Berfikir
krtis keperawatan merupakan perpaduan antara pengetahuan, perilaku dan
ketrampilan yang dimiliki perawat dalam menganalisa keadaan.

B. METODE
Pada pengkajian ini digunakan metode kualitatif, yang dimana metode ini lebih
cenderung bersifat memberikan penjelasan dengan cenderung lebih fokus pada landasan
teori menggunakan analisis. Dimana Proses dan maknanya yang lebih ditonjolkan sehingga
metode ini bersifat subjektif dimana proses penelitian ini lebih memperlihatkan dan
cenderung lebih fokus pada landasan teori.

C. HASIL
Pengambilan keputusan adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan,
khususnya dalam asuhan keperawatan. Pengambilan keputusan merupakan suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-
fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang
tepat.
3
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat
suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang
matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan
menimbulkan berbagai masalah :
a. Tidak tepatnya keputusan.
b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik
dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara
kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif
dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi
secara individu sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif
dalam memecahkan masalah atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan
menerima kritik akan mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan
analisa seseorang terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan
kemampuan untuk mengatasi kelemahan.

4
D. PEMBAHASAN

1. Konsep Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan


a. Pengambilan Keputusan Klinis dalam Praktik Keperawatan
Pengambilan keputusan klinis akan memperlihatkan perbedaan antara perawat
dengan staf teknis, yaitu perawat akan cepat bertindak ketika kondisi pasien menurun
mendeteksi masalahnya dan berinisiatif untuk memperbaikinya. Benner (1984)
berpendapat bahwa pengambilan keputusan klinis sebagai keputusan yang terdiri atas
pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu serta pikiran kritis.
Klien tentu akan memiliki keluhan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
kesehatan fisik, gaya hidup, budaya, hubungan kekerabatan, lingkungan tempat tinggal,
hingga pengalaman klien itu sendiri. Oleh karena itu, perawat tidak bisa langsung
mengetahui apa yang klien butuhkan, melainkan klien tersebut harus menyampaikan
keluhan yang ia punya dan perawat harus banyak bertanya dan memiliki rasa ingin tahu
untuk melihat suatu hal dengan perspektif yang berbeda. Pemikiran kritis adalah pusat
praktik keperawatan profesional karena hal tersebut membuat seorang perawat terus
memperbaiki cara pendekatan kepada klien dan menerapkan pengetahuan- pengetahuan
baru yang berdasarkan pengalaman dari sebelumnya.

b. Kompetensi Berpikir Kritis


Berpikir mencakup beberapa hal yaitu membuat pendapat, membuat keputusan,
menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 dalam Potter dan Perry, 2005).
Ketika perawat mengarahkan berpikir ke arah pemahaman dan menemukan jalan keluar
dari masalah kesehatan klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan.
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang
masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada
keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan.Kompetensi berpikir kritis adalah
proses kogritif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Kompetensi merupakan kemampuan individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan
suatu tugas atau pekerjaan yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
keras sesuai untuk kerja yang dipersyaratkan.
Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum, berpikir kritis spesifik
dalam situasi klinis, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan. Kompetensi berpikir
kritis umum mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan.
Pemecahan masalah mencangkup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan
antara apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan

5
keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat
keputusan, seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat pilihan akhir.
Ketika dihadapkan pada suatu keputusan, penting sekali untuk mengidentifikasi
mengapa keputusan diperlukan. Kriteria untuk pembuatan keputusan harus ditegakkan
sehingga pilihan yang tepat dapat dibuat. Kriteria harus mencangkup hal berikut:
Pertama, apa yang akan dicapai? Kedua, apa yang akan dicapai selanjutnya? Ketiga,
apa yang harus dihindari? Sejalan dengan perawat mempertimbangkan kriteria, terjadi
tingkat pengurutan prioritas. Perawat membuat prioritas dengan mengaitkannya pada
situasi spesifik klien. Agar perawat mampu mengatasi berbagai masalah kelompok klien
yang ada, pembuatan keputusan berkelanjut sangat penting. Selain itu, manajemen
waktu merupakan bagian dari pembuatan keputusan dan memastikan bahwa waktu
perawat digunakan dengan baik dan bahwa perawat cukup tanggap terhadap kebutuhan
klien.
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, mencakup pertimbangan
diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis. Berpikir kritis spesifik
dalam keperawatan mencakup pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis
mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah
kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan mengevaluasi apakah tindakan yang
dilakukan telah efektif. Format untuk proses keperawatan adalah unik untuk disiplin
keperawatan dan memberikan bahasa dan proses yang umum bagi perawat untuk “
memikirkan semua” masalah klien. Proses keperawatan adalah suatu pendekatan
sistematik, komprehensif untuk asuhan keperawatan.
c. Model-Model Berpikir Kritis
Perawat yang profesional tentunya memiliki pemikiran yang kritis dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan. Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan
kesehatan yaitu member asuhan perawatan dengan menggunakan proses keperawatan
akan selalu dituntut untuk berpikir secara kritis dalam berbagai situasi. Berpikir kritis
adalah proses yang didapat melalui pengalaman, rasa ingin tahu dan belajar terus
menerus. Berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat professional yang
kompeten.

Kemampuan untuk berpikir kritis akan meningkatkan praktik klinik dan


mengurangi kesalahan penilaian klinis adalah visi dari praktik keperawatan. Menurut
parah ahli, berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterfresikan atau mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian

6
atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu rasional terhadap ide- ide,
kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Dalam
berpikir secara kritis terdapat lima komponen model yaitu pengetahuan dasar,
pengalaman, kompetensi berpikir kritis, perilaku dan standar.Model-model pemikiran
kritis akan menjelaskan bagaimana menerapkan elemen pemikiran kritis untuk mengkaji
klien, merencanakan tindakan yang akan diambil dan evaluasi hasil yang didapat.
Menerapkan tiap elemen dalam berpikir tentang seorang klien dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan menjadi profesional yang efektif.
Komponen pertama dari model pemikiran kritis adalah pengetahuan dasar
spesifik perawat. Sebagai seorang perawat, pengetahuan dasar meliputi informasi dan
teori dari ilmu dasar, rasa kemanusiaan, ilmu perilaku dan keperawatan. Perawat yang
menggunakan pengetahuan dasar dengan disiplin ilmu kesehatan pasti akan memikirkan
masalah klien secara holistik. Sebagai contohnya, pengetahuan luas yang dimiliki
seorang perawat akan memperhatikan segi fisik, psikologi, sosial, moral, etika, dan
budaya dalam perawatan terhadap seorang klien. Kedalaman dan luasnya pengetahuan
akan mempengaruhi kemampuan untuk berpikir kritis dalam menangani masalah
keperawatan.
Komponen kedua dari model pemikiran kritis adalah pengalaman. Keperawatan
merupakan sebuah disiplin ilmu yang menerapkan praktik. Pengalaman praktik belajar
klinik diperlukan untuk memenuhi keterampilan membuat keputusan klinik. Dengan
adanya pengalaman klinik seorang perawat akan belajar mulai dari mengobservasi,
merasakan, berbicara kepada klien dan keluarga serta dapat merefleksikan secara aktif
dengan pengalaman yang telah didapat. Pengalaman akan membuat seorang perawat
mengerti situasi klinis, dapat mengenali pola kesehatan klien dan memicu timbulnya
pemikiran yang inovatif.
Komponen ketiga dari model berpikir kritis adalah kompetensi proses
keperawatan. Dengan menerapkan komponen model berpikir kritis dalam proses
keperawatan, seorang perawat akan menerapkan pada rasa, kesan, dan data yang berupa
fakta yang ditemukan.
Komponen keempat adalah perilaku. Perilaku menggambarkan bagaimana
pendekatan seorang pemikir kritis dalam menyelesaikan sebuah masalah. Perilaku
dalam berpikir secara kritis meliputi rasa percaya diri, mandiri, adil, tanggung jawab,
mau mengambil resiko, disiplin, kreatif, memiliki rasa ingin tahu, integritas dan
memiliki sikap ramah. Jika diaplikasikan seorang perawat yang memiliki sifat
pemikiran kritis dalam praktik keperawatan yaitu perilaku rasa ingin tahu yang meliputi

7
kemampuan untuk mengenali adanya masalah dan mencari data untuk mendukung
kebenaran dari apa yang anda pikirkan.

Selain itu dengan rasa percaya diri seorang perawat dapat belajar bagaimana
berbicara secara meyakinkan saat memulai perawatan terhadap pasien dengan
mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan tindakan keperawatan. Adanya rasa
tanggung jawab dan otoritas seperti merujuk pada aturan dan prosedur untuk melakukan
penanganan terhadap pasien. Perilaku disiplin seperti sistematis dalam setiap hal dan
rasa adil, seorang pemikir kritis dapat mengatasi segala hal dengan adil.
Komponen kelima dalam berpikir secara kritis adalah memiliki standar
intelektual dan standar profesional. Seorang perawat yang memiliki standar intelektual
seperti jelas, tepat, spesifik, akurat, relevan, beralasan, konsisten, logis, dalam, luas,
lengkap, signifikan, tercukupi dan adil. Dalam standar intelektual gunakanlah pemikiran
yang kritis terhadap masalah seorang klien seperti ketepatan, akurasi dan konsistensi
untuk memastikan bahwa keputusan klinis kita benar. Sedangkan standar profesional
untuk pemikiran secara kritis merujuk pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan,
kriteria berdasarkan bukti untuk evaluasi dan kriteria untuk bertanggung jawab secara
professional.

d. Proses Keperawatan sebagai Kerangka Kerja Praktik Keperawatan


Proses keperawatan merupakan metode perencanaan dan pemberian asuhan
keperawatan yang rasional dan sistematis secara individual untuk individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan
klien, masalah kesehatan yang aktual dan menyusun rencana serta intervensi
keperawatan untuk menyelesaikan masalah.
Proses keperawatan memiliki karakteristik yang memungkinkan respons terhadap
perubahan kesehatan klien. Karakteristik ini meliputi sifat proses keperawatan yang
siklis dan dinamis, berfokus pada penyelesaian masalah, berpusat pada klien, dapat
diterapkan secara universal, dan penggunaan pemikiran yang kritis.
Ada lima fase dalam proses keperawatan diantaranya pengkajian, analisis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian berupa pengumpulan,
pengumpulan, pengaturan, validasi dan dokumentasi data yang sistematis dan
berkesinambungan. Pengkajian keperawatan harus mencakup persepsi kebutuhan klien,
masalah kesehatan, pengalaman terkait, dan praktik keperawatan.

8
Tahap kedua dalam proses keperawatan yaitu diagnosis. Diagnosis adalah proses
analisis dan sintesis data. Pada analisis data dilakukan perbandingan antara data dan
standar, mengelompokkan data dan mengidentifikasi kesenjangan dan
ketidakkonsistenan data. Kemudian merumuskan pernyataan diagnosis keperawatan dan
mendokumentasikan diagnosis tersebut dalam rencana asuhan keperawatan. Jika
diagnosis telah selesai, maka dilanjutkan dengan perencanaan.
Perencanaan merupakan cara untuk mencegah atau menyelasaikan masalah yang
teridentifikasi pada klien. Aktivitas pada proses perencanaan yaitu menetapkan prioritas
dan tujuan, memilih strategi keperawatan dan rencana asuhan keperawatan.
Perencanaan ini melibatkan perawat, klien, individu pendukung, dan pemberi asuhan
lain.
Implementasi merupakan fase dimana perawat melaksanakan intervensi
keperawatan yang direncanakan. Agar berhasil dalam mengimplementasikan asuhan
keperawatan, seorang perawat harus memiliki keterampilan kognitif, interpersonal, dan
teknis. Pada proses implementasi ini biasanya mengkaji kembali klien, melakukan
supervisi terhadap asuhan yang didelegasikan dan mendokumentasikan tindakan
keperawatan.
Evaluasi adalah fase terakhir dalam proses keperawatan yang yang mengukur
tingkat pencapaian tujuan atau hasil. Fase ini juga melakukan identifikasi terhadap
faktor yang mempengaruhi pencapaian baik positif maupun negatif. Evaluasi ini
berjalan kontinu. Aktivitasnya meliputi membandingkan antara data dan hasil, menarik
kesimpulan tentang suatu masalah, keputusan untuk melanjutkan, memodifikasi atau
mengakhiri rencana asuhan keperawatan.
Oleh karena itu, fase-fase dalam proses keperawatan saling terkait antara satu
dengan yang lainnya. Keberhasilan evaluasi bergantung pada fase-fase sebelumnya.
Hasil akhir yang diharpakn harus dinyatakan secara konkret. Manfaat dari proses
keperawatan ini adalah agar perawat membantu klien dalam memperoleh persetujuan
mengenai hasil terapi untuk memdapatkan kesehatan yang lebih baik.

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan


a. Definisi Diagnosis Keperawatan
Seorang tenaga kesehatan ketika menjalani kewajiban serta tugasnya, yaitu
menyembuhkan orang lain, tentu akan membutuhkan data mengenai hal-hal yang
dibutuhkan klien atau pasien yang ditangani tenaga kesehatan tersebut. Data-data
tersebut disebut diagnosis. Proses diagnoses adalah hasil analisis data dan identifikasi

9
seorang tenaga kesehatan berdasarkan respon pasien atau klien terhadap masalah
pelayanan.
Terdapat dua jenis diagnosis kesehatan, yaitu diangnosis medis dan diagnosis
keperawatan. Diagnosis medis adalah identifikasi kondisi penyakit berdasarkan
evaluasi tertentu dari tanda fisik, gejala, riwayat medis klien, hasil pemeriksaan, dan
prosedur diagnostik. Dokter diizinkan untuk mengobati penyakit yang diderita oleh
pasien yang dapat digambarkan melalui pernyataan diagnosis medis pasien tersebut.
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau
proses kehidupan. Diagnosis ini berbeda dari diagnosis medis karena pekerjaan perawat
mencakup aspek bio-psiko- sosio-spiritual dalam menangani pasien. Sebagai contoh,
ketika terdapat pasian yang mengalami batuk, seorang dokter akan memberikan pasien
tersebut obat batuk, sedangkan seorang perawat akan mengkaji penyakit yang diderita
oleh pasien secara lebih mendalam, seperti kapan mulai batuk, terus-menerus atau pada
waktu-waktu tertentu saja, berdahak atau tidak, dan sebagainya.
Komplikasi fisiologis aktual atau potensial yang dipantau perawat untuk
mendeteksi onset (gejala) perubahan status dari seorang pasien atau klien disebut
Masalah Kolaborasi. Ketika masalah kolaborasi muncul, perawat beserta tenaga
kesehatan lain akan bekerja sama dalam menangani pasien atau klien tersebut. Peran
perawat dalam hal itu adalah menangani masalah kolaborasi seperti pendarahan,
infeksi, serta ritme jantung untuk meminimalisasi komplikasi dengan tindakan-
tindakan yang ditentukan oleh dokter dan perawat itu sendiri.

b. Berpikir Kritis dalam Perumusan Diagnosis Keperawatan


Pertimbangan diagnosis adalah proses penggunaan data pengkajian tentang klien
yang anda kumpulkan untuk menjelaskan secara legal keputusan klinis yang dalam
kasus ini adalah diagnosis keperawatan. Proses diagnosis berawal dari proses
pengkajian dan termasuk definisi dan memilih dengan cepat diagnosis yang
berhubungan. Menurut NANDA- I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis
keperawatan yaitu diagnosis aktual, diagnosis risiko, diagnosis kesejahteraan, dan
diagnosis keperawatan promosi kesehatan.
Diagnosis keperawatan aktual menggambarkan respons manusia terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat dalam individu, keluarga dan
komunitas. Pemilihan diagnosis aktual menunjukkan bahwa data pemeriksaan yang ada
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan risiko

10
menggambarkan respons manusia terhadap kesehatan atau proses kehidupan yang
mungkin menyebabkan individu, keluarga atau komunitas menjadi rentan.
Sedangkan diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah penilaian klinis
terhadap motivasi individu, keluarga atau komunitas serta keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi potensi kesehatan manusia sebagai
ungkapan kesiapan mereka untuk meningkatkan perilaku kesehatan seperti nutrisi dan
olahraga. Terakhir adalah diagnosis keperawatan sejahtera menggambarkan respon
manusia terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu, keluarga yang memiliki
kesiapan untuk peningkatan.
Sebagai perawat, perlu menerapkan metode berpikir secara kritis pada diagnosis
keperawatan yang akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses diagnosis
pengumpulan data, pengelompokkan, interpretasi dan pernyataan diagnosis. Fungsi
berpikir secara kritis bagi seorang perawat adalah dapat membedakan sejumlah
penggunaan dan isu dalam keperawatan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
b. Menganalisis argumen dan isu- isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan
c. Melaporkan data dan petunjuk yang akurat dalam keperawatan
d. Membuat data keperawatan yang akurat Merumuskan dan menjelaskan nilai- nilai
keputusan dalam keperawatan
e. Dalam membuat keputusan atau pemecahan masalah tidak dilakukan dengan terburu
– buru dengan menerapkan pemikiran yang kritis
f. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
Jadi, seorang perawat harus menerapkan pemikiran secara kritis dalam
melakukan praktik keperawatan agar lebih fokus pada pemecahan masalah dan
membuat keputusan daripada mengambil tindakan yang terlalu cepat atau terburu –
buru. Dengan pemikiran yang kritis dapat menginterpretasikan data pengajian klien
untuk menentukan diagnosis keperawatan dan memberikan petunjuk untuk pelayanan
kesehatan..

c. Pernyataan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,


keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon,
1976 & NANDA). Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh
perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan

11
risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama
dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi
(penyebab), dan sign/symptom (tanda/ gejala).
1. Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara
jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan
menggunakan standart yang telah disepakati, supaya :
a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.
b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan.
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan
masalah medis.
d. Meningkatkan Kerjasama perawat dalam mengidentifikasi diagnosis dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan sehingga dapat meningkatakan mutu
asuhan keperawatan.
2. Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya
meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan
institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
- Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
- Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
- Dewasa tekanan karier, tanda-tanda puberitas.
3. Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan
informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3
komponen (PES) atau 2 komponen (PE) yang sangat tergantung kepada tipe dari
diagnosa keperawatan itu sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan
dapat disajikan dalam rumus sebagai berikut:
a. Diagnosa keperawatan aktual:

12
Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan tekanan
dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit
beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan
umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90
X/ m (Sign/Simptom).

b. Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi:


Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma
jaringan (Etiologi)
Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak dijumpai hal ini disebabkan
kerena masalah belum terjadi, tetapi mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak
mendapatkan intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.

d. Sumber-Sumber Kesalahan dalam Perumusan Diagnosis


Dalam sebuah proses keperawatan sangat diperlukan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang
masalah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan keperawatan. Dalam proses diagnosa juga tidak terlepas dari kesalahan.
Proses diagnosa perawat mengandalkan empat bidang yaitu pengkajian dasar data,
menganalisis dan menginterpretasikan data, pengelompokkan data, dan identifikasi
masalah klien. Masing-masing dari keempat bidang tersebut adalah sumber potensial
kesalahan diagnosa.
Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi selama proses pengkajian. Hal ini
bisa berupa data yang dikumpulkan tidak lengkap, dikurangi atau salah interpretasi.
Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan data sebaiknya sebelum
pengkajian, perawat secara kritis menelaah tingkat kenyamanannya dan
kompetensinya dengan keterampilan wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu
perawat juga harus menentukan keakuratan data yang dikumpulkan, untuk
meminimalkan resiko ketidakakuratan dapat meminta bantuan teman kerja yang lebih
berpengalaman dalam menjelaskan penyebab kesalahan.
Kesalahan dalam interpretasi dan analisis data, interpretasi yaitu petunjuk
yang tidak akurat, penggunaan petunjuk yang tidak nyata atau invalid. Kesalahan ini
dapat dihindari jika perawat mempertimbangkan dengan teliti data hasil identifikasi
permasalahan klien dan menentukan juga mengatur pola pemeriksaan yang relevan
untuk mengetahui, selain itu dalam mengintepretasi juga sangat penting untuk
mempertimbangkan latar belakang budaya.
13
Kesalahan dalam pengelompokkan data terjadi saat data dikelompokkan
terlalu cepat, tidak benar, atau tidak dikelompokkan sama sekali. Kesalahan ini juga
terjadi karena penutupan pengelompokkan yang terlalu cepat yang terjadi saat
membuat diagnosis keperawatan sebelum mengelompokkan semua data, dan yang
terakhir yaitu kesalahan dalam pernyataan diagnosis, kesalahan ini terjadi karena
pemilihan label diagnosis yang salah, kejadian dimana adanya diagnosis lain lebih
disukai, kondisi masalah kolaborasi, kegagalan untuk memvalidasi diagnosis
keperawatan dengan klien dan kegagalan mencari bantuan. Untuk mengurangi
kesalahan ini, pernyataan diagnosis harus menggunakan bahasa yang sesuai, ringkas,
dan tepat yang mencakup penggunaan terminologi yang tepat yang mencerminkan
respon klien terhadap penyakit atau kondisi.
Kesalahan dalam memilih diagnosis keperawatan bisa terjadi karena
mengabaikan petunjuk, membuat diagnosa dari atau dasar yang tidak memadai,
memberikan stereotip. Sedangkan kesalahan umum dalam membuat dan menulis
pernyataan diagnosa pasien bisa berupa pernyataan diagnosa medis bukan diagnosa
keperawatan, menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah,
mengacaukan etiologi atau penyebab masalah, menggunakan prosedur selain dari
respon manusia, kurang spesifik pernyataan diagnosa, membuat asumsi, dan menulis
pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum.
Dengan menggunakan keterampilan penentuan diagnosa, tinjau, dan analisis
data dasar untuk mengindentifikasi petunjuk yang berupa tanda atau gejala yang
menunjukkan adanya masalah yang dapat digambarkan dengan label diagnosa
keperawatan disertai faktor pendukungnya. Dan banyak sumber yang bisa
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam diagnosa keperawatan, karena itu dalam
membuat diagnosa sangat dibutuhkan ketelitian dan kecermatan.
e. Kelebihan dan Keterbatasan Diagnosis Keperawatan
Dalam perannya sebagai hasil identifikasi masalah kesehatan serta
kebutuhan pasien, diagnosis keperawatan juga memiliki kelebihan dan keterbatasan
tertentu.
Kelebihan diagnosis keperawatan, antara lain;
- Bagian dari rencana klien tentang perawatan yang ingin didapatkan
Diagnosis keperawatan merupakan bagian dari rencana klien tentang
perawatan yang ingin didapatkan oleh pasien tersebut karena diagnosa
keperawatan adalah hasil identifikasi kesehatan pasien yang ditanyakan
langsung ke pasien tersebut yang kemudian akan direncanakan dan
diputuskan perawatan-perawatan apa saja yang akan pasien dapatkan.
14
- Merupakan fokus untuk perbaikan kualitas
Dengan begitu, kualitas pelayanan pasien oleh perawat juga akan membaik
seiring dengan terpenuhinya kebutuhan pasien.
- Memberikan kontribusi untuk status profesional dari disiplin
Diagnosis keperawatan memberikan kontribusi untuk status profesional dari
disiplin. Kondisi perkembangan kesehatan pasien akan lebih terpantau dan
penanganan yang dilakukan juga dapat lebih tepat dengan adanya diagnosis
keperawatan
- Menyediakan sarana atau memfasilitasi komunikasi yang efektif
Diagnosis keperawatan memfasilitasi komunikasi yang efektif karena data
yang didapatkan oleh perawat dapat dijadikan bahan acuan tenaga kesehatan
lain tanpa perlu bertanya secara berulang-ulang kepada pasien yang terlibat.
Tindakan bertanya secara berulang-ulang tentu dapat mengakibatkan waktu
istirahat pasien terganggu, karena itu tindakan tersebut selayaknya dikurangi.
- Memberikan metode untuk menyintesis dan mengkomunikasikan perawat
lain tentang pengamatan dan penilaian kebutuhan kesehatan seorang pasien
Hal ini dapat mempengaruhi pendanaan pelayanan kesehatan preventif dan
komprehensif perawatan. Diagnosis keperawatan dapat mengurangi
pelayanan- pelayanan kesehatan yang tidak dibutuhkan pasien dalam
pengobatan penyakit pasien.
- Memberikan sebuah jalan untuk pengembangan teori dan keperawatan
penelitian Diagnosis keperawatan dapat memberikan jalan untuk
pengembangan teori dan keperawatan penelitian karena diagnosis
keperawatan mencakup aspek biologis, psikologis, sosial, dan aspek spiritual
pasien yang menjadikan catatan mengenai data pasien lebih luas. Data yang
cukup luas tersebut dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut tentang
penyakit yang diderita pasien dan juga teori baru tentang penyakit tersebut
- Memungkinkan untuk pemberdayaan dari profesi keperawatan
Diagnosis keperawatan juga dapat memungkinkan terjadi pemberdayaan dari
profesi keperawatan karena dapat menjadikan perawat lebih teratur dan
disiplin serta memperjelas peran perawat dalam menangani pasien.
- Menyediakan sarana untuk asuhan keperawatan individual
Diagnosis ini juga dapat menyedialan sarana untuk asuhan keperawatan
karena penanganan-penanganan yang akan diberikan kepada pasien dapat
direncanakan serta diputuskan melalui data diagnosis.

15
- Memprioritaskan kebutuhan klien Diagnosis keperawatan dapat
memprioritaskan kebutuhan klien karena diagnosis ini berisikan tentang
penyakit dan kondisi pasien tersebut secara lebih lengkap dan dapat segera
diputuskan penanganan-penanganan atau fasilitas-fasilitas apa saja yang
dibutuhkan pasien.
Keterbatasan diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa hal, yaitu;
- Membatasi penggunaan diagnosis keperawatan hanya pada perawat
profesional Diagnosis keperawatan hanya dapat digunakan oleh perawat
profesional saja,sedangkan tenaga kesehatan lain atau bahkan pasien sendiri tidak
mengerti isi serta fungsi dari diagnosis keperawatan. Hal ini karena istilah atau
bahasa yang digunakan di dalam diagnosis kadang bertele-tele dan mengandung
istilah yang hanya berlaku di beberapa media (selingkung), seperti jargon. Selain
itu diagnosis keperawatan terlalu membatasi, tidak lengkap, berorientasi medis, dan
membingungkan. Banyak perawat yang tidak tahu cara menggunakan diagnosis
keperawatan sendiri, terutama perawat pemula. Beberapa perawat juga merasa tidak
memiliki diagnosis yang dibutuhkan sehingga diagnosis menjadi tidak spesifik.
- Perawat tidak bisa menggunakan kata-kata yang biasa digunakan
Perawat tidak bisa menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dalam menulis diagnosis, perawat harus menggunakan
istilah-istilah medis yang kurang spesifik dalam menjelaskan masalah pasien
agar dapat ditangani secara lebih lanjut dengan khusus oleh perawat lain.
Kata-kata yang dimaksud adalah contohnya penyakit susah tidur dan istilah
yang digunakan adalah insomnia, dan sebagainya.
- Perencanaan perawatan membuang waktu
Perencanaan perawatan dalam diagnosis keperawatan dianggap
membuang waktu karena perawat praktik sering memberitahu para perawat
pelajar bahwa rencana perawatan yang mereka tulis tidak berguna di dalam
keperawatan klinis. Hal ini disebabkan mayoritas perencanaan perawatan
adalah penanganan standar untuk masalah atau situasi tertenu, sedangkan
penanganan-penanganan tersebut telah diketahui oleh perawat
berpengalaman.
- Tidak semua perawat menggunakan diagnosis
Di dalam praktik keperawatan, tidak semua jenis perawat menggunakan
diagnosis. Beberapa perawat pada bidang tertentu tidak menggunakan
diagnosis seperti perawat praktisi, perawat ahli bius, dan bidan. Perawat-
perawat tersebut hanya fokus pada obat- obatan, sehingga peran perawat

16
yang sesungguhnya menjadi tidak jelas karena penggunaan diagnosis
keperawatan tidak dilakukan.
- Diagnosis keperawatan tidak peka terhadap budaya
Menurut Leininger, NANDA (North America Nursing Diagnosis
Association) membuat sistematika diagnois hanya berdasarkan budaya
Anglosfer-Amerika (Amerika Serikat dan Kanada) yang bukan merupakan
budaya yang relevan sengan budaya dari negara lain. Diagnosis keperawatan
seharusnya menggunakan diagnosis yang bersangkutan dengan budaya
negeri atau daerah itu sendiri.
- Diagnosis keperawatan dapat melanggar kerahasiaan
Diagnosis keperawatan dapat melanggar kerahasiaan pasien karena pada
umumnya perawat serta tenaga kesehatan lain harus bisa menjaga privasi
yang berarti dari pasien yang ditangani, sesuai dengan kode etik tenaga
kesehatan. Informasi dalam diagnosis biasanya mengandung aib dari pasien
yang tidak ingin diketahui oleh siapapun, misalnya hamil di luar nikah,
penyakit-penyakit kelamin, maupun permasalahan hormon yang bersifat
pribadi. Informasi ini dapat tersebar secara tidak terkendali apabila perawat
atau tenaga kesehatan lain tidak berhati-hati dan tidak memegang teguh kode
etik.
Menurut Iyer, Taptich, dan Bernocchi-Losey, keberatan untuk
menggunakan diagnosis keperawatan meliputi:
 Perawat akan bekerja terlalu keras dari sebelumnya dan memiliki
sedikit waktu untuk menghabiskan waktu dengan klien,
 Perawatan masih diselenggarakan di sekitar diagnosis medis dan
perawat yang terlibat dalam penyelesaian tugas didasarkan pada
fokus diagnosa tersebut, - Perawat takut ditertawakan ketika
menggunakan diagnosis keperawatan, - Daftar diagnosis
keperawatan tidak selalu sesuai dengan situasi klien.
f. Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
Dokumentasi diagnosis keperawatan merupakan langkah unntuk membuat rencana
keperawatan secara tertulis dan menyusun daftar diagnosis keperawatan secara kronologis.
Diagnosis keperawatan didokumentasikan dalam catatan kesehatan elektronik. Catatan
elekronik digunakan klien di berbagai lingkungan. Dokumentasi diagnosis keperawatan
penting bagi pasien dan petugas kesehatan lainnya dalam menberikan perawatan.

17
Dalam catatan elektronik, perawat dapat melihat risiko berkelanjutan pada pasien
dan masalah yang telah diidentifikasi serta memutuskan diagnosis keperawatan baru
berdasarkan pada temuan pengkajian pasien. Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
dalam catatan kesehatan elektronik akan membantu klien saat pulang guna memberikan
informasi perawatan klien ke perawat homecare, perawatan jangka panjang atau unit
rehabilitasi.
Selain itu, dokumentasi dalam catatan kesehatan elektronik dpat menyampaikan
diagnosis keperawatan klien mengenai daftar masalah melalui layanan pencarian HIE
(health information exchange). Contoh sistem dokumentasi lain yaitu PIE, pencatatan
fokus, pencatatan berdasarkan penyimpangan, dokumentasi terkomputerisasi, dan
manajemen kasus. Komputer membuat dokumentasi relatif mudah.

E. PENUTUP
Pengambilan keputusan klinis sebagai keputusan yang terdiri atas pemikiran kritis
dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu serta pikiran kritis. Klien memiliki
keluhan yang berbedabeda, karena itu, perawat tidak bisa langsung mengetahui apa yang
klien butuhkan, melainkan perawat harus aktif bertanya kepada pasien.
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kogritif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan. Kompetensi merupakan kemampuan individual yang
dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan yang dilandasi pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja keras sesuai untuk kerja yang dipersyaratkan. Ada tiga tipe
kompetensi yaitu berpikir kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, dan
berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Dalam berpikir secara kritis terdapat lima komponen model yaitu pengetahuan
dasar, pengalaman, kompetensi berpikir kritis, perilaku dan standar. Model-model
pemikiran kritis akan menjelaskan bagaimana menerapkan elemen pemikiran kritis untuk
mengkaji klien, merencanakan tindakan yang akan diambil dan evaluasi hasil yang didapat.
Menerapkan tiap elemen dalam berpikir tentang seorang klien dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan menjadi profesional yang efektif.
Proses keperawatan merupakan metode perencanaan dan pemberian asuhan
keperawatan yang rasional dan sistematis secara individual untuk individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan
klien, masalah kesehatan yang aktual dan menyusun rencana serta intervensi keperawatan
untuk menyelesaikan masalah. Ada lima fase dalam proses keperawatan diantaranya
pengkajian, analisis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

18
Proses diagnoses adalah hasil analisis data dan identifikasi seorang tenaga kesehatan
berdasarkan respon pasien atau klien terhadap masalah pelayanan. Terdapat dua jenis
diagnosis kesehatan, yaitu diangnosis medis dan diagnosis keperawatan. Diagnosis medis
adalah identifikasi kondisi penyakit berdasarkan evaluasi tertentu dari tanda fisik, gejala,
riwayat medis klien, hasil pemeriksaan, dan prosedur diagnostik. Diagnosis keperawatan
adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau proses kehidupan
Pertimbangan diagnosis adalah proses penggunaan data pengkajian tentang klien
yang anda kumpulkan untuk menjelaskan secara legal keputusan klinis yang dalam kasus
ini adalah diagnosis keperawatan. Pertimbangan diagnosis adalah proses penggunaan data
pengkajian tentang klien yang anda kumpulkan untuk menjelaskan secara legal keputusan
klinis yang dalam kasus ini adalah diagnosis keperawatan.
Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipergunakan oleh perawat di
Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko
tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk
pada hasil analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan
sign/symptom (tanda/ gejala).
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3
komponen (PES) atau 2 komponen (PE) yang sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa
keperawatan itu sendiri. Tipe diagnosa keperawatan adalah diagnosa keperawatan aktual
dan diagnosa keperawatan risiko tinggi.
Proses diagnosa perawat mengandalkan empat bidang yaitu pengkajian dasar data,
menganalisis dan menginterpretasikan data, pengelompokkan data, dan identifikasi
masalah klien. Masing-masing dari keempat bidang tersebut adalah sumber potensial
kesalahan diagnosa. banyak sumber yang bisa menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
diagnosa keperawatan, karena itu dalam membuat diagnosa sangat dibutuhkan ketelitian
dan kecermatan.
Kelebihan diagnosis keperawatan, adalah bagian dari rencana klien tentang
perawatan yang ingin didapatkan, merupakan fokus untuk perbaikan kualitas, memberikan
kontribusi untuk status profesional dari disiplin, menyediakan sarana atau memfasilitasi
komunikasi yang efektif, memberikan metode untuk menyintesis dan mengkomunikasikan
perawat lain tentang pengamatan dan penilaian kebutuhan kesehatan seorang pasien,
memberikan sebuah jalan untuk pengembangan teori dan keperawatan penelitian,
memungkinkan untuk pemberdayaan dari profesi keperawatan, menyediakan sarana untuk
asuhan keperawatan individual, memprioritaskan kebutuhan klien.

19
Keterbatasan diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa hal, yaitu Membatasi
penggunaan diagnosis keperawatan hanya pada perawat profesional, Perawat tidak bisa
menggunakan kata- kata yang biasa digunakan, Perencanaan perawatan membuang waktu,
Tidak semua perawat menggunakan diagnosis, Diagnosis keperawatan tidak peka terhadap
budaya, Diagnosis keperawatan dapat melanggar kerahasiaan.
Dokumentasi diagnosis keperawatan merupakan langkah unntuk membuat rencana
keperawatan secara tertulis dan menyusun daftar diagnosis keperawatan secara kronologis.
Diagnosis keperawatan didokumentasikan dalam catatan kesehatan elektronik. Catatan
elekronik digunakan klien di berbagai lingkungan. Dokumentasi diagnosis keperawatan
penting bagi pasien dan petugas kesehatan lainnya dalam menberikan perawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J & Ladwig, G. B. (2014). Nursing Diagnosis Handbook : An Evidence-Based Guide


to Planning Care. (Ed. ke-10). ST Louis, MI : Mosby Elsevier.
Bandiyah, Siti. (2017). Ketrampilan Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Budiono & Sumirah Budi Pertami. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika.

Deniati, dkk. (2018). Pengaruh Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana Dalam

Melakukan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan Holistik, 12 (1), 21-24
Fathi, A, A & Simamora, R.H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study. In
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol.248, No.1, p.012031).
IOP Publishing
Khairina,Ilfa, dkk. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan Keputusan
Perawat Dalam Ketepatan Triase di Kota Padang. Indonesian Journal for Health
Sciences. 02(01), 1-6.
Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik
edisi 7 Volume. Jakarta: EGC.
Rahayu, Candra Dewi dkk. (2020). Pengambilan Keputusan Klinis Perawat, Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Keperawatan FIKES UNSIQ.
Rezkiki, F., & Ilfa, A. (2018). Pengaruh Supervisi Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan
Keperawatan Di Ruangan Non Bedah. Real in Nursing Journal, 1(2), 67-76.
Siahaan, J. V., Siagian, A., & Bukit, E. K. (2018). Pengaruh pelatihan ronde keperawatan
terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di rs royal prima medan. Jumantik
(Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan), 3(1), 1-15.
Simamora, R. H. (2019). Menjadiperawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.

Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi

Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya Diruang


Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidak
dipublikasikan).
21
Tanjung, Z. I. (2016). Intervensi keperawatan mandiri pada pasien yang mengalami nyeri di
rumah sakit pku muhammadiyah yogyakarta unit II.

22

Anda mungkin juga menyukai