Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN BAB V

TEORI-TEORI HUKUM

A. Perkembangan Pemikiran Ilmu Hukum

Pada dasarnya kehidupan manusia dikendalikan oleh hukum yang dalam perkembangannya
mengalami kemajuan, baik dari segi teori maupun fungsi pragmatisnya. Hasil perkembangan hukum
merupakan akibat dari pesatnya perkembangan aspek-aspek dan variasi kehidupan manusia yang harus
diatur oleh hukum. Sebagai akibatnya telah pula menghasilkan konsepsi-konsepsi hukum yang tercermin
dari berbagai aliran pemikiran hukum.

Adapun aliran-aliran pemikiran hukum terdiri atas:

1. Aliran Hukum Alam

Hukum alam adalah hukum yang digambarkan berlaku abadi sebagai hukum yang norma-normanya
berasal dari Tuhan Yang Maha Adil, dari alam semesta dan dari akal budi manusia, sebagai hukum yang
kekal dan abadi yang tidak terikat oleh waktu dan tempat sebagai hukum yang menyalurkan kebenaran
dan keadilan dalam tingkatan semutlak-mutlaknya kepada segenap umat manusia.

2. Aliran Mazhab Sejarah

Lahirnya mazhab sejarah merupakan suatu reaksi yang langsung terhadap suatu pendapat yang
diketengahkan oleh Thibaut dalam pamfletnya yang berbunyi: Uber Die Notwendig-keit Eines
Allgemeinen Burgerlichen Rechts fur Deutschland (Keperluan akan adanya kodifikasi hukum perdata
bagi negeri Jerman). Ahli hukum perdata Jerman ini menghendaki akan agar di Jerman diperlukan
kodifikasi perdata dengan dasar hukum Prancis. Sebagaimana diketahui bahwa ketika Prancis
meninggalkan Jerman muncul masalah hukum apa yang hendak diperlukan di negeri ini. Juga, merupakan
suatu reaksi yang tidak langsung terhadap aliran hukum alam dan aliran positif tentang hukum intinya
mengajarkan bahwa hukum itu tidak dibuat tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.

3. Aliran Utilitarianisme
Jeremy Bentham seorang ahli filsafat hukum sebagai tokoh terkemuka dalam aliran utilitarianisme
yang sangat menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem hukum. Jeremy Bentham
dalam teorinya berprinsip bahwa manusia bertindak adalah untuk memperbanyak kebahagiaan dan
mengurangi penderitaan. Ukuran baik buruknya tindakan bergantung pada apakah tindakan tersebut dapat
mendatangkan kebahagiaan atau tidak.

4. Madzhab Hukum Positif


Mazhab hukum positif menurut Hans Kelsen yang diikuti Lili Rasyidi merupakan suatu teori tentang
hukum yang senyatanya dan tidak mempersoalkan senyatanya itu, yakni apakah senyatanya itu adil atau
tidak adil.
Positivisme hukum ada dua bentuk, yaitu positivisme yuridis dan postivisme sosiologis. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Positivisme Yuridis

Dalam perspektif positivisme yuridis, hukum dipandang sebagi suatu gejala tersendiri yang perlu
diolah secara ilmiah. Tujuan positivisme yuridis adalah pembentukan struktur rasional system yuridis
yang berlaku.

b. Positivisme Sosiologis

Dalam perspektif positivisme sosiologis, hukum dipandang sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat. Dengan demikian hukum bersifat terbuka bagi kehidupan masyarakat.

5. Madzhab Sosiological Jurisprudence

Inti pemikiran madzhab ini menganggap bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai
dengan hukum yang ada dalam masyarakat. Madzhab ini mempunyai ajaran mengenai pentingnya living
law (hukum yang hidup dalam masyarakat). Namun, mazhab ini lahir dari anti these positivisme hukum.
Karena sociological jurisprudence menganut paham bahwa hanya hukum yang mampu menghadapi ujian
akal akan hidup terus. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal, yang
diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang membuat undang-undang atau mengesahkan undang-
undang dalam masyarakat yang berorganisasi politik dan dibantu oleh kekuasaan masyarakat itu. Aliran
ini tampak jelas memisahkan secara tegas antara hukum positif (hukum adalah undang-undang yang
dibuat negara) dan hukum yang hidup (hukum adalah norma-norma yang hidup dan diakui oleh
masyarakat).

6. Aliran Realisme Hukum (Pragmatic Legal Realisme)


Para realis hukum menyatakan bahwa semua yang tidak dapat dilihat dan diraba dalam hukum,
misalnya peraturan, asas, pedoman, nilai, pendapat, kepercayaan dan sebagainya hanya merupakan
khayalan filsafati. Aliran realis hukum ingin mengembangkan ilmu hukum menjadi satu ilmu yang murni
berdasarkan kaidah keilmuan semata-mata.
Para yuris yang beraliran realis pada umumnya berpendapat bahwa ilmu hukum yang sesungguhnya
adalah dibangun dari suatu studi tentang hukum dalam pelaksanaannya atau the law in action. Bagi
realisme yuridis, law is as law does. Karakteristik yang digunakan baginya terhadap masalah-masalah
hukum adalah:
1) Suatu investigasi ke dalam unsurunsur khas yang terdapat dalam kasus-kasus hukum
2) Suatu kesadaran yang terdapat dalam faktor-faktor irrasional dan tidak logis di dalam proses
lahirnya putusan pengadilan
3) Suatu penilaian terhadap aturan-aturan hukum melalui evaluasi terhadap konsekuensi-
konsekuensi penerapan aturan hukum itu
4) Memperlihatkan aturan hukum dalam kaitannya dengan politik, ekonomi, dan faktor lain non
hukum.
Aliran realisme hukum dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu realisme Amerika dan realisme
Skandinavia. Menurut Friedman, persamaan keduanya adalah semata-mata verbal. Realisme Amerika
mendasarkan sumber hukum utamanya pada putusan hakim. Semua yang dimaksud hukum adalah
putusan hakim. Hakim lebih sebagai penemu hukum daripada pembuat hukum yang mengandalkan
peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai