Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gito Pamungkas

NPM : 010119308

UAS Filsafat Hukum

1. Pendapat Thomas Aquinas berkaitan erat dengan teologia. Aquinas berpendapat bahwa ada
dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama, yaitu pengetahuan alamiah yang berpangkal
pada akal dan pengetahuan iman yang berpangkal pada wahyu Ilahi. Menurut Aquinas ada
empat macam hukum, yaitu:
 Lex Aeterna, merupakan rasio Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan merupakan
sumber dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
 Lex Divina, bagia dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia berdasarkan
waktu yang diterimanya.
 Lex Naaturalis, inilah yang dikenal sebagai hukum alam dan merupakan penjelmaan
dari rasio manusia.
 Lex Posistivis, hukum yang berlaku merupakan pelaksanaan hukum alam oleh
manusia berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia. Hukum
ini diwujudkan ke dalam kitab-kitab suci dan hukum positif buatan manusia.
Sementara aliran Hukum alam yang muncul pada abad 12 dan 13 yang dimana pendapat
Immanuel kant tentang Hukum adalah Sintetis dari Rasionalisme Empiris dapat
memunculkan pemikiran manusia, yang berasal dari rasio tersebut. Dalam hal ini tidak
perlu harus dilihat dari pengalaman, serta dalam hal ini penilaian tidak harus berdasarkan
pengalaman, tapi apabila sesuatu itu di anggap tidak masuk akal, setiap orang pasti akan
menguasai sesuatu kalau dia ingin mempelajari , ketika seseorang mempelajari hal tersebut
dapat memunculkan pengalaman.
Misalnya, Seseorang harus berpengalaman dalam hal menguasai ilmu tersebut.
Immanuel Kant juga berpendapat sebetulnya semua orang bisa hal tersebut, tidak harus
yang berpengalaman saja, dalam hal ini rasionya dihubungkan dengan empiris, apa yang
dilihat dari kenyataannya di luar dari kehidupan. Misalnya seseorang bisa sukses bukan
karena dari pengalaman, tetapi kalau seseorang tersebut giat melakukan hal tersebut dan
mau mempelajarinya orang tersebut akan sukses dibidang tersebut, tidak perlu
berpengalaman yang banyak tentang hal tersebut. Hal tersebut yang di maksud Immanuel
kant. Aliran dari Immanuel kant masuk kedalam aliran hukum alam, dalam hal ini aliran
hukum alam terbagi bagi jenisnya yaitu masih di pengaruhi oleh hal hal irasional dari
Thomas Aquinas dan Aliran Hukum alam yang sudah Rasional dari Grotius dan Immanuel
Kant, jadi sesuatu dari kehidupan tersebut sudah di anggap didasari dengan hal-hal yang
bersifat rasional, yang irasional sudah di kesampingkan serta harus melihat dari
kenyataanya. Hal tersebut yang di maksud dengan Sintetis dari Rasionalisme Empiris.

2. Hans Kelsen dan John Austin mengemukakan konsepsi negara hukum dengan pandangan
bahwa hukum merupakan perintah dari pemegang kekuasaan tertinggi atau dari pemegang
kedaulatan. Menurutnya hukum adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur makhluk
berpikir, perintah itu disatukan oleh makhluk berpikir yang memegang dan mempunyai
kekuasaan. Pandangan ini memisahkan antara keadilan dan hukum. Hukum didasarkan
pada kehendak kuasa tanpa berpatokan pada nilai-nilai baik atau buruk.
Pandangan lainnya dikemukakan oleh Hans Kelsen dengan teorinya pure theory of law
atau teori hukum murni yang menganggap suatu sistem sebagai suatu bangunan yang
bertingkat dari kaedah-kaedah dimana suatu kaedah tertentu akan dapat dicari sumbernya
pada kaedah hukum yang lebih tinggi derajatnya, kaedah tertinggi tersebut disebut
grundnorm. Menurut Kelsen, sistem hukum merupakan stufenbau daripada kaedah-kaedah.
Di puncak stufenbau terdapat grundnom yang merupakan kaidah dasar dari ketertiban tata
hukum nasional. Dinamakan teori hukum murni karena didalamnya menyatakan bahwa
hukum itu berdiri sendiri terlepas dari unsur-unsur non yuridis (aspek-aspek
kemasyarakatan yang lain).

3. Jeremy Bentham mempunyai prinsip the greatest happiness of the greatest number
(kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar) dan akhirnya menjadi jargon paham
utilitarianisme. Bentham dan Mill memiliki persamaan pandangan utilitarianisme yaitu:
Pertama, apa yang secara moral baik adalah hal-hal yang menghasilkan kebahagiaan atau
kemaslahatan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang (the greatest happiness for
the greatest number of people). Kedua, mereka tertarik untuk mengembangkan metode
rasional untuk menentukan pedoman moral dan mengasumsikan bahwa tujuan moralitas
adalah demi kebaikan kemanusiaan. . Ketiga, mereka tidak membuat klaim otoritas moral
itu dari Tuhan atau sesuatu yang metafisis tetapi didasarkan pengalaman apakah dapat
membahagiakan atau tidak.
Jadi menurut Jeremy Betham dalam aliran Utilitarianisme adalah bahwa manusia
bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Ukuran baik
menurut suatu perbuatan manusia tergantung pada perbuatan tersebut dapat mendatangkan
kebahagiaan. Sehingga inti pemikiran aliran utilitarianisme adalah meletakan kemanfaatan
sebagai tujuan dari norma hukum. Aliran utilitarianisme bagi dunia berpengaruh pada
pemikiran bahwa kaidah hukum memerlukan unsur pendekatan secara sosiologis dimana
perlunya asas kemanfaatan. Dengan pendekatan kemanfaatan tersebut, kaidah hukum
diharapkan tidak menjadi kaidah mati ataupun hanya sebagai kaidah yang dicita-citakan
(ius constituentum). Dengan demikian aliran ini mempengaruhi pada pengaplikasian
hukum di berbagai negara, sebagai contoh pada praktik penjatuhan hukuman terhadap
terpidana yang perlu mempertimbangkan asas kemanfaatannya. Artinya hukum sebagai
sarana untuk mengendalikan individu agar tujuannya sesuai dengan masyarakat.

4. Salah satu tokoh aliran sociological jurisprudence yaitu Roscoe Pound. Pound berpendapat
bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi
memenuhi kebutuhan sosial. Pound menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu
proses (law in action). Aliran sociological jurisprudence telah berusaha memperkenalkan
teori-teori dari metode-metode sosiologi dalam ilmu hukum.
Pelopor aliran ini yaitu Eugen Ehrlich memandang bahwa hukum positif hanya akan
efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (Living Law).
Kebaikan analisis ehrlich terletak pada usahanya untuk mengarahkan perhatian para ahli
hukum pada ruang lingkup sistem sosial. Teori ehrlich berguna untuk lebih memahami
hukum dalam konteks sosial

5. Seperti yang diketahui, aliran Realisme muncul bermula dari adanya penolakan terhadap
aliran positivisme. Begitupun aliran Pragmatik Legal Realism (Roscoe Pound) : “Law as a
tool of social engineering”. Hukum hanyalah merupakan salah satu alat pengendalian sosial
(social control), dan bahkan hukum selalu menghadapi tantangan dari pertentangan
kepentingan-kepentingan. Hukum dapat dijadikan sebagai alat untuk mengubah
masyarakat. Perubahan masyarakat dimaksud terjadi bila seseorang atau sekelompok orang
mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sehingga dengan kepemimpinan & kewenangan yang dimilikinya
tersebut dapat melakukan perubahan-perubahan. Engineering yang dimaksud disini adalah
perubahan-perubahan norma dan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat seiring dengan
terjadinya perubahan (perkembangan) kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri.
Menurut saya, artinya baik aliran realisme maupun aliran pragmatik legal realisme
adalah mazhab hukum yang identik karena sama-sama menentang aliran postivisme yang
terlalu kaku dan tidak sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Maka aliran
realsime/pragmatik legal realisme hadir untuk membuat hukum sesuai dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat dan sesuai pula dengan perkembangan ilmu dan teknologi bahkan
hukum bisa menjadi alat untuk merubah dan mengembangkan masyarakat berdasarkan
ilmu dan teknologi tersebut.
Dengan konsep hukum tersebut, maka hukum dapat berperan dalam merubah atau
memperbaharui perilaku / sikap serta cara berpikir (mindset) anggota masyarakat dari
pemikiran tradisionil ke arah pemikiran yang modern / maju, sehingga perubahan dalam
masyarakat akan berjalan dengan tertib. Contohnya UU No.16 Tahun 2019 tentang
Perkawinan dimana salah satu syarat untuk melakukan perkawinan adalah usia, yaitu baik
pria maupun wanita berusia minimal 19 tahun. Hal ini memperbaharui sikap dan cara
berpikir masyarakat untuk melakukan pernikahan setelah berusia 19 tahun.
Dengan konsep hukum ini pula, maka hukum dapat berperan untuk mengendalikan dan
menunjang pembangunan. Jadi hukum tidak hanya bertujuan untuk mencapai ketertiban
dan keadilan saja, tetapi dapat pula berfungsi sebagai sarana untuk merubah masyarakat.
Sebagai contoh, pemberlakukan UU ITE yang berusaha untuk merubah pola perilaku
masyarakat melalui peraturannya khususnya dalam bidang informasi transaksi elektronik
sehingga terjadinya kondisi tertib sosial yang ada pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai