Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI

“Pengambilan Keputusan”
Moh. Harun Al Rosid, M. Pd. I
Kelompok 11:
Siti Nuryani
Tarwiyatul Nur Jannah
Khoirul Muthoharoh
Luluk Rosyidatul Umah
Pengambilan Keputusan
Setiap organisasi akan menghadapi perubahan lingkungan eksternal dan
internal yang kompleks dan cepat berubah sehingga organisasi harus
mengambil banyak keputusan yang cepat dan tepat agar aktivitas
organisasi dapat berjalan lancar.Keputusan merupakan sesuatu yang
ditetapkan berdasarkan faktor pertimbangan, pemikiran, dan penelitian
yang menjadi pedoman untuk tindakan selanjutnya.
pengambilan keputusan dalam organisasi terjadi di semua tingkatan
namun merupakan peran sentral dari pemimpin karena setiap keputusan
yang dihasilkan akan bersifat penting, jangka panjang, berisiko, dan
mempengaruhi organisasi serta lingkungan organisasi.
Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang menghasilkan satu
pilihan dari beberapa pilihan alternatif.
Menurut Schermerhorn dkk (2012), pengambilan keputusan adalah
proses memilih tindakan dalam menghadapi suatu masalah atau peluang.
Bias dan Kesalahan dalam Pengambilan
Keputusan
Secara istilah, bias adalah penyimpangan dalam berpikir yang cenderung
mengalami kesalahan. Kondisi tersebut secara perlahan akan mempengaruhi
penilaian dan keputusan seorang individu saat hendak memutuskan sesuatu hal.
Keputusan adalah hal yang harus dilakukan meskipun tidak semua keputusan dapat
dihasilkan 229 dengan baik. Untuk meminimalkan kesalahan keputusan, pemimpin
mengandalkan pengalaman (intuisi), firasat, atau aturan praktis. Intuisi berkaitan
dengan latar belakang pengalaman masa lalu, firasat tidak berkaitan dengan
pengalaman tersebut, sedangkan aturan praktis merupakan pernyataan eksplisit
yang membatasi apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan.
Adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat berdampak negatif,
merugikan organisasi bahkan fatal terutama keputusan yang dilakukan disaat kritis
dan tergesa-gesa.
Proses dan Model Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan serangkaian


proses pemilihan diantara berbagai alternatif yang
dihasilkan. Robbins (2003), mengatakan bahwa
pengambilan keputusan yang optimal adalah yang
rasional yaitu membuat pilihan nilai yang
konsisten dan maksimal dalam batasan yang
ditentukan.
Robbins (2003), mengatakan bahwa pilihan
tersebut dibuat dengan mengikuti model enam
langkah yaitu : mendefinisikan masalah,
mengidentifikasi kriteria keputusan, menimbang
kriteria, menghasilkan alternatif, menilai semua
alternatif pada masing-masing kriteria, dan
menghitung keputusan optimal.
Tipe Keputusan
Suatu keputusan akan dianggap keliru ketika
pengambil keputusan tidak memperhitungkan resiko
dan ketidakpastian lingkungan ataupun tidak
mempertimbangkan berbagai alternatif yang
tersedia. Jenis pengambilan keputusan dapat juga
didasarkan pada situasi kepastian, berisiko,
ketidakpastian, dan konflik
Penentuan hasil keputusan dalam organisasi dapat
dilakukan oleh seorang pimpinan ataupun beberapa
orang pimpinan. Seorang pemimpin akan lebih
mudah mengambil keputusan tanpa harus menunggu
atau melibatkan orang lain dalam proses
pengambilan keputusan.
Gaya Pengambilan Keputusan
Dalam mengambil keputusan, setiap
individu akan menggunakan
pendekatan dengan berbagai cara
yang berbeda terhadap setiap
permasalahan. Gaya pengambilan
keputusan lebih menunjukkan pada
sikap dan tingkah laku yang
ditunjukkan dalam menyelesaikan
masalah.
Robbins dan Coulter (2007), bahwa
terdapat dua dimensi dalam gaya
pengambilan keputusan. Dimensi yang
pertama adalah cara berpikir. Tipe
berpikir rasional memandang
informasi secara teratur dan
memastikan bahwa informasi tersebut
logis dan konsisten sebelum
mengambil keputusan.
Etika Pengambilan Keputusan

Dalam setiap pengambilan keputusan, organisasi memasukkan etika


sebagai pertimbangan pokok. Dengan kata lain, organisasi
menerapkan pertimbangan moral dalam setiap proses pengambilan
keputusan.
Seperti pada pengambilan keputusan umumnya, etika pengambilan
keputusan pun didasarkan pada proses kognitif tingkat tinggi namun
terdapat pandangan lain seperti pengaruh emosi yang dapat
berpengaruh terhadap perilaku tidak etis.
Gaudine dan Thorne (2001), mengembangkan sebuah model yang
menggambarkan bagaimana emosi mempengaruhi komponen proses
pengambilan keputusan etis individu. Model tersebut menunjukkan
bahwa keadaan emosional tertentu mempengaruhi kecenderungan
individu untuk mengidentifikasi dilema etika dan bahwa individu
yang mengalami gairah dan pengaruh positif dapat mengatasi dilema
etika dengan cara yang konsisten dengan struktur moral kognitif yang
lebih maju.
TERIMAKASIH….

Anda mungkin juga menyukai