Anggota :
Dosen Pembimbing :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tafsir ayat-ayat Hibah dan Shadaqah”.
Makalah ini dibuat utuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir
Ibadah dan Muamalah. Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Jika dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaaat khususnya bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan berbagai amal sholeh yang diperintahkan oleh Allah, ada yang wajib, sunnah,
dan sebagainya. Selain zakat yang notabene nya wajib dikeluarkan, ada amal sholeh lain yang
tidak wajib tetapi memiliki nilai pahala yang tidak sepele. Yaitu Hibah dan Shadaqah,
memberikan pertolongan dalam kebaikan yang diperintahkan agama Islam. Pada makalah ini,
penulis akan mengurai sedikit tentang hibah dan sedekah, serta membahas tafsir atau
penjelasan ayat-ayat tentangnya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
`4.` Untuk mengetahui kandungan pokok ayat-ayat tentang hibah dan sedekah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hibah dan Shadaqah
Menurut bahasa, hibah berarti “kebaikan atau keutamaan yang diberikan suatu pihak
kepada yang lain berupa harta atau bukan.”1 Sedangkan menurut istilah, hibah ialah akad atau
perjanjian yang menyatakan pemindahan milik seseorang kepada orang lain sewaktu ia masih
hidup tanpa mengharapkan balasan.
Berdasarkan rumusan Kompilasi Hukum Islam Pasal 171, hiah adalah pemberian
suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih
hidup untuk dimiliki.2
Secara etimologi, Shadaqah adalah pemberian seseorang kepada orang lain dengan
mengharapkan ridha dari Allah, tanpa mengharapkan imbalan jasa. Menurut Sayyid Sabiq,
shadaqah adalah setiap kebajikan.
Secara terminologi, para ulama mengartikan shadaqah antara lain:
Syed Mahmudunnasir: Shadaqah ialah pemberian derma, yaitu pemberian sebagian
dari harta karena Allah kepada orang-orang fakir dan miskin.
Amir Ali: Sedekah berarti suatu pemberian dengan tujuan memperoleh ridha Allah
atau ganjaran yang akan datang.3
B. Pembahasan Tafsir Ayat Hibah dan Shadaqah
1. Q.S. Al-Baqarah ayat 177
َٰٓ
اخ ِر َو ْٱل َم َٰلَئِ َك ِةِ ٱل َء ِ َّ ِب َو َٰلَ ِك َّن ْٱلبِ َّر َم ْن َءا َمنَ ب
ْ ٱَّلل َو ْٱليَ ْو ِم ِ ق َو ْٱل َم ْغ ِر ۟ ُّْس ْٱلبِ َّر أَن ت ُ َول
ِ وا ُو ُجو َه ُك ْم قِبَ َل ْٱل َم ْش ِر َ ۞ لَّي
سآَٰئِلِينَ َوفِى َّ سبِي ِل َوٱل
َّ سكِينَ َوٱبْنَ ٱل َ َٰ علَ َٰى ُحبِِۦه ذَ ِوى ْٱلقُ ْربَ َٰى َو ْٱليَ َٰتَ َم َٰى َو ْٱل َم َ ب َوٱلنَّبِيِۦنَ َو َءاتَى ْٱل َما َل ِ ََو ْٱل ِك َٰت
َ ْ صبِ ِرينَ فِى ْٱلبَأ
َسا َٰٓ ِء َوٱلض ََّّرآَٰ ِء َو ِحين ۟ ع َهد
َّ َٰ ُوا ۖ َوٱل َ َٰ ٱلزك ََٰوةَ َو ْٱل ُموفُونَ بِعَ ْه ِد ِه ْم إِذَا َّ صلَ َٰوةَ َو َءاتَى َ َب َوأَق
َّ ام ٱل ِ ٱلرقَا ِ
َٰٓ َٰٓ َٰ
وا ۖ َوأ ُ ۟و َٰلَئِكَ ُه ُم ْٱل ُمتَّقُونَ َ َْٱلبَأ ْ ِس ۗ أ ُ ۟ولَئِكَ ٱلَّذِين
۟ ُصدَق
Terjemahnya:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-
1
Dyah Ayu dan Juliana, “Wasiat dan Hibah”, (Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Perdata Islam Indonesia di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 29 Desember 2015), h. 17
2
Dra. Siah Khosyi’ah, M.Ag. Wakaf dan Hibah: Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di
Indonesia, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010), h. 239.
3
Ginasurbakti, “Sedekah, Hadiah, Hibah” , Blog Soerbacte,
http://soerbacte.blogspot.com/2016/06/makalah-sedekah-hadiah-dan-hibah.html?m=1 ,(23 Juni 2016)
4
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-
orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”4
Penjelasan Ayat:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan.
Dalam Tafsir al-Misbah, Quraish Syihab menuliskan bahwa maksudnya bukanlah satu-
satunya kebajikan menghadapkan wajahmu ketika shalat yaitu ke arah timur dan barat. Bukan
menghadap ke timur atau baratnya yang merupakan kebajikan, tetapi proses yang mencapai
hal itulah merupakan kebajikan. Terkadang banyak orang yang melaksanakan shalat hanya
terbatas pada melepaskan kewajiaban menunaikannya. Bukankah Allah mengancam mereka
yang lalai dalam shalatnya pada Q.S. al-Ma’un ayat 4-7. “4. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. Orang-orang
yang berbuat riya, 7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
Akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi. Maksudnya ialah, beriman kepada Allah, hari
akhir, malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi itulah kebajikan yang sebenarnya. Karena dengan
keimanan yang sempurna, akan menciptakan amal-amal yang sholeh. 5
Hal ini disebutkan pada redaksi berikutnya yaitu memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa Memberikan harta yang dicintainya
maksudnya mengeluarkan hartanya, sedangkan mencintai dan berhasrat kepadanya. Begitulah
pendapat Ibnu Mas’ud, Sa’id Ibnu Jubair, dan lainnya dari kalangan ulama salaf dan khalaf,
disebutkan dalam hadis shahihain dari Abu Hurairah secara marfu’ yaitu: “Sedekah yang
4
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI,(Bandung: Sygma Exagrafika 2014),2:177.
5
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah :pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an,(Jakarta:Lentera
Hati,Vol.1,2002)h.467-469.
5
paling utama ialah bila kamu mengeluarkannya, sedangkan kamu dalam keadaan sehat lagi
pelit bercita-cita ingin kaya dan takut jatuh miskin”
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kita Mustadrak-nya, dari Ibnu Mas’ud r.a.
menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya “Dan
memberikan harta yang dicintainya” (Q.S. Al-Baqarah: 177), yaitu hendaknya kamu
memberikannya, sedangkan kamu dalam keadaan sehat lagi pelit, mengharapkan kecukupan
dan takut jatuh miskin. Hadis itu diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
ذوى القربىyang dimaksud dalam ayat ini ialah kerabat dari yang bersangkutanlah
yang lebih utama untuk diberi sedekah.
Seperti yang dinyatakan dalam suatu hadis shahih, yaitu:
“Sedekah kepada orang-orang miskin adalah suatu sedekah, dan sedekah kepada
kerabat merupakan dua amal, yaitu sedekah dan silaturahmi. Karena kaum kerabat adalah
orang-orang yang lebih utama bagimu untuk mendapatkan kebajikan dan pemberianmu.”
َو ْٱليَ َٰتَ َم َٰىialah anak yatim, yang tidak mempunyai penghasilan, ayah-ayah mereka telah
tiada, dalam keadaan lemah, belum balig, dan belum mampu mencari mata pencaharian.
6
“ (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,”6
والصبرين فى البأسآء والضرآء وحين البأسyang dimaksud dengan ba’sa ialah dalam
keadaan miskin dan fakir, sedangkan yang dimaksud dengan dharra ialah dalam keadaan
sakit dan kesusahan. Hinal ba’su maksudnya ialah saat peperangan sedang berkecamuk.
Demikianlah pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Murrah al-Hamdani,
Mujahid, Sa’id bin Jubair, al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya.
Shabirina bermaksud sebagai pujian terhadap sikap sabar dan juga anjuran untuk
bersabar dalam situasi yang sulit.
َٰٓ
َوأ ُ ۟و َٰلَئِكَ هم المتقونbermaksud bahwa yang memiliki sifat seperti inilah orang-orang
yang benar imannya. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa, karena menjauhi yang haram
dan mengerjakan amal shalih.7
Pada ayat lain juga dijelaskan, pada surah al-Insan: 8-9 dan ali-Imran: 92.
Allah swt berfirman:
يرا ً علَ َٰى ُحبِِۦه ِم ْس ِكينًا َويَتِي ًما َوأَ ِسَ ام َّ َُط ِع ُمون
َ َٱلطع ْ َوي
ً ش ُك
ورا ُ ٱَّلل ََل نُ ِريدُ ِمن ُك ْم َجزَ آَٰ ًء َو ََل ْ ُِإنَّ َما ن
ِ َّ ط ِع ُم ُك ْم ِل َوجْ ِه
Terjemahnya:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak
pula (ucapan) terima kasih.” (Q.S. Al-Insan: 8-9)
Terjemahnya:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka
Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S. Al-Imran: 92)
Dua ayat di atas merupakan jenis lain dari cara bersedekah yang lebih tinggi
kedudukannya dari yang disebutkan pada surah al-Baqarah ayat 177. Mereka lebih
6
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 13:20.
7
Ismail Ibnu Kas\ir al-Dimasyqi,Tafsir Ibnu Katsir,(Jakarta:Pustaka Imam Syafi’i,Jilid 2,2009),h.111-
117.
7
mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri, dengan memberikan hartanya yang
mereka cintai.8
2. Q.S. Al-Baqarah: 264
ٱَّلل َو ْٱليَ ْو ِم ِ َّصدَ َٰقَتِ ُكم بِ ْٱل َم ِن َو ْٱْلَذَ َٰى كَٱلَّذِى يُن ِف ُق َمالَ ۥهُ ِرئَا َٰٓ َء ٱلن
ِ َّ ِاس َو ََل يُؤْ ِمنُ ب َ وا ۟ َُٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن
۟ ُوا ََل تُب ِْطل
۟ سب
َّ ُوا ۗ َو
ُٱَّلل َ ش ْىءٍ ِم َّما َك َ علَ َٰىَ َص ْلدًا ۖ ََّل يَ ْقد ُِرون َ ُصابَ ۥهُ َوابِل فَت ََر َكهۥ َ َ علَ ْي ِه ت ُ َراب فَأ َ ان َ اخ ِر ۖ فَ َمثَلُهۥُ َك َمثَ ِل
ٍ ص ْف َو ِ ٱل َءْ
ََل يَ ْهدِى ْٱلقَ ْو َم ْٱل َٰ َك ِف ِرينَ
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”9
Penjelasan Ayat:
Ayat ini memberitahukan bahwa pahala sedekah itu akan terhapus bila menyebut-
nyebut dan menyakiti perasaan si penerima. Disebutkan lagi bahwa orang yang seperti itu
adalah orang yang menafkahkan hartanya karena riya dan tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Mereka itulah orang yang pamrih dan tidak beriman, menuntut balasan
pujian, dan mengharap balasan di dunia. Itulah yang membuktikan bahwa mereka tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Kemudian mereka diumpamakan seperti ) (صفوانshafwan,bentuk jamak dari
shafwanah. Ada ulama yang mengatakan bahwa lafaz shafwan dapat digunakan untuk makna
tunggal yang artinya shafa(batu yang licin).10
Yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat. Sedikit air saja
bisa membersihkan batu yang licin, terlebih jika hujan yang lebat. Pastilah tidak
meninggalkan sedikitpun tanah di atasnya.
Dengan demikian, mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Ayat
8
Ismail Ibnu Kas\ir al-Dimasyqi,Tafsir Ibnu Katsir, Juz 2, h. 112.
9
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 2:264.
10
Ismail Ibnu Kas\ir al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, h. 88.
8
selanjutnya bertolak belakang dengan ayat ini, yaitu perumpamaan orang yang bersedekah
karena mencari ridha Allah.
Allah swt berfirman:
َت أ ُ ُكلَ َها َ َٱَّلل َوتَثْ ِبيتًا ِم ْن أَنفُ ِس ِه ْم َك َمثَ ِل َجنَّ ٍۭ ٍة ِب َرب َْوةٍ أ
ْ صا َب َها َوا ِبل فَـَٔات ِ َّ ت َ َو َمثَ ُل ٱلَّذِينَ يُن ِفقُونَ أَ ْم َٰ َولَ ُه ُم ٱ ْبتِغَا َٰٓ َء َم ْر
ِ ضا
ِ ٱَّللُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َب
صير َّ ط ٌّل ۗ َو ِ ض ْعفَي ِْن فَإِن لَّ ْم ي
َ َُص ْب َها َوا ِبل ف ِ
Terjemahnya:
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah
Maha melihat apa yang kamu perbuat.”
3. Q.S. Al-Baqarah: 271
َّ سيِـَٔاتِ ُك ْم ۗ َو
ٱَّللُ بِ َما َ ِى ۖ َوإِن ت ُ ْخفُوهَا َوتُؤْ تُوهَا ْٱلفُقَ َرآَٰ َء فَ ُه َو َخيْر لَّ ُك ْم ۚ َويُك َِف ُر
َ عن ُكم ِمن ِ َصدَ َٰق
َ ت فَنِ ِع َّما ه
۟ إِن ت ُ ْبد
َّ ُوا ٱل
تَ ْع َملُونَ َخبِير
Terjemahnya:
“Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-
kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”11
Penjelasan Ayat:
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Yang dimaksud
baik sekali adalah selama sedekah itu didasari keikhlasan. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. Hal ini lebih baik disebabkan kehati-hatian untuk mencegah riya dan
pamrih, serta menjaga hati dari kaum fakir yang menerima.
Rasulullah saw. bersabda: “Dari Abu Z\ar r.a. menceritakan: Aku bertanya: Wahai
Rasulullah, sedekah apakah yang lebih utama? Beliau saw. menjawab: Sedekah dengan
sembunyi-sembunyi kepada orang fakir atau jerih payah dari orang yang miskin.” (H.R.
Ahmad)12
11
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 2:271.
12
Ismail Ibnu Kas\ir al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, h. 115-116.
9
Kemudian sebagai imbalan dari pahala sedekah itu, Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu. Bukan keseluruhan dosa, tetapi kesalahan yang
bersifat dosa kecil, bukan pula yang berkaitan dengan hak manusia. 13
4. Q.S. Al-Zalzalah: 7-8
Terjemahnya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.14
Penjelasan Ayat:
Dalam Tafsir al-Misbah mengatakan bahwa kata )(ذرة z\arrah, ada yang
mengartikannya sebagai semut yang kecil pada awal kehidupannya atau kepala semut. Ada
juga yang mengatakan berarti debu yang terlihat beterbangan di celah cahaya matahari.
Apapun makna kebahasaannya, ayat ini menegaskan bahwa manusia akan melihat amal
perbuatannya meskipun kecil.
Ulama mengatakan bahwa kedua ayat di atas turun disebabkan peristiwa oleh dua
orang di Madinah. Orang pertama, ia malu memberi kepada peminta-minta jika hanya sebiji
kurma atau sepotong roti. Sedangkan orang yang kedua, ia meremehkan dosa kecil karena
ancaman Tuhan hanya berlaku bagi pelaku dosa besar. Riwayat ini tidak harus menjadikan
kita mengatakan bahwa ayat ini turun di Madinah karena ucapan sahabat nabi “ayat ini turun
menyangkut..” berarti ayat itu mencakup kasus yang disebut, meskipun kasus tersebut terjadi
sebelum atau sesudah turunnya ayat, selama kasusnya terjadi pada masa turunnya al-Qur’an.
Mengenai konteks besar atau kecilnya amal, Nabi saw. bersabda: “ Lindungilah diri
kamu dari api neraka walau dengan sepotong kurma.”(H.R. Bukhari dan Muslim melalui
‘Adi Ibn Hatim). Di hadis yang lain, beliau bersabda:” Hindarilah dosa-dosa kecil karena
sesungguhnya ada yang akan menuntut (pelakunya) dari sisi Allah (di hari kemudian).”(H.R.
Ahmad dan al-Baihaqi melalui Abdullah bin Mas’ud).
13
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah :pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an, volume 1, h. 706-707.
14
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 99:7-8.
10
Kata) (يرهyarah diambil dari kata) (رأىra’a yang pada awalnya berarti melihat
dengan mata kepala, tetapi juga digunakan dalam arti mengetahui. Sedangkan kata ‘amal
disini termasuk pula niat. Amal ialah penggunaan daya manusia dalam bentuk apapun.15
b. Orang yang seperti itu adalah orang yang riya dan tidak beriman kepada Allah dan
hari akhir.
c. Mereka tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula
mendapat pahala di akhirat.
a. Mengumumkan sedekah adalah hal yang baik sekali, selama dengan keikhlasan.
Agar orang lain dapat mencontoh.
b. Menyembunyikan sedekah lebih baik untuk mencegah perbuatan riya dan tidak
menyakiti hati si penerima.
15
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah :pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an, h. 531.
11
4. Q.S. Al-Zalzalah ayat 7-8
a. Perbuatan baik, sekecil apapun itu akan mendapat balasan sebesar perbuatannya.
b. Perbuatan buruk, sekecil apapun juga pasti akan ditimbang dan mendapat balasan
di akhirat.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Orang yang melakukan hibah dan shadaqah secara sukarela ialah orang bertakwa,
asalkan dalam melakukannya tidak riya dan pamrih. Karena jika riya dan pamrih, maka
seluruh pahalanya akan hangus seperti tanah di atas batu licin yang terkena hujan lebat
sehingga menjadi bersih dari tanah. Sebaliknya jika melakukan dengan hati yang ikhlas,
maka salah satu balasan dari Allah, Ia akan mengampuni sebagian kesalahan-kesalahan yang
dulu pernah dilakukan. Maka, berhibah dan bersedekahlah! Meskipun hanya sedikit, karena
kebaikan seberat z\arrah pun di akhirat nanti akan mendapat balasan.
SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kami mohon
kritik dan saran membangun dari teman-teman. Terima kasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Dyah dkk. “Wasiat dan Hibah”. Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Perdata Islam Indonesia di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 29
Desember 2015.
Khosyi’ah, Siah. Wakaf dan Hibah: Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di
Indonesia. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010.
14