Anda di halaman 1dari 10

Utilitarianisme Dan Contohnya

Utiliatarianisme merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan meminimalkan biaya dan
mamaksimalkan keuntungan. Utilitarianisme dalam pengertian yang paling sederhana,
menyatakan bahwa tindakan atau kebijaksanaan yang secara moral benar adalah yang
menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi warga masyarakat. Utilitarianisme berasal dari
kata Latin, utilis yang berarti bermanfaat.
Menurut Weiss terdapat tiga konsep dasar mengenai utilitarianisme sebagai berikut :
Suatu tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan yang secara moral adalah benar
jika tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan itu membuat halterbaik untuk
banyak orang yang dipengaruhi oleh tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan.
Suatu tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan yang secara moral adalah benar
jika terdapat manfaat terbaik atas biaya biaya yang dikeluarkan, dibandingkan manfaat dari
semua kemungkinan yang pilihan yang dipertimbangkan.
Suatu tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan yang secara moral adalah benar
jika tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan itu secara tepat mampu memberi
manfaat, baik langsung ataupun tidak langsung, untuk masa depan pada setiap orang dan jika
manfaat tersebut lebih besar daripada biaya dan manfaat alternatif yang ada.
Walaupun dalam kesehariannya ada kritikan dari berbagai kalangan, bahwa utilitarianisme
kadang kala tidak bias di sandingkan dengan hak dan keadilan. Jika suatu perbuatan
membawa manfaat sebesar-besarnya untuk sebagian besar orang, maka menurut
utilitarianisme perbuatan itu harus dianggap baik. Akan tetapi, bagaimana bila perbuatan itu
serentak juga tidak adil bagi suatu kelompok tertentu atau melanggar hak beberapa orang atau
barangkali malah hanya satu orang? Jika mereka mau konsisten, para pendukung
utilitarianisme mesti mengatakan bahwa dalam hal itu perbuatannya harus dinilai baik. Jadi,
dengan kata lain, mereka harus mengorbankan keadilan dan hak kepada manfaat.
Contoh Utilitarianisme :
Kasus tentang Pewarna Pakaian yang digunakan pada makanan anak-anak. Sebagai contoh di
satu sekolah ada penjual jajanan anak-anak yang menjual agar-agar dan gulali (harum manis)
dan ternyata pewarna yang digunakan adalah pewarna pakaian dengan merek KODOK bukan
pewarna pasta makanan. Secara etis hal ini sangat tidaklah beretika, karena akan merugikan
orang lain namun dalam konsep utilitarinisme hal ini akan menghasilkan keuntungan yang
tidak sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan pewarna yang mahal dengan
pewarna yang murah.
Dengan demikian, kasus ini akan menyebabkan kerugian dan telah mengesampingkan hak
orang lain. Disinilah letak minus prinsip utilitarianisme walaupun menguntungkan pada salah
seorangnya.

Contoh Kasus Etika Utilitarianisme Beserta Teori Dan Analisisnya"


1. Contoh Kasus Etika Utilitarianisme:
Saya akan mengambil contoh kasus etika utitarianisme yang ada disekitar saya dan
memang sedang booming yaitu bisnis pembuatan komplek perumahan atau yang sering kita

kenal yaitu perumahan cluster. Bisnis ini memang sangat menguntungkan bagi para
pembuatnya, mereka bisa saja merauk keuntungan berjuta-juta dari hasil penjualan unit
rumahnya.
Ada sisi positif dan ada pula sisi negative dari bisins ini yaitu dilihat dari segi
positifnya mungkin bisa saja meramaikan atau menghidupkan roda ekonomi di sekitarnya.
Namun adapula sisi negativenya yaitu semakin buruk daerah resapan air serta daerah
kawasan hijau yang ditebang yang ada disekitar situ dan dari tiap tahun ketahun semakin
banyak bisinis pembuatan komplek perumahan ini yang mungkin bisa merusak lingkungan
apabila tidak tertata dengan baik,
2. Teori dan Analisisnya
Teori utilitarian mengatakan bahwa sustu kegistatan bisnis adalah baik dilakukan jika
bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen dan masyarakat di sekelilingnya.
Sesuai dengan teori utilitarianisme menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan
pengambilan keputusan ini perlu dievalusi menjadi tindakan yang benar. Sehingga
keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar harus dilakukan dengan produksi yang
benar sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat mengembalikan nama baik perusahaan
ke konsumen.
UTILITARIANISME
Pengertian Etika Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar
dari jumlah orang yang terbesar.
Utilitarianisme adalah tentang bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan
sosial politik, ekonomi dan legal secara moral. Dalam etika utilitarianisme, manfaat dan
kerugian selalu dikaitkan dengan semua orang yang terkait, sehingga analisi keuntungan dan
kerugian tidak lagi semata-mata tertuju langsung pada keuntungan bagi perusahaan.
Utilitarianisme , teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup
dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung
sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
a. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
b. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterpakan pada
perbuatan.Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.
Tokoh-Tokoh Aliran Utilitarianisme
Adapun tokoh-tokoh penganut aliran Utilitarianisme adalah Jeremy Bentham (17481783), John Stuar Mill (1806-1873), dan Rudolf von Jhering (1800-1889) yang masing-

masing mempunyai pandangan dan pemikiran tentang aliran hukum Utilitarianisme yang
akan diuraikan sebagai berikut :
1. Jeremy Bentham (1748-1832)
Jeremy
Bentham yang
terkenalsebagaisalahseorangtokohUtilitarianismehukum,
dilahirkan di London padatahun 1748. Bentham hidupselamamasaperubahansosial,
politikdanekonomi.Revolusiindustridenganperubahansosialdanekonomi yang masif yang
membuatnyabangkit, jugarevolusi di PerancisdanAmerikasemuamerefleksikanpikiran
Bentham.Pemikiranhukum Bentham banyakdiilhamiolehkarya David Hume (1711-1776)
yang
merupakanseorangpemikirdengankemampuananalisisluarbiasa,
yang
meruntuhkandasarteoritisdarihukumalam, di manaintiajaran Hume bahwasesuatu yang
bergunaakanmemberikankebahagiaan. Atasdasarpemikirantersebut, kemudian Bentham
membangunsebuahteorihukumkomprehensif di ataslandasan yang sudahdiletakkan Hume
tentangasasmanfaat. Bentham merupakan tokoh radikal dan pejuang yang gigih untuk hukum
yang dikodifiasikan, dan untuk merombak hukum yang baginya merupakan sesuatu yang
kacau. Ia merupakan pencetus sekaligus pemimpin aliran kemanfaatan. Menurutnya hakikat
kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan. Bentham
menyebutkan bahwa The aim of law is The Greatest Happines for the greatest number.
Dengan kata-kata Bentham sendiri, inti filsafat disimpulkan sebagai berikut :
Alam telah menempatkan manusia di bawah kekuasaan, kesenangan dan kesusahan. Karena
kesenangan dan kesusahan itu kita mempunyai gagasan-gagasan, semua pendapat dan
semua ketentuan dalam hidup kita dipengaruhinya. Siapa yang berniat untuk membebaskan
diri dari kekuasaan ini, tidak mengetahui apa yang ia katakan. Tujuannya hanya untuk
mencari kesenangan dan menghindari kesusahan... perasaan-perasaan yang selalu ada dan tak
tertahankan ini seharusnya menjadi pokok studi para moralis dan pembuat undang-undang.
Prinsip kegunaan menempatkan tiap sesuatu di bawah kekuasaan dua hal ini.
Prinsip-prinsip dasar ajaran Jeremy Bentham adalah sebagai berikut :
1. Tujuan hukum adalah hukum dapat memberikan jaminan kebahagiaan kepada individuindividu baru orang banyak. Prinsiputiliti Bentham berbunyi the greatest heppines of the
greatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnyauntuksebanyak-banyaknya orang).
2. Prinsip itu harus diterapkan secara kuatitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama.
3. Untuk mewujudkan kebahagiaan individu dan masyarakat maka perundang-undangan harus
mencapai empat tujuan :
a. To provide subsistence (untukmemberinafkahhidup)
b. To Provide abundance (untukmemberikannafkahmakananberlimpah)
c. To provide security (untukmemberikanperlindungan)
d. To attain equity (untukmencapaipersamaan)
Bentham mendefinisikan kegunaan (utilitas) sebagai segala kesenangan, kebahagiaan,
keuntungan kebajikan, manfaat atau segala cara untuk mencegah rasa sakit, jahat, dan
ketidakbahagiaan. Beberapa pemikirannya pentingnya yaitu :
1. Hedonisme kuantitatif (paham yang dianut orang-orang yang mencari kesenangan sematamata secara kuantitatif bahwa hanya ada semacam kesenangan, dimana kesenangan hanya
berbeda secara kuantitatif yaitu menurut banyaknya, lama dan intensitasnya sehingga
kesenangan adalah bersifat jasmaniah dan berdasarkan penginderaan.

2. Summun bonum yang bersifat materialistik berarti bahwa kesenangan-kesenangan bersifat


fisik
dan tidak mengakui kesenangan spritual dan menganggapnya sebagai kesenangan
palsu.
3. Kalkulus hedonistik (hedonistik calculus) bahwa kesenangan dapat diukur atau dinilai dengan
tujuan untuk mempermudah pilihan yang tepat antara kesenangan-kesenangan yang saling
bersaing. Seseorang dapat memilih kesenangan dengan jalan menggunakan kalkulus
hedonistik sebagai dasar keputusannya. Adapun kriteria kalkulus yaitu : pertama, intensitas
dan tingkat kekuatan kesenangan, kedua, lamanya berjalan kesenangan itu, ketiga, kepastian
dan ketidakpastian yang merupakan jaminan kesenangan, keempat, keakraban dan jauh
dekatnya kesenangan dengan waktu, kelima, kemungkinan kesenangan akan mengakibatkan
adanya kesenangan tambahan berikutnya, keenam, kemurnian tentang tidak adanya unsurunsur yang menyakitkan, ketujuh, kemungkinan berbagi kesenangan dengan orang lain.
Disamping itu ada sanksi untuk menjamin agar orang tidak melampaui batas dalam mencapai
kesenangan yaitu : sanksi fisik, sanksi politik, sanksi moral atau sanksi umum dan sanksi
agama atau sanksi kerohanian.
Kelemahan
karya
Bentham
dikarenakan
dua
kekurangan,
yaitu : Pertama, rasionalitas Bentham yang abstrak dan doktriner, yang mencegah melihat
orang sebagai keseluruhan yang kompleks, sebagai campuran materialisme dan idealisme,
bangsawan dan golongan rendah, egoisme yang menyebabkan Bentham melebih-lebihkan
kekuasaan-kekuasaan
pembuat
undang-undang
dan
meremehkan
perlunya
menginduvidualisasikan kebijaksanaan dan keluwesan dalam penerapan hukum. Begitu besar
kepercayaannya yang naif akan sifat umum dan prinsip-prinsip kodifikasi ilmiah, sehingga ia
bekerja dengan antusiasisme yang sama dan tidak menghiraukan perbedaan-perbedaan
nasional dan historis. Kedua, adalah akibat kegagalan Bentham untuk mengembangkan
dengan jelas konsepsinya sendiri mengenai keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan mayarakat. Bentham percaya bahwa kepentingan-kepentingan yang tak terbatas
dari individu-individu yang sangat luar biasa banyaknya secara otomatis berakibat bagi
kepentingan-kepentingan masyarakat tetapi Bentham tidak menjelaskan mengapa demikian.
2. John Stuar Mill (1806-1873)
Penganut aliran Utilitarianisme selanjutnya adalah John Stuar Mill. Sejalan dengan
pemikiran Bentham, Mill memiliki pendapat bahwa suatu perbuatan hendaknya bertujuan
untuk mencapai sebanyak mungkin kebahagian. Menurut Mill, keadilan bersumber pada
naluri manusia untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri
maupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari kita, sehingga hakikat keadilan
mencakup semua persyaratan moral yang hakiki bagi kesejahteraan umat manusia. Mill
setuju dengan Bentham bahwa suatu tindakan hendaklah ditujukan kepada pencapaian
kebahagiaan, sebaliknya suatu tindakan adalah salah apabila menghasilkan sesuatu yang
merupakan kebalikan dari kebahagiaan. Lebih lanjut, Mill menyatakan bahwa standar
keadilan hendaknya didasarkan pada kegunaannya, akan tetapi bahwa asal-usul kesadaran
akan keadilan itu tidak diketemukan pada kegunaan, melainkan pada dua hal yaitu
rangsangan untuk mempertahankan diri dan perasaan simpati. Menurut Mill keadilan
bersumber pada naluri manusia untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik
oleh diri sendiri maupun oleh siapa saja yang mendapat simpati dari kita. Perasaan keadilan
akan memberontak terhadap kerusakan, penderitaan, tidak hanya atas dasar kepentingan
individual, melainkan lebih luas dari itu sampai kepada orang lain yang kita samakan dengan

diri kita sendiri, sehingga hakikat keadilan mencakup semua persyaratan moral yang sangat
hakiki bagi kesejahteraan umat manusia.
Namun demikian, Mill juga mengkritik pandangan Bentham, Pertama, bahwa
kesenangan dan kebahagiaan harus diukur secara kuantitatif. Mill berpendapat bahwa kualitas
kebahagiaan harus dipertimbangkan juga, karena ada kesenangan yang lebih tinggi mutunya
dan ada yang rendah. Kedua, bahwa kebahagian bagi semua orang yang terlibat dalam suatu
kejadian, bukan kebahagian satu orang saja yang bertindak sebagai pelaku utama,
kebahagiaan satu orang tidak boleh dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain.
Peran Mill dalam teori hukum terletak dalam penyelidikan-penyelidikannya mengenai
hubungan-hubungan keadilan, kegunaan, kepentingan-kepentingan individu dan kepentingan
umum. Penyelidikannya tentang sifat keadilan dan hubungannya dengan kegunaan dan
memahami bahwa secara tradisional gagasan yang abadi tentang keadilan dan ketidakadilan
bertentangan dengan gagasan-gagasan mengenai kegunaan dan kepentingan. Ia dengan tepat
mengamati bahwa sebenarnya tidak ada yang lebih tidak tetap dan kontroversial daripada arti
keadilan itu sendiri. Mill mencoba mensintesakan antara keadilan dan kegunaan,
hubungannya yang mengejutkan yakni rasa adil pada hakikatnya itu berarti perasaan individu
akan keadilan yang membuat individu menyesal dan menginginkan membalas dendam
kepada setiap sesuatu yang tidak menyenangkannya, hal ini diredakan dan diperbaiki oleh
perasaan sosialnya.
Mill juga menghubungkan keadilan dengan kegunaan umum yang mempunyai
pendekatan yang berbeda dengan Bentham. Tekanannya berubah yakni atas kepentingan
individu ke tekanan atas kepentingan umum dan kenyataannya ialah bahwa kewajiban lebih
baik daripada hak, atau mencari sendiri kepentingan atau kesenangan yang melandasi konsep
hukumnya. Tetapi pertentangan antara kepentingan sendiri dan kepentingan bersama
ditiadakan dalam teorinya dengan mengadu domba naluri intelektual dengan naluri nonintelektual dalam sifat manusia. Kepedulian pada kepentingan umum menunjuk pada naluri
intelektual, sedangkan pengagungan kepentingan sendiri menunjuk pada naluri nonintelektual sehingga menghasilkan kesimpulan yang sama dan menakjubkan dalam
meniadakan dualisme antara kepentingan individu dan kepentingan sosial dan perasaan
keadilannya.
3. Rudolf von Jhering (1800-1889)
Penganut aliran Utilitarianisme selanjutnya adalah Rudolf von Jhering dikenal sebagai
penggagas teori Sosial Utilitarianisme atau Interessen Jurisprudence (kepentingan). Teorinya
merupakan penggabungan antara teori Bentham dan Stuar Mill dan positivisme hukum dari
John Austin. Pusat perhatian filsafat hukum Jhering adalah tentang tujuan, seperti dalam
bukunya yang menyatakan bahwa tujuan adalah pencipta dari seluruh hukum, tidak ada suatu
peraturan hukum yang tidak memiliki asal usul pada tujuan ini, yaitu pada motif yang
praktis. Lebih lanjut Jhering menyatakan bahwa tujuan hukum adalah kesejahteraan yang
sebesar-besarnya bagi rakyat dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang
dihasilkan dari proses penerapan hukum, berdasarkan orientasi ini isi hukum adalah
ketentuan tentang pengaturan penciptaan kesejahteraan negara. Jhering menolak pandangan
Von Savigny yang berpendapat bahwa hukum timbul dari jiwa bangsa secara spontan,
karena hukum senantiasa sesuai dengan kepentingan negara, maka tentu saja hukum itu tidak
lahir spontan, melainkan dikembangkan secara sistematis dan rasional, sesuai dengan
perkembangan kebutuhan negara. Jhering mengakui ada pengaruh jiwa bangsa, tetapi tidak
spontan, yang penting bukan jiwa bangsa, tetapi pengelolahan secara rasional dan sistematis,

agar menjadi hukum positif. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil
tertentu yang diinginkan. Walaupun hukum mengalami suatu perkembangan sejarah, tetapi
Jhering menolak pendapat para teoritis aliran sejarah bahwa hukum merupakan hasil dari
kekuatan-kekuatan historis murni yang tidak direncanakan dan tidak disadari tetapi hukum
terutama dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan kepada tujuan tertentu.

Contoh Etika Utilitarianisme Dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Misalnya : Seorang penjual es buah keliling seharusnya / sebaiknya secara etis dia
menggunakan gula asli. Tapi karena harga gula yang tinggi, maka dia mengurangi biaya yang
dikeluarakan dengan menggunakan sari gula yang lebih murah. Dan umumnya penyakit yang
diderita pembeli bukanlah kesalahan si penjual melainkan pembeli itu sendiri yang jajan
sembarangan. Pedagang tersebut tidak bodoh, dia membuat aroma dan warna yang sangat
menarik perhatian pada es buahnya, apalagi bila dalam cuaca panas terik. Maka mau tidak
mau orang akan mambeli es puas tersebut sebagai pelepas dahaga.
2. Kasus tentang Pewarna Pakaian yang digunakan pada makanan anak-anak. Sebagai contoh di
satu sekolah ada penjual jajanan anak-anak yang menjual agar-agar dan gulali (harum manis)
dan ternyata pewarna yang digunakan adalah pewarna pakaian dengan merek KODOK bukan
pewarna pasta makanan. Secara etis hal ini sangat tidaklah beretika, karena akan merugikan
orang lain namun dalam konsep utilitarinisme hal ini akan menghasilkan keuntungan yang
tidak sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan pewarna yang mahal dengan
pewarna yang murah.
Dengan demikian, kasus ini akan menyebabkan kerugian dan telah mengesampingkan hak
orang lain. Disinilah letak minus prinsip utilitarianisme walaupun menguntungkan pada salah
seorangnya.
1. Etika Teleologi

Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan logos,
perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian
menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff, seorang
filsuf Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang
memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah,
dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum,
teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di
alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius
tentang eksistensi tujuan dan kebijaksanaan objektif di luar manusia.
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya
suatu tindakan dilakukan , Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah,
tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.Betapapun
salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka
tindakan itu dinilai baik.Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala
cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut

hukum.Perbincangan baik dan jahat harus diimbangi dengan benar dan salah. Lebih
mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika yang baik itu
dipersempit menjadi yang baik bagi diri sendiri.

Egoisme Etis

Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan
untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Contoh : (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi kekuasaan
dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya.

Utilitarianisme

berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat.


Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : melakukan kerja bakti yang di adakan di lingkungan sekitar, sebagai upaya untuk
kebersihan lingkungan dan membuat tempat tersebut juga jadi nyaman dan sehat untuk
masyarakatnya.

1. b.

Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah
satu teori etika yang terpenting.
Contoh : kewajiban seseorang yang memiliki dan mempecayai agamanya, maka orang
tersebut harus beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.

1. c.

Teori Hak

Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban.
Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Dalam pemikiran moral dewasa
ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Contoh : asisten rumah tangga yang mempunyai hak untuk mendapatkan gaji bulanannya
setelah ia melakukan kewajibannya mengurus rumah dan sebagainya.

1. d.

Teori Keutamaan (Virtue)

Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. memandang
sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau
jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Contoh keutamaan :
1. Kebijaksanaan : seorang pemimpin yang memiliki sifat bijaksana dalam segala
urusan.
2. Keadilan : mampu bersifat adil dalam menentukan pilihan.
3. Suka bekerja keras : mau terus berjuang dalam bekerja, sehingga pada akhirnya dapat
menikmati hasil jerih payahnya yang baik.
4. Hidup yang baik : tidak pernah melakukan hal hal yang dapat merugikan
sekitarnya,dapat menikmati hidup dengan tenang, nyaman dan tentram.
contoh Implementasi Tanggung Jawab terhadap Lingkungan Hidup

Tanggung jawab merupakan suatu sikap di mana setiap individu


memiliki kewajiban menaggung segala sesuatu terhadap sebuah kejadian,
baik itu kejadian yang timbul karena diri sendiri ataupun orang lain,
termasuk resiko yang mungkin akan terjadi. Tidak hanya sikap, tetapi
tanggung jawab juga berupa perilaku atau kerja nyata.
Tanggung jawab juga dapat dikatakan suatu keberanian. Karena
seseorang yang bertanggung jawab berarti berani untuk menanggung
resiko. Pada dasarnya, rasa tanggung jawab muncul berkat timbulnya
kesadaran diri sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya memiliki
banyak hal yang harus ditanggung dalam setiap aspek kehidupannya,
baik itu bagi dirinya maupun orang lain. Rasa tanggung jawab bergantung
pada hubungan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Maksud dari
hubungan yang dibuat ini adalah hubungan vertikal antara manusia
dengan Tuhan dan hubungan horizontal antara sesama manusia atau
lingkungan sekalipun. Sejatinya, semua bentuk tanggung jawab dimulai
dari bertanggung jawab terhadap diri sendiri, karena ketika seseorang
telah mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, maka dengan
mudah ia akan bertanggung jawab terhadap berbagai aspek kehidupan
lain yang ada di sekelilingnya.
Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk implementasi atau
penerapan tanggung jawab pada diri sendiri. Dapat diambil contoh,
misalnya bertanggung jawab atas barang-barang yang dimiliki,
bertanggung jawab terhadap perilaku diri sendiri, bertanggung jawab
terhadap tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi, dan lain-lain.
Seseorang yang sudah memiliki rasa tanggung jawab dalam dirinya, akan
melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus ditanggungnya dengan

dedikasi dan semangat. Mereka akan mengerahkan seluruh potensi dalam


diri untuk melaksanakan tanggungan yang harus dipertanggung
jawabkan. Sebaliknya, seseorang yang belum mempunyai rasa tanggung
jawab dalam dirinya, akan lebih senang untuk mengulur waktu bahkan
mengabaikan tugas dan kewajiban yang dipikulnya.
Dalam proses bertanggung jawab, ditemukan adanya beberapa
tahapan sampai seorang individu benar-benar matang untuk bertanggung
jawab terhadap suatu masalah. Diawali dengan adanya kesadaran akan
pentingnya bertanggung jawab. Dengan timbulnya kesadaran inilah,
muncul niat dan tekad dari masing-masing individu untuk menentukan
sikap dan perilaku mereka terhadap masalah yang dihadapi. Setelah niat,
muncul adanya rasa simpati terhadap masalah. Karena rasa simpati atau
ketertarikan inilah yang memunculkan suatu proses kerja nyata. Dimulai
dengan munculnya ide-ide yang diiringi kreativitas. Setelah kreativitas
telah ditemukan dan ditampung dalam sebuah pemikiran, langkah
berikutnya adalah implementasi atau penerapan segala bentuk ide-ide
tersebut menjadi suatu kerja nyata. Saat sesudah dilakukannya segala
bentuk kreativitas inilah, yang mendorong setiap individu bertanggung
jawab terhadap apa yang tadi sudah dilakukannya. Setiap individu
dituntut untuk berupaya konsisten dan terus bertanggung jawab.
Konsisten merupakan aspek terpenting dalam pelaksanaan tanggung
jawab.
Sebagai contoh, seorang pelajar yang hendak disibukkan oleh
berbagai ujian. ketika ia bertekad untuk bertanggung jawab terhadap
proses belajarnya, secara tidak sadar ia akan melakukan tahapan menuju
pematangan dalam bertanggung jawab. Yang pertama adalah akan
timbulnya kesadaran dari pelajar tersebut bahwa sebentar lagi ia akan
dihadapkan pada setumpuk permasalahan dalam berbagai bentuk ujian.
Kesadaran inilah yang mendorong pelajar tersebut untuk berniat dan
bertekad kuat mendapatkan hasil terbaik dalam setiap ujian yang akan ia
hadapi. Kemudian muncul rasa simpati terhadap kegiatan-kegiatan yang
menunjang keberhasilan ujian, misalnya adalah membaca buku atau
membuat rangkuman. Jika hal ini disentuh dengan sebuah kreativitas,
maka pelajar tersebut akan berupaya mencari cara untuk membuat
proses belajarnya berlangsung seru dan tidak membosankan. Salah
satunya dapat dilakukan proses membuat catatan mind mapping dengan
berbagai warna untuk menunjang agar belajar dapat lebih mudah karena
hal tersebut menimbulkan terjadinya keseimbangan antara otak kanan
dan otak kiri. Penggunaan alat perekam sebagai media belajar melalui
poses auditorial juga merupakan bentuk kreativitas. Setelah ditemukan
proses belajar yang tepat, barulah mulai adanya implementasi atau kerja
nyata dari hasil pemikiran yang telah disusun dan ditampung. Dan yang
terpenting adalah bagaimana pelajar tersebut mampu untuk konsisten
dalam proses belajar seperti itu. Pelajar tersebut dituntut untuk
bertanggung jawab terhadap hal-hal yang telah disusun dan dilakukannya
tadi. Inilah salah satu contoh bentuk penerapan tanggung jawab dalam
diri sendiri.ren.

Anda mungkin juga menyukai