Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“KONSEP HABLUM MINALLAH”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Fikih Ibadah

Dosen Pengampu: H.Muhaimin, S.PD, MH.

Disusun oleh kelompok 6:

1. Arin Iftita Fihani (2120110094)


2. Siti Nur Aisyatun Nisak (2120110096)
3. Reyhan Ananda Zaenudin Putra (2120110120)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq hidayah serta
inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “KONSEP HABLUM MINALLAH”. Sholawat serta salam selalu terlimpah
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang membawakan kita semua
kedalam masa kejayaan, masa kemengan dari zaman jahiliyah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri atau datang
dari luar.

Makalah ini memuat tentang Konsep hablum minallah. Kami juga mengucapkan
Terimakasih kepada Dosen Fikih Ibadah yang telah membimbing penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Kudus, 17 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN MASALAH ............................................................. 2

2.1. Pengertian Hablum Minallah .......................................................... 2

2.2. Penerapan Hablum Minallah .......................................................................... 3

2.3. Hubungan Antara Manusia Dengan Allaah SWT.......................................................... 4

BAB III PENUTUP .................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 6


BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu istilah yang sering salah dimengerti orang tentang kedudukan hukum-
hukum Allah yang ditetapkan-Nya bagi manusia adalah tentang dikotomi „hablumminallah‟
dan „hablumminannas‟, bahwa ketika mereka menyebut „hablumminallah‟ itu berarti suatu
perbuatan yang semata-mata berhubungan dengan peribadatan kepada Allah berupa shalat,
puasa dan haji, sebaliknya kalau menyangkut „hablumminannas‟ artinya suatu perbuatan
yang terkait dengan sesama manusia, misalnya soal berbuat baik, hukum pidana dan perdata,
aturan kesopanan berpakaian dan bertingkah-laku, hidup bertetangga, sampai kepada aturan
bernegara dan bermasyarakat secara umum. Salah kaprah berikutnya soal kedua istilah ini
adalah, tata-cara „hablumminallah‟ sudah diatur secara baku dan tidak boleh dirobah baik
bentuknya maupun waktunya, misalnya aturan shalat wajib 5 kali sehari semalam dengan
rakaat yang tetap dan waktu yang tetap, puasa wajib harus di bulan ramadhan mulai dari
terbit fajar sampai matahari terbenam.

Dalam kaitan tentang istilah „hablumminallah‟ dan „hablumminannas‟ , kita


menemukan satu ayat Al-Qur‟an yang menyinggung soal ini, ketika Allah bicara tentang ahli
kitab yang artinya ‟‟Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia‟‟ Padahal
semua itu hanyalah titipan yang diberikan Allah SWT. Kita harus banyak – banyak bersyukur
atas pemberian Allah swt, dengan cara meningkatkan ibadah kita seperti sholat, puasa, zakat,
haji, dan lain – lain.

Rumusan Masalah

1. Pengertian Hablum Minallah


2. Penerapan Hablum minallah ?
3. Hubungan antara Manusia dengan Allah SWT ?

Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Hablum Minallah


2. Untuk mengetahui Penerapan Hablum Minallah
3. Untuk mengetahui Hubungan Manusia dengan Allah SWT
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hablum Minallah

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. Namun dalam
pengertian syariah makna hablumminallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-
Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya
adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka
di dunia dan di akhirat" Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita
kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan apakah hak-
hak Allah itu? Hak-hak Allah ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang
lain serta menjalankan syariat Allah. Misalnya: sholat, puasa dan sebagainya

Secara harfiah, kata ibadah dapat berarti menyembah atau beramal baik. Secara
istilah, ibadah dapat diartikan sebagai beramal baik kepada Allah SWT dan kepada seluruh
makhluk-Nya agar memperoleh ridho dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : “Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” Firman Allah
tersebut menyatakan bahwa seluruh umat manusia wajib beribadah kepada-Nya. Allah SWT
telah menetapkan bentuk-bentuk ibadah yang bermacam-macam kepada manusia. Hal ini
dimaksudkan agar manusia tidak merasa jemu dalam menunaikan ibadah dan dalam
pembagiannya terdapat penyucian bagi sisi-sisi yang beraneka macam dan sudut-sudut yang
berbeda dari tabiat kemanusiaan dan sesuai dengan segala perangai dan tingkatan yang ada di
dalamnya. Ibadah merupakan manifestasi atau perwujudan langsung dari pengamalan aqidah,
syariat, dan akhlak.

Firman Allah SWT Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron: 112 Allah swt berfirman

‫ك بِؤَوَّهُ ْم‬
َ ِ‫ث َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ْس َكىَةُ َذل‬
ْ َ‫ُرب‬ َّ َ‫ب ِّمه‬
ِ ‫َّللاِ َوض‬ ٍ ‫ض‬ َ ‫اس َوبَآإُوا ِب َغ‬ ِ َّ‫َّللاِ َو َح ْب ٍل ِّمهَ الى‬ ْ ُ‫ث َعلَ ْي ِه ُم ال ِّرلَّة ُ أَ ْيهَ َما ثُقِف‬
َّ ‫ىا إِالَّ بِ َح ْب ٍل ِّم ْه‬ ْ َ‫ُرب‬
ِ ‫ض‬
ْ ُ‫صىا َّو َكاو‬
َ‫ىا َي ْعتَ ُدون‬ َ ‫ق َذلِكَ ِب َما َع‬ ٍّ ‫َّللاِ َو َي ْقتُلُىنَ األَ ِوبيَاء ِب َغي ِْر َح‬
َّ ‫ت‬ِ ‫ىا َي ْكفُرُونَ بِآيَا‬ ْ ُ‫َكاو‬

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar.
yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil sebagai
akibat kedurhakaan mereka kepada Allah dan kepada para nabi. Sehingga mereka harus
mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah. Dan dalam ayat
tersebut diberitakan pula bahwa jalan keluar dari segala malapetaka tersebut adalah
membangun kembali hablum minallah dan hablum minannas.
2. Penerapan Hablum Minallah

Mendengar kata ibadah, pikiran kita tentu langsung tertuju pada hal-hal seperti shalat,
zakat, puasa, dan haji. Ibadah seperti ini merupakan manifestasi dari keyakinan (aqidah) kita
kepada kekuasaan Allah SWT, sehingga ibadah ini dapat juga dikatakan sebagai suatu
hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT atau hablum minallah.

Adapun penerapan Hablum Minallah :

- Syahadat, Sebagai seorang muslim dan muslimah, kita wajib mengucapkan syahadat.
Syahaddat artinya kesaksian, menyakini bahwa tiadak ada tuhan kecuali Allah SWT
dan nabi Muhammad utusan Allah Swt.
- Sholat, Sebagai hamba Allah kita wajib mengerjakan sholat 5 waktu dengan tepat.
Syukur - syukur kita mau menambahi sholat kita dengan sholat sunnah.
- Puasa, Sebagai seorang muslim kita juga wajib puasa dibulan ramadhan, kalau kita
mampu kita bisa menambahinya dengan puasa sunnah yang lainnya, seperti puasa
sunnah senin dan kamis
- Zakat, Zakat hukumnya wajib bagi seorang muslim yang mampu ketika bulan syawal,
tidak hanya bulan syawal saja.
- Haji, Naik haji hukumnya wajib bagi yang mampu.
- Beriman dengan Allah SWT dan menyembah-Nya dengan melaksanakan sholat
fardhu lima waktu dan beramal sholih sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya
Muhammad SAW. Tidak akan terjalin hubungan yang baik dengan Allah SWT,
apabila kita tidak mau beriman dengan Allah SWT, tidak mau beramal sholih sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, dan juga tidak mau melaksanakan sholat
fardhu lima waktu.
- Tidak menyekutukan Allah. Menyekutukan Allah (syirik) adalah perbuatan dosa yang
amat besar dan sangat dimurkai Allah. Menyembah selain Allah, mengakui adanya
tuhan yang lain selain Allah, maka itu adalah syirik, sedangkan orang yang
melakukan perbuatan syirik disebut musyrik.
- Tidak berprasangka buruk kepada Allah. Yakinilah olehmu bahwa Allah Maha Baik,
Allah Maha Adil, Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penyayang, Allah Maha
Bijaksana, Allah Maha Dekat, Maha Mengabulkan Doa, Maha Memberi Rezeki. Sub-
haanallaah, Allah tidak akan pernah menzolimi (menganiaya) makhluknya.
- Meyakini dan merasakan bahwa Allah sangatlah dekat dengan kita dan sangat
menyayangi kita.
- Yakin dan Tawakkal kepada Allah yang maha baik, serta bergantung dan berharap
sepenuhnya hanya kepada Allah. Hasbunallaah wani'mal wakiil, ni'mal maulaa
wani'man nashiir (Cukuplah Allah bagi kami, Allah sebaik-baik pelindung dan
sebaik-baik penolong).
- Meninggalkan semua perbuatan dosa dan maksiat, dan juga meninggalkan hal-hal
yang dapat menjauhkan kita dari keridhoan Allah dan melalaikan kita dari dzikrullaah
(mengingat dan menyebut Allah dalam rangka taat kepada Allah).
- Memperbanyak dzikrullah, bahkan selaludzikrullah dalam setiap keadaan, baik dalam
keadaaan duduk, berdiri maupun berbaring.
4. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT.
Di dalam ayat-ayat Al-qur‟an, Allah SWT menyebutkan beberapa penjelasan,
fadzkuruni adzkurkum, “bila kau ingat Aku, Aku pun ingat kamu, kalau dalam hadist
qudsi dikatakan, bila ada manusia yang mendekat kepada Aku, maka Aku akan
membalasnya dengan tidak terhitung artinya reaksinya lebih tepat dan banyak, kalau
ada hamba yang meminta maka Aku akan mendekatinya, bila datang pada-Ku
berjalan maka Aku akan menyambutnya dengan berlari”. Artinya bahwa di dalam
hukum timbal balik itu Allah lebih tepat dan lebih banyak membalasnya, dalam hadist
yang lain “intansurulloha yansurkum” bila engkau menolong agama Allah maka Allah
akan menolongmu, itu artinya ada timbal balik. Banyak dalam Al-qur‟an yang
menyebutkan rumusan tadi, hanya saja yang perlu kita fahami bahwa rumusan timbal
balik ini Allah SWT sangat luar biasa sekali memberikan yang lebih dari apa yang
kita umpamakan, terutama dalam hal kebaikan, sementara dalam hal kejelekan Allah
SWT tidak menambahnya.
Di dalam sistem penilaian amal manusia, Allah itu berat sebelah dan
cenderung berpihak kepada manusia, kita ambil contoh siapapun diantara kita yang
mempunyai nilai jahat atau niat jelek, ketika seseorang berniat jelek itu bukan
merupakan suatu point dosa, akan tetapi kalau niatan jelek itu sudah diaplikasikan
atau dibarengi dengan tindakan maka itupun penilaiannya cuman satu point, tapi kalau
kebajikan, baru niat saja itu sudah diberikan point, dan ketika niat baik itu dilakukan
dengan tindakan maka minimal akan mendapatkan point 10, “manjaa‟ abil hasanati
falahuu „asyru amtsaalihaa”, “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya” (QS. Al-an‟am ayat 160).
Sekarang ada rumusan timbal balik dalam hubungan antara kita dengan Allah, yaitu
hamba dengan Tuhan-Nya, ada sebuah hadist yang berbunyi “bila seseorang ingin
mengetahui tinggi rendahnya derajat di sisi Allah maka lihatlah tinggi derajat Allah di
hatimu”, artinya bila Allah disertakan di hati kita jadi nomor satu di atas segala
kepentingan dan diatas segalanya maka derajat kita pun nomor satu di sisi Allah. Bila
Allah dinomor duakan, nomor tiga atau nomor ke berapa setelah kepentingan itu dan
ini. maka kitapun direndahkan derajatnya oleh Allah SWT, maka ketika kita berdoa
kepada Allah meminta agar diijabah, kadang-kadang dari rumusan tadi keluar sebuah
pernyataan, kamu mau permintaan kamu dinomor satukan sementara perintah Tuhan
saja dinomor tigakan, bila engkau menomor satukan perintah Tuhan maka
permintaanmu pun nomor satu, tapi bila suatu saat engkau menomor duakan perintah
Tuhan sampai menomor terakhirkannya, meskipun engkau meminta-minta seribu kali
pun tetap tidak akan diijabah.

Di dalam hukum timbal balik ini sebenarnya ibadah itu ada 3 target, yaitu :
1. Sah sesuai hukum, misalkan kita sholat selama kita melaksanakan sholat
dzuhur sesuai ajaran fikih yang diambil dari Al-qur‟an dan hadist syaratnya
dipenuhi rukunnya dipenuhi maka menurut standar hukum fikih sholat
dzuhur kita tersebut dinyatakan sah, target pertama sudah tercapai, tapi
belum tentu sholat yang sah itu diterima oleh Allah, karena tidak menutup
kemungkinan seseorang melakukan sholat tapi hati dan niatnya tidak benar.
Seperti orang berpuasa dari pagi sampai maghrib, maka menurut standar
fikih puasanya sah tetapi ketika dia berpuasa melakukan hal-hal yang
negatif maka Allah enggan menerimanya, jadi yang pertama diterima
karena sah menurut hukum.
2. Diterima, yang ketiga dalam hubungan kita dengan Allah diterima oleh
Allah itu dengan harga berapa? dengan nilai berapa? karena kelulusan nilai
6 dengan kelulusan nilai 9 itu berbeda prestasi kelulusannya, yang ini
cumlaude yang ini biasa-biasa saja.

3. Bagaimana ibadah kita sah, diterima dengan nilai yang sangat tinggi di sisi
Allah SWT. Untuk diterima dengan nilai yang sangat tinggi ini standarnya
lain, kalau sah menurut standarnya fikih, kalau diterima dari standarnya niat
dan hubungan horizontal, kalau hubungan horiozontal seorang muslim baik
maka dia akan mendapatkan nilai point yang diterima, lulus dengan nilai
standar.

Oleh karena itu kenapa kalau durhaka kepada orang tua itu akan menjadi penghalang
tidak diterimanya sholat seseorang dan Allah enggan menerima ibadah hambanya
yang durhaka kepada orang tua. Tidak sedikit orang yang beribadah karena hubungan
horizontalnya tidak baik, ke istrinya jahat, keanak buahnya berbuat dzalim, keorang
tuanya durhaka walaupun jidatnya hitam karena bekas sujud namun Allah tetap tidak
akan menerima amal ibadahnya karena hubungan horizontal yang baik itu adalah
penentu dan penyempurna ibadah vertikal, itu rumusannya. Oleh karena itu tahapan
pertama sah, tahapan kedua diterima dan tahapan ketiga diterima dengan nilai yang
tinggi, maka yang dijadikan standar dari ketiga tahapan tersebut itu adalah keilmuan
dan kema‟rifatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Allah SWT akan selalu dekat dengan hamba-Nya. Bahkan ada ungkapan yang
mengatakan bahwa “Allah SWT itu dekat. Bahkan jauh lebih dekat dari urat nadi kita
sendiri”. Kita selalu berharap senantiasa mendapatkan kecintaan Allah SWT
Allah telah memerintahkan manusia untuk selalu beribadah kepada-Nya. Perintah ini
mengandung maksud bahwa ibadah merupakan sarana bagi umat manusia untuk bisa
dekat dengan Sang Pencipta. Di zaman sekarang banyak orang yang merasa dirinya
jauh dari Allah SWT.

B. Saran
Tidak ada kata sempurna itulah yang patut kami ucapkan sehingga kami sebagai
tim penulis sangat mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran. Demikian semoga makalah mengenai Hablum Minallah dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://abi-ghifari.blogspot.co.id/2010/03/implementasi-ibadah-dan-muamalah-
dalam.html
http://majelispenulis.blogspot.co.id/2013/01/hablum-minallah-wa-hablum-
minannas.html
https://www.merdeka.com/jabar/5-cara-mendekatkan-diri-kepada-allah-
tingkatkan-pahala-anda-kln.html

Anda mungkin juga menyukai