Anda di halaman 1dari 4

A.

PRAPENUNTUTAN
• Prapenuntutan ialah tindakan Penuntut Umum untuk memberi petunjuk dlm
rangka penyempurnaan penyidikan oleh Penyidik.
• Dasar hukum yg berkaitan dgn prapenuntutan
a) Ps. 138 KUHAP
b) Pasal 110 ayat (1,2,3,4) KUHAP
c) Pasal 110 (1) KUHAP :
“Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera
menyerahkan berkas perkara itu kepada Penuntut Umum”
d) Pasal 110 (2) KUHAP:
“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tsb ternyata
masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara
itu kpd penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi”
e) PS. 110 (3) KUHAP
“Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi,
penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk
dari Penuntut Umum”
f) PS. 110 (4) KUHAP
“Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 hari Penuntut
Umum tdk mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu
tsb berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kpd
penyidik”.
pemeriksaan tambahan dapat dilakukan oleh jaksa. (Ps. 30 (1) butir e UU
Kejaksaan).
Terdapat 2 batasan pada pemeriksaan tambahan dalam suatu perkara :
· Berkas perkara tertentu
· Dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dgn penyidik, dgn memperhatikan:
tdk dilakukan terhadap tersangka, hanya terhadap perkara yg sulit
pembuktiannya/ meresahkan masyarakat, hrs diselesaikan dlm wktu 14 hari
stlh dilaksanakannya ketentuan ps. 110 dan ps. 138 (2) KUHAP
PENGERTIAN PRAPENUNTUTAN

Prapenuntutan adalah sebuah istilah baru yang diperkenalkan KUHAP. Akan tetapi di
dalam Pasal 1 yang berisi definisi-definisi istilah yang dipakai KUHAP tidak memuat
definisi prapenuntan.
Mengenai pengertian prapenuntan ini belum ada keseragaman pendapat antara para
ahli, sehingga tidak ada pendapat yang dapat dijadikan patokan. Kalau kita lihat Pasal
14 tentang prapenuntan maka kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
prapenuntan terletak antara dimulainya penyidkan yang dilakukan oleh penyidik sampai
penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim ke pengadilan).
Harjono Tjitrosubomo, dalam diskusi yang diadakan oleh Lembaga Bantuan Hukum
Surabaya tanggal 5 Desember 1981, juga mengatakan ketidakjelasannya tentang apa
yang dimaksud dengan prapenuntan itu. Dikatakan, polisi menyerahkan berkas yang
mungkin tidak lengkap atau kurang, jika tidak lengkap dikembalikan kepada polisi
dengan petunjuk-petunjuk apa yang kurang dan polisi melengkapinya lagi, hal ini
menyangkut ketentuan-ketentuan prosedur antara wewenang polisi dan jaksa. Dalam
pasal-pasal yang bersangkutan proses antara polisi sampai jaksa tidak ada kata-kata
yag menyebutkan prapenuntutan, lalu yang dimaksud dengan prapenuntan itu apa?
(Andi Hamzah, 1985:158).
Lebih lanjut Andi Hamzah (1985:158) menyatakan rupanya yang dimaksud dengan
prapenuntutan ialah:
“tindakan-tindakan penuntut umum untuk memberikan petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. Inilah yang terasa janggal, karena
memberi petunjuk untuk menyempurnakan penyidikan disebut prapenuntutan.
hal ini dalam aturan lama (HIR), termasuk penyidikan lanjutan”
Berdasarkan hal tersebut diatas Husein Harun (1991:45) berpendapat bahwa:
“pembuat undang-undang (Dewan Perwakilan Rakyat) hendak menghindari kesan
seakan-akan Jaksa atau Penuntut Umum itu mempunyai wewenang penyidikan
lanjutan,sehingga hal itu disebut prapeuntutan “
Andi Hamzah (1985:158) lebih lanjut mengatakan, bahwa “prapenuntutan merupakan
petunjuk untuk menyempurnakan penyidikan lanjutan”. Sekali lagi ternyata penyidikan
dan penututan tidak dipisahkan secara tajam.
Seandainya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana mengatur wewenang penuntut
umum untuk memanggil terdakwa untuk mendengar pembacaan atau penjelasan
tentang surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum, kemudian penuntut umum
mencatat apakah terdakwa telah mengerti dakwaan tersebut dan pada pasal undang-
undang pidana yang menjadi dasarnya sebelum penetapan hari sidang oleh hakim,
barulah hal itu disebut prapenuntutan (Andi Hamzah, 1985 :159).
Sehubungan dengan pengertian prapenuntutan ini M. Yahya Harahap (Andi Hamzah,
1985:158) memberikan penjelasan bahwa:
“pada penyerahan tahap pertama, penyidik secara nyata dan fisik menyampaikan
berkas perkara kepada Penuntut Umum, dan Penuntut Umum secara nyata dan
fisik menerimanya dari penyidik”.

Martiman Prodjohamijojo (Andi Hamzah, 1985:160) mengatakan bahwa:


“Prapenuntutan merupakan wewenang dari penuntut umum. apabila setelah ia
menerima dan memeriksa berkas perkara dari penyidik pembantu dan
berpendapat bahwa hasil penyidikan dengan disertai petunjuk-petunjuk
seperlunya (Pasal 14 KUHP ), dalam hal penyidik segera melakukan penyidikan
tambahan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh penuntut umum (Pasal
110 ayat (3) KHUP) dan apabila penuntut umum dalam 14 hari tidak
mengembalikan hasil penyidikan tersebut, maka dianggap selesai (Pasal 11 ayat
(4) KUHP) dan hal ini tidak BOLEH dilakukan prapenuntutan lagi”.

Memperhatikan rangkaian ketentuan pasal-pasal tersebut, maka yang dimaksud


dengan prapenuntutan adalah kewenangan dari penuntutan yang akan dilakukannya
dalam suatu perkara, dengan cara mempelajari/meneliti berkas perkara hasil penyidikan
yang diserahkan kepadanya guna melakukan penuntutan telah terpenuhi, maka ia
memberitahukan kepada penyidik bahwa hasil penyidikan itu sudah lengkap. sebaliknya
bila ternyata hasil penyidikan belum memenuhi persyaratan persyaratan penuntutan,
maka ia akan mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk
guna melengkapinya.

Setelah menguraian beberapa pengertian prapenuntutan dari beberapa ahli


hukum, terdapat persamaan-persamaan yang terletak pada:
a. bahwa yang dimaksud dengan prapenuntutan adalah tindakan pengembalian
berkas perkara yang dilakukan oleh penyidik guna melengkapi hasil penyidikannya.

b. bahwa tindakan prapenuntutan belum termasuk dalam lingkup penuntutan, tetapi


masih dalam lingkup penyidikan.

Anda mungkin juga menyukai