Anda di halaman 1dari 1

TOKOH SELEBEW

Jeremy Bentham dilahirkan di London tahun 1748. Ia hidup selama masa perubahan sosial, politik dan
ekonomi yang masif, juga mengikuti terjadinya revolusi di Perancis dan Amerika yang membuat
Bentham bangkit dengan teorinya. Ia banyak diilhami oleh David Hume dengan ajarannya bahwa
sesuatu yang berguna akan memberikan kebahagiaan.

Secara ringkas diketahui bahwa Jeremy Bentham, sebagai penemu aliran ini, banyak memberikan
kecaman-kecaman yang hebat atas seluruh konsepsi hukum alam. Bentham tidak puas dengan
kekaburan dan ketidak tepatan teori-teori hukum alam, dimana Utilitarianisme mengetengahkan salah
satu gerakan-gerakan periodik dari yang abstrak hingga yang konkret, dari yang idealistis hingga yang
materialistis, dari yang apriori hingga yang berdasarkan pengalaman. Gerakan aliran ini merupakan
ungkapan-ungkapan atau tuntutan-tuntutan dengan ciri khas dari abad ke-19. Adapun nama
“utilitarianisme” sendiri merupakan hasil dari buah pemikiran Bentham terhadap pertanyaan yang
diawali dengan “What is the use of it?’ atau apakah kegunaan dari sesuatu itu? Dengan mengemukakan
bahwa kebahagiaan terbesar adalah hal yang paling berharga. Bentham membangun sistem etika
dengan memegang prinsip manusia akan melakukan tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.

Bentham adalah seorang pejuang pembaharuan hukum yang gigih disebabkan oleh karena ia melihat
kekacauan di sekelilingnya. Inti pemikiran Bentham dinamakan “ultilitarianisme individual”.

Bentham menerapkan salah satu prinsip aliran utilitarianism ke dalam lingkungan hukum, yaitu :
manusia akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi
penderitaan. Sumbanganya yang paling banyak terletak di bidang kejahatan dan pemidanaan. Dalilnya
adalah, bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara sedemikian rupa sehingga ia mendapatkan
kenikmatan yang sebesar-besarnya dan menekan serendah-rendahnya penderitaan. Standar penilaian
etis yang dipakai di sini adalah apakah suatu tindakan itu menghasilkan kebahagiaan (Schur, 1968:33).
Pemidanaan, menurut Bentham, harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan dan seberapa kerasnya
pidana itu tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah dilakukannya penyerangan-
penyerangan tertentu. Pemidanaan hanya bisa diterima apabila ia memberikan harapan bagi
tercegahnya kejahatan yang lebih besar. Ukuran baik-buruknya suatu perbuatan manusia tergantung
kepada apakah perbuatan itu mendatangkan kebahagiaan atau tidak (Soerjono Soekanto, 1980 : 43).
Pemidanaan, menurut Bentham, harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan, dan berapa kerasnya
pidana itu tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah dilakukannya penyerangan-
penyerangan tertentu. Pemidanaan hanya bisa diterima apabila ia memberikan harapan bagi
tercegahnya kejahatan yang lebih besar (Satjipto Rahardjo, 1982 : 239). Ajaran seperti ini didasarkan
atas hedonistic utilitarianism (M.P. Golding 1978 : 75)

Anda mungkin juga menyukai