Presentasi Filsafat Hukum Kelompok 3 - Maulana Bimasakti - M.farrel Firdiansyah
Presentasi Filsafat Hukum Kelompok 3 - Maulana Bimasakti - M.farrel Firdiansyah
MENURUT
JEREMY BENTHAM
Mata Kuliah : Filsafat Hukum
Dosen : Dr. Fil. E. Fernando M. Manullang
DIPRESENTASIKAN OLEH:
M. MAULANA BIMASAKTI S
M. FARREL FIRDIANSYAH
• Muncul pada Abad ke-19, dimana pandangan positivisme didasarkan pada
pengetahuan faktual dan positif. Pengetahuan apa pun yang melampaui
apa yang nyata atau faktual harus dihindari.
Positivisme
hukum positif justru menganggap bahwa kedua hal tersebut merupakan
dua hal yang harus dipisahkan (Soerjono Soekanto, 1980 : 37)
Profil Jeremy •
Houndsditch, London.
Ayahnya seorang jaksa, begitu pula kakeknya. Pandangan hidupnya
Bentham
dipengaruhi oleh kepercayaan pious, yang diperoleh dari ibunya, dan
gaya berfikir rasionalitas ala abad Pencerahan, yang diperolehnya
dari ayahnya. Bentham hidup dalam periode perubahan sosial,
politik, dan ekonomi yang menggelora diseluruh peradaban Barat.
Revolusim industry, bangkitnya kelas menengah di Inggris, dan
revolusi di Perancis dan Amerika, telah memberikan pemikiran
refleksif yang mendalam bagi Bentham.
• Ia seorang filsuf berkebangsaan Perancis,pemikiran Bentham pada
awalnya dari perhatiannya yang sangat besar terhadap individu,
karena ia menginginkan pertama-tama agar hukum itu dapat
memberikan jaminan kebahagiaan kepada paraindividu, bukan
kepada masyarakat secara keseluruhan.
• Bentham berpendapat bahwa alam memberikan kebahagiaan dan kesudahan.
Manusia selalu berusaha memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi
kesusahannya. Kebaikan adalah kebahagiaan dan kejahatan adalah
kesusahan. Ada keterkaitan erat antara kebaikan dan kejahatan dengan
Jeremy
kebahagiaan dan kesusahan. Tugas hukum adalah memelihara kebahagiaan
dan mencegah kejahatan.Tegasnya, memelihara kegunaan.
• Teori dari Jeremy Bentham ini adalah “individualism utilitarian”.
Jeremy
Hukum yang semula kritis terhadap Hukum Alam, menyudahi kekritisannya
ketika menganggap Positivisme Hukum merupakan aliran paling akhir dan paling
mutlak dari ilmu hukum.
Bentham
• Epistemologi Positivisme Hukum yang semula adalah filsafat yang begitu kritis
terhadap Hukum Alam, bukannya meneruskan kritik (atas ”dirinya” ? ). Ketika ia
menganggap menemukan kebenaran paling akhir maka menutup pintu kritik
karena dialektika dianggapnya telah usai.
• Dalam perkembanganya, mazhab Positivisme Hukum mendapat dukungan dari Mazhab
Utilitarianisme yang dipelopori Jeremy Bentham . Bentham memperdalam aliran
Positivisme Hukum dengan menyatakan bahwa sepanjang hukum tersebut bermanfaat bagi
sebagian besar masyarakat. Dengan memegang prinsip manusia akan melakukan tindakan
hukum untuk mendapat kebahagian yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan,
Bentham mencoba menerapkannya di bidang hukum
• Menurut Bentham, tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan
terbesar kepada sebanyak-banyaknya warga masyarakat. Jadi, konsepnya meletakkan
kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Ukurannya adalah kebahagian yang sebesar-
besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang. Penilaian baik-buruk, adil atau tidaknya hukum
ini sangat tergantung apakah hukum mampu memberikan kebahagian kepada manusia atau
tidak. Kemanfaatan diartikan sama sebagai kebahagiaan (happiness).
Beberapa pemikiran penting Bentham juga dapat ditunjukkan, seperti:
• Hedonisme kuantitatif yakni paham yang dianut orang-orang yang mencari
kesenangan semata-mata secara kuantitatif. Kesenangan bersifat jasmaniah
dan berdasarkan penginderaan.
Bentham
menganggapnya sebagai kesenangan palsu.
• Kalkulus hedonistik (hedonistik calculus) bahwa kesenangan dapat diukur atau
dinilai dengan tujuan untuk mempermudah pilihan yang tepat antara
kesenangan-kesenangan yang saling bersaing. Seseorang dapat memilih
kesenangan dengan jalan menggunakan kalkulus hedonistik sebagai dasar
keputusannya. Adapun kriteria kalkulus yakni: intensitas dan tingkat kekuatan
kesenangan, lamanya berjalan kesenangan itu, kepastian dan ketidakpastian
yang merupakan jaminan kesenangan, keakraban dan jauh dekatnya
kesenangan dengan waktu,kemungkinan kesenangan akan mengakibatkan
adanya kesenangan tambahan berikutnya kemurnian tentang tidak adanya
unsur-unsur yang menyakitkan, dan kemungkinan berbagi kesenangan dengan
orang lain. Untuk itu ada sanksi yang harus dan akan diterapkan untuk
menjamin agar orang tidak melampaui batas dalam mencapai kesenangan
yaitu: sanksi fisik, sanksi politik, sanksi moral atau sanksi umum, dan sanksi
agama atau sanksi kerohanian.
• Dalam implentasi di bidang hukum, pokok-pokok ajaran Bentham
diantaranya sebagai berikut:
• 1. Untuk mewujudkan kebahagian sebesar-besarnya kepada sebanyak-
banyaknya orang.
Bentham • 3. Sanksi pidana harus bersifat spesifik untuk setiap tindakan kerasnya
derajat terhadap sanksi pidana tidak boleh melebihi terhadap daya
preventifnya.
• 4. Sanksi pidana hanya dapat diterima apabila sanksi itu dapat
memberikan harapan bagi upaya pencegahan terhadap kejahatan yang
lebih besar.
• Pertama, rasionalitas yang abstrak dan doktriner, yang mencegah
melihat orang sebagai keseluruhan yang kompleks, sebagai campuran
Kelemahan
materialisme dan idealisme, bangsawan dan golongan rendah, egoisme
yang menyebabkan Bentham melebih-lebihkan kekuasaan-kekuasaan
pembuat undang-undang dan meremehkan perlunya