Anda di halaman 1dari 3

Teori Hukum Alam, Positif, dan Utilitarianis

Para filsuf Yunani kuno mengamati bahwa alam ini memiliki keteraturan dan
menyimpulkan bahwa keteraturan dari alam itu memiliki tujuan tertentu. Manusia sebagai bagian
dari alam, tentunya juga memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan alam. Teori hukum alam
diperkenalkan oleh filsuf Yunani seperti Zeno, dia berpendapat bahwa Hukum abadi suatu
tatanan rasional dan memiliki maksud tertentu yang mengatur alam semesta. Hukum abadi
merupakan hukum akal budi kosmos (the law of reason of the cosmos). Kemudian cara untuk
hidup sesuai dengan tatanan hukum Abadi Inilah yang disebut hukum alam. Pengertian teori
hukum alam secara teologis diperkenalkan oleh Aquinas yang memasukkan hukum alam ini ke
ajaran gereja Menurut Aquinas hukum Abadi itu dimaknai sebagai kebijakan Ilahi yang
mengalahkan semua tindakan manusia. Hukum alam berarti turut serta nya manusia sebagai
makhluk berakal kedalam hukum Abadi. manusia dan akalnya adalah ciptaan Tuhan sehingga
dengan akal tersebut kita bisa menangkap Hukum Abadi walaupun tidak seluruhnya. Sedangkan
teori hukum alam rasional diungkapkan dan diperkenalkan oleh Hugo de Groot atau Grotius
yang menganggap bahwa prinsip-prinsip hukum berasal dari akal intelektual manusia, oleh
karenanya prinsip hukum alam tidak berkaitan dengan perintah Tuhan. Tuhan pun tidak bisa
mengubahnya. Tuhan sebagai pencipta hubungannya dengan hukum alam hanya sebatas pencipta
semata, penjabaran dari hukum alam sendiri dilakukan oleh manusia
Dari berbagai pendapat filsuf Yunani kita dapat mengetahui bahwa hukum alam adalah
hukum yang bersumber dari alam semesta dan Wahyu dari Tuhan dan dijabarkan oleh akal dan
pikiran manusia. Hukum alam merupakan asas-asas umum yang mencangkup nilai-nilai di
masyarakat. hukum alam ini lebih menekankan kepada keadilan kemanfaatan kemanusiaan yang
yang dianut oleh seluruh manusia di dunia.
Kelebihan dari hukum alam adalah dimana hukum tidak dibatasi oleh kekuasaan. Akan
tetapi hukum tumbuh dari nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh manusia. Nilai-nilai yang lebih
bersifat keadilan kemanfaatan dan kemanusiaan. Maka hukum alam ini adalah produk dari
rasionalitas dan hati nurani manusia yang didapat dari Wahyu Tuhan.
Tetapi hukum alam memiliki kelemahan. kelemahanya adalah hukum alam lebih menekankan
kepada nilai-nilai sehingga hukum akan sulit diterapkan. Hukum alam adalah hukum yang
terlalu ideal yang hanya ada di dalam kitab suci yang Bahkan masyarakat sendiri tidak paham
mengapa peraturan tersebut diwajibkan.Pelaksana hukum alam harus benar-benar orang yang
mengerti nilai-nilai keadilan kemanfaatan kemanusiaan dan tidak boleh mengutamakan nafsu
semata. Ketika hukum alam ini dilaksanakan oleh penguasa maka ada kemungkinan terjadi ke
semena-mena atau kekuasaan yang absolut dengan mengatasnamakan Tuhan sebagai dasarnya..
maka dari itu hukum alam ini adalah hukum yang terlalu ideal dan pada faktanya sulit sekali
dilaksanakan oleh para penguasa.
Disaat hukum alam yang idealis maka untuk mewujudkan ketertiban keamanan dan
kepastian dalam masyarakat muncullah teori hukum positif. Hukum positif harus terbebas Dari
anisir non yuridis. Hukum identik dengan hukum positif yang berlaku. Aliran ini mengharuskan
pemisahan antara hukum dan moral secara tegas, di mana adanya memberlakukan Das sollen
dan Das sain. Austin adalah Pelopor dari aliran hukum positif yang menyatakan bahwa hukum
adalah perintah dari penguasa negara. Dia berpendapat bahwa hukum sebagai suatu sistem yang
logis dan tertutup. Hukum adalah perintah yang mewajibkan seseorang atau beberapa orang
saja . Pihak penguasa berhak menentukan apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang. Serta
mampu menegakkan hukum dengan cara menakut-nakuti dan mengarahkan tingkah laku orang
lain sesuai dengan keinginannya. Hukum adalah perintah yang bersifat memaksa yang dapat
bijaksana dan adil atau sebaliknya. Sedangkan menurut Hans Kelsen berpendapat bahwa hukum
harus bersih dari ansir non yuridis seperti sosiologis, politis, historis, dan etnis. Hukum adalah
suatu kategori keharusan ideal, bukan kategori faktual. hukum seharusnya mengatur tingkah laku
manusia sebagai makhluk rasional. Meskipun hukum itu harus ideal namun yang digunakan
adalah hukum yang positif bukan hukum yang dicita-citakan.
Secara garis besar hukum positif tercipta untuk bisa Wujudkan hukum yang ideal. di
mana hukum positif lebih menekankan kepada cara manusia untuk memperoleh keadilan,
kemanfaatan, dan kemanusiaan melalui kepastian, ketertiban, dan keamanan. hukum positif
adalah produk dari penguasa di mana sumbernya adalah kontrak sosial. Teori positivisme
mengatakan bahwa hukum positif ada, haruslah ada negara yang menjalankannya. Sumber dari
hukum positif adalah undang-undang yang dibuat oleh lembaga atau pemerintahan yang ditunjuk
oleh masyarakat dan diberi kewenangan untuk membuat peraturan.
Hukum positif memiliki kelebihan yaitu memberikan jaminan dan kepastian hukum di
masyarakat. Hukum positif bisa mengatur ketertiban dan keamanan di masyarakat karena sifat
hukum positif ini memaksa. Artinya hukum ini lebih efektif dan lebih mudah untuk diterapkan di
masyarakat. Hukum positif menciptakan keteraturan di masyarakat dengan lebih mudah.
Tapi hukum positif ini memiliki kelemahan di mana parahpencetus teori hukum
positivisme mengatakan, bahwa hukum harus dijalankan oleh negara. Padahal sejak dulu
sebelum adanya negara manusia sudah memiliki hukum. Dan masyarakat-masyarakat terpencil
yang belum terjangkau oleh negara pun sudah memiliki hukum yang biasa disebut Living Law
Selain itu hukum positif menjadi hukum yang bersumber dari penguasa dimana sumber
utamanya adalah akal manusia yang bisa jadi itu adalah hanya nafsu manusia dan keinginan
semata. Hukum positivisme tidak memuat kebenaran tapi hanya memuat kepentingan-
kepentingan dari penguasa saja. dan penguasa bisa sewenang-wenang dalam membuat aturan
hukum yang sesuai dengan kepentingan dan nafsunya saja.
Selain teori hukum positivisme ada juga teori hukum Utilitarianisme Teori ini digagas
oleh Jeremy Betham kemunculan Teori utilitarianisme adalah bentuk reaksi terhadap konsepsi
hukum alam pada abad ke-18 dan abad ke-19 yang mengecam konvensi hukum alam karena
menganggap bahwa hukum alam tidak kabur dan tidak tetap. Betham menganggap bahwa
hukum alam adalah hukum yang abstrak, idealis, dan sulit untuk diwujudkan Oleh karena itu,
untuk mewujudkan teori yang konkrit, materialis, dan mendasar dan serta mudah untuk
dipraktikkan dalam masyarakat dibuatlah teori utilitarianisme. Hukum dapat dibenarkan jika
pelaksanaannya mengkristalisasikan dua efek utama yakni konsekuensi hukum itu ialah
mencegah agar di masa depan kejahatan terhukum tidak akan terulang lagi. Kedua hukuman
itu memberikan rasa puas bagi si korban maupun orang lain. Utilitarianisme adalah teori etika
normatif yang menentukan bahwa kebaikan adalah tindakan yang memaksimalkan
kebahagiaan dan kesejahteraan semua orang. Utilitarianisme adalah aliran hukum yang
menempatkan kemanfaatan sebagai tujuan utama dari hukum yaitu The greatest happiness for
the great number yang artinya kebagian sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang.
Tidak seperti hukum positivis yang lebih menekankan kepada ada kepastian, ketertiban, dan
keamanan. Utilitarianisme ini lebih mengutamakan yang tindakan yang dapat dikatakan baik
apabila tindakan yang bermanfaat dan menguntungkan tidak hanya sekedar pada kepastian
hukum saja. Artinya setiap peraturan yang dibuat haruslah membuat sebanyak-banyaknya
orang bahagia.
Kelebihan dari teori ini adalah dimana teorinya rasional dan universal rasionalnya adalah
kepentingan orang banyak memang lebih berharga dibandingkan dari kepentingan individu.
secara universal Teori ini juga mengedepankan bahwa kebahagiaan harus diberikan kepada
ada semua orang atau  sebanyak-banyaknya orang.
 Tetapi teori ini menuai kritikan dimana utilitarianisme hanya menekankan pada tujuan
yaitu kemanfaatan, pencapaian kebahagiaan duniawi dan mengabaikan aspek aspek
ketuhanan dan kerohanian. Utilitarianisme juga mengorbankan prinsip keadilan di mana yang
terpenting adalah saat semua orang bahagia. Maka jika ada mayoritas yang bahagia kita bisa
mengabaikan atau mengambil hak minoritas untuk kebahagiaan mayoritas. Hak-hak dari
individu kemudian dipertanyakan dalam teori utilitarianisme, karena teori ini hanya
mengedepankan kebahagiaan mayoritas atau kebahagiaan terbanyak.

Anda mungkin juga menyukai