Anda di halaman 1dari 2

Nama : Septian Kurniawan Matkul : Filsafat Hukum

Kelas : V.356 Dosen : St. Mahmud Syaukat, SH.,MH


NIM : 2016020908

Jawaban Pertanyaan No. 1

Secara historis zaman terus berkembang melalui hierarkis perkembangan yang terus diiringi
dengan perubahan sosial, dimana dua hal ini akan selalu beriringan. Keberadaan manusia yang
dasar pertamanya bebas menjadi hal yang problematik ketika ia hidup di dalam
komunitas sosial. Kemerdekaan ini akan berbenturan dengan kemerdekaan individu lainnya
bahkan dengan makhluk yang lain. Maka muncullah tata aturan, norma, nilai-nilai yang
menjadi kesepakatan universal yang ditaati. Di sinilah hukum muncul dalam peradaban
manusia untuk menjunjung tingi nilai-nilai kemanusiaan. Kemudian ketika hukum itu
diberi jawaban atau tanggapan berbeda-beda oleh para akademisi kemudian diikuti oleh
masyarakatnya, maka dari sinilah akan muncul aliran-aliran dalam hukum itu sendiri. Aliran-
aliran hukum tersebut disebut sebagai Mazhab Hukum.

Jawaban Pertanyaan No. 2

Mazhab Hukum alam adalah suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak dari
keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak boleh diganggu. Apabila keadilan itu
terganggu akan menimbulkan reaksi manusia yang akan berusaha untuk mengembalikan
kepada situasi semula yaitu situasi yang adil menurut pandangan orang yang berpikir
sehat. Hukum alam adalah hukum yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada pandangan manusia.
b. Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja.
c. Bersifat universal artinya berlaku bagi semua orang.
Berlaku di semua tempat atau berlaku di mana saja tidak mengenal batas tempat.
d. Bersifat jelas (dengan sendirinya) bagi manusia.

Menurut sumbernya, aliran hukum alam dapat dibagi dua macam yaitu: Irasional dan
Rasional. Aliran hukum yang irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal
dan abadi itu bersumber dari tuhan secara langsung. Sebaliknya, aliran hukum alam yang
rasional berpendapat bahwa sumber hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio
manusia.

Jawaban Pertanyaan No. 3

Ciri-ciri Hukum Positif :


a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Makna pemisahan antara hukum dan moral dapat dimaknai sebagai beikrut :

1. jika sebuah tatanan hukum dinilai bermoral atau tidak bermoral, adil atau tidak adil,
maka penilaiannya ini mengungkapkan hubungan antara tatanan hukum dengan salah
satudari banyak sistem moral yang mungkin ada namun tidak dengan sistem moral yang
sebenarnya, dan karena itu hanya merupakan pertimbangan nilai yang relative.
2. validitas sebuah tatanan hukumpositif tidak tergantung pada kesesuaiannya dengan
beberapa sistem moral.

Teori relativitas seringkali disalampahami sebagai teori dan nilai-nilai keadilan tidak ada. teori ini
lebih bermakna bersifat relative, bukan mutlak, bahwa keadilan tidaklah mutlak. Jelas bahwa
moral yang relative tidak menyediakan standart mutlak untuk mengevaluasi hukum positif.
Standart evaluasi semacam itu sama halnya dengan tidak adanya standart yang demikian,
dikarenakan dalam sistem moral dapat berfungsi seperti itu. Namun kita mesti berhati-hati
dalam menilai tatanan hukum positif dari sudut pandang moral yang menyatakan bahwa
standart penilaian itu bersifat relative dan menggunakan suatu evaluasi didasarkan pada sistem
moral yang berbeda, dan bahwa tatanan hukum yang dinilai sebagai tatanan yang tidak adil
berdasarkan satu sistem moral, bisa saja dinilai adil oleh sistem yang lain.

Jawaban Pertanyaan No. 4

Pengertian paham Liberalisme adalah ideologi atau paham yang mengutamakan dan


menjunjung kebebasan individu serta hak-hak yang dimiliki setiap individu dalam berbagai
aspek kehidupan baik agama, politik, ekonomi, sosial dan berbagai aspek lainnya.

Jawaban Pertanyaan No. 5

Partai Komunis Indonesia dan organisasi underbouw-nya, serta ajaran komunisme, dilarang


di negeri ini berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS Tahun 1966.

Negara memandang komunis harus dibasmi dari bumi Indonesia. Masyarakat dilarang
berafiliasi dengan dan menyebarluaskan segala hal berbau komunisme, termasuk memakai
simbol komunis seperti palu-arit.

Penyebaran ajaran komunisme, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999


tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan
Terhadap Keamanan Negara, merupakan pelanggaran.

Selain itu, Pasal 2 Ketetapan MPRS Nomor XXV/1966 berbunyi, “Setiap kegiatan
menyebarkan atau mengembangkan paham atau ajaran komunisme/marxisme-leninisme
dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan penggunaan segala macam aparatur serta
media bagi penyebaran atau pengembangan faham atau ajaran tersebut, dilarang.”

Anda mungkin juga menyukai