Khutbah ini mengingatkan kita bahwa Idul Fitri yang selalu disebut sebagai hari
kemenangan bukan saja karena kita telah melewati satu bulan berpuasa, tetapi karena
seharusnya kita telah mencapai kematangan spiritual dan sosial.
Khutbah Idul Fitri kali ini berjudul: “Khutbah Idul Fitri: Memaknai Hari Kemenangan yang
Sesungguhnya". Untuk mengunduh dan mencetak naskah khutbah Idul Fitri ini silakan klik
ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga
bermanfaat.
Khutbah I
الَّل ه َأ ْك َبُر .×٣الَّل ه َأ ْك َبُر َ .×٣أ ْك َبُراللُه أَ .×٣اللُه َأ ْك َبُر َك ِبْيًرا َواْل َحْمُد للِه َك ِثْيًراَ ،وُسْبَحاَن اللِه ُبْكَرًة َوَأ ِصْيلًا .لَا ِإ لَه ِإ لَّا
Baca Juga:
Khutbah Idul Fitri: Jaminan dari Allah setelah Puasa Ramadhan
َاْل َحْمُد للِه اَّلِذى َجَعَل ِلْلُمْس ِلِمْيَن ِعْيَد ْالِفْطِر َبْعَد ِصيَاِم َرَمَضاَنَ .أ ْشَهُد َأ ْن لَا ِاَلَه ِإ لَّا اللُه َوْحَدُه لَا َشِرْيَك َلُه َلُه اْلُمْلُك
ْالَعِظْيُم ْالَاْك َبْرَ .وَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدنَا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه الَّش اِفُع ِفي اْلَمْح َشْرَ .نِبٌّي َقْد َغَفَر اللُه َلُه َما َتَقَّد َم ِمْن َذْنِبِه َوَما
َتَأ َّخ َر .اللُهَّم َص ِّل َعلَى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى َاِلِه َوَاْص َحاِبِه اَّلِذْيَن َأ ْذَهَب َعْنُهُم الِّرْج َس َوَط َّه ْر
َأ َّم ا َبْعُدَ .فَيا ِعَباَداللِه ِاَّت ُقوااللَه َحَّق ُتَقاِتِه َولَا َتُم َّن
ْوُت ِإ لَّا َوَاْنُتْم ُمْس ِلُمْوَن .قاَل اللُه َتَعالَى ِفْي ِك اَتِبِه الَكِرْيِم َأ ُعْوُذ ِبالَّل ِه ِمَن
ْوُت ِإ لَّا َوَأ نُتْم ُّم ْس ِلُمْوَنَ .يا َأ ُّي َها اَّلِذْيَن َءاَمُنوا اَّت ُقوا اللَه
الَّش ْيَطاِن الَّر ِجيِمَ .يا َأ ُّي هَا اَّلِذْيَن اَمُنوا اَّت ُقوا اللَه َحَّق ُتَقاِتِه َولَا َتُم َّن
َء
َوُقْوُلْوا َقْولًا َسِدْيًداُ .يْص ِلْح َلُكْم َأ ْعَماَلُكْمَ ،و َيْغِفْر َلُكْم ُذُنْو َبُكْمَ ،وَمْن ُيِطِع اللَه َوَرُسْوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما
اللُه َأ ْك َبُر ×٣لَا ِإ لَه ِإ لَّا اللُهَ ،واللُه َأ ْك َبُر ،اللُه َأ ْك َبُر َوللِه اْل َحْمُد
Baca Juga:
Khutbah Idul Fitri: Evaluasi Capaian Ibadah di Bulan Ramadhan
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
َعَلْيِه َفُهَو ِمَن اْلَمْمُقوِتيَن َوْلَيُكْن َكَذِلَك ِفي آِخِر ُكِّل ِعَباَدٍة َيْفَرُغ
Artinya, “Setiap selesai berbuka puasa, seyogyanya kita merasa khawatir sekaligus menaruh
harap kepada Allah. Khawatir jangan-jangan ibadah kita tidak diterima, juga berharap
bahwa Allah menerimanya. Sebab, kita tidak tahu apakah puasa kita diterima sehingga
termasuk hamba yang dekat di sisi Allah, atau sebaliknya ditolak sehingga kita termasuk
hamba yang mendapat murka-Nya. Sikap seperti ini harus diterapkan setiap selesai
melakukan ibadah apapun.” (Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, [2016], juz I, halaman 319).
Imam Al-Ghazali berpesan agar setiap selesai berbuka puasa kita menerapkan sikap khauf
dan rajā’ terhadap puasa yang sudah kita laksanakan. Untuk satu ibadah berupa puasa saja
perlu ditanamkan prinsip ini apalagi setelah selesai selesai satu bulan dengan segala amalan
sunah di dalamnya.
Bayangkan, orang yang sudah beribadah maksimal saja tidak boleh berbangga diri dan
terlalu percaya diri dengan amalnya, apalagi mereka yang ibadahnya biasa-biasa saja.
اللُه َأ ْك َبُر َوللِه اْل َحْمُد، َواللُه َأ ْك َبُر،× لَا ِإ لَه ِإ لَّا اللُه٣ اللُه َأ ْك َبُر
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Puasa tidak saja ibadah yang memiliki spiritual, tetapi juga ritual keagamaan yang
mendidik kepekaan sosial pengamalnya. Saat kita berpuasa, sebagaimana ditegaskan Syekh
‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, sejatinya kita sedang digembleng agar memiliki rasa empati
tinggi. Sebab, orang yang berpuasa akan merasakan betapa payahnya menahan lapar dan
haus selama kurang lebih tiga belas jam dalam kurun waktu satu bulan.
Dengan pengalaman demikian kita akan sadar bahwa seperti inilah nasib saudara-saudara
kita yang hidupnya berkekurangan yang untuk mencari sesuap nasi saja harus memeras
keringat di bawah sengatan terik matahari. Barangkali lapar dan haus kita akan berakhir di
waktu magrib, tetapi saudara kita yang hidup dengan ekonomi sangat rendah boleh jadi
merasakan lapar sepanjang hayat masih dikandung badan, bahkan untuk makan esok
harinya saja masih bingung harus mencari kemana lagi.
Saat Idul Fitri sudah tiba, sudah seharusnya kita mencapai titik empati sedemikian rupa
karena sudah melalui hari-hari berpuasa selama satu bulan. Namun sayang, kadang kita
sendiri justru terlalu larut dalam kegembiraan yang kita sebut sebagai ‘hari kemenangan’.
Berasyik-ria menerima THR, memakai baju baru, menikmati hidangan spesial Idul Fitri,
berkumpul dengan sanak saudara yang masih utuh, dan sejumlah momen keceriaan
lainnya.
Namun, kita lupa bahwa di hari kemenangan ini boleh jadi masih ada saudara yang
jangankan menerima THR, pekerjaan dengan gajih tetap saja tidak punya. Jangankan
menikmati hidangan ketupat dan sedap opor ayam, untuk makan sehari-hari saja masih
harus mengetuk pintu dari satu tetangga ke tetangga yang lain. Juga mereka yang sudah
tidak memiliki keluarga karena tertimpa bencana, umpamanya. Jangankan berkumpul
dengan keluarga lengkap, sosok ibu dan ayahnya saja telah tiada.
Mari kita renungi kembali pada momen suci ini. Sudahkah kita merasakan hari
kemenangan dengan meraih nilai-nilai kemenangan yang seharusnya? Kemenangan yang
bukan karena kita telah finish melewati jalan terjal Ramadhan, tetapi kemenangan
sesungguhnya yang tidak saja berupa kematangan spiritual, melainkan juga pencapaian
kepekaan sosial yang seharusnya diraih.
اللُه َأ ْك َبُر َوللِه اْل َحْمُد، َواللُه َأ ْك َبُر،× لَا ِإ لَه ِإ لَّا اللُه٣ اللُه َأ ْك َبُر
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Puasa sendiri sejatinya representasi dari sejumlah ibadah yang ada. Sebab, sebagaimana
puasa, ibadah-ibadah lain juga memiliki semangat spiritual dan sosial yang harus kita raih
kedua-duanya. Sibuk mencari pencapaian spiritual saja tapi mengabaikan aspek sosialnya
hanya akan membuat kita buta terhadap lingkungan kita hidup. Sebaliknya, terlalu sibuk
dengan aspek sosial tapi mengabaikan sisi ritualnya hanya akan membuat kita jauh dari
Allah swt. Dalam satu hadits diriwayatkan:
. ِهَي ِفي الَّن اِر: َقاَل. َوُتْؤِذي ِجيَراَنَها، وتقوم الَّل ْيَل، ُفَلاَنُة َتُصوُم النهار، َيا َرُسوَل الَّل ِه: َقاُلوا: َعْن َأ ِبي ُهَرْيَرَة َقاَل
ِهَي ِفي َّن: َوَلا ُتْؤِذي ِجيَراَنَها ؟ َقاَل، َوَتَص َّد ُق ِباْلَأ ْثَواِر ِمَن اْلَأ ِقِط، ُفَلاَنُة ُتَصِّلي اْلَمْكُتوَباِت: َقاُلوا
اْلَجِة
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, ‘Sekalompok sahabat bertanya,
‘Wahai Rasulullah, ada seorang perempuan ahli puasa dan ahli ibadah malam, tapi dia
masih suka menyakiti tetangganya. Bagaimana pendapatmu?’ Rasul menjawab, ‘Dia akan
masuk neraka.’ Mereka bertanya lagi, ‘Ada pula seorang perempuan yang hanya
menunaikan shalat lima waktu, bersedekah dengan sepotong keju, dan tidak menyakiti
tetangganya. Bagaimana pendapatmu?’ Rasul menjawab, ‘Dia akan masuk surga.’” (HR Al-
Hakim).
Dari hadits ini dapat dipahami bahwa shalat yang merupakan tiang agama saja tidak
menjamin kita masuk surga jika kita masih berbuat buruk kepada sesama manusia.
Demikianlah khutbah Idul Fitri yang khatib sampaikan. Semoga di momen kemenangan ini
membuat kita merasakan kemenangan yang hakiki. Kemenangan yang tidak saja menandai
kita telah merampungkan satu bulan berpuasa, tetapi juga telah mencapai kematangan
spiritual dan sosial yang sesungguhnya.
َوٱۡعَتِص ُموْا: َوَأ ِعْدُه َعَليَنا َأ ْعَواًما َعِدْيَدًة َأ ُعْوُذ ِباللِه ِمَن الَّش ْيَطاِن الَّر ِجْيِم،تَقَّب َل اللُه ِمَّن ا َوِمْنُكْم لَاَّل ُهَّم َباِرْك َلَنا ِفْي ِعْيِدَنا
ِب َحۡبِل ٱلَّل ِه َجِميًعا َوَلا َتَفَّر ُقوْۚا َوٱۡذُكُروْا ِنۡعَمَت ٱلَّل ِه َعَلۡيُكۡم ِإ ۡذ ُكنُتۡم َأ ۡعَدٓاًء َفَأ َّل َف َبۡيَن ُقُلو ِبُكۡم َفَأ ۡص َبۡح ُتم ِبِنۡعَمِتِهٓۦ ِإ ۡخ َٰوًنا
َوُكنُتۡم َعَل َشَفا ُحۡف َرٍة ِّمَن ٱلَّن اِر َفَأ نَقَذُكم ِّمۡنَهۗا َكَٰذِلَك ُيَبِّيُن ٱلَّل ُه َلُكۡم َءاَٰيِتِهۦ َلَعَّل ُكۡم َتۡهَتُدوَن
ٰى
Khutbah II
اللُه َاْك َبْر َك ِبْيًرا َوْالَحْمُد للِه َك ِثْيًرا َوُسْبَحاَن الله ُبْكَرًة َو َأ ْص ْيلًا لَا ِاَلَه ِالَّا اللُه َواللُه َاْك َبْر.× ٤ × اللُه َاْك َبْر٣ اللُه َاْك َبْر
َوَأ ْشَهُد َأ ْن َلا ِإ َلَه ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه ِاْقَراًرا ِبُرُبْوِبَّي ِتِه َوِاْرَغاًما. اْل َحْمُد للِه َحْمًدا َك ِثْيًرا َك َما َأ َمَر.اللُه َاْك َبْر َوللِه ْالَحْمُد
الّلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى َأ ِلِه. َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َسِّيُد اْلَبَشِر.ِلَمْن َج َحَد ِبِه َوَكَفَر
َأ َمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه َوَس ِّلُمْوا َتْس ِلْيًما .الّلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َجِّد اْل َحَسِن َواْل ُحَسْيِن َوَعَلى َأ ِلِه ِوَأ ْص َحاِبِه َخْيِر َأ ْهِل
الَّد اَرْيِن ُخُصْوًصا َعَلى َأ َّو ِل الَّر ِفْيِق َسِّيِدَنا َأ ِبى َبْكٍر الِّص ِّدْيقَ .وَعَلى الَّص اِدِق اْلَمْص ُدْوق َسِّيِدَنا َأ ِبي َحْفٍص ُعَمَر اْلَفاُرْوِق.
َوَعَلى َزْوِج اْلِبْنَتْيِن َسِّيِدَنا ُعْثَماِن ِذْي الُّن ْوَرْيِنَ .وَعَلى اْبِن َعِّمِه اْلَغاِلِب َسِّيِدَنا َعِلِّي ْبن َأ ِبْي َطاِلبَ .وَعَلى الِّس َّت ِة اْلَباِقْيَن
َرِضَي اللُه َعْنُهْم َأ ْج َمِعْيَنَ .وَعَلى الَّش ِر ْيَفْيِن َسِّيَدْي َش َباِب َأ ْهِل الَّد اَرْيِن َأ ِبْي ُم َّمَح د اْل َحَسِن َوَأ ِبْي َعْبِد اللِه اْل ُحَسْيِنَ .وَعَلى
َعَّم ْيِه اْلَفاِض َلْيِن َعَلى الَّن اِس َسِّيِدَنا َحْمَزة َوَسِّيِدَنا اْلَعَّب اِسَ .وَعَلى َبِقَّي ِة الَّص َحاَبِة َأ ْج َمِعْيَنَ .وَعَلى الَّت اِبِعْيَن َوَتاِبِع الَّت اِبِعْيَن َلُهْم
ِإِب ْح َساٍن ِإ َلى َيْوِم الِّدْيِنَ .وَعَلْيَنا َمَعُهْم ِبَرْح َمِتَك َياَأ ْرَحَم الَّر اِح َمْيَن
َالّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت َواْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت َالَاْح يآِء ِمْنُهْم َوْالَاْمَواِت .اللُهَّم َأ ِعَّز ْالِاْس لَاَم َواْلُمْس ِلِمْيَن َوَأ ِذَّل
الِّشْرَك َواْلُمْشِرِكْيَن َواْنُصْر ِعَباَدَك اْلُمَوِّحِدْين َواْنُصْر ََم ْن َنَصَر الِّدْيَنَ .واْخُذْل َمْن َخَذَل اْلُمْس ِلِمْيَن َو َدِّمْر َأ ْعَداَء الِّدْيِن
َواْعِل َكِلَماِتَك ِاَلى َيْوِم الِّدْيِن .الّلُهَّم اْدَفْع َعَّن ا ْالَبلَاَء َوْالَوَباَء َوالَّز لَاِزَل َوْالِمَحَن َوُسْوَء ْالِفْتَنِة َوْالِمَحَن َما َظَهَر ِمْنَها َوَما
َبَطَن َعْن َبَلِدَنا ِاْنُدوِنْيِس َّي ا خآَّص ًة َوَساِئِر ْالُبْلَداِن اْلُمْس ِلِمْيَن عآَّم ًة َيا َرَّب ْالَعاَلِمْيَن .الَّل ُهَّم َأ ْص ِلْح َلنا ِدْيَنَنا اَّلِذْي ُهَو ِعْص َمُة
َأ ْمِرَنا َوَأ ْص ِلْح َلَنا ُدْنَياَنا اَّل ِتْي ِفْيَها َمَعاُش َنا َوَأ ْص ِلْح َلَنا آِخَرَتَنا اَّل ِتْي ِفْيَها َمَعاُدَنا َواْج َعِل اْل َحَياَة ِزَياَدًة َلَنا ِفْي ُكِّل َخْيٍر
َواْج َعِل اْلَمْوَت َراَحًة َلَنا ِمْن ُكِّل َشٍّر
الَّل ُهَّم َأ ِّلْف َبْيَن ُقُلو ِبَناَ ،وَأ ْص ِلْح َذاَت َبْيِنَناَ ،واْهِدَنا ُسُبَل الَّس َلاِم َ ،وَنِّجَنا ِمَن الُّظ ُلَماِت ِإ َلى الُّن وِرَ ،وَجِّنْبَنا اْلَفَواِحَش َما
َظَهَر ِمْنَها َوَما َبَطَنَ ،وَباِرْك َلَنا ِفي َأ ْس َماِعَنا َوَأ ْبَصاِرَنا َوُقُلو ِبَنا َوَأ ْزَواِج َنا َوُذِّر َّي اِتَناَ ،وُتْب َعَلْيَناِ ،إ َّن َك َأ ْنَت الَّتَّو اُب الَّر ِحيُم.
الّلهَّم َحِّبْب إَلْيَنا الإيَماَن َوَزِّيْنُه ِفي ُقُلْو ِبَنا َوَكِّرْه إَلْيَنا اْلُكْفَر َواْلُفُسْوَق َواْلِعْص َياَنَ .واْج َعْلَنا ِمَن الَّر اِشِدْيَن الّلُهَّم اْرُزْقَنا
الَّص ْبَر َعلى الَحِّق َوالَّث َباَت َعَلى الَأ ْمِر والَعاِقَبَة الَحَسَنَة والَعاِفَيَة ِمْن ُكِّل َبِلَّي ٍة والَّس لَاَمَة ِمْن كِّل ِإ ْثٍم والَغِنْيَمَة ِمْن كل ِبٍّر
ِبالَجِة والَّن َجاَة ِمَن الَّن اِر َيا َأ ْرَحَم الَّر اِحِمْيَنَ .رَّب نا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َوِفي الاِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّن ار
والَفْوَز َّن
ِعَباَداللِهِ .اَّن اللَه َيْأ ُمُر ِبْالَعْدِل َوْالِاْح َساِن ِإَو ْيتآِء ِذى ْالُقْربَى َوَيْنَه ى َعِن ْالَفْح شآِء َواْلُمْنَكِر َوْالَبْغي َيِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم
َتَذَّك ُرْوَن َواْذُكُروااللَه ْالَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َواْش ُكُرْوُه َعلَى ِنَعِمِه َيِزْدُكْم َوَلِذْكُر اللِه َاْك َبْر
Ustadz Muhamad Abror, penulis buku 'Ramadhan Terakhir', alumnus Pondok Pesantren
KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta.
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan
informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
TAGS: khutbah idul fitri idul fitri Shalat Idul Fitri