Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH SWT

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. SUHARTI ROSMILASARI
2. LINDA HARDIANTI
3. FITRATUNNISA

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Mataram ini. Penulisan makalah ini merupakan
sebuah tugas dari dosen mata kuliah Akidah Akhlak . Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Dengan
tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan,
demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang
sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih,

wassalamu’ alaikum.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………1
1.1 ......... Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 ......... Tujuan .................................................................................................... 1
1.3 ......... Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAAN ................................................................................................ 7


2.1 ......... Makna Syahadatain .............................................................................. 7
2.2 ......... Kandungan syahadatain ....................................................................... 7
2.3 ......... Perilaku Penyebab Batalnya Syahadat
2.4 ......... Ilmu Allah
2.5 ......... Ma’iyyatullah
2.6 ......... Pengertian Sifat Ma’iyyatullah
2.7 ......... Penggunaan kalimat bersama (‫ )ﻣﻊ‬dalam bahasa Arab
2.8 ......... Pembagian sifat Ma’iyyah
2.9 ......... Syirik
2.10 ...... Dampak Syirik
2.11 ...... Ilmu Syirik
2.12 ...... Syirik Besar
2.13 ...... Syirik Kecil

BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN ....................................................................... 10


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bagi umat Islam, kata syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga
manusia. Syahadat adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup
manusia. Syahadat adalah salah satu syarat utama keislaman seseorang.
Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka tiada
pula islam dalam kehidupan manusia. Syahadat adalah sebuah perkara vital
dalam kehidupan umat islam. Syahadat ibarat ruh, sedangkan islam sendiri
ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati jika ruh tersebut tidak ada atau
mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang menyangkut ketauhidan
seseorang. Itulah, mengapa Syahadat ini menjadi salah satu bagian yang
primer bagi umat islam. Didalam agama islam, kedua kalimat Syahadat
tersebut merupakan sebuah rangkaian utuh yang harus diimani secara
menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya mengimani salah satunya
saja. Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui Allah saja namun tidak
mengakui Rasulullah Muhammad saw, begitu juga sebaliknya. Agar umat islam
dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam kehidupannya, maka terlebih
dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung dalam
dua kalimat tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Apakaah halhal-hal yang membatalkan syahadat?
2. Apa itu ilmu Allan?
3. Apa itu Ma'iyatullah
4. Syirik dan dampak-dampaknya?
BAB II PEMBAHASAN

2.1 MAKNA SYAHADATAIN


Syahadatain atau dua kalimah syahadat merupakan kalimat yang utama
dan pertama yang harus diucapkan dan dipahami apabila seseorang
masuk Islam dan bagi seluruh umat Islam pada umumnya. Syahadatain ini
mengandung dua pengertian yang sangat mendasar yaitu bahwa tiada Ilah
selain Allah dan Muhammad SAW adalah Rasulullah. Bagi seseorang yang
mengucapkan kalimah syahadat ini ada 3 syarat yang diperlukan agar
syahadatnya diterima oleh Allah SWT yaitu : mengetahui ma’nanya dengan
benar, membenarkan dengan sungguh-sungguh di hati (tashdiq), dan ikhlas
yakni mengerti apa yang dia persaksikan dengan benar. Allah berfirman di
dalam Al Qur’an : "Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Ilah kecuali
Allah" (QS. Muhammad(47) : 19) Juga di dalam surat Az Zukhruf ayat 86
Allah berfirman : "Kecuali mereka yang menyaksikan kebenaran dan
mereka mengerti" (QS Az Zukhruf (43)86) Dua kalimah syahadat ini
merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Ini berarti bahwa
apabila seseorang bersaksi tiada Ilah selain Allah maka ia juga harus
mempercayai bahwa Muhammad SAW adalah pembawa risalah yang harus
diikuti.
2.2 DALIL SYAHADATAIN
Al-qur’an Dalil-dalil umum tentang syahadat laa ilaha illallah Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Qs: Ali-Imran ayat 18
Penjelasan ayat : َ : ‫ﻲ ُ ُﻗﻮل ُ اﻟﻠﻪ َﺗَﻌﺎَﻟﻰ‬
َ ‫ﻲ َ اﻣِﺔ َﻓ‬
َ ‫ي َﺟﺎَء َﻳْﻮ َم اْﻟ ِﻘ‬
ُ ‫ي {ﺷﻬﺪ ا ﻟﻠﻪ اﻧﻪ اﻻﻟﻪ اال اﻟﻠﻪ } َُّه‬
‫ﻋْﻬًﺪا َو‬
َ ، ‫ﻖ َ م ْن َوف أَ َﻧﺎ َ ا‬
َّ ‫ َّ َﺣ‬، ‫ﻋْﺒِﺪي ا ْد َﺧُﻠْﻮ أَ ى‬
َ ‫لَا‬
ْ ‫ف َﺟَﻨﺔ‬
َ ‫ل ن إِ اآﻟﻴﺔ‬
َ ‫ﻋْﻬٌﺪ ِا‬
َ ‫ﻋْﺒِﺪي‬
َ
Muhammad Ali ash-Shabuni menjelaskan dalam kitab Sofwah at-Tafasir
bahwa ” Syahidallahu annahu laa ilaha illa ana. Bahwa ayat ini
menjelaskan,sesungguhnya orang yang menyatakan ( syahadat tauhid )
maka didatangkan pada hari kiamat.lalu Allah Azza wa jalla berfirman: “
Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku ,dan Aku adalah yang paling berhak
menepati janji,masukanlah hamba-Ku ke syurga.” Syahadat yang dimaksud
dalam ayat diatas menurut ulama tafsir ialah sebuah perjanjian yang
sifatnya mengikat antara Allah dan hamba-Nya * Dan kami tidak mengutus
seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya:
“Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku”.( Qs: Al-anbiyaa’ ayat 25 ) Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah”
(Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri, ( Qs : Ash-shaffat ayat 35)
2.3 KANDUNGAN SYAHADATAIN
Kandungan dalam kalimat syahadat dinamakan dengan Madluul
Asy-Syahaadah. Terdapat 3 kandungan dalam kalimat syahadat ini antara
lain adalah sebagai berikut:2 · Al-Iqraar atau Pernyataan · Al-Qasam atau
Sumpah · Al-Mitsaaq atau Perjanjian (yang teguh) » Pembahasan Adapun
penjelasan 3 kandungan kalimat syahadat tersebut di atas adalah sebagai
berikut: Al-Iqraar atau Pernyataan, maknanya adalah bahwa kalimat
syahadat adalah pernyataan seseorang atas apa yang ia yakini dengan
penuh kesadaran. Dari pernyataan inilah kemudian akan lahir pembuktian.
Al-Qasam atau Sumpah, maknanya adalah ketika seseorang mengucap
kalimat syahadat maka ia besumpah untuk bersedia menerima akibat juga
resiko dari pengamalan kalimat syahadat tersebut. Al-Mitsaaq atau
Perjanjian (yang teguh), adalak janji yang teguh untuk setia dan taat kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya dalam keadaan apapun. D. RUKUN
SYAHADATAIN Rukun “Laa ilaaha illallah” Laa ilaaha illallah mempunyai
dua rukun: An-Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik
dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa
yang disembah selain Allah. Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan
bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan
pengamalan sesuai dengan konsekuensinya. Makna dua rukun ini banyak
disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man
kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali
yang amat kuat …” [Al-Baqarah: 256] Firman Allah, “siapa yang ingkar
kepada thaghut” itu adalah makna dari “Laa ilaha” rukun yang pertama.
Sedangkan firman Allah, “dan beriman kepada Allah” adalah makna dari
rukun kedua, “illallah”. Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada Nabi Ibrahim alaihis salam : “Artinya : Sesungguhnya aku berlepas
diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang
menjadikanku …”. [Az-Zukhruf: 26-27] Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
“Sesungguhnya aku berlepas diri” ini adalah makna nafyu (peniadaan)
dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “Tetapi (aku menyembah)
Tuhan yang menjadikanku”, adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun
kedua

2.4 PERILAKU PENYEBAB BATALNYA SYAHADAT

Syahadat merupakan salah satu rukun Islam yang juga kunci utama di
dalam Islam. Sebab, seseorang belum dikatakan muslim jika ia belum
bersyahadat.Namun, ternyata syahadat yang diucapkan seseorang ketika
masuk Islam atau dalam salatnya bisa batal dan mengakibatkan dirinya
menjadi orang yang kafir bila ia tak berhati-hati menjaga amalan dalam
hidupnya. Berikut ini sepuluh perilaku penyebab batalnya syahadat
seorang muslim

1. Syirik
Syirik merupakan salah satu dosa besar yang sangat dibenci Allah
SWT. Sebagaimana firman Allah Ta’aala bahwa, “Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan Dia
dengan sesuatu, dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang
Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 116). Syirik terbagi atas dua macam,
yaitu syirik besar dan kecil. Di mana syirik besar itu mengakui
adanya Tuhan selain Allah SWT, sementara syirik kecil itu berupa
mengakui adanya kekuatan selain Allah Ta’ala yaitu memiliki
jimat-jimat, guna-guna dan sebagainya.

2. Murtad
Murtad berarti keluar dari agama Islam. Dengan demikian, hal ini
otomatis syahadatnya juga batal dan semua amalan yang
dilakukannya selama menjadi muslim akan sia-sia dan tidak
terhitung.

3. Tidak mengkafirkan orang musyrik dan membenarkan mahdzab


mereka
Dalam Islam sudah dijelaskan orang musyrik adalah kafir. Namun,
sayangnya perkembangan dunia saat ini justru terbalik. Hanya
dikarenakan ingin disebut kaum moderat atau karena kedekatan
hubungan, maka sebagian muslim enggan menyebut istilah
musyrik dan kafir bagi orang yang keluar dari Islam.

4. Thagut
Dalam sebuah riwayat disebutkan Umar bin Khattab mengatakan,
thagut adalah syaitan. Sementara Jabir menjelaskan, thagut adalah
tukang tenung yang turun padanya syaitan-syaitan. Sementara
hukum thagut adalah hukum yang dibuat manusia dan saat ini
banyak orang yang lebih menggunakan hukum ini dibandingkan
hukum Islam. Padahal jika dibandingkan tentunya hal ini sungguh
tidak sebanding.

5. Membenci sunnah Rasulullah


Perilaku ini tentunya menjadi salah satu perilaku yang
membatalkan syahadat. Sebab, bagaimana mungkin seseorang
mengaku Islam bila membenci sunnah rasul. Oleh sebab itulah
Allah SWT pun menghapus pahala dari setiap amal kebaikan yang
telah diperbuatnya.

6. Mengejek atau memperolok agama Allah


Selain membenci sunnah rasul, tak jarang pula mereka
memperolok-olok agamanya sendiri dengan alasan hanya
bermain-main dan bersenda gurau. Dengan demikian, perilaku
seperti ini sudah membatalkan keislaman mereka.

7. Mempelajari dan mengamalkan ilmu sihir


Selain berbuat syirik, perilaku seperti ini juga merupakan salah satu
perilaku yang dibenci Allah SWT. Sehingga meskipun dengan
alasan apa pun, jika seorang muslim melakukannya maka
perbuatannya ini telah membatalkan keislamannya.

8. Membantu orang kafir memerangi kaum muslim


Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah SAW bersikap keras
terhadap kaum kafir dan lembut terhadap muslimin. Namun,
sayangnya sebagian kaum muslimin ada yang menjadi duri dalam
daging. Di mana mereka hidup dan mengaku sebagai seorang
muslim namun amalannya digunakan untuk memusuhi
saudara-saudara seiman.

9. Meyakini bahwa diperbolehkan keluar dari syariat Allah


Perilaku ini juga salah satu penyebab batalnya syahadat seorang
muslim. Bahkan saat ini kelompok yang seperti ini semakin hari
semakin meningkat jumlahnya. Di mana mereka adalah
orang-orang yang hobi mengutak-atik agama Allah menurut selera
akal mereka.

10. Tidak mau mempelajari dan mengamalkan agama


Sebagaimana kita ketahui syarat seorang muslim sejati adalah
melaksanakan ajaran Allah sesuai Alquran dan sunnahnya. Namun
dikarenakan kesombongannya, mereka melakukan rekayasa akal
dengan cara menyelewengkan pesan Allah dalam Alquran dan
sunnahnya. Sehingga perilaku seperti inilah yang dapat
menyebabkan batalnya syahadat seorang muslim.

2.5 ILMU ALLAH


Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha
Mengetahui).Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa
saja yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok,
baik yang ghaib maupun yang nyata.“Apakah kamu tidak mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di
bumi.”(QS. Al-Hajj: 70)“Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 22)
Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam
gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya
segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia
sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada
gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada
sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan
yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’
am: 59) .
Ilmu Allah swt. maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan
terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk
manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk
mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang
tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai manusia. Semakin
didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri
yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih
merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
Ilmu Allah swt. maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan
terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk
manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk
mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang
tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai manusia. Semakin
didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri
yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih
merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia
bila dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut
bahkan tujuh lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt.,
niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan.
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan
sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109).
2.6 MA’IYYATULLAH
A. Pengertian sifat Ma’iyah
Yang dimaksud dengan sifat yaitu tentang
sifat Allah dengan makhluk-Nya. Seperti ungkapan
seseorang: . Diantara manusia ada yang memahami
bahwa maksud dari kalimat dalam ungkapan tersebut
adalah bahwa Zat Allah ada di mana-mana dan bercampur-baur
dengan zat makhluk-Nya. Maka bagaimanakah duduk persoalan
tersebut menurut Al Qur’an dan Sunnah serta pemahaman para
sahabat y? Maka pada berikut ini kita mencoba mengupas
pembahasan tersebut dengan dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta
perkataan para ulama salaf.
B. Penggunaan kalimat Bersama (‫ )ﻣﻊ‬Dalam Bahasa Arab

Dijelaskan para ulama yang pakar dalam bahasa Arab([1]) bahwa


kalimat (‫)ﻣﻊ‬ dalam bahasa Arab hanya semata-mata
menunjukkan tentang secara mutlak, tanpa
mengharuskan untuk saling berdampingan dan bersentuhan atau
bercampur. Karena kebersamaan itu bermacam-macam bentuknya:

1. Ada kebersamaan dalam segi tempat, seperti ungkapan


seseorang: saya sama-sama satu kampung dengannya.
2. Ada kebersamaan dalam segi masa, seperti ungkapan
seseorang: saya sama-sama lahir dengannya.
3. Ada kebersamaan dalam segi kedudukan dan jabatan, seperti
ungkapan seseorang: saya sama-sama-sama satu golongan
dengannya.
4. Ada kebersamaan dalam segi pembelaan, sebagaimana dalam
firman Allah:

4/‫ن اﻟَّﻠَﻪ َﻣَﻌَﻨﺎ{ ]اﻟﺘﻮﺑﺔ‬


َّ ‫ن ِإ‬
ْ ‫ﺤَﺰ‬
ْ ‫ﻻ َﺗ‬
َ }

Maksudnya Allah bersama kita dalam segi pertolongan dan


pembelaan([2]). Bukan berarti Allah bersama mereka dengan
zat-Nya, karena luas gua tersebut bila dibanding kebesaran
Allah tidak ada atinya sama sekali.

5. Ada kebesamaan dalam sisi pengawasan, sebagaimana dalam


firman Allah:
َ ‫ﺨُﻔﻮ‬
‫ن‬ ْ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫ﻻ َﻳ‬
َ ‫س َو‬
ِ ‫ﻦ اﻟَّﻨﺎ‬
َ ‫ن ِﻣ‬
َ ‫ﺨُﻔﻮ‬
ْ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫ }َﻳ‬.6
َ ‫ن َﻣﺎ‬
‫ﻻ‬ َ ‫ﻢ ِإْذ ُﻳَﺒِّﻴُﺘﻮ‬
ْ ‫ﻫَﻮ َﻣَﻌُﻬ‬
ُ ‫ﻦ اﻟَّﻠِﻪ َو‬
َ ‫ِﻣ‬
[108/‫ل { ]اﻟﻨﺴﺎء‬
ِ ‫ﻦ اْﻟَﻘْﻮ‬
َ ‫ﺿﻰ ِﻣ‬
َ ‫َﻳْﺮ‬

Maksunya Allah bersama mereka


yaitu melihat dan menyasikan apa yang sedang mereka
putuskan dalam rapat rahasia mereka tersebut. Bukan berarti
Allah menghadiri perundingan mereka tersebut dengan
Zat-Nya.

7. Ada kebersamaan yang berarti menyatu, seperti ungkapan


seseorang aku minum teh bersama gula dan susu.
i. Jadi makna dari kata (‫ )ﻣﻊ‬dalam bahasa
Arab memiliki makna yang berbeda-beda
maksudnya. Untuk menetukan makna dari
kalimat bersama (‫ )ﻣﻊ‬dalam sebuah ungkapan
adalah dengan melihat gramatika dan susunan
kalimat atau rangkaian kata dalam sebuah
ungkapan.
B. Pembagian sifat Ma’iyah

Para ulama Ahlussunnah menjelaskan bahwa terhadap


makluk-Nya terbagi dalam dua bentuk sebagaimana yang disebutkan
dalam Al Qur’an:

1. Ma’iyah Ammah (ma’iyah dalam betuk umum)

Pengertian dari yaitu kebersamaan Allah terhadap


seluruh makhluk dengan ilmu, penglihatan, pndengaran dan
pengawasan-Nya. Disebut karena ia umum
terhadap seluruh makhluk, baik yang beriman maupun yamg kafir
sekalipun. Diantara ayat yang menunjukkan tentang
adalah beberapa firman Allah berikut ini:

‫ﻫَﻮ‬
ُ ‫ﻦ اﻟَّﻠ ِﻪ َو‬
َ ‫ن ِﻣ‬
َ ‫ﺨُﻔﻮ‬
ْ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫ﻻ َﻳ‬
َ ‫س َو‬
ِ ‫ﻦ اﻟَّﻨﺎ‬
َ ‫ن ِﻣ‬
َ ‫ﺨُﻔﻮ‬
ْ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫}َﻳ‬ .1
َ ‫ن اﻟَّﻠُﻪ ِﺑَﻤﺎ َﻳْﻌَﻤُﻠﻮ‬
‫ن‬ َ ‫ل َو ﺎَﻛ‬
ِ ‫ﻦ اْﻟَﻘْﻮ‬
َ ‫ﺿﻰ ِﻣ‬
َ ‫ﻻ َﻳْﺮ‬
َ ‫ن َﻣﺎ‬
َ ‫ﻢ ِإْذ ُﻳَﺒِّﻴُﺘﻮ‬
ْ ‫َﻣَﻌُﻬ‬
[108/‫ﻄﺎ{ ]اﻟﻨﺴﺎء‬
ً ‫ﺤﻴ‬
ِ ‫ُﻣ‬

Imam Thobari menjelaskan tentang maksud dari kalimat “


dalam ayat ini, yakni: Allah melihat dan
menyasikan perbuatan mereka tersebut sekalipun mereka
berusaha menyembunyikannya dari manusia namun tidak
tersembunyi atas Allah([3]). Dan hal tersebut umum untuk semua
makhluk tidak khusus terhadap kelompok tertentu dari manusia.
‫ﻋَﻠﻰ‬
َ ‫ﺳَﺘَﻮى‬
ْ ‫ﻢ ا‬
َّ ‫ﺳَّﺘِﺔ َأَّﻳﺎٍم ُﺛ‬
ِ ‫ض ِﻓﻲ‬
َ ‫ﻷْر‬
َْ ‫ت َوا‬
ِ ‫ﺴَﻤﺎ اَو‬
َّ ‫ﻖ اﻟ‬
َ ‫ﺧَﻠ‬
َ ‫ﻫَﻮ اَّﻟِﺬي‬
ُ } .2
‫ﺴَﻤﺎِء‬
َّ ‫ﻦ اﻟ‬
َ ‫ل ِﻣ‬
ُ ‫ج ِﻣْﻨَﻬﺎ َوَﻣﺎ َﻳْﻨِﺰ‬
ُ ‫ﺨُﺮ‬
ْ ‫ض َوَﻣﺎ َﻳ‬
ِ ‫ﻷْر‬
َْ ‫ﺞ ِﻓﻲ ا‬
ُ ‫ﻢ َﻣﺎ َﻳِﻠ‬
ُ ‫ش َﻳْﻌَﻠ‬
ِ ‫اْﻟَﻌْﺮ‬
] { ‫ﺼﻴٌﺮ‬
ِ ‫ن َﺑ‬
َ ‫ﻢ َواﻟَّﻠُﻪ ِﺑَﻤﺎ َﺗْﻌَﻤُﻠﻮ‬
ْ ‫ﻦ َﻣﺎ ُﻛْﻨُﺘ‬
َ ‫ﻢ َأْﻳ‬
ْ ‫ﻫَﻮ َﻣَﻌُﻜ‬
ُ ‫ج ِﻓﻴَﻬﺎ َو‬
ُ ‫َوَﻣﺎ َﻳْﻌُﺮ‬
[4/‫اﻟﺤﺪﻳﺪ‬

2. ma’iyyah khashah,
Kaum mu’minin. Ma’iyyah khashah disebutkan dalam Al Qur’an
dalam konteks al mad-hu wats tsana-u (pujian dan sanjungan).
Allah Ta’ala berfirman mengenai ini:

َ ‫ﺼﺎِﺑِﺮﻳ‬
‫ﻦ‬ َّ ‫ن اﻟّﻠَﻪ َﻣَﻊ اﻟ‬
َّ ‫ﺻِﺒُﺮوْا ِإ‬
ْ ‫ا‬

“ ”
(QS. Al Anfal: 46)

‫ن اﻟّﻠَﻪ َﻣَﻌَﻨﺎ‬
َّ ‫ن ِإ‬
ْ ‫ﺤَﺰ‬
ْ ‫ﻻ َﺗ‬
َ

“ ” (QS. At
Taubah: 40)

‫ﺳَﻤُﻊ َوَأَرى‬
ْ ‫ِإَّﻧِﻨﻲ َﻣَﻌُﻜَﻤﺎ َأ‬


” (QS. Thaha: 46)

2.7 Syirik
a. Pengertian syirik
Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu
selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal dan .
Umumnya, menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-hal yang
merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah, atau
memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar,
berdo'a dan sebagainya kepada selainNya. Syirik dapat timbul
dalam pikiran menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah yang
membayangkan terjadinya kesepakatan di antara dua Tuhan. Sementara
golongan yang kedua adalah yang membayangkan perselisihan di antara
dua Tuhan. Kedua golongan ini meyakini pemikirannya masing-masing.
Mereka berpandapat bahwa golongan yang menang akan menjadi atas bagi
golongan yang kalah. Tuhan yang kalah akan kembali mengadakan uji
kekuatan. Jika Ia menang, maka posisi atasan dan bawah menjadi
berkebalikan. Tuhan yang akhirnya menang ini kemudian menjadi
pemerintah bagi Tuhan yang kalah.

Salah satu penyebab terjadinya syirik adalah menjadi tokoh-tokoh


tertentu sebagai pelindung selain Allah. Praktik ini umumnya terjadi pada
para tokoh ulama yang telah wafat. Pelaku syirik umumnya
mendatangi kuburan para tokoh ini untuk melakukan penyembahan. Pelaku
syirik ini juga datang untuk meminta ampunan atau memohonkan agar
segala keinginan yang mereka pinta dapat dikabulkan. Kegiatan syirik ini
biasanya terjadi pada tokoh yang kuburannya dianggap keramat oleh pelaku
syirik.

Penyebab perbuatan syirik ini disebutkan dalam Surah An-Najm ayat 53.
Dalam ayat ini, Allah melarang orang-orang musyrik untuk menyembah Lata
dan Uzza. Dalam riwayat Ibnu Abbas, Mujahid dan Abu Shalih diketahui
bahwa Lata merupakan orang saleh yang sering
membagi-bagikan tepung pada musim haji kepada para jemaah. Setelag
Lata meninggal dunia, banyak orang yang datang ke kuburannya untuk
menyembahnya.[4] Sedangkan Uzza merupakan nama sebuah pohon yang
disembah oleh masyarakat Arab pada masa jahiliah. Informasi ini berasal
dari periwayatan Mujahid. Pohon ini akhirnya ditebang oleh Khalid bin Walid
atas perintah dari Nabi Muhammad.

b. Dampak Syirik

Berbuat syirik berarti mendasarkan sesuatu yang tidak berhak kepada yang
berhak, yakni Allah, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
"Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar" Allah

Dampak dari syirik ini adalah sebagai berikut :

1. Dosa tak diampuni

Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepadaNya, jika
ia meninggal dunia dalam kemusyrikannya.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia


mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar"

2. Tempatnya di Neraka
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya ialah Neraka,
Tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun" 

3. Menghapus pahala
"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan" 

c. Jenis Syirik

Secara umum, syirik dimasukkan ke dalam dua kelompok, yaitu Syirik


besar dan Syirik kecil

1. Syirik Besar[

Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan


menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum
bertaubat kepada Allah.Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk
ibadah kepada selain Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah atau
mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar
untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap
sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun
mudharat.
Bentuk-bentuk syirik besar

• Syirik Do'a, yaitu di samping dia berdo'a kepada Allah Subhanahu wa


Ta'ala, ia juga berdo'a kepada selainNya.[7]
• Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah
untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.[8]
• Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat
kepada Allah [9]
• Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan
Allah dalam hal kecintaan.[10]

2. Syirik Kecil

Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.

Bentuk-bentuk syirik kecil:

• Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain
Allah.

• Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat,
seperti riya' (ingin dipuji orang) dan sum'ah (ingin didengar orang) dan
lainnya.

d. Cara Untuk Membentengi Diri Dari Syirik


1. Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan
senantiasa berupaya memurnikan tauhid.
2. Menuntut ilmu syar’i.
3. Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan
menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan
amal kebaikan.
4. Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah
kecuali bertaubat.
5. Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut dalam
berbagai bentuk kesyirikan.

Maka berhati-hatilah dari syirik dengan seluruh macamnya, dan


ketahuilah bahwasanya syirik itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan
keyakinan. Terkadang satu kata saja bisa menghancurkan kehidupan
dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia tidak menyadarinya.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu apa
yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka (para sahabat) mengatakan,
“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Dia bersabda, “Pada pagi hari ini ada di
antara hamba-Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada-Ku. Orang
yang berkata, ‘Kami telah mendapatkan anugerah hujan berkat
keutamaan Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang beriman kepada-Ku
dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, ‘Kami
mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini atau itu, maka itulah
orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.'” (Muttafaq
‘alaih)
BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah
sebagai berikut;
1. Syahadat merupakan salah satu rukun islam yang juga kunci
utama dalam islam. Sebab, seseorang belum dikatakan muslim
jika ia belum bersyahadat. Namun, ternyata syahadat yang di
ucapkan seseorang Ketika masuk islam atau dalam shalatnya bisa
batal dan mengakibatkan dirinya menjadi orang yang kafir jika ia
tak berhati-hati menjaga amalan dalam hidupnya.
2. Dalam asma’ul husna, Allah swt disebut sebagai al-alim(yang
maha mengetahui). Bahwasannya ilmu allah tidak terbatas. Dia
mengetahui apa saja yang ada dilangit dan dibumi, yang dahulu,
ekarang, ataupun besok, yang ghaib mauoun yang nyata.
3. Ma’iyatullah, Kebersamaan Allah dengan makhlukNya
4. Syirik adalah itikad maupun perbuatan yang menyamakan sesuatu
selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan
uluhiyyah.

Anda mungkin juga menyukai