Anda di halaman 1dari 5

PAPER FILSAFAT HUKUM TENTANG ALIRAN HUKUM

ALAM DAN PENGARUHNYA TERHADAP HUKUM POSITIF DI INDONESIA


Diajukan untuk memenuhi tugas Filasafat Hukum Kelas B

Disusun Oleh:
M Raihan Fadhali 2087023
Jennifer Debora 2087039
Debby Putri 2087042
Gabriel Kalalo 2087056

JURUSAN ILMU HUKUM


MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran Hukum Alam merupakan salah satu aliran dalam Filsafat hukum. Aliran
ini telah berkembang sejak 2.500 tahun yang lalu. Aliran atau Mazhab Hukum
Alam merupakan aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran manusia tentang
hukum. Aliran ini berpandangan bahwa selain hukum positif (hukum yang
berlaku di masyarakat) yang merupakan buatan manusia, masih ada hukum
yang lain yaitu hukum yang berasal dari Tuhan. Aliran Hukum Alam timbul
karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang absolut.
Menurut para Penganut aliran ini, Hukum Alam bersifat universal dan abadi,
berlaku sepanjang masa dan berlaku bagi semua bangsa. Hukum Alam
dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia,
sehingga hukum yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan
Hukum Alam. Menurut Sumbernya Aliran Hukum Alam dibedakan menjadi dua
macam, yaitu Irasional dan Rasional. Aliran Hukum Alam Irasional
berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu langsung
bersumber dari Tuhan, sedangkan Aliran Hukum Alam Rasional berpendapat
bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.

B. Identifikasi Masalah
1. apa itu aliran hukum alam?
2. bagaimana aliran hukum alam mempengaruhi hukum positif di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Hukum Alam


Teori hukum alam (the natural right/natural law) dikenalkan pertama kali oleh
Aristoteles. Aristoteles membagi sifat hukum ke dalam hukum yang bersifat
khusus dan universal. Hukum bersifat khusus yang dimaksud adalah hukum
positif, yang dengannya suatu negara tertentu dijalankan. Sementara hukum
yang bersifat universal adalah hukum alam, yang dengannya prinsip-prinsip
yang tidak tertulis diakui oleh semua umat manusia. Namun, pemikir setelahnya
lah yang mengembangkan lebih jauh teori hukum alam ini, seperti Kaum Stoa,
Thomas Aquinas, Cicero dan Hugo Grotius. Teori hukum alam seringkali
digunakan sebagai landasan moral dan filosofis dalam mengkaji isu tertentu.
Pada umumnya cita-cita hukum itu dianggap adalah keadilan. Disinilah muncul
pertanyaan-pertanyaan pokok tentang hubungan antara keadilan dan hukum
positif. Peranan yang dimainkan oleh prinsip keadilan dalam perundang-
undangan, pengadilan dan sebagainya. Aliran hukum semacam ini sering dikenal
sebagai ilmu hukum etis atau filsafat hukum alam. Aliran pikiran ini erat
hubungannya dengan pendekatan secara religious atau metafisis filosofis.
Filsafat hukum alam dimulai sejak filsuf-filsuf Yunani pertama hingga zaman kita
sekarang ini. Filsafat ini mencapai klasiknya dalam sistem-sistem rasionalitas
yang besar dalam abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Sesudah reaksi dari
mazhab sejarah dan positivis dalam abad kesembilan belas filsafat hukum alam
telah mendapat pengaruh lagi dalam abad sekarang ini. Dasar filosofisnya
pertama-tama dan secara utama adalah filsafat Skolastik Katholik yang
diteruskan dalam hukum alam kaum Thomis, dan berbagai perkembangan dari
sistem-sistem Kant dan Hegel. Teoriteori mengenai hukum alam juga telah
menemukan dasar dalam mazhab-mazhab filsafat lainnya.
Hukum yang harus ditaati demi keadilan di bagi dalam hukum alam dan hukum
positif. Dengan ini untuk pertama kalinya muncul suatu pengertian hukum alam
merupakan aturan semesta alam, dan sekaligus aturan hidup bersama melalui
undang-undang. Dalam filsafat kaum sofis hukum alam di tafsirkan sebagai
hukum yang paling kuat, yang sebetulnya tidak bias di sebut hukum, yang di
sebut hukum alam di sini adalah tidak lain dari pada kekuasaan dan kekerasan.
Dalam pemikiran Aristoteles, hukum alam di tanggapi sebagai suatu hukum yang
berlaku dengan sendirinya. Hukum alam itu di bedakan dari hukum positif yang
seluruhnya tergantung dari ketentuan manusia. Umpamanya bila hukum alam
menuntut sumbangan bagi setiap warga Negara bagi kepentingan umum, jenis
dan besarnya sumbangan tersebut di tentukan oleh hukum positif. Yakni dalam
Undang-undang Negara. Undang-undang itu baru berlaku sesudah ditetapkan
dan diresmikan isinya oleh instansi yang berwibawa.

B. aliran hukum alam mempengaruhi hukum positif di Indonesia.


Aliran hukum positif dan hukum alam diigambarkan saling bertentangan.
Teoriteori idealistis hukum alam di samping didasarkan pada prinsip keadilan,
juga berkaitan dengan hukum yang seharusnya. Sedangkan aliran hukum positif
diilhami oleh pandangan tentang hukum yang bertentangan. Positivisme analitik
memfokuskan ./ pada analisa dan hubungan hukum berdasarkan secara ketat,
apa yang nyata dan apa yang seharusnya, sehingga terpisah dari keadilan.
Positivisme pragmatis memandang fakta sosial sebagai unsur yang menentukan
konsep hukum. Bagi positivisme analitik, hukum berarti perintah dari penguasa.
Sedangkan positivisme pragmatik menganggap bahwa hukum tunduk kepada
masyarakat. Aliran positivisme hukum merupakan korban ketegangan dan
konflik. Positivisme analitik dipisahkan dari keadilan dan etika, sedangkan
hukum alam hadir sebagai hukum yang ideal dan lebih tinggi untuk digunakan
sebagai standar keadilan. Oleh karena hukum alam didasarkan kepada akal,
maka tidak dapat bertahan. Terdapat pemisahan antara apa yang “nyata” dengan
apa yang “seharusnya”, sehingga sulit terjadi titik temu antara hukum positif dan
hukum alam. Hukum Islam mengkombinasikan hukum sebagai “adanya” dan
yang “seharusnya”, sekaligus mempertahankan perintah dan keadilan. Sebagai
perintah Tuhan, maka hukum Islam adalah hukum positif. Oleh karena
memberikan perhatian khusus kepada keadilan, maka hukum Islam bersifat
ideal. Jadi, dapat digambarkan secara tepat sebagai hukum positif dalam bentuk
ideal. Dalam hukum Islam, positivisme dan idealisme, tidak hanya sekedar dapat
dikombinasikan, tetapi harmonis satu sama lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya aliran hukum alam dapat dibedakan dalam dua macam: (1) irasional,
dan (2) rasional. Aliran hukum irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal
dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Sebaliknya, aliran hukum rasional
berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
Aliran hukum positif dan hukum alam diigambarkan saling bertentangan. Teori-teori
idealistis hukum alam di samping didasarkan pada prinsip keadilan, juga berkaitan dengan
hukum yang seharusnya. Sedangkan aliran hukum positif diilhami oleh pandangan tentang
hukum yang bertentangan. Positivisme analitik memfokuskan diri pada analisa dan
hubungan hukum berdasarkan secara ketat, apa yang nyata dan apa yang seharusnya,
sehingga terpisah dari keadilan. Positivisme pragmatis memandang fakta sosial sebagai
unsur yang menentukan konsep hukum. Bagi positivisme analitik, hukum berarti perintah
dari penguasa. Sedangkan positivisme pragmatik menganggap bahwa hukum tunduk kepada
masyarakat. Aliran positivisme hukum merupakan korban ketegangan dan konflik.

Anda mungkin juga menyukai