Anda di halaman 1dari 2

Nama: Risma Dhianti Putri

NIM: 20190401086

1. Aliran-aliran Filsafat Hukum meliputi:


1.Aliran hukum alam,
● Aliran hukum alam irrasional berpendapat, bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi bersumber
secara langsung dari Tuhan. Penganutnya, al. Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante, Piere Dubois;
●Aliran hukum alam rasional, berpendapat bahwa hukum muncul dari pikiran manusia sendiri tentang
apa yang baik dan buruk, yang penilaiannya diserahkan kepada masing masing.

2.Positivisme hukum, Menurut aliran ini, perlu memisahkan hukum dengan moral, tiada hukum kecuali
perintah penguasa, dan hukum itu identik dengan undang-undang (legisme). Penganutnya, John Austin
dan Hans Kelsen.

3.Utilitarianisme, Berpendapat bahwa tujuan hukum yang utama adalah kemanfaatan, yaitu
kebahagiaan.

4.Mazhab sejarah, Berpendapat, hukum tiada yang universal, hukum timbul bukan karena perintah
penguasa atau karena kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa.
Jiwa bangsa (volkgeist) menjadi sumber hukum.

5.Sociological jurisprudence, Berpendapat, hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat, aliran ini memisahkan secara tegas antara the positive law dengan the
living law. Penganutnya, al. Eugen Ehrlich.

6.Realisme hukum, Berpendapat, hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol
sosial. Kepribadian manusia, lingkungan sosial, dan keadaan ekonomi.

2. Adapun tiga tahap perkembangan akal manusia menurut Comte, yakni : tahap teologis, tahap
metafisis dan tahap positif.

1.Tahap Teologis. Tahap ini merupakan tahapan palingawal dari perkembangan akal budi manusia. Pada
tahap ini manusia berusaha menerangkan segenap fakta kejadian dalam kaitannya dengan teka-teki
alam yang dianggapnya berupa misteri. Manusia tidak menghayati dirinya sebagai makhluk luhur dan
rasional, yang posisinya di dalam alam berada di atas makhluk-makhluk lain.

2.Tahap Metafisis. Tahap ini mulai melakukan perombakan atas cara berfikir lama, semua gejala dan
kejadian tidak lagi diterangkan dalam hubungannya dengan kekuatan yang bersifat supranatural dan
rohani.

3.Tahap Positiif. Pada tahap positif, gejala dan kejadian alam tidak lagi dijelaskan secara a priori,
melainkan berdasarkan pada observasi, eksperimen dan komparasi yang ketat dan teliti.
3. Adanya ketentuan hukum yang dibuat secara rasional menjadi pedoman bertingkah laku baik individu
– individu maupun pemerintah. Contoh praktek dalam kehidupan antara lain, pembuatan UU, KUHP,
KUHAP, PERPU, PERDA, kebijakan publik dan peraturan perundang undangan lainnya yang dibuat guna
untuk mengatur perilaku masyarakat demi kebaikan bersama.

Anda mungkin juga menyukai