Anda di halaman 1dari 12

KHUTBAH IDUL FITRI

1 SYAWAL 1443 H/2 MEI 2022 M

KEBERJALINAN IDUL FITRI DAN BUDAYA MUNA


SEBAGAI INSPIRASI PEMBANGUNAN

Oleh
Dr. Husain Insawan, M.Ag.
(Wakil Rektor 1 IAIN Kendari)

MASJID AL-MARKAZ AL-ISLAMI AL-MUNAJAT


KABUPATEN MUNA
2022

1
KHUTBAH IDUL FITRI
1 SYAWAL 1443 H/ 2 MEI 2022 M

KEBERJALINAN IDUL FITRI DAN BUDAYA MUNA


SEBAGAI INSPIRASI PEMBANGUNAN
Oleh: Dr. Husain Insawan, M.Ag.
(Wakil Rektor 1 IAIN Kendari)

‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬،ُ‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَر‬،ُ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَر‬.
،ُ‫ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ً‫ص ْيال‬ ِ ‫ان هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ‬ َ ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َح‬
ُ‫ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا‬،ُ‫اب َوحْ َده‬ َ ‫ َوهَ َز َم اَْألحْ َز‬،ُ‫ َوَأ َع َّز ُج ْن َده‬،ُ‫ص َر َع ْب َده‬ َ َ‫ َون‬،ُ‫ق َو ْع َده‬
َ ‫ص َد‬
َ
‫صي َْن لَهُ ال ِّدي َْن َولَ ْو َك ِرهَ ْال َكافِر ُْو َن‬
ِ ِ‫والَ نَ ْعبُ ُد ِإالَّ ِإيَّاهُ ُم ْخل‬،
َ
‫ و بَ ْع ُد‬.‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْم ُد‬،ُ‫الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَر‬
ِ ‫ ُأ ْو‬،ِ‫فَيَا ِعبَا َد هللا‬
‫ َوَأ ُح ُّس ُك ْم َعلَى طَا َعتِ ِه‬،‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُ ْو َن‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم ْو َن‬
Maha Besar Engkau Ya Allah yang Rahmat Karunia-Mu, Hidayah
Petunjuk-Mu, Inayah Pertolongan-Mu, Maghfirah Ampunan-Mu yang serba
meliputi dan menggenggam segala kehidupan makhluk yang berada di
dalam perbendaharaan alam seluruhnya. Maha Besar Engkau Ya Allah yang
kekuasaan-Mu menembus segala dinding dan demarkasi, melintasi segala
masa dan ketika, melebihi semua Raja dan Kaisar.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Tawadhu Yang Dimuliakan Allah
Takbir merupakan pengakuan tentang kebesaran Allah. Dengan
takbir kita tinggalkan keangkuhan dan kecintaan dunia, dengan takbir kita
tanggalkan segala jabatan dan atribut yang disandang, dengan takbir kita
berdoa dan memohon kepada Allah agar segera melenyapkan Virus Covid-
19 serta variannya, dengan takbir kita berharap dapat meraih gelar
Muttaqun, dengan takbir pula kita ikhlas melepas Ramadhan yang telah
melatih fisik dan mendidik psikis kita.

2
Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd
Insan ’Alim Yang Dicintai Allah
Bulan Ramadhan merupakan bulan kesembilan dari tahun Hijriyah.
Angka 9 ini memiliki dimensi anatomis dan bermakna bahwa orang yang
berpuasa wajib mengendalikan 9 fungsi organ tubuh manusia, yaitu
fungsi pemikiran yang berpangkal di otak; fungsi penglihatan yang
berporos di mata; fungsi pendengaran yang berpusat di telinga; fungsi
penciuman yang terletak di hidung; fungsi pengucapan dan
pengecapan yang berada pada mulut; fungsi perpegangan yang
berpusat di tangan; fungsi pencernaan yang terakumulasi di perut; fungsi
pengembangbiakan yang bertitik pangkal pada alat reproduksi; serta
fungsi pergerakan yang bertumpu pada kaki kita.
Angka 9 ini berdimensi pula secara geneologis dan bermakna bahwa
pada umumnya manusia dikandung oleh ibunya selama 9 bulan. Hal ini
menggambarkan bahwa bayi juga berganti posisi sebanyak 9 kali selama 9
bulan berada dalam rahim ibunya.
Yang lebih menarik adalah angka 9 ini dalam pandangan orang Muna
juga memiliki makna yang sakral bahwa seorang ibu selama ia
mengandung harus mengikuti Kafenaghu atau nasihat-nasihat baik yang
diberikan orang-orang tua agar selalu menjaga dan mengendalikan 9 organ
tubuh dan fungsinya, mulai dari akal pikirannya, mata, telinga, hidung,
mulut, perut, tangan, kaki dan alat kelaminnya. Kafenaghu ini kembali
dipertegas dalam ritual adat Kasambu yang diselenggarakan ketika
seorang ibu telah hamil 7 bulan. Isi nasihatnya kurang lebih sama, yaitu:
“dadjumagani fekiri, mata, pongke, nee, nunsu, taghi, lima, ghaghe,
karobineha/kamoghaneha”. Langkah ini dilakukan agar supaya keturunan
yang dilahirkan kelak adalah keturunan yang saleh dan salehah.
Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa dimensi-
dimensi filosofis-keilmuan pada Puasa Ramadhan senafas dengan pesan-
pesan kultural yang terkandung dalam adat istiadat dan budaya orang
Muna.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Shaim Yang Dirindukan Allah
Puasa itu secara subtantif terbagi 2, yakni Puasa Formatif dan
Puasa Transformatif. Puasa yang baru saja kita lalui ini, merupakan
Puasa Formatif yang secara formal telah ditentukan prosedur dan
takaran waktunya, yakni sebulan penuh serta telah ditetapkan waktu sahur

3
dan berbuka, demikian pula telah ditentukan hal-hal yang dapat
membatalkannya. Puasa formatif ini adalah sarana untuk melatih kita agar
terbiasa mengendalikan diri dari berbagai kebutuhan syahwat serta fungsi
jasmani yang tidak terkendalikan.
Setelah Puasa Formatif yang kita lakukan selama sebulan penuh,
maka selanjutnya kita akan melaksanakan Puasa Transformatif yang
berlangsung selama sebelas bulan. Puasa Transformatif ini berguna untuk
menilai apakah Puasa Formatif tadi telah dipraktikan dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari atau tidak.
Dengan demikian, sejatinya kita tidak pernah berhenti puasa dari
waktu ke waktu dan di manapun kita berada, sebab puasa substansinya
adalah kemampuan kita untuk mengendalikan diri. Manusia harus mampu
mengendalikan diri tanpa mengenal ruang dan waktu agar tidak terjerumus
dalam godaan hawa nafsu durjana. Kita berpuasa, bukan hanya karena
perintah Allah semata, tetapi karena kita butuh pada puasa itu. Andaikata
Allah tidak mewajibkannya, maka niscaya manusia itu sendiri yang akan
mewajibkan dirinya untuk berpuasa. Itulah makna dari potongan ayat:
١٨٣ ....‫ب َعلَ ۡي ُك ُم ٱلصِّ يَا ُم‬
َ ِ‫ُكت‬
“... diwajibkan atas kamu berpuasa....”

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Muzakki Yang Disayangi Allah
Zakat fitrah, zakat maal, serta infak, dan sedekah adalah ibadah
berdimensi sosio-ekonomi yang wajib ditunaikan oleh mereka yang
memiliki ketersediaan harta yang diiringi dengan niat tulus ikhlas untuk
menunaikannya. Memberikan zakat fitrah, zakat maal, serta infak, dan
sedekah kepada para musytahiq dijamin tidak akan membuat harta akan
berkurang, tetapi sebaliknya justru akan menambah perolehan rezeki kita,
di samping perolehan pahala yang berlipatganda sebagai investasi kita di
akhirat kelak. Hal ini disebutkan dalam QS. Al-Baqarah: 261:

ِّ‫ل‬NN‫نَابِ َل فِي ُك‬N‫ ۡب َع َس‬N‫ل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَتَ ۡت َس‬N ِ ِ‫ب‬N‫ ٰ َولَهُمۡ ِفي َس‬Nۡ‫ون َأم‬
ِ Nَ‫يل ٱهَّلل ِ َك َمث‬ َ ُ‫ين يُنفِق‬ َ ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذ‬
٢٦ ‫ف لِ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ ٰ ‫س ُۢنبُلَ ٖة ِّماَْئةُ َحب ٖ َّۗة َوٱهَّلل ُ ي‬
ُ ‫ُض ِع‬
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan
Allah, laksana menanam sebiji benih yang tumbuh menjadi tujuh tangkai
dan setiap tangkainya tumbuh seratus biji. Allah melipat gandakan

4
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Terkhusus zakat fitrah sebagai instrumen untuk menyepuh harta dan
diri kita, wajib ditunaikan pada bulan Ramadhan. Jangan sampai terlambat
untuk ditunaikan dan didistribusikan kepada yang berhak menerimanya,
terutama kepada kaum fakir miskin agar mereka dapat merayakan Idul
Fitri dengan perasaan gembira dan berkecukupan seperti kaum muslimin
pada umumnya. Bila zakat fitrah baru ditunaikan ketika khatib turun dari
mimbar, maka zakat fitrah tersebut akan berubah statusnya menjadi
sedekah biasa.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Hanif Yang Dirahmati Allah
Kini kita memasuki Idul Fitri. ‘Id berarti “kembali” dan fithri berarti
“agama yang lurus, kesucian dan asal kejadian”. Jadi Idul Fitri berarti
kembali pada agama yang lurus atau kembali pada kesucian sebagaimana
asal kejadian manusia. Kalau kita memahami “Fitrah” sebagai agama yang
lurus, maka sesungguhnya Idul Fitri meneguhkan kembali komitmen kita
untuk beribadah kepada Allah secara vertikal dan membina hubungan
sesama manusia secara horizontal.
Dalam menjalani kehidupan vertikal dan horizontal, kerap kali terjadi
dinamika yang pasang surut, terkadang kita lalai untuk beribadah kepada
Allah, serta tidak jarang pula kita khilaf dalam berinteraksi dengan sesama
manusia. Namun Idul Fitri hadir untuk memberikan sinyal bahwa manusia
harus menyadari kelalaiannya serta meningkatkan ibadahnya secara
kontinyu dan mengakui pula kesalahannya, sehingga bersedia untuk
menerima dan memberi maaf kepada orang lain.
“Fitrah” berarti pula kesucian dan asal kejadian. Manusia asal mula
kejadiannya adalah suci. Diciptakan oleh Allah Yang Maha Suci. Mengalami
proses genetika dengan niat yang suci dan dilahirkan dalam keadaan suci.
Hal ini bermakna bahwa Idul Fitri hendak mensucikan kembali diri kita,
baik secara lahiriah, maupun batiniyah. Inilah fitrah manusia yang dibawa
sejak asal mula kejadiannya. Demikian dipahami dari firman-Nya dalam
Surat al-Rum: 30.
ِ ۚ ‫ق ٱهَّلل‬ ۡ َ ‫ ِد‬N‫ا اَل تَ ۡب‬Nۚ Nَ‫اس َعلَ ۡيه‬
ِ N‫يل لِ َخل‬ َ ‫ين َحنِ ٗيف ۚا فِ ۡط َر‬
َ َّ‫ت ٱهَّلل ِ ٱلَّتِي فَطَ َر ٱلن‬ ِ ‫ك لِل ِّد‬َ َ‫فََأقِمۡ َو ۡجه‬
ٰ َ ِ‫ٰ َذل‬
ۡ ُ ‫ك ٱل ِّد‬
٣٠ ‫ون‬ ِ َّ‫ين ٱلقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ۡكثَ َر ٱلن‬
َ ‫اس اَل يَ ۡعلَ ُم‬

5
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Zakiy Yang Dimuliakan Allah
Idul Fitri bermakna pula “kembali kepada kesucian kemanusiaan”.
Seluruh rangkaian ibadah vertikal dan horizontal yang dilakukan pada
bulan Ramadhan dan shalat ‘Id bersama ini, bertujuan untuk kembali
menyepuh dan menambah kadar kesucian dari nilai-nilai kemanusiaan kita,
seperti yang tersimpul di dalam Rukun Islam.
Nilai suci kemanusiaan dapat dikembalikan melalui penolakan
terhadap segala bentuk paganisme dan penindasan keyakinan untuk
mensucikan akidah kita, seperti yang tersimpul dalam Dua Kalimat
Syahadat; kemudian kita mengakui kebesaran Allah dan menenangkan
hati kita guna mensucikan jiwa dan raga, seperti yang kita lakukan dalam
Shalat; lalu mengendalikan hawa nafsu agar ruhani kita tetap suci, seperti
yang tampak dalam ibadah Puasa; selanjutnya menunjukkan solidaritas
sosial kita kepada sesama manusia untuk mensucikan harta kita, seperti
yang tercermin dalam Zakat; serta mengarahkan hidup kita hanya kepada
Allah semata guna mensucikan proses perjalanan hidup kita, seperti yang
dilambangkan dalam rukun dan wajib Haji.
Kesucian, sejatinya merupakan akumulasi dari tiga unsur, yaitu unsur
kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Kebenaran akan melahirkan ilmu;
kebaikan akan melahirkan budi; dan keindahan akan melahirkan seni.
Seseorang yang beridul fitri dalam arti kembali kepada kesucian, akan
selalu berfikir yang benar, berbuat yang baik, dan menghiasi dirinya
dengan karya yang indah. Selalu mencari nilai-nilai positif dalam sikap
negatif sekalipun, ia akan menerima serta memberikan maaf dan bahkan
berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan padanya.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Fitrah Yang Dicintai Allah
Fitrah merupakan potensi dasar yang melekat pada manusia.
Manusia yang fitrah sesungguhnya manusia yang memiliki kecerdasan

6
intelektual, kesadaran spiritual dan keseimbangan emosional. Sebagai
makhluk fitrah yang memiliki kecerdasan intelektual, Ia akan selalu
berpikir positif, sehingga tercipta kognisi yang kuat. Dengan kesadaran
spiritualnya, Ia akan senantiasa merasakan kehadiran eksistensi Wujud
Yang Maha Tunggal, sehingga terjelma afeksi dan konasi yang
tercerahkan. Dengan keseimbangan emosional, Ia kerapkali akan
memahami kebutuhan individunya secara internal dan akan merajut
harmoni sosial yang santun dan menyejukan secara interpersonal.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Mutsaqafah Yang Disayangi Allah
Sebagai bangsa yang majemuk, baik budaya, suku bangsa, ras
maupun agama tidaklah menjadi penghalang bagi tumbuhnya saling
menghargai, saling menghormati, toleran, dan hidup moderat dalam
beragama. Falsafah hidup orang Muna berupa Dopo Masi-masigho
(saling menyukai/menjaga) Dopomoo-Moologho (saling menyayangi),
Dopo Pia-piara (saling memelihara), Dopo Angka-angkafi (saling
memberi contoh baik), dan Dopo Adha-adhati (saling menghargai
martabat) sangat relevan dengan prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan.
Jika masyarakat bersatu dan bersinergi dengan pemerintah, maka 15
program prioritas Pemerintah Kabupaten Muna dapat terwujud dengan
baik, menuju Muna maju, mandiri, berdaya saing, dan sejahtera.
Umat Islam adalah umat yang satu dan bersatu. Sebagai umat yang
satu maka setiap orang harus mengakui bahwa semua manusia memiliki
persamaan untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Demikian pula,
pengakuan bahwa umat manusia bersaudara karena kita merupakan hasil
pengembangbiakan dari sumber yang satu, yaitu Adam dan Hawa. Sebagai
umat yang satu, mengakui bahwa kita bersaudara karena kita seketurunan,
sesuku, sebangsa, senegara, seagama atau karena kita sesama manusia.
Meski kita umat yang satu, tentu saja ada perbedaan di antara kita dalam
pandangan Allah Swt. Perbedaan kita terletak pada kadar ketakwaan kita
kepada-Nya, seperti cuplikan al-Quran dalam Surat al-Hujarat: 13:
ۚ ٓ
َ ‫ ُعوبٗ ا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬NNN‫ر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ۡل ٰنَ ُكمۡ ُش‬NNN
‫ارفُ ٓو ْا ِإ َّن‬NNN ٰۡ
ٖ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَقنَ ُكم ِّمن َذ َك‬
١٣ ‫ير‬ ٞ ِ‫َأ ۡك َر َم ُكمۡ ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ۡتقَ ٰى ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخب‬
“Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

7
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Hakim Yang Disayangi Allah
Fakta hakiki bahwa manusia bersaudara merupakan takdir Ilahi. Allah
Swt. dengan kudrat dan iradat-Nya, Ia mentakdirkan manusia untuk
bersaudara. Takdir merupakan hukum alam yang berlaku secara alamiah
pada kehidupan manusia dan kondisi alam semesta, di mana Allah telah
mentakdirkan bahwa ada siang dan malam; hidup dan mati; dunia dan
akhirat; matahari terbit di Timur dan terbenam di Barat; ada langit dan
bumi; ada daratan dan lautan; dan seterusnya.
Pada sisi lain berlaku pula Sunnatullah yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama manusia atau alam semesta. Manusia menerima
pengaturan hukum alam (takdir) karena hukum tersebut bersifat given.
Sedangkan hukum sosial kemasyarakatan (sunnatullah), manusia memiliki
kontribusi yang besar untuk mengaturnya. Seperti bila manusia melakukan
eksploitasi terhadap alam yang melebihi ambang batas, maka akan terjadi
bencana erosi, banjir, dan kerusakan lingkungan lainnya. Di sinilah letak
pentingnya implementasi falsafah Muna: Hansuru-hansuru Badha,
Sumano Kono Hansuru Liwu (Badan boleh binasa, tetapi
kampung/daerah tidak boleh hancur). Oleh karena itu, kampung/daerah/
alam sekitar kita harus jaga, pelihara, dan diwariskan untuk generasi
selanjutnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tagline/slogan ”Mai Te
Wuna” menjadi sangat relevan dalam rangka memajukan pariwisata alam
dan ekonomi kreatif sebagai salah satu bagian dari 15 program prioritas
Pemerintah Kabupaten Muna. Potensi alam dan situs budaya di Kabupaten
Muna perlu dirawat dan dikelola dengan baik. Salah satu langkah yang
dilakukan adalah dengan melalui pariwisata alam.
Pengelolaan pariwisata alam yang menyajikan panorama indah,
seperti di Towea, Meleura, Walengkabola, Labora, Napabale, Moko,
Kandawuhano Ndoke, Motonuno, Mata Air Sangia, Puncak Masalili,
Mangkeluno, Air Terjun Kalima-lima, Fotunorete, Permandian Kafokotiu dan
Bonea, Liang Kabori, Barugano Wuna, Situs Kerajaan Muna, Kontu Kowuna
dan Masjid Wuna, merupakan langkah strategis untuk melestarikan alam,
sehingga terhindar dari tindakan eksploitatif.

8
Ekonomi kreatif nampak pula dari upaya pemerintah dalam
melestarikan keterampilan menenun yang menghasilkan kain-kain tenun
berkelas sebagai produk masyarakat lokal. Kain Tenun Masalili merupakan
salah satu contoh produk ekonomi kreatif yang sudah terkenal di kancah
nasional hingga ditampilkan ke mancanegara. Bahkan dipakai oleh Presiden
Jokowi dalam acara peringatan Hari Pers Nasional. Demikian pula dengan
Pusat Kuliner Kota Raha mampu menyedot banyak peminat guna
menggeliatkan ekonomi kreatif di Bumi Para Sugi ini.
Tagline/slogan ”Mai Te Wuna” sesungguhnya merupakan bentuk
Dakwah Ekonomi Bupati Muna yang mengajak orang untuk datang
berkunjung karena semakin banyak orang datang ke Muna, maka semakin
banyak pula uang yang beredar, sehingga hal ini akan mampu
menghidupkan usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Muna.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Kamil Yang Diberkahi Allah
Belakangan ini, marak terjadi tindakan radikal atas nama agama,
operasi tangkap tangan, penyebaran berita hoaks, ujaran kebencian,
diskriminasi gender, pedofilia, predator anak, perdagangan manusia,
persekusi, perundungan, pembersihan etnis, dan lain sebagainya,
merupakan fakta yang tersaji di hadapan mata kita. Hal ini terjadi karena
kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai keagamaan, atau dalam
pandangan orang Muna bahwa tindakan tersebut terjadi karena kurangnya
pemahaman terhadap falsafah hidup yang disebut Feeli sebagai manusia.
Feeli dalam bahasa Arab disebut Fi’il atau Fi’lun yang berarti
perbuatan atau tindakan. Perbuatan dimaksud adalah perbuatan yang
didasarkan pada ajaran moral yang baik, sehingga kata Feeli bermakna
akhlakul karimah atau akhlak yang agung, mulia, dan terpuji.

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd


Insan Syakir Yang Dirahmati Allah
Kita patut bersyukur kepada Allah karena masih ada Ramadhan yang
menolong kita, sehingga kita dapat menghadirkan Tuhan dalam diri kita,
menempa kepekaan sosial kita, serta mengintrospeksi diri sejenak untuk
mengevaluasi sudah sejauh manakah perjalan hidup yang kita lewati.
Apakah sudah sesuai dengan rel-rel yang telah ditetapkan Allah ataukah

9
tidak. Melalui Ramadhan kita dapat memperbaiki diri dan menata hidup
agar dapat lebih baik ke depan. Kerinduan akan Ramadhan semakin terasa
ketika kita meninggalkan Ramadhan tahun ini. Kita berharap agar kita
masih berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan. Semoga Allah
masih memberikan umur panjang kepada kita sekalian.
Sesungguhnya kita masih berpeluang untuk menciptakan suasana
Ramadhan setelah Idul Fitri ini, yakni dengan berpuasa sunnat di bulan
Syawal selama 6 hari yang pahalanya seperti orang yang berpuasa
setahun, sesuai HR. Muslim No. 1164:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu ditambah dengan puasa


enam hari di bulan syawal adalah seperti berpuasa selama setahun”.
Demikian pula kita amat berbahagia dengan hadirnya 1 Syawal Hari
Raya Idul Fitri ini yang kita rayakan sebagai hari kemenangan setelah
berjuang selama sebulan penuh melawan hawa nafsu. Perayaan Idul Fitri
ini kita sambut dengan suka cita dengan menyambung hubungan
silaturahmi kepada sesama manusia. Kita harus membuka pintu hati dan
pikiran kita ”lebar-lebar” untuk menerima dan memberi maaf kepada orang
lain; membuka mata kita ”lebar-lebar” untuk melihat ketidakberpunyaan
orang lain agar kita dapat membantunya; membuka ”lebar-lebar” telinga
kita untuk mendengarkan jeritan tangis fakir miskin agar kita dapat
mencukupkan kebutuhannya; serta membuka ”lebar-lebar” pintu rumah
kita untuk menerima kedatangan para tamu dan handai tolan. Itulah
makna hakiki dari kata ”Lebaran” yang biasa digunakan dalam tradisi
pelaksanaan hari raya bagi umat Islam di Indonesia.

KHUTBAH KEDUA

ِ ِ ‫ اَ ْل َحمْ ُد‬.ُ‫هللاُ َأ ْك َب ُر هللاُ َأ ْك َب ُر هللاُ َأ ْك َبر‬


ُ‫هلل َربِّ ْال َعا َل ِمي َْن الَ ِإل َه ِإالَّ ه َُو الرَّ حْ من‬
َ ‫ اللّ ُه َّم‬.‫ َأرْ َس َل َرس ُْو َل ُه َرحْ َم ًة ل ِْل َعا َل ِمي َْن‬،‫الرَّ ِح ْي ُم‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬

10
‫ض َع ِن ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َ‪ْ.‬ن َو َعنْ َج ِمي ِْع‬ ‫َو َع َلى ألِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأجْ َم ِعي َْن‪ .‬اللّ ُه َّم ارْ َ‬
‫ان ِإ َلى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬
‫‪.‬الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس ٍ‬
‫صا ِد ًقا َو َق ْلبًا َخاشِ عًا َول َِسا ًنا َذا ِكرً ا َو َت ْو َب ًة‬ ‫ك ِإ ْي َما ًنا َكا ِمالً َو َي ِق ْي ًنا َ‬‫اللّ ُه َّم ِإ َّنا َنسْ َألُ َ‬
‫ت ْاَألحْ يا َ ِء‬ ‫ت َو ْالمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫اغ ِفرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬‫َنص ُْوحً ا‪ .‬اَللّ ُه َّم ْ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع َق ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َواتِ‪ ،‬اللّ ُه َّم َأصْ ل ِِح الرَّ عِ َّي َة‬ ‫ت ِإ َّن َ‬
‫مْوا ِ‬ ‫ِم ْن ُه ْم َو ْاَأل َ‬
‫ار ْالمُسْ لِ ِمي َْن آ ِم َن ًة َر ِخي ًَّة‪َ .‬ر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي‬
‫َواجْ َع ْل ِإ ْن ُد ْو ِن ْيسِ يَّا َو ِد َي َ‬
‫هلل َربِّ ْال َعا َل ِمي َْن‬ ‫‪.‬اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّنارواَ ْل َحمْ ُد ِ ِ‬

‫هذا ْال ِع ْي ِد ال َّس ِع ْيدِ‪َ ،‬وَأح ُُّث ُك ْم َع َلى‬ ‫هللا ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى ِ‬
‫هللا فِي َ‬ ‫عِ َبادَ ِ‬
‫ض َو َت َولَّى َع ْن ُه َفه َُو فِي ال َّ‬
‫ضالَ ِل‬ ‫اع ُه َفه َُو َس ِع ْي ٌد َو َمنْ َأعْ َر َ‬
‫اع ِتهِ‪َ ،‬ف َمنْ َأ َط َ‬
‫َط َ‬
‫آِئر ْالمُسْ لِ ِمي َْن‬
‫هللا ْالعَظِ ْي َم لِيْ َو َل ُك ْم َول َِس ِ‬ ‫هذا َوَأسْ َت ْغ ِف ُر َ‬‫ْال َب ِع ْيدِ‪َ .‬أقُ ْو ُل َق ْولِيْ َ‬
‫ت َو ْالمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َناتِ‪َ ،‬فاسْ َت ْغ ِفر ُْوهُ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬
‫‪َ .‬و ْالمُسْ لِ َما ِ‬

‫‪Wassalamu Alaikum Wr. Wb.‬‬

‫‪CURRICULUM VITAE‬‬

‫‪IDENTITAS‬‬
‫‪1. Nama‬‬ ‫‪: Dr. Husain Insawan, M.Ag‬‬
‫‪2. Tempat/Tgl. Lahir‬‬ ‫‪: Kendari, 17 Agustus 1973‬‬
‫‪3. ORCID ID‬‬ ‫‪: 0000-0002-1610-4432‬‬

‫‪PENDIDIKAN‬‬
‫‪1. Doktor Bidang Syariah/Hukum Islam Konsentrasi Ekonomi Syariah, UIN Alauddin Makassar, 2010‬‬
‫‪2. Magister Bidang Pendidikan Islam UNMUH Malang, 2000‬‬
‫‪3. Sarjana Bidang Pendidikan Bahasa Arab IAIN Alauddin Ujungpandang di Kendari, 1996‬‬
‫‪4. Pendidikan Guru Agama Negeri Kendari, 1991‬‬
‫‪5. Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kendari, 1988‬‬
‫‪6. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kendari, 1985‬‬

‫‪11‬‬
JABATAN
1. Wakil Rektor 1 IAIN Kendari, 2015-2019 & 2019-2023
2. Plt. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kendari, 2019
3. Wakil Ketua 1 STAIN Kendari, 2014
4. Pembantu Ketua 1 STAIN Kendari, 2013
5. Ketua Jurusan Syariah STAIN Kendari, 2010-2013
6. Sekretaris Jurusan Syariah STAIN Kendari, 2009-2010
7. Anggota Senat Wakil Dosen STAIN Kendari, 2003-2007
8. Ketua Prodi Ekonomi Islam STAIN Kendari, 2000-2002

BUKU
1. Pembaruan di Dunia Muslim: Melacak Jaringan Wahabi di Indonesia, 2004
2. Spektrum Syariah dan Hukum, 2009
3. Etika dan Prosedur Operasional Perbankan Syariah, 2010
4. Metodologi Studi Islam: Multi Pendekatan dan Model, 2011
5. Norma Etika Sistem Perbankan Syariah, 2011
6. Modul Islam dan Integritas, 2013
7. Perbankan Berbasis Nilai Etika, 2017
8. Teknologi Informasi dan Piranti Keuangan, 2020
9. Mikro Ekonomi Islam, 2021

JURNAL
1. Respon Islam terhadap Peradaban Barat Modern, 2012
2. Problematika Zakat Profesi, 2013
3. Pendekatan Fenomenologis dalam Studi Islam, 2013
4. ”Fiqh Lintas Agama” dalam Paradigma Sosiologi Kontemporer, 2013
5. Transformasi Sebuah Tradisi Intelektual: Asal Usul Pendidikan Islam pada Masa Awal Sejarah Islam, 2013
6. Bentuk Pembinaan Keagamaan Masyarakat Pesisir: Studi Kasus Pada Masyarakat Bajo di Kec. Soropia Kab. Konawe, 2014
7. Penegakan Hukum di Indonesia, 2014
8. Productive and Distribution Zakat Effectiveness in Poverty Reduction, 2016
9. Pendidikan Life Skill Komunitas Santri Melalui Budidaya Jamur Merang Berbasis Entrepreneurship di PP. Al-Jannah Konsel, 2016
10. Peranan ZIS dalam Menata Perekonomian dan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, 2017
11. The reality of Arabic learning guidance in Indonesian Islamic senior high schools, 2017
12. Al-Ijarah dalam Perspektif Hadis: Kajian Hadis dengan Metode Maudhuiy, 2018
13. Business World and Alternative Solutions on Achieving Sustainable Development Objectives, 2018
14. The Contestation of Values in Character Education: Political Interest and School Burden, 2020
15. Analysis of Financial Ratio on Profitability Level (Return on Equity) in PT. Bank Muamalat Indonesia TBK, 2020
16. Effect of Organizational Climate and Participation in Budgeting on Employee Performance, 2021
17. Empowering Women Through Entrepreneurship Based on Local Resources in North Konawe, Indonesia, 2021
18. Wakafnomic in Muna Regency, Indonesia as Best Practice Role Model Philantrophy in the Islamic Economic System, 2022

PENELITIAN
1. Studi Analisa Penerapan Metode Pengajaran Bahasa Arab di MAN 2 Kendari, 1996
2. Perilaku Akademik Mahasiswa Muslim Aktivis: Studi Kasus di STAIN Kendari, 2000
3. Akulturasi Adat dan Agama dalam Menunjang Pembangunan di Buton, 2002
4. Undang-Undang Barata Kesultanan Buton dan Konstitusi Negara Madinah, 2003
5. Pengaruh Penerapan MBS terhadap Peningkatan Mutu Hasil Pendidikan pada MAN 1 Kota Kendari, 2004
6. Bentuk Pembinaan Keagamaan Masyarakat Pesisir: Studi Kasus Pada Masyarakat Bajo di Kec. Soropia Kab. Konawe, 2004
7. Syuhada dalam Perspektif al-Quran: Kajian Qurani dengan Metode Tematik, 2005
8. Dakwah dalam Masyarakat Plural: Studi tentang Persepsi Tokoh Agama di Kota Kendari, 2005
9. Hijrah dalam Perspektif al-Quran: Kajian Tafsir al-Quran Secara Tematik, 2006
10. Nilai-Nilai Moral dalam Sistem Operasional Perbankan Syariah pada BMI Cabang Kendari, 2007
11. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Pergeseran Nilai-Nilai Penentuan Awal Waktu Musim Tanam pada Masyarakat Pedalaman di Pulau Buton
Sulawesi Tenggara, 2011
12. Pemikiran Ekonomi Islam M. Dawam Rahardjo, 2011
13. Efektivitas Pengelolaan Zakat di Kabupaten Konawe Selatan, 2012
14. Etnopaedagogi Katoba Sebagai Model Pendidikan Karakter pada Etnis Muna, 2013
15. Implementasi Kurikulum Matakuliah Bahasa Arab di STAIN Kendari, 2014
16. Rancangan Teoritis Paradigma Keilmuan Transdisipliner IAIN Kendari, 2017
17. Suntik Buah Perspektif Transdisipliner: Kajian Biologi dan Sosio-Hukum Ekonomi Syariah, 2021

12

Anda mungkin juga menyukai