Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IBADAH MALIYAH
(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Al-Islam dan Kemuhammadiyahan I)
Diampu Oleh Asep Muksin, Lc., M.Ud

Disusun Oleh :
1. Fadilla Trinalia /NIM.C1931201007 (Teknik Pertambangan)
2. Risna Nur Halimah / NIM.C1931201013 (Teknik Pertambangan)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
Ibadah Maliyah1
Oleh Kelompok 52

A. Pendahuluan
Manusia tidak akan pernah lepas dari harta. Menurut bahasa (lughat), harta
adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki,
memanfaatkannya dan menyimpannya. Sedangkan menurut syar’a, harta adalah segala
sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut
ghalibnya (lazim). Harta merupakan kebetuhan yang penting bagi manusia. Manusia
rela bekerja keras banting tulang tiada lain demi mendapatkan harta. Dengan harta,
manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau
tersier.
Selain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, harta juga dapat membawa
dampak buruk kepada manusia yaitu menjadikan manusia gila akan harta yang dia
miliki. Tetapi, jika seseorang itu beriman maka orang tersebut akan menggunakan
sebagian hartanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Harta dapat menjadi salah satu
alat ibadah seseorang untuk mematuhi perintah Allah SWT yaitu dengan cara
mensodaqohkan sebagian hartanya. Ibadah dengan harta ini biasanya disebut dengan
Ibādah Māliyah.

B. Pengertian Ibadah Maliyah


Ibadah harta (ibādah māliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, amal orang
yang sudah meninngal dikenal dengan Amal Jariyah. Harta yang dititipkan kepada
manusia harus dijadikan bekal amal ibadah kepada Allah SWT. Banyak harta, harus
mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang
dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Kewajiban
syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut
sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.

1
Makalah ini diajukan sebagai tugas Al-Islam dan Kemuhammadiyahan I yang diampu oleh Asep
Muksin, Lc., M.Ud
2
Kelompok lima adalah : Fadilla Trinalia (C1931201007) dan Risna Nur Halimah (C1931201013).
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah SWT tidak hanya diwujudkan dalam
bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta
(ibādah māliyah). Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya walaupun yang
bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal
jariyah. Ibādah māliyah atau ibadah harta termasuk bagian penting dalam syariat
Islam. Dalam rukun Islam pun dijelaskan bahwa rukun Islam yang kelima itu terdiri
dari ruknul qalbi, ruknul badani, dan ruknul mali.

C. Macam-Macam Ibadah Maliyah


a. Zakat
Secara etimologis, zakat berasal dari kata dasar bahasa Arab zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah. Sedangkan secara terminologis di dalam
fikih, zakat adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang yang berhak (mustahiq) oleh
orangorang yang wajib mengeluarkan zakat (muzakki) (Ambary, dkk., 1999: 224).
Ada pendapat beberapa ulama mengenai pengertian zakat, yaitu (Wahbah Al
Zuhayly, 1995: 83-84):
1. Menurut mazhab Maliki, definisi zakat adalah “mengeluarkan sebagian yang
khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas
yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya
(mustahiq)nya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul
(setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.”
2. Menurut mazhab Hanafi, zakat adalah “menjadikan sebagian harta yang khusus
dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh
syari’at karena Allah SWT.”
3. Menurut mazhab Syafi’i, zakat adalah sebuah ungkapan untuk keluarnya harta
atau tubuh sesuai dengan cara khusus.
4. Menurut mazhab Hambali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta
yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.
Menurut istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari
golongan kaya kepada golongan tidak punya (Adiwarman Karim, 2001: 32). Salah
satu ajaran penting yang terdapat dalam agama Islam adalah urgensi zakat kaitannya
dengan pengentasan kemiskinan. Sebagai sebuah dinamika keagamaan, zakat
merupakan bentuk kesaksian manusia (syahadah al-insan) pada rukun Islam yang
keempat di hadapan Allah yang muaranya tertuju pada dimensi kemanusiaan.
Zakat telah difardhukan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua hijrah setelah
kepada umat Islam diwajibkan berpuasa Ramadhan. Zakat merupakan salah satu
rukun Islam yang selalu disejajarkan dengan shalat. Inilah yang menunjukkan betapa
pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam (Abdul Hamid Mahmud, 2006: 1).
Dasar-dasar atau landasan kewajiban mengeluarkan zakat disebutkan dalam
beberapa surat di alquran yaitu sebagai berikut :
 Surat al-Baqarah: 43
ِ ِ َّ ‫الز َك ا ةَ و ار َك ع وا م ع‬ ِ
َ‫الراك ع ي‬ َ َ ُ ْ َ َّ ‫َوأَق يمُ وا ال صَّ ََل ةَ َوآتُوا‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 43)

 Surat at-Taubah: 103

ِ َّ ‫ك س كَ ن َِل م ۗ و‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
‫اّللُ َي يعع‬ َ ْ ُ ‫خُ ْذ م ْن أَمْ َواِل مْ صَ َد قَةً تُطَه ُرهُ مْ َو تُ َزك ي ه مْ ِبَا َو صَ ِل عَ لَ يْ ه مْ ۖ إ نَّصَ ََل تَ َ َ ع‬
ِ
‫عَ ل يمع‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah [9]: 103).

Zakat terbagi atas dua tipe yakni:


Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang
ada di daerah bersangkutan.
Zakat Maal (Zakat Harta ) zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka
satu tahun sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta
hasil kerja (profesi).
Harta (Maal) yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya Di dalam kitab-kitab hukum
(fikih) Islam harta kekayaan yang wajib dizakati digolongkan ke dalam kategori
(Ridwan Mas’ud dan Muhammad, 2005: 45):
1. Emas, perak, dan uang (simpanan)
‫س ِِب لْ بَ اطِ ِل‬ ِ ‫الر ْه ب‬ ِ ِ ِ َّ
ِ ‫ان لَيَ أْ كُ لُ ونَ أَمْ َوا َل ال نَّا‬ ْ ‫ين آمَ نُوا إِنَّ كَ ث ريًا م َن ْاْل‬
َ ُّ ‫َح بَ ا رِ َو‬ َ ‫۞ ََي أَيُّ َه ا ا ل ذ‬
ِ‫اّلل‬
َّ ‫ب َوا لْ فِ ضَّ ةَ َو ََل يُ نْ فِ قُ ونَ َه ا ِِف سَ بِ ي ِل‬ َّ َ‫ين يَ ْك نِ ُز ون‬ ِ َّ ِ َّ ‫و ي ص ُّد ونَ ع ن س بِ ي ِل‬
َ َ‫الذ ه‬ َ ‫اّلل ۗ َوا ل ذ‬ َ َْ ُ ََ
ِ ِ ٰ ‫ََن رِ ج ه نَّم فَ ت ْك و‬ ‫اب أَلِي ٍم ۞ يَ ْو مَ ُُيْ مَ ٰى عَ لَ يْ َه ا ِِف‬
ٍ ‫فَ ب ِش رهُ م بِع َذ‬
ْ‫ى ِبَا ج بَ اهُ هُ مْ َوجُ نُوبُ هُ م‬ َ ُ َ ََ َ ْ ْ َ
‫مَ ا كُ نْ تُ مْ تَ ْك نِ ُز و َن‬ ‫ورهُ مْ ۖ َٰه َذ ا مَ ا َك نَ ْز ُُتْ ِْلَنْ فُ ِس كُ مْ فَ ُذ وقُوا‬
ُ ُ‫َو ظُه‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-
orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (34) pada hari dipanaskan
emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu"(35). (Q.S. At-Taubah[9]: 34-35)

2. Barang yang diperdagangkan


ِ ‫أَخ َر ْج نَ ا لَكُ مْ مِ نَ ْاْل َْر‬ ِ ِ ِ ِ ‫ا لَّ ذِ ينَ آمَ نُوا‬
‫ض ۖ َو ََل‬ ْ ‫أَنْف قُ وا م ْن طَيِ بَ ات مَ ا َك سَ بْ تُ مْ َو ِمَّا‬ ‫ََي أَيُّ َه ا‬
َّ َّ‫س تُ مْ ِِب ِخ ذِ يهِ إِ ََّل أَ ْن تُ غْ مِ ضُ وا فِ يهِ ۚ َواعْ لَ مُ وا أَن‬
‫اّللَ غَ ِني‬
ِ
ْ َ‫تُ نْ ف قُ ونَ َو ل‬
ِ َ ِ‫ا ْْل ب‬
ُ‫يث م نْ ه‬ َ ‫تَ يَ مَّ مُ وا‬
‫ََحِ ي دع‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Al-
Baqarah[2]: 267)

3. Hasil peternakan (Q.S. Al-Baqarah[2]: 267)


4. Hasil bumi (Q.S. Al-Baqarah[2]: 267)
5. Hasil tambang dan barang temuan (Q.S. Al-Baqarah[2]: 267)

b. Infaq
Infaq menurut bahasa berasal dari kata anfaqa yang berarti menafkahkan,
membelanjakan, memberikan atau mengeluarkan harta. Menurut istilah fiqh kata infaq
mempunyai makna memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada orang yang telah
disyariatkan oleh agama untuk memberinya seperti orang-orang faqir, miskin, anak
yatim, kerabat dan lain-lain. Istilah yang dipakai dalam al-Qur’an berkenaan dengan
infaq meliputi kata: zakat, sadaqah, hadyu, jizyah, hibah dan wakaf.7 Jadi semua
bentuk perbelanjaan atau pemberian harta kepada hal yang disyariatkan agama dapat
dikatakan infaq, baik itu yang berupa kewajiban seperti zakat atau yang berupa
anjuran sunnah seperti wakaf atau shadaqah. Adapun dalil al-Qur’an yang
menunjukkan pada anjuran berinfaq salah satunya terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 195 :

ُّ ِ‫اّللَ ُُي‬
َّ َّ‫أَح ِس نُ وا ۛ إِن‬ ِ ِ ِ َّ ‫وأَنْفِ قُ وا ِِف س بِ ي ِل‬
‫ب‬ ْ ‫اّلل َو ََل تُ لْ قُ وا ِِبَيْد ي كُ مْ إِ ََل الت‬
ْ ‫َّه لُ َك ة ۛ َو‬ َ َ
ِ ِ
َ‫ح س ن ي‬ ْ ُ‫ا لْ م‬
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

c. Shadaqah
Shadaqah merupakan pemberian suatu benda oleh seseorang kepada orang lain
karena mengharapkan keridhaan dan pahala dari Allah Swt. dan tidak mengharapkan
suatu imbalan jasa atau penggantian. Atau dapat pula diartikan memberikan sesuatu
dengan maksud untuk mendapatkan pahala. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq pada
dasarnya setiap kebajikan itu adalah shadaqah. Dilihat dari pengertian tersebut,
shadaqah memiliki pengertian luas, menyangkut hal yang bersifat materi atau non
materi. Dalam kehidupan sehari-hari, shadaqah sering disamakan dengan infaq.
Namun mengingat pengertian tadi dapat dibedakan bahwa shadaqah lebih umum
daripada infaq, jika infaq berkaitan dengan materi, sedangkan shadaqah materi dan
non materi. Contoh shadaqah yang berupa materi seperti memberi uang kepada anak
yatim setiap tanggal sepuluh bulan Muharram, sedangkan yang berupa nonmateri
seperti tersenyum kepada orang lain. Adapun dalil al-Qur’an yang menunjukkan
tentang anjuran shadaqah seperti yang tercantum dalam surat Yūsuf ayat 88 :
ِ ‫ُّر و ِج ئْ نَ ا بِبِ ض اع ةٍ م زج اةٍ فَأَو‬ ِ
‫ف لَنَ ا‬ ْ َ ُْ َ َ َ ُّ ‫أَه لَ نَ ا ال ض‬ ُ ِ‫فَ لَ مَّ ا دَ خَ لُوا عَ لَ يْ ه قَالُوا ََي أَيُّ َه ا ا لْ عَ ز‬
ْ ‫يز مَ سَّ نَ ا َو‬
ِِ َّ َّ‫ا لْ َك يْ لَ َو تَصَ َّد ْق عَ لَ يْ نَ ا ۖ إِن‬
َ‫اّللَ ََيْ زِي ا لْ مُ تَ صَ د ق ي‬
Artinya : Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al
Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa
barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan
bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-
orang yang bersedekah".

d. Wakaf
Wakaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu waqf yang berarti
menahan, menghentikan atau mengekang. Sedangkan menurut istilah ialah
menghentikan perpindahan milik suatu harta yang bermanfaat dan tahan lama
sehingga manfaat harta itu dapat digunakan untuk mencari keridhaan Allah Swt.
Wakaf juga dapat diartikan pemberian harta yang bersifat permanen untuk
kepentingan sosial keagamaan seperti orang yang mewakafkan sebidang tanah untuk
dibangun masjid atau untuk dijadikan pemakaman umum. Dasar hukum wakaf
terdapat dalam surat Ăli ‘Imrān ayat 92 :
ِ ِ ِ َّ َّ‫لَن تَ ن الُوا ا لْ ِِبَّ ح ََّّت تُ نْ فِ قُ وا ِِمَّا ُُتِ بُّ ونَ ۚ و م ا تُ نْ فِ قُ وا مِ ن ش ي ءٍ فَ إِ ن‬
‫اّللَ ب ه عَ ل يمع‬ َْ ْ ََ ٰ َ َ ْ
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
Dalam ayat tersebut terdapat perintah menafkahkan harta yang dicintai, yang
dimaksudkan adalah wakaf sebagaimana yang diterangkan oleh hadis Nabi riwayat
Bukhari Muslim bahwa setelah diturunkan ayat ini, Thalhah salah seorang Sahabat
Nabi dari golongan Anshar yang terkaya di Madinah mewakafkan kebun kurma yang
paling disenanginya (Bayruhā’)3.
e. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan (pengganti)
nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban manusia
mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya.Fidyah
shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam
melakukan shaum fardhu khususnya di bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk
rukhsah (dispensasi) yang diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah SWT.tidak
membebani hamba-hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-Nya
menyulitkan hamba-hamba-Nya.Landasan normatif yang dititahkan Allah SWT
mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’andan wajib bagi orang-orang yang
berat melakukan shaum (jika mereka tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan
memberi makan satu orang miskin. (Q.S. Al Baqarah[2] :184) :

َ‫ب عَ لَ ى ا لَّ ذِ ينَ مِ ْن قَ بْ لِ كُ مْ لَعَ لَّ كُ مْ تَ تَّ قُ ون‬ ِ ِ


َ ‫ب عَ لَ يْ كُ مُ الص يَ امُ َك َم ا كُ ت‬
ِ ِ َّ
َ ‫ََي أَيُّ َه ا ا ل ذ ينَ آمَ نُوا كُ ت‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

f. Kifarat
Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah dengan memberi
makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa diberikan kepada
keluarga sendiri atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang
hamba sahaya. Dalam hadits riwayat Muslim, juga diterangkan bahwa kifarat nadzar
yang tidak dapat dilakukan sama dengan kifarat sumpah.

3
Rahman, Mansur dkk, Ilmu Fiqih 3, 208.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum, melakukan
jima’ atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi mereka yang wajib
melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan memerdekakan hamba sahaya, bisa
juga dengan melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut, tertapi juga bisa
dengan memberi makan kepada enam puluh orang fakir miskin.
Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya dengan ibu
sendiri), adalah dengan memberikan makan enam puluh orang miskin, selain itu bisa
juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau melakukan shaum selama dua
bulan berturut-turut. Pelaksanaan atau pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada
suami sebelum kembali (melakukan senggama) lagi kepada istrinya.
Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan hamba sahaya atau
diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut atau dengan memberi makan
enam puluh fakir miskin ditambah dengan kewajiban membayar diyat, semacam uang
duka kepada keluarga yang terbunuh.Pemberian diyat (pembayaran sejumlah harta
kepada keluarga korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, karena sesuatu
tindakan menghilangkan nyawa sesesorang dengan tidak sengaja, juga sebagai tebusan
bila ada maaf dari pihak keluarga terbunuh.Untuk pembayaran diyat, tidak terikat
dengan ketentuan mesti konsumtif, mungkin saja bersifat produktif dan monumental.
g. Kurban/Udhiyyah
Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban (Idul
Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah)dengan niat taqarub atau qurban
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi
syari’at para Nabi dan Rasul Allah.Setiap Nabi melakukan ibadah qurban.Putra Nabi
Adam as (Qabil dan Habil) juga pernah melakukan ibadah qurban.
Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at Allah SWT
yang dibawa Nabi Ibarahim as.Kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at
Nabi Muhammad saw.atas legitimasi dan perintah Allah SWT yang diabadikan-Nya
dalam al Qur’an surat Al Kautsar,[108]: 2.
ِ
َ ِ‫فَصَ ِل ل َرب‬
‫ك َو ْاْنَ ْر‬
Artinya : Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
h. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba)yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan.Aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur 7
hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan
namanya.Apabila pada hari ke-7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan
sampai harike-14 atau hari ke-21.Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi
ihtilafpara ulama. Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi
ada pendapat lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja
pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).

i. Al-Hadyu

Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba) sebagai


pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda karena
melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi ibadah umrah atau
haji atau bagi mereka yang memiliki kemampuan melakukannya atau bagi mereka
yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan-larangan tertentu dalam
ibadah haji.
Al-Hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan binatang yang
dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam, maupun karena hal-hal
lainnya seperti nadzar atau qurban.Bagi mereka yang melakukan Haji Tamattu
(mendahulukan umrah sebelum haji) atau haji Qiran (melaksanakan haji dan umrah
secara bersama-sama) wajib melakukan alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu,
maka wajib berpuasa 10 hari, yang pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah Suci dan 7
hari di luar tanah suci.
j. Dam

Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap pelanggaran


atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan
ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu)
atau karena melakukan haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga
diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak selalu sama.
Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal lain dam
bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat sesuatu
yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap.Dam dilakukan
sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT.sekaligus juga sebagai salah
satu bentuk penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah atau
umrah.
D. Urgensi Ibadah Maliyah
Ibadah maliyah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain :
1. Membersihkan harta dari kotoran
ِ َّ ‫ك س َك ن َِل م ۗ و‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
‫اّللُ َي يعع‬ َ ْ ُ ‫خُ ْذ م ْن أَمْ َواِل مْ صَ َد قَةً تُطَه ُرهُ مْ َو تُ َزك ي ه مْ ِبَا َو صَ ِل عَ لَ يْ ه مْ ۖ إ نَّ صَ ََل تَ َ َ ع‬
ِ
‫عَ ل يمع‬
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan4 dan mensucikan5 mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. At-Taubah[9]: 103)
Karena pada dasarnya harta yang kita miliki adalah sebagiannya adalah hak orang
fakir miskin. Untuk itu kita harus membersihkan harta kita dari kotoran.
2. Merupakan sarana bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3. Merupakan sarana penghapus dosa.
4. Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya disebut harta yang kotor.
5. Tidak mengeluarkan sebagian hartanya dianggap sebagai merampas hak orang
lain dan merupakan dosa besar.

E. Hikmah Ibadah Maliyah


Adapun hikmah dari ibadah maliyah yaitu sebagai beriku :
1. Bagi si kaya, sesuai dengan fungsinya,sebagai pembersih harta, selain juga
pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi, dengan berzakat, harta
itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah SWT kepada
orang kaya.
2. Bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan penyakit-penyakit
hati lainnya. Jadi, zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalammenyuburkan
sifat-sifat kebaikan dalam hati.
3. Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan sosial.
4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang
miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.

4
Maksudnya : zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
terhadap harta benda.
5
Maksudnya : zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
F. Makna Spiritual Ibadah Maliyah Bagi Kehidupan Sosial
Harta yang dititipkan Allah SWT kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal
ibadah kepada Allah SWT. Banyak harta harus mendorong seseorang untuk lebih banyak
beribadah kepada-Nya. Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti
harta yang bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan ibadah maliyah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja,
tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta
yang disumbangkan untuk amal jariyah. Ibadah maliyah atau ibadah harta termasuk
bagian penting dalam syariat Islam.
Ibadah maliyah seperti zakat, infaq, shadaqah, dan sebagainya termasuk ibadah
ijtima’i yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial
masyarakat.
Ibadah maliyah memiliki fungsi social, dengan memberikan zakat atau infaq dan
sebagainya kepada fakir miskin atau kepada orang yang membutuhkan bias menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan sosial.

G. Kesimpulan
Ibadah maliyah merupakan ibadah yang termasuk kedalam ibadah ghoitu mahdoh.
Ibadah harta (ibadah māliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya walaupun yang bersangkutan telah meninggal dunia yang amal tersebut akan
dikenal sebagai amal jariyah.
Ibadah amaliyah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berzakat, berinfaq,
shadaqah, fidyah, wakaf, dan sebagainya. Ibadah amaliyah tidak akan berhenti pahalanya,
pahalanya akan terus menerus walau kita sudah meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Asymuni, dkk, Ilmu Fiqih 3, Jakarta Direktorat Jendral Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama : 1986, Cet.ke-2

https://media.neliti.com/media/publications/92941-ID-zakat-sebagai-ibadah-maliyah-
ijtimaiyah.pdf, diunduh pada hari Senin, 16 Maret 2020, pukul 19:12 WIB

https://tafsirq.com, Ayat-Ayat Suci Al-Quran, diunduh pada hari Senin, 16 Maret 2020,
pukul 18:44 WIB

https://www.researchgate.net/publication/ZAKAT_INFAQ_SHADAQAH_DAN_WAKA
F_SEBAGAI_KONFIGURASI.pdf, diunduh pada hari Senin, 16 Maret 2020, pukul
19:30 WIB

https://www.coursehero.com/file/29366665/IBADAH-MALIYAH/, diunduh pada hari


Senin, 16 Maret 2020, pukul 18:25 WIB

Anda mungkin juga menyukai