“Tafsir Tarbawi”
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayatnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Sholawat dan salam kami curahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena berkat beliau kami dapat menikmati
pencerahan iman dan islam dalam menjalani kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan
membahas tentang “Taqwa”.
Pada kesempatam ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yaitu Bapak Dr. H. Mu'min Firmansyah, MHI yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak– pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar kami dapat
menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.
28 Februari 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
BAB II PENUTUP..........................................................................................20
A. Kesimpulan...........................................................................................2
0
B. Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taqwa adalah konsep fundamental dalam Islam yang mengacu pada kesadaran diri
dan ketaatan kepada Allah SWT. Istilah taqwa berasal dari bahasa Arab yang berarti
"melindungi diri dari sesuatu yang tidak diinginkan" atau "mencegah diri dari melakukan
tindakan yang tidak disukai Allah". Konsep Taqwa sangat penting dalam Islam karena
melalui Taqwa, seseorang dapat mencapai tujuan hidup yang sejati, yaitu mencapai keridhaan
Allah SWT dan kebahagiaan dunia akhirat. Taqwa juga merupakan kunci kesuksesan dalam
kehidupan, karena melalui Taqwa seseorang dapat menghindari perbuatan dosa dan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Dalam Al-Quran, Taqwa disebutkan lebih dari 200 kali dan sering dikaitkan dengan
konsep iman, ibadah, dan akhlak yang baik. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 131
َّاس اِنَّا َخلَ ْقٰن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثٰى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُ ْوبًا َّو َقبَاۤ ِٕى َل لَِت َع َار ُف ْوا ۚ اِ َّن اَ ْكَر َم ُك ْم ِعْن َد ال ٰلّ ِه
ُ ٰياَُّي َها الن
ٓ
اَْت ٰقى ُك ْمۗاِ َّن ال ٰلّهَ َعلِْي ٌم َخبِْيٌر
Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat: 13)
Dalam Hadis, Rasulullah SAW juga sering mengajarkan pentingnya Taqwa dan
mengatakan bahwa Taqwa adalah pangkal segala kebaikan. Rasulullah SAW bersabda,
"Taqwa adalah sesuatu yang terletak di dalam hati manusia yang paling baik, dan yang paling
suci adalah hati yang paling taqwa." (HR. Muslim). Dengan memahami dan mengamalkan
konsep Taqwa, seseorang dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang sejati serta
menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat Islam
secara keseluruhan.
1
Qs. Al-Hujarat:13
1
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud taqwa dan hakikatnya?
2. Bagaimana ciri muslim yang bertaqwa?
3. Apa saja ruang lingkup ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari?
4. Apa saja jaminan Allah bagi orang-orang yang bertakwa?
5. Apa Implementasi Taqwa dalam kehidupan sehari-hari ?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari taqwa dan hakikat dari taqwa
2. Untuk mengetahui ciri muslim yang bertaqwa
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui jaminan Allah bagi orang-orang yang bertaqwa
5. Untuk mengetahui Implementasi Taqwa dalam kehidupan sehari-hari
2
BAB II
PEMBAHASAN
ٰايَٓيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن
Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian
kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah, dengan manjauhi atau menjaga diri
dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.4 Dengan kata lain takwa sebagaimana dijelaskan oleh
para ulama yaitu, imtisal al-awamir wajtinabu an-nawahi (melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya). Ada juga yang mendefinisikan
takwa sesuai dengan firman Allah SWT. dalam Q.S Ali Iman:1345
2
Amien Wahyudi,Iman dan Taqwa,(Lampung: UAD,2016),h.90
3
Qs. Ali Imran:102
4
Abdul Majid & Diana Andayani , op. cit., h. 93.
5
Online, NU. 2022, “Makna Taqwa dan Hidayah dalam Islam”, https://www.youtube.com/watch?v=7tgcmDHcfBs,
diakses pada 28 Maret 2023
3
Menurut penelitian Al- Muqaddasi, didalam al-qur’an terdapat 256 kata taqwa pada
251 ayat dengan berbagai variasi makna. Dasar katanya adalah w.q.y yang berarti takut,
menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, orang
yang berwaqwa adalah orang yang merasa takut kepada Allah berdasarkan kesadaran hatinya
untuk mengerjakan seluruh perintah-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut akan
terjerumus pada perbuatan dosa. Mereka adalah orang yang menjaga dirinya dari kejahatan,
senantiasa memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai Alloh,
bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya dan mematuhi
kewajibannya.6
Menurut H.A Salim, yang dimaksud taqwa adalah sikap mental seseorang yang
senantiasa ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda
dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan yang baik, dan benar, pantang berbuat salah
dan kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri, dan lingkungannya.7Kedudukan taqwa sangat
penting dalam ajaran agam islam dan kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dalam hadist,
Rosululloh menasihati al- Gifari,” supaya ia taqwa kepada Alloh, karena taqwa adalah pokok
segala pekerjaan”. Kesimpulannya adalah taqwa itu pokok, atau pangkal dari segala
pekerjaan muslim.
Di dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 13, takwa dijadikan dasar untuk saling mengenal
antar bangsa, yaitu yang artinya : (13). “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Maha Mengenal”. Dalam surat lain yaitu Q.S. An-Nisaa (4) ayat 1, taqwa
juga digunakan sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan isteri) dalam
keluarga, karena pria dan wanita diciptakan dari jenis yang sama. Yang artinya: (1). “Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain , dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.”
Takwa sangat penting bagi bangsa indonesia, begitu pentingnya makna takwa tersebut
6
Rohatun Nihaya, Penafsiran Kontekstualis,(Universitas Sains Al-Qur’an),h.68
7
Ibid, 67
4
maka didalam berbagai rumusan peraturan perundang-undangan kata takwa digunakan
sebagai kata kunci seperti yang termuat didalam TAP MPR, GBHN 1993 (merupakan azaz
pertama). 8Beberapa tahun sebelumnya UU No. 2 th 1989 pasal 4 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan 9
, dengan jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur”.
Hasan Langgulung dalam (Ahmad Taufik, 2011 : 98) berpendapat bahwa takwa
merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam al-quran, dimana nilai-nilai ini
digolongkan atas beberapa golongan yaitu nilai perseorangan, nilai kekeluargaan, nilai sosial,
nilai kenegaraan, dan nilai keagamaan. Menurut beliaau pula terdapat tiga tahap usaha
memasyarakatkan takwa yang dimulai sejak kecil sampai dewasa yaitu tahap sosialisasi,
tahhap identifikasi, dan tahap penghayatan. 10Tahap sosialisasi yaitu anak didik diajar untuk
melaksanakan nilai yang terkandung dalam perkataan takwa. Tahap identifikasi yaitu tahap
peniruan terhadap yeng mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai itu contohnya peniruan
terhadap guru, orang tua, ulama dll. Tahap penghayatan, pada tahap ini anak tidak lagi kagum
pada tokoh yang membawa nilai-nilai itu tetapi mereka gemar dan nikmat mengerjakan nilai-
nilai itu.
a.
ٰايَٓيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن
Artinya : “Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan
dalam keadaan beragama islam” (Q.S. Ali Imran 102).11
b.
8
https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum/monografi-hukum/buku-hukum/27179
9
http://amgy.wordpress.com/2008/02/22/taqwa-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/
10
Rohatun Nihaya,Penafsiran konstekstual,h.82
11
Qs. Ali Imran:102
5
Artinya:“Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari
tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (Q.S. Ali
Imran:60)12
c.
َّ ِاص ْوا ب ِ ِ ٰ اِاَّل الَّ ِذين اٰمُنوا وع ِملُوا2اِ َّن ااْلِ نْسا َن لَِفي خس ۙ ٍر
3 الصرْب َ اص ْوا بِاحْلَ ِّق ەۙ َوَت َو
َ الصل ٰحت َوَت َو
ّ َ َ ْ َ َْ ُْ ْ َ
Artinya :“Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq
(kebenaran) dan kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr : 2-3)13.
۞ ب َو ٰل ِك َّن الْرِب َّ َم ْن اٰ َم َن بِال ٰلّ ِه َوالَْي ْوِم ااْل ٰ ِخ ِر َوالْ َم ٰلۤ ِٕى َك ِة
ِ لَْيس الْرِب َّاَ ْن ُتولُّوا وجو َه ُكم قِبل الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر
َ َ َ َ َ ْ ُْ ُ ْ َ َ
ِ ۚ الرقَا
ب ِ َّ السبِْي ۙ ِل َو
ِّ الساۤ ِٕىلنْي َ َو ِىف ِ
َّ ٰب َوالنَّبِيّٖ َن ۚ َواٰتَى الْ َم َال َع ٰلى ُحبِّهٖ َذ ِوى الْ ُق ْرىٰب َوالْيَت ٰٰمى َوالْ َم ٰسكنْي َ َوابْ َن ِ
ِ والْكت
َ
ۤ ِ ِ ِ ىِف رِب ِ ِ ِ ِ
َ س اُو ٰل ِٕى
ك ِ ۗ الص ِ يْ َن الْبَْأ َساۤء َوالضََّّراۤء َوحنْي َ الْبَْأ ّٰ اه ُد ْوا ۚ َو َّ الص ٰلو َة َواٰتَى
َ الز ٰكو َة ۚ َوالْ ُم ْو ُف ْو َن ب َع ْهده ْم ا َذا َع َّ َواَقَ َام
ٰۤ ِ
177 ك ُهم الْ ُمَّت ُق ْو َن َ الَّذيْ َن..
ُ َ ص َد ُق ْوا َوۗاُول ِٕى
12
Qs. Ali Imran :60
13
Qs. Al-Ashr:2-3
14
Qs. At-Taghabun:16
15
Qs. Al-Baqarah :177
6
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa”.(Qs. Al-Baqarah:177).
Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui pokok-pokok kebajikan baik yang mendatangkan
keselamatan, keberuntungan16. Dari keduanya jelas sudah menunjukkan dimensi keimanan dan
ketaqwaan yang berjalan secara beriringan atau bergandengan satu sama lain. Bahkan
keduanya bertebaran secara konsisten di dalam berbagai ayat al-qur’an.
16
Dudung Abdullah, “Konsep Kebajikan Dalam al-Qur’an”, jurnal Al-Birr 4.no.1(Juni:2015)h.193
17
Qs. Al-Baqarah:1-5
7
1. Beriman kepada yang gaib. Termasuk beriman kepada yang gaib ialah iman kepada
Allah, kepada malaikat, dan kepada hari kiamat.
2. Mendirikan solat yaitu mengerjakan solat dengan menyempurnakan rukun dan
syaratnya sesuai dengan cara yang diperintahkan Allah dan Rosulnya.
3. Menafkahkan sebagian rizki yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang yang
ditentukan oleh agama.
4. Beriman kepada kitab-kitab Allah, yang berarti beriman pula kepada rosul-rosul Allah
yang membawa kitab-kitab itu.
5. Beriman kepada hari akhir, yaitu meyakini adanya hidup setelah mati.
Selanjutnya, beliau juga menjelaskan ciri-ciri taqwa dalam QS. Ali Imran ayat 133 – 134.
ِ ِ ُأعد ِ السماوات واَأْلرض ٍ ِ ِ
ني
َ َّت ل ْل ُمتَّق
ْ ُ َو َسا ِرعُوا ِإىَل َم ْغفَر ٍة م ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّة َع ْر
ُ ْ َ ُ َ َ َّ ض َها
نيِِ ُّ ِني َع ِن النَّاس َواللَّهُ حُيِ ِِ ِ ِ َّ الَّ ِذين يْن ِف ُقو َن يِف
َ ب الْ ُم ْحسن َ ظ َوالْ َعاف
َ ني الْغَْي
َ السَّراء َوالضََّّراء َوالْ َكاظم َُ
Artinya : “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan
mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-
orang yang bertakwa, yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang
lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali Imran ayat 133 – 134)
1. Bergegas atau bersegera menuju ampunan Allah SWT. untuk mendapatkan surga
seluas langit dan bumi.
2. Berinfaq baik dalam keadaan senang ataupun susah, lapang atau sempit. Tidak pelit
ilmu, pengalaman, harta, dan semacamnya
3. al kadhimiina berasal dari kata kadhuma yang memiliki arti mengikat dan menahan
(supaya tidak lepas). Ciri taqwa selanjutnya adalah dapat menahan amarahnya.
4. Dia memaafkan kesalahan orang lain. menghapus kesalahan orang lain di hatinya.
Tidak lagi ada ghoiidz atau dendam di hatinya.
5. Muhsinin yakni orang-orang yang berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat
kepadanya. Ini berhubungan dengan ciri sebelumnya memaafkan kesalahan orang
lain.18
18
Online, NU. 2022. "Ciri Orang Bertaqwa dalam Al Quran", https://www.youtube.com/watch?
v=DKvhx6aH7iw&t=1685s, diakses pada 28 Maret 2023.
8
C. Ruang Lingkup Taqwa
Hasan Langgulung berpendapat ,bahwa ruang lingkup takwa dalam rangka
memelihara meliputi empat jalur hubungan manusia yaitu hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan hati nurani atau dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama
manusia, serta hubungan manusia dengan lingkungan hidup.19
1. 1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablumminallah)
Hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa yang
pertama, sebagai prima causa hubungan-hubungan yang lain. Karena itu seharusnya
hubungan ini diutamakan, diatur dan dipelihara.
Inti takwa kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Segala perintah dan semua larangan Allah ditetapkanNya bukan untuk
kepentingan Allah sendiri, tetapi untuk keselamatan manusia. Manusialah yang akan
mendapatkan manfaat pelaksanaan semua perintah Allah dan penjauhan diri dari segala
larangan-Nya.
Perintah Allah itu bermula dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi hanya
kepada Allah semata-mata. Larangan Allah ditetapkan-Nya agar manusia dapat
menyelenggarakan fungsinya sebagai khalifah (“pengganti” Ilahi di bumi ini), manusia
harus senantiasa memperhatikan dan mengindahkan larangan-larangan-Nya. Larangan itu
tidak banyak, tetapi sangat asasi dalam memelihara kelangsungan hidup dan kehidupan
manusia di dunia yang fana ini.
Sekelompok orang-orang yang mampu memfokuskan diri beribadah secara
menyeluruh dengan batin yang bersih untuk meraih dzat Allah dinamakan kelompok
tassawuf. Untuk menjadi sufi mereka harus benar-benar bertaubat (taubatan nashuha)
dengan menjaga ketaqwaannya.
Ketakwaaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut :20
a. Beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa menurut cara-cara yang diajarkan-
Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan
pedoman hidup manusia.
b. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan salat lima kali sehari semalam,
menunaikan zakat apabila telah sampai nisab dan haulnya, berpuasa selama sebulan
19
Nafidul Ikhsan, Makna Kata Taqwa dalam Al-Qur’an,(Aceh:STIQ,2022),h.136
20
Ibid,h.137
9
dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali seumur hidup, menurut cara- cara
yang ditetapkan-Nya.
c. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua
pemberian Allah kepada manusia.
d. Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima
bencana.
e. Memohon ampun atas segala dosa dan segala perbuatan jahat atau tercela.
10
semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
Melihat pola takwa yang dilukiskan dengan mengikuti empat jalur komunikasi
manusia tersebut diatas, jelas kiranya bahwa ruang lingkup takwa kepada Allah
menyangkut seluruh jalur dan aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan
Allah, dengan diri sendiri, dengan manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan
hidup.
Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut
adalah bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya
empat, yakni; tanggung jawab kepada Allah SWT, tanggung jawab kepada hati nurani
sendiri,tanggung jawab kepada manusia lain, tanggung jawab untuk memelihara flora
dan fauna, udara, air, dan tanah serta kekayaan alam ciptaan Allah. Keempat tanggung
jawab itu harus dikembangkan sebaik-baiknya.
D. Jaminan Allah Bagi Orang Bertaqwa
Banyak sekali jaminan dan penghargaan yang diberikan oleh Allah bagi umatNya
yang selalu bertakwa baik jaminan di dunia maupun di akhirat. Berikut beberapa jaminan
yang dijanjikan oleh Allah :
1. Selalu di lindungi oleh Allah
1. ض َوال ٰلّهُ َويِل ُّ الْ ُمت َِّقنْي ِ ِٰ ِ ِ ٰ ِ َ اِنَّ ُهم لَن يُّ ْغُنوا عْن
ُ ك م َن اللّه َشْيـًٔا ۗ َوا َّن الظّل ِمنْي َ َب ْع
ٍ ۚ ض ُه ْم اَْوليَاۤءُ َب ْع َ ْ ْ ْ
Artinya: “Sungguh, mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun
dari (azab) Allah. Dan sungguh, orang-orang yang zalim itu sebagian menjadi
pelindung atas sebagian yang lain, sedangkan Allah pelindung bagi orang-orang
yang bertakwa”.( Qs.Al-Jathiyah:19).21
3. َّاس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثٰى َو َج َع ْلٰن ُك ْم ُشعُ ْوبًا َّو َقبَاۤ ِٕى َل لَِت َع َار ُف ْوا ۚ اِ َّن اَ ْكَر َم ُك ْم ِعْن َد ال ٰلّ ِه اَْت ٰقى ُك ْم
ُ ٰايَيُّ َها الن
ٓ
ۗاِ َّن ال ٰلّهَ َعلِْي ٌم َخبِْيٌر.
Artinya:” Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
21
Qs. Al-Jathiyah:19
11
Mengetahui, Mahateliti”.(Qs.Al-Hujarat:13).22
ين ءَ َامنُو ۟ا َو َكانُو ۟ا َيَّت ُقون ِ َّ ِ ٌ َأٓاَل ِإ َّن َْأولِيَٓاء ٱللَّ ِه اَل َخو
َ ٱلذ,ف َعلَْيه ْم َواَل ُه ْم حَيَْزنُو َن ْ َ
Para wali Allah adalah orang-orang yang penuh ketaqwaan kepada-Nya, tidak
takut melainkan kepada Allah semata. Para wali bukanlah yang selalu memiliki
kemampuan diatas rata-rata manusia biasa, memiliki kesaktian dengan ilmu
kanoragannya dan berkemampuan supranatural.
اعتَ ُد ْوا َعلَْي ِه مِبِثْ ِل َما ْاعتَ ٰدى ۗ ِ اَلشَّهر احْل رام بِالشَّه ِر احْل ر ِام واحْل ر ٰم
ْ َصاصٌ فَ َم ِن ْاعتَ ٰدى َعلَْي ُك ْم ف َ تق ُ ُُ َ ََ ْ ُ ََ ُ ْ
ِ علَي ُكم ۖ و َّات ُقوا ال ٰلّه واعلَ ْٓموا اَ َّن ال ٰلّه مع الْمتَّق.
َ َ َ َ ُ نْي ُ ْ ََ َ ْ َْ
Artinya : “Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang
dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka
seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. dan bertaqwalah kepada
Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang- orang yang bertaqwa”
(QS. Al-Baqarah : 194).24
5. Dimudahkan urusannya
22
Qs. Al-Hjarat:13
23
Qs. Yunus:62-63
24
Qs. Al-Baqarah:194
25
Qs.Al-Lail:5-7
12
6. Dilapangkan Rizkinya
ب ۚ َو َمن َيَت َو َّك ْل َعلَى ٱللَّ ِه َف ُه َو َح ْسبُهۥُٓ ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ بَٰلِ ُغ َْأم ِر ِهۦ ۚ قَ ْد َج َع َل ٱللَّهُ لِ ُك ِّل ِ ُ َو َي ْر ُزقْهُ ِم ْن َحْي
ُ ث اَل حَيْتَس
َش ْى ٍء قَ ْد ًرا
Artinya: "Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka sangkanya.
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu," (Qs.At-
Thalaq:3)26
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini
sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud
pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan
jamaah untuk selalu bertaqwa. 27
Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan
beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan
hidup manusia (ibadah).
Orang yang takwa adalah orang yang selalu memelihara keempat jalur hubungan
itu secara baik dan seimbang dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya serta
senantiasa memenuhi kewajiban dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Takwa
dalam makna memenuhi kewajiban perintah Allah yang menjadi kewajiban manusia
takwa untuk melaksanakannya pada pokoknya adalah kewajiban kepada Allah,
(kewajiban kepada diri sendiri, kewajiban kepada masyarakat, keluarga, tetangga dan
negara, dan kewajiban kepada lingkungan hidup.
26
Qs.At-Thalaq:3
27
Pipit Akti,Iman dan Taqwa,(Palembang:UINRA,2017),h.227
13
Kewajiban-kewajiban itu merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak mungkin
dipisahkan. Jika dilihat dari segi iman pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu bagi seorang
muslim dan muslimat tidak hanya berupa keuntungan dalam bentuk hak di dunia ini
tetapi juga pahala di akhirat kelak yang dijanjikan Allah. Janji Allah pasti dipenuhi.
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.(Qs. Adz-Dzariyat:56)
Konsekuensi logis pengakuan iman kepada Allah sebagai pencipta dan penguasa
tunggal alam semesta dan terhadap utusan-Nya Muhammad sebagai rasul-Nya, ialah
penerimaan kita secara mutlak dan sadar atas segala perintah-perintah yang diberikan
Allah dan akan tetap melakasanakannya dengan penuh tanggung jawab. Artinya dengan
pengakuan iman kita dalam bentuk pengucapan dua kalimat syahadat, manusia dengan
sukarela telah membebankan atas pundaknya kewajiban-kewajiban untuk menunaikan
perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui rasul-Nya.
28
Qs.Adz-Dzariyat:56
29
Qs.Al-Baqarah:43
30
14
ْ
صيَ ُام َث ٰلثَِة اَيَّ ٍام ىِف احْلَ ِّج َو َسْب َع ٍة اِ َذا َر َج ْعتُ ْم
ِ َفَمن مَتَتَّع بِالْعمر ِة اِىَل احْل ِّج فَما اسَتيسر ِمن اهْل ْد ۚي فَمن مَّل جَيِ د ف
ْ ْ َ ِ َ َ ََ ْ ْ َ َ َُْ َ ْ َ
اض ِرى الْ َم ْس ِج ِد احْلََر ِام ۗ َو َّات ُقوا ال ٰلّهَ َو ْاعلَ ُم ْٓوا اَ َّن ال ٰلّهَ َش ِديْ ُد
ِ ك لِمن مَّل ي ُكن اَهلُهٗ حِ ِ
َ ۗ تِْل
َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ك َع َشَرةٌ َكاملَةٌ ۗ ٰذل
ِ الْعِ َق
اب ࣖ
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang
mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya
(lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah
atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih)
korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi)
apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-
Nya.”(Qs.Al-Baqarah:196)31
Seorang muslim atau muslimat telah menunaikan kewajiban utamanya sebagai
hamba yang harus mengabdikan dirinya hanya kepada Allah. Kewajiban menunaikan
kelima rukun Islam itu merupakan sumber gerak energi timbal balik dalam arah vertical
antara manusia sebagai hamba dengan Allah sebagai penguasa tertinggi yang mengatur
dan menguasai alam semesta.
Kewajiban shalat misalnya, mengatur tata cara berkomunikasi dengan Allah yang
terdiri dari sejumlah ucapan atau do’a. Dengan demikian jika dilihat dari bentuk maupun
isinya, shalat adalah pelaksanaan kewajiban yang mengandung nilai-nilai peribadatan
(ubudiyah). Karena itu shalat merupakan ibadah murni semurni-murninya. Sebagai
ibadah murni, ibadah shalat merupakan tiang penyangga dan pusat kegiatan ibadah
lainnya. Tanpa ibadah shalat, pelaksanaan ibadah-ibadah lainnya kurang mempunyai
makna.
31
Qs. Al-Baqarah:196
15
16
2. Kewajiban terhadap diri sendiri
Menjaga dan memelihara diri, agar tidak melakukan sesuatu yang dilarang Allah.
Sebagai anak cucu Adam, manusia telah dimuliakan Allah dengan antara lain
memberikanya rizki yang baik-baik dan melebihkan mereka dalam bentuk yang paling
sempurna dibanding makhluk ciptan Allah yang lain, demikian pernyataan Allah dalam
QS. Al-Isra : 70.32
Oleh karena manusia telah dimuliakan Allah dari makhluknya yang lain, maka
sebagai orang yang takwa manusia harus selalu menjaga diri, ingat dan selalu hati-hati
agar tdak jatuh kedalam lembah yang hina.
Misalnya :
a. mencari rizki dengan berjudi,
b. meminim minuman yang berpotensial memabukkan
c. memakan makanan yang haram
d. melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat
e. berkata-kata sia-sia yang menimbulkan bencana
f. dan melakukan perbuatan lain yang merendahkan manusia sebagai makhluk yang
telah dimulaiakan Allah. Kawajiban terhadap diri sendiri ini adalah fardu’ain bagi
setiap muslim dan muslimat untuk melakukanya.
17
Keluarga adalah sumbu tempat seluruh kehidupan manusia berputar. Karena itu
kedudukanya penting sekali dalam islam. Demikian pentingnya, sehingga seperti
yang disebut pada bagian lain, dari 228 ayat hukum di dalam Al-Qur’an mengenai
masalah mu’amalat atau kehidupan sosial, 30 persen atau 70 ayat diantaranya
mengatur hubungan dalam keluarga yang menentukanya kewajiban dan hak-hak
anak terhadap orang tuanya.
usaha yang dilarang dalam memperoleh harta, diantaranya adalah menyuap dan
disuap atau korupsi, berjudi, memakan riba, menipu, menggelapkan milik orang lain,
dan merampas harta orang lain. Tertera pada surat Al-Baqarah ayat 18836.Mengenai
fungsi harta, Al-Qur’an member beberapa petunjuk diantaranya adalah tidak boleh
ditimbun tanpa dimanfaatkan untuk kepentingan sesama manusia, tidak boleh hanya
beredar di antara orang-orang kaya, dalam harta orang kaya terdapat harta orang
miskin yang tidak punya, harta peninggalan orang yang takwa harus dibagi menurut
34
Qs. An-Nisa’:59
35
http://wikipedia.com/taqwa
36
Pipit Akti,Iman dan Taqwa,h.230
19
ketentuan hukum Islam.
Menurut Al-Qur’an, orang yang memiliki harta akan mendapat ujian apakah ia
akan menderita atau bahagia karenanya, harta yang dipunyai seseorang tidak dengan
sendirinya akan menyelamatkan orang yang punya, harta kekayaan adalah
kekuasaan. Sebagai kekuasaan, harta itu dapat mendorong manusia berbuat baik atau
berbuat jahat. Oleh karena itu, Al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk
memanfaatkan harta yang dimilikinya tidak hanya untuk diri sendiri tetapi untuk
keluarga dan kepentingan sosial. Tidak boleh dimanfaatkan atau dibiarkan untuk
tujuan yang merugikan orang lain, bahkan harus dapat dinikmati masyarakat. Tertera
pada surat An Nahl ayat 7. 37
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Taqwa berarti menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa
B. Saran
Kita sebagai insan yang beragama islam harus berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita sehingga kita menjadi umat islam yang bangga dengan keislaman kita.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://dc177.4shared.com/doc/jOClsWu-/preview.html
http://wikipedia.com/taqwa
https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum/monografi-hukum/buku-hukum/27179
Ikhsan Nafidul, Makna Kata Taqwa dalam Al-Qur’an,(Aceh:STIQ,2022).
Nihaya Rohatun, Penafsiran Kontekstualis,(Universitas Sains Al-Qur’an).
Wahyudi Amien,Iman dan Taqwa,(Lampung: UAD,2016).
23
24
25
7.
26
27
28
29
30
31
32
33