Anda di halaman 1dari 3

Memahami Nilai-Nilai Haji di Masa

Pandemi Covid-19
‫ َوَأ ْشهَدُ َأ ْن‬،‫ َوعَىَل ٰاهِل ِ َوحَص ْ ِب ِه َو َم ْن َوااَل ُه‬،‫هللا‬ ِ ِ‫الساَل ُم عَىَل َس ِّي ِداَن ُم َح َّمـ ٍد َر ُس ْول‬ َّ ‫ة َو‬,ُ ‫الصاَل‬ َّ ‫ َو‬، ِ ‫َالْ َح ْمدُ هّٰلِل‬
‫ فَ يِّن‬، ُ‫ َأ َّما ب َ ْعد‬.‫هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َوَأ ْشهَدُ َأ َّن َس ِّيدَ اَن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل ُ اَل نَيِب َّ ب َ ْعدَ ُه‬ُ ‫اَّل هٰل َ اَّل‬
‫ فَ َم ْن فَ َر َض ِف ِهي َّن الْ َح َّج ِإفَاَل‬،‫ات‬ ِ ‫ُأ ْو ِإ ِص ْيمُكِإ ْ َون َ ْفيِس ْ ِب َت ْق َوى‬
ٌ ‫ الْ َح ُّج َأ ْشه ٌُر َم ْعلُو َم‬:‫هللا الْ َقاِئ ِل يف ُم ْحمَك ِ ِك َتا ِب ِه‬
،‫ َوتَ َز َّودُوا فَ َّن َخرْي َ َّالزا ِد التَّ ْق َوى‬، ُ ‫ َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن َخرْي ٍ ي َ ْعلَ ْم ُه اهَّلل‬،‫وق َواَل ِجدَ ا َل يِف الْ َح ّ ِج‬ َ ‫َرفَ َث َواَل فُ ُس‬
‫ِإ‬ ‫ون اَي ُأويِل اَأْللْ َب ِاب‬ ِ ‫َوات َّ ُق‬
Jama’ah Jumat yang di rahmati Allah SWT marilah senantiasa kita meningkatkan ketakwaan pada
Allah ‫ﷻ‬. Oleh karenanya mari kita semua terus memupuk ketakwaan dan keimanan kita dalam
wujud menjalankan segala perintah Allah ‫ ﷻ‬dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya.

Mudah-mudahan kita tergolong orang yang bertakwa yang akan mendapatkan petunjuk dalam
setiap langkah kehidupan kita. Dan dengan keimanan serta ketakwaan yang kokoh ini, semoga kita
akan mampu menjadi umat Islam yang sempurna yang mampu mewujudkan rukun iman dan
melaksanakan rukun Islam.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kesempurnaan Islam kita bisa kita raih dengan menjalankan lima ibadah yang terangkum dalam
rukun Islam. Yaitu Mengucapkan 2 Kalimat syahadad,Shalat lima waktu sehari semalam,Puasa di
bulan Ramadhan, Membayar Zakat,Dan ibadah yang menjadi pungkasan dalam rukun Islam
tersebut adalah berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Allah ‫ ﷻ‬berfirman
dalam QS Ali 'Imran ayat 97:

َ ‫َوهّٰلِل ِ عَىَل النَّ ِاس ِح ُّج الْ َبيْ ِت َم ِن ْاس َت َطا َع ِال َ ْي ِه َس ِب ْياًل َو َم ْن َك َف َر فَ ِا َّن اهّٰلل َ غَيِن ٌّ َع ِن الْ ٰعلَ ِمنْي‬
Artinya: Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari seluruh alam.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah, Ayat ini menjadi pengingat pada kita selaku umat Islam untuk
berusaha semaksimal mungkin bisa melaksanakan ibadah haji. Dengan menjalankan Rukun Islam
yang kelima ini, tentu kita akan bisa menyempurnakan keislaman kita. Sehingga pergi ke Tanah
Suci untuk berhaji selalu menjadi cita-cita dan impian umat Islam sejak lahir ke dunia ini.

Namun dalam ayat ini, Allah memberi catatan bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi orang-
orang yang mampu untuk menunaikannya.

Lalu pertanyaannya, apa kategori orang yang mampu dalam menjalankan ibadah haji?

Para ulama membagi pengertian “mampu berhaji” menjadi dua kategori. Pertama adalah mampu
melaksanakan haji dengan dirinya sendiri dan yang kedua adalah mampu melaksanakan haji dengan
digantikan orang lain. Seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji dengan dirinya
sendiri apabila memenuhi lima hal.
Pertama adalah kesehatan jasmani. Kedua, sarana transportasi yang memadai. Ketiga, aman dan
terjaminnya keselamatan nyawa, harta, dan harga dirinya selama perjalanan dan pelaksanaan
ibadah haji. Keempat, perginya perempuan dengan suami, mahram, atau beberapa perempuan yang
dapat dipercaya dalam ibadah haji. Dan kelima rentang waktu yang memungkinkan untuk
menempuh perjalanan haji.

Jadi bisa kita pahami bahwa kriteria mampu untuk berhaji bukan hanya terkait dengan kemampuan
finansial, namun banyak elemen yang perlu dipersiapkan untuk bisa dikatakan mampu berhaji. Jika
seseorang sudah berusaha dan belum dapat mencukupi kriteria-kriteria mampu serta belum bisa
melaksanakan ibadah haji, maka tidak ada dosa baginya. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 286:

ُ ‫َال يُلَك ِ ّ ُف‬


‫هللا ن َ ْف ًسا الَّ ُو ْس َعهَا‬
‫ِإ‬
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.”

Dalam Surah al-Maidah, Ayat 6 juga ditegaskan oleh Allah

ٍ‫هللا ِل َي ْج َع َل عَلَ ْيمُك ْ ِم ْن َح َرج‬


ُ ُ‫ َما يُ ِريْد‬:‫ﷻ‬
Artinya: “Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian.”

Namun demikian, Hadirin yang dirahmati oleh Allah, kita patut berbahagia karena di Indonesia,
semangat dan antusiasme umat Islam untuk berhaji sangat tinggi. Berbagai upaya dilakukan
individu Muslim, baik secara moral maupun material untuk dapat segera diberangkatkan pemerintah
ke Tanah Suci. Hal ini terlihat dari antrean daftar tunggu yang berdasarkan data Kementerian
Agama bisa mencapai puluhan tahun.

Dalam kondisi normal, pemerintah memberangkatkan 221 ribu jamaah untuk berhaji. Para jamaah
Indonesia bergabung dengan kurang lebih 2,5 juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia.

Namun kita ketahui bersama bahwa dua tahun terakhir ini pelaksanaan ibadah haji terhambat oleh
pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum juga mereda. Kita bisa lihat sendiri melalui siaran
langsung televisi dan dari informasi dari berbagai media jika Arab Saudi pun terdampak Covid-19.
Kita bisa saksikan kondisi yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan siapa pun.

Masjid suci umat Islam yang biasanya penuh dengan ratusan ribu jamaah, kini sepi dan dibatasi.
Jamaah yang masuk harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, termasuk di Masjid Nabawi
Madinah. Kondisi pandemi Covid-19 ini juga menjadikan Pemerintah Arab Saudi tidak memberi
kesempatan kepada orang di luar negaranya untuk melaksanakan ibadah haji. Bukan hanya
Indonesia, seluruh negara di dunia tidak diperkenankan mengirimkan jamaah hajinya pada 2021.

Kebijakan ini pun dilakukan Arab Saudi kembali pada tahun 2021 ini sehingga Pemerintah
Indonesia pun telah memutuskan untuk tidak memberangkatkan calon jamaah haji. Akan tetapi
kondisi ini tidak boleh menurunkan semangat umat Islam untuk terus berusaha dan berdoa guna
mewujudkan impian kita bisa beribadah di Tanah Suci.

Sudah bisa dipastikan umat Islam, khususnya para calon jamaah haji yang memang sudah saatnya
diberangkatkan, merasakan kesedihan atas pembatalan haji ini. Pelaksanaan haji boleh tertunda tapi
niat mesti terus terjaga. Kerinduan untuk mengunjungi Baitullah seyogianya tak ikut mereda. Baik
bagi orang yang sudah menunggu antrean berangkat maupun baru berikhtiar menabung untuk itu.
Kita harus mampu mengambil hikmah atas kondisi ini dan berdoa semoga dengan ditundanya ini
tidak mengurangi sama sekali makna niat kita untuk melaksanakan ibadah haji. Perlu kita sadari
bahwa salah satu tujuan dari beragama atau maqashidus syari'ah adalah hifdhun nafs, menjaga
keselamatan jiwa.

Menjaga keselamatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda. Kaidah fiqih juga menegaskan bahwa:

‫د َْر ُء الْ َم َف ِاس ِد ُم َق َّد ٌم عَىَل َجلْ ِب الْ َم َصا ِل ِح‬


“Upaya menolak kerusakan harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan.”

Dengan pertimbangan keselamatan jiwa warga negaranya di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi
secara global inilah, pemerintah Indonesia mengambil keputusan yang berat ini.

Oleh karena itu, Hadirin yang dirahmati oleh Allah, Marilah kita berdoa semoga kondisi ini segera
berlalu dan dapat kembali normal. Mari terus berdoa semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan
kehidupan khususnya kegiatan ibadah kita dapat kembali berjalan dengan normal seperti biasa. Kita
sangat merindukan pelaksanaan ibadah haji bisa dilakukan dengan normal kembali. Semoga Allah
mengijabah doa kita semua. Amin.
ُ ‫ ِإ ن َّ ُه ه َُو الْ َغ ُف ْو ُر ا َّلر ِحمْي‬،‫ فَ ْاس َت ْغ ِف ُر ْو ُه‬، ْ ‫هللا يِل ْ َولَمُك‬
َ ‫َأقُ ْو ُل قَ ْويِل ْ ه َٰذا َوَأ ْس َت ْغ ِف ُر‬.

Anda mungkin juga menyukai