Anda di halaman 1dari 26

PEMBAHASAN

C. Teori Optatif
a. Teori Optatip menekankan hakekat hukum dlm tujuan hukum/kegunaan hukum. Teori optatif
“universalistis”:tujuan hukum berguna bagi masyarakat”.
b. Teori Optatif yang Universalistis, bahwa hakekat hukum atau tujuan hukum adalah yang
“berguna bagi bangsa” (Htler).
c. Teori Optatif yang Individualistis dari J. Bentham, ia merumuskan hakekat hukum pada
tujuannya yakni “kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk jumlah yang besar” (the greates
happiness for thegreatest number”. Teori utilitas dari J.Bentham ini bersifat individualistik.
Berbeda dg teori utilitas dari J.S. Mill dan Ivon Jhering yang bersifat kolektif (sosial).
Teori optatif merumuskan hakekat hukum dengan menaruh tekanan pada tujuan hukum. Ada
teori optative yang individualistis, ada yang universalistis.
a. Teori Optatif yang individualistis
Teori Optatif yang individualistis kita dapati pada Betham (permulaan abad XIX) di mana ia
merumuskan hakekat hukum dalam tujuannya yaitu : “the greates happiness for the greatest
number.”
b. Teori Optatif yang universalistis
Teori Optatif yang universalistis : antara lain, kita jumpai pada Adolf Hitler (abad XX) yang
bersemboyan “Recht sit was dem volke nutzt”, (hukum ialah apa yang berguna bagi bangsa). 
Tujuan hukum (teori optatiif)

Keadilan
Menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan hukum utama adalah
keadilan yang meliputi :
-   Distributive, yang didasarkan pada prestasi
-   Komunitatif, yang tidak didasarkan pada jasa
-   Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya
-   Kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif
-   Legalis, yaitu keadilan yang ingin dicapai oleh undang-undang
Kepastian
Hans kelsen dengan konsepnya (Rule of Law) atau Penegakan Hukum. Dalam hal ini
mengandung arti :

-   Hukum itu ditegakan demi kepastian hukum.

-   Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara.

-   Hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya.

-   Hukum itu bersifat dogmatic.

Kegunaan
Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa tujuan hukum
harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan sebesar-besarnya.
BAB III. BERLAKUNYA/BERFUNGSINYA HUKUM

1. Berlaku secara filosofis/filsafati (gelding in filosofische zin/filosofische geltung) artinya hukum


itu. ditaati masyarakat atau dibenarkan masyarakat karena berdasarkan keyakinan filsafati atau
sesuai dengan idea-idea filsafati (keadilan, kebenaran, kebajikan, kemanfaat).
2. Berlaku secara Juridis (gelding in jurisdische zin/Jurisdische geltung) artinya hukum itu
berlaku karena penetapannya/pemberlakuannya berdasarkan norma-norma hukum yang lebih
tinggi tingkatannya (Hans Kelsen).Menurut Zevenbergen, hukum mempunyai kekuatan juridis,
jika norma hukum dibentuk menurut cara yang telah ditetapkan.
3. Berlaku secara Sosiologis (Gelding in sociologische zin/Soziologische Geltung) artinya norma
hukum akan ditaati oleh masyarakat apabila norma hukum itu berguna bagi masyarakat atau
diterima oleh masyarakat.
Fungsi utama hukum ialah untuk menertibkan serta mengatur masyarakat. Harapannya
hukum bisa menciptakan lingkungan masyarakat yang aman dan tertib. Selain itu, hukum juga
memiliki fungsi lainnya. Menurut Lawrence M. Friedman, hukum memiliki fungsi pengawasan
sosial atau social control. Artinya hukum berperan untuk mengawasi serta mengendalikan
lingkungan sosial di masyarakat. Hukum sebagai social control juga berarti memaksa warga
masyarakat untuk mau berperilaku sesuai hukum. Jika tidak mematuhinya atau melanggar
hukum, sanksi akan diberikan. Selain itu, hukum juga berfungsi untuk menyelesaikan sengketa.
Artinya hukum menjadi penengah bagi kedua belah pihak yang sedang berselisih. Tentunya
dalam penyelesaian sengketa ini didasarkan pada ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Hukum digunakan sebagai dasar dan pedoman untuk mengukur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam segala aspek. Berdasarkan waktu berlakunya, hukum
digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu ius constitutum, isu constituendum, dan hukum asasi.
Hukum digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan waktu berlakunya. Berdasarkan saat
berlakunya, hukum terbagi menjadi Ius constitutum, Ius constituendum, dan hukum asasi. Ius
constitutum atau hukum positif merupakan kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang
pada saat ini berlaku dan mengikat secara umum atau khusus, yang ditegakkan oleh atau
melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia. Hukum Ius constitutum meliputi
beberapa unsur, yaitu:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

3. Peraturan bersifat memaksa

4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.Sedangkan menurut Theo


Huijibers, hukum berfungsi untuk memelihara kepentingan umum di masyarakat.
Hukum yang telah dibuat memiliki fungsi guna membantu peranan berjalannya Undang-
Undang tersebut kemasyarakat, seperti penerbitan peraturan, penyelesaian pertikaian dan
sebagainya sehingga dapat mengiring masyarakat berkembang. Secara garis besar fungsi hukum
dapat diklasifir dalam tiga tahap, yaitu:

1. Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hal ini dimungkinkan
karena sifat dan watak hukum yang member pedoman dan petunjuk tentang bagaimana
berperilaku di dalam masyarakat. Menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk melalui
norma-normanya.

2. Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir batin. Hukum dengan
sifat dan wataknya yang antara lain memiliki daya mengikat baik fisik maupun psikologis.

3. Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan. Salah satu daya mengikat dan
memaksa dari hukum, juga dapat dimanfaatkan atau didayagunakan untuk menggerakkan
pembangunan. Hukum sebagai sarana pembangunan merupakan alat bagi otoritas untuk
membawa masyarakat kearah yang lebih maju.

Kemudian golongan hukum yang kedua yaitu Ius constituendum yang merupakan hukum
yang dicita-citakan dalam pergaulan hidup negara, tetapi belum dibentuk menjadi undang-
undang atau ketentuan lain. Pembeda antara Ius constitutum dan Ius constituendum terletak pada
waktunya, yaitu masa kini dan masa mendatang. Kalangan tertentu berpendapat bahwa setelah
diundangkan maka Ius constituendum menjadi Ius constitutum. Jika Ius constitutum kini
memiliki kekuatan hukum maka Ius constituendum mempunyai nilai sejarah. Penggolongan
Hukum Berdasarkan Waktu Berlakunya. Hukum digunakan sebagai dasar dan pedoman untuk
mengukur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam segala aspek. Berdasarkan
waktu berlakunya, hukum digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu ius constitutum, isu
constituendum, dan hukum asasi.Ius constituendum berubah menjadi Ius constitutum dengan
cara berikut:

1. Digantinya suatu undang-undang dengan undang-undang baru (undang-undang yang baru


pada mulanya merupakan rancangan Ius constituendum)

2. Perubahan undang-undang yang ada dengan cara memasukkan unsur-unsur baru (unsur-unsur
baru pada mulanya berupa Ius constituendum)

3. Penafsiran peraturan perundang-undangan. Penafsiran yang kini ada mungkin tidak sama
dengan penafsiran pada masa lampau. Penafsiran pada masa kini, dulunya merupakan Ius
constituendum.

Hukum akan selalu melekat pada manusia yang bermasyarakat, dengan banyaknya peran
hukum, maka Ius constitutum memiliki fungsi untuk menertibkan dan mengatur pergaulan
dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Saat ini, Ius
constitutum yang sedang berlaku di masyarakat adalah Undang-Undang Dasar 1945 dan UU
No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
BAB IV. TUJUAN HUKUM

1. Teori Etis (Aristoteles) tujuan hukum adalah keadilan (keadilan distributif, keadilan kumutatif
dan keadilan korektif). Selain itu ada keadilan vindikatif, legalis, aequitas (kepatutan ). Teori ini
menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan. Lebih lanjut, teori ini mengajarkan
bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan dan hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat agar masyarakat merasa terlindungi. Salah satu
penganut teori ini adalah Aristoteles yang membagi keadilan ke dalam 3 jenis, yakni
keadilan distributif dan komunikatif.
Keadilan distributif (distributive justice), ialah keadilan yang diperoleh sesuai dengan jasanya,
kemampuan atau sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Keadilan kumutatif (cumutative Justice), setiap orang mempunyai hak yang sama didepan
hukum tanpa memperhatikan jasanya, perbuatannya atau kedudukannya.
Keadilan korektif (Corrective justice), keadilan yang bertujuan untuk mengembalikan seperti
dalam keadaan semula, misalnya : pencuri selain dipidana wajibmengembalikan barang hasil
curian. Keadilan korektif bagian dari keadilan cumutatif, tanpa melihat subyeknya.
TUJUAN HUKUM

Maksud keadilan korektif ialah dalam mengatur hubungan hukum harus ditentukan suatu
ukuran (standar) umum untuk memperbaiki setiap akibat terjadinya pelanggaran hukum, tanpa
memperhatikan siapa pelakunya dan korbannya.
Dalam keadilan korektif ini tindakan pemberian sanksi harus berdasarkan ukuran-ukuran yang
obyektif baik mengenai pelakunya, korbannya dan pemberian sanksinya. Sanksi atau hukuman
dalam keadilan korektif harus memperbaiki kerugian yang diderita oleh korban dengan tujuan
untuk memulihkan kembali seperti keadaan semula sebelum menjadi korban tindakan
pelanggar hukum (perbuatan yang tidak sah/tidak legal).
TUJUAN HUKUM

Keadilan vindikatif (Vindicative Justice), artinya keadilan yang memberikan hukuman kepada
pelakunya sebanding dengan perbuatan/kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan.
Keadilan legalis, keadilan undang-undang untuk melindungi warga masyrakat. Yang melanggar
undang-undang dihukum sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-undang;
Keadilan Aequitas (korektif), keadilan berdasarkan kepatutan/kelayakan yang berlaku di
masyarakat. Keadilan ini juga bersifat korektif, apakah hak yang diperoleh seseorang telah
sesuai dengan kepatutan/kelayakan yang berlaku di masyarakat (disesuaikan dengan keadaan).
Kedailan aequitas bermaksud unt menghindari ungkapan “Suumum ius summa iniura” dan
“Lex durased tamen scripta”.
TUGAS MAHASISWA : MENCARI JENIS-2 DAN SIFAT KEADILAN

Selain yg disampaikan tersebut masih banyak jenis2 tentang sifat keadilan yaitu : keadilan
subyektif, keadilan obyektif, keadilan individual, keadilan sosial, keadilan kolektif. ITU SBG
TUGAS MHSW UNT MEMBERIKAN DEFINISINYA.
TUJUAN HUKUM
. Teori Utilitas (kemanfaatan/kebahagiaan individual (J. Bentham), Kebahagiaan bersama (John
Stuart Mill), dan kemanfaatan/ kebahagiaan masyarakat (I.von Jhering). “hukum bertujuan
menjamin adanya kebahagiaan sebanyak-banyaknya bagi setiap orang sebanyak-banyaknya”
atau memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi setiap individu dalam masyarakat.
Pendapat Bentham ini dikenal dengan adagium “The greatest happiness for the greatest
number” (Bodenheimer, 1974:32). Menurut Bentham pembentuk undang-undang hendaknya
dapat menghasilkan undang-undang yang dapat membahagiakan dan yang bermanfaat bagi
setiap individu dalam masyarakat (perseorangan).
Teori Bentham dikenal sbg. Teori: “individual utilitarianism” atau individualisme utilitarian
(kebahagiaan individu).
Bentham berpendirian bahwa kalau setiap individu bahagia, maka kebahagiaan yang paling
banyak atau kepentingan umum akan tercapai.
Tujuan hukum
Jhon Stuart Mill berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai kebahagiaan yang
sebanyak-banyaknya atau sebesar-besarnya bagi semua orang untuk mengurangi penderitaan
atau kesengsaraan. Dengan kata lain tujuan hukum adalah kebahagiaan bagi kepentingan
umum, pencapaian kebahagiaan individu untuk memperoleh kebahagian masyarakat banyak
atau untuk kepentingan umum.
Tujuan hukum
Jika Bentham menekankan pada individual utilitarianism (kebahagiaan individual), maka
Rudolph von Jhering disebut sebagai “social utilitarianism” atau sosial utilitarianisme,
maksudnya tujuan hukum harus bermanfaat atau berguna untuk kebahagiaan masyarakat
semuanya atau sebanyak-banyaknya, bukan hanya untuk kepentingan individu perorangan
seperti konsep “individual utilitarianism” nya Bentham.
Pusat perhatian filsafat hukum Jhering adalah konsep “tujuan”, bahwa tujuan hukum adalah
pencipta dari seluruh hukum, tidak ada suatu peraturan hukum yang tidak memiliki asal-
usulnya pada tujuan, yaitu pada motif yang praktis.
Tujuan hukum
Teori Legalitas (Positivisme) tujuan hukum adalah kepastian hukum. Teori ini berpendapat
hukum adalah suatu perintah dari kekuasaan negara yang tertinggi (law is a command of the
law giver).
Hukum merupakan perintah dari penguasa, perintah dari mereka yang memegang
kekuasaan/kedaulatan tertinggi. Hukum adalah perintah dari manusia atau “command of
human being”. Menurut Hans Kelsen, hukum adalah normatif,teori tentang norma dibuat
berdasarkan ketentuan yang tertinggi yaitu “Grundnorm” atau ketentuan dasar yang bersifat
hipotetis. Hukum adalah sebagaimana adanya, terdapat dalam berbagai peraturan (undang-
undang). Hukum merupakan norma yang dibuat dalam bentuk undang-undang, olh karena itu
tujuan hukum adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan kesatuan (unity) atau
untuk mencapai keteraturan dan ketertiban (kepastian hukum).
BAB V. ALAT ANALISIS FILSAFAT HUKUM
Alat Analisis Filsafat Hukum
Menurut Gijssels dan van Hoecke, Filsafat hukum memiliki alat analisis sbb :
1. Ontology hukum (penelitian tentang hakekat hukum);
2. Aksiologi hukum (penentuan isi dan nilai dalam hukum; misalnya tentang keadilan,
kepatutan, itikad baik) dsb.
3. Epistomologi Hukum (ajaran pengetahuan), analisis tentang asal mula ilmu pengetahuan,
menentukan metodologi untuk memperoleh ilmu pengetahuan;
ANALISIS FILSAFAT HUKUM
Teleologi hukum (menentukan makna dan tujuan hukum/kegunaan hukum);
5. Ajaran ilmu dari hukum, sebagai meta-teori dari ilmu hukum;
6. Ideologi hukum (ajaran idea), menentukan menyeluruh atas manusia dan masyarakat;
7. Logika hukum, sebagai sarana berpikir dan berargumentasi secara yuridis sesuai
dengan bangunan sturuktur logika sistem hukum.
B.OBYEK ANALISIS FILSAFAT HUKUM
. Obyek Analisis Filsafat Hukum : adlh hakekat hukum.
Hakekat hukum mencakup :
Pengertian2 hukum;
Asas mula dan sumber hukum;
Fungsi/tugas hukum;
Kegunaan/manfaat hukum;
Tujuan Hukum;
Mengapa hukum hrs ditaati/mengapa orang mentaati hukum;
Bgmn jika hukum tidak ada dan tidak ditaati/dipatuhi?;
Bgmn hukum bekerja/melaksanakan fungsi/tugasnya?;
Apa hakekat keadilan, kepastian hukum, kemanfaatan hukum?

Anda mungkin juga menyukai