Anda di halaman 1dari 36

TAQWA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Tafsir Tarbawi”

Dosen Pengampu:

Dr. H. Mu'min Firmansyah, MHI

Disusun oleh:

REHAN SANJAYA ( 22201187 )


M. HASBI ASH SHIDDIQI ( 22201203 )
EKA INTAN APRILYANTI ( 22201191 )

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayatnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Sholawat dan salam kami curahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena berkat beliau kami dapat menikmati
pencerahan iman dan islam dalam menjalani kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan
membahas tentang “Taqwa”.

Pada kesempatam ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yaitu Bapak Dr. H. Mu'min Firmansyah, MHI yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak– pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar kami dapat
menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.

28 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan Masalah......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian dan Hakikat Taqwa..............................................................3

B. Ciri-ciri muslim yang bertaqwa.............................................................7

C. Ruang lingkup Taqwa............................................................................8

D. Jaminan Allah bagi orang yang bertaqwa............................................10

E. Implementasi Taqwa dalam kehidupan sehari-hari..............................12

BAB II PENUTUP..........................................................................................20

A. Kesimpulan...........................................................................................2
0

B. Saran.....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Taqwa adalah konsep fundamental dalam Islam yang mengacu pada kesadaran diri
dan ketaatan kepada Allah SWT. Istilah taqwa berasal dari bahasa Arab yang berarti
"melindungi diri dari sesuatu yang tidak diinginkan" atau "mencegah diri dari melakukan
tindakan yang tidak disukai Allah". Konsep Taqwa sangat penting dalam Islam karena
melalui Taqwa, seseorang dapat mencapai tujuan hidup yang sejati, yaitu mencapai keridhaan
Allah SWT dan kebahagiaan dunia akhirat. Taqwa juga merupakan kunci kesuksesan dalam
kehidupan, karena melalui Taqwa seseorang dapat menghindari perbuatan dosa dan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Dalam Al-Quran, Taqwa disebutkan lebih dari 200 kali dan sering dikaitkan dengan
konsep iman, ibadah, dan akhlak yang baik. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 131

‫َّاس اِنَّا َخلَ ْقٰن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثٰى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُ ْوبًا َّو َقبَاۤ ِٕى َل لَِت َع َار ُف ْوا ۚ اِ َّن اَ ْكَر َم ُك ْم ِعْن َد ال ٰلّ ِه‬
ُ ‫ٰياَُّي َها الن‬
ٓ
‫اَْت ٰقى ُك ْمۗاِ َّن ال ٰلّهَ َعلِْي ٌم َخبِْيٌر‬
Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat: 13)

Dalam Hadis, Rasulullah SAW juga sering mengajarkan pentingnya Taqwa dan
mengatakan bahwa Taqwa adalah pangkal segala kebaikan. Rasulullah SAW bersabda,
"Taqwa adalah sesuatu yang terletak di dalam hati manusia yang paling baik, dan yang paling
suci adalah hati yang paling taqwa." (HR. Muslim). Dengan memahami dan mengamalkan
konsep Taqwa, seseorang dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang sejati serta
menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat Islam
secara keseluruhan.

1
Qs. Al-Hujarat:13
1
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud taqwa dan hakikatnya?
2. Bagaimana ciri muslim yang bertaqwa?
3. Apa saja ruang lingkup ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari?
4. Apa saja jaminan Allah bagi orang-orang yang bertakwa?
5. Apa Implementasi Taqwa dalam kehidupan sehari-hari ?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari taqwa dan hakikat dari taqwa
2. Untuk mengetahui ciri muslim yang bertaqwa
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui jaminan Allah bagi orang-orang yang bertaqwa
5. Untuk mengetahui Implementasi Taqwa dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Taqwa


1. 1. Pengertian Taqwa
Secara etimologis, kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki
kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memperhatikan, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang
diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.2
Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan,
kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan. Allah swt
berfirman dalam Qs. Ali Imran :1023

‫ٰايَٓيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-


benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”.
(Q.S.Ali Imran:102)

Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian
kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah, dengan manjauhi atau menjaga diri
dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.4 Dengan kata lain takwa sebagaimana dijelaskan oleh
para ulama yaitu, imtisal al-awamir wajtinabu an-nawahi (melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya). Ada juga yang mendefinisikan
takwa sesuai dengan firman Allah SWT. dalam Q.S Ali Iman:1345

‫ني‬ِِ ُّ ِ‫َّاس ۗ َوٱللَّهُ حُي‬


ِ ‫ني َع ِن ٱلن‬ِ ِِ ٰ ِ ِ َّ ‫ٱلَّ ِذين ي ِنف ُقو َن ىِف‬
َ ‫ب ٱلْ ُم ْحسن‬ َ ‫ظ َوٱلْ َعاف‬
َ ‫ني ٱلْغَْي‬
َ ‫ٱلسَّرٓاء َوٱلضََّّرٓاء َوٱلْ َكظم‬ َُ
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S.Ali Imran:134)

2
Amien Wahyudi,Iman dan Taqwa,(Lampung: UAD,2016),h.90
3
Qs. Ali Imran:102
4
Abdul Majid & Diana Andayani , op. cit., h. 93.
5
Online, NU. 2022, “Makna Taqwa dan Hidayah dalam Islam”, https://www.youtube.com/watch?v=7tgcmDHcfBs,
diakses pada 28 Maret 2023

3
Menurut penelitian Al- Muqaddasi, didalam al-qur’an terdapat 256 kata taqwa pada
251 ayat dengan berbagai variasi makna. Dasar katanya adalah w.q.y yang berarti takut,
menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, orang
yang berwaqwa adalah orang yang merasa takut kepada Allah berdasarkan kesadaran hatinya
untuk mengerjakan seluruh perintah-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut akan
terjerumus pada perbuatan dosa. Mereka adalah orang yang menjaga dirinya dari kejahatan,
senantiasa memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai Alloh,
bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya dan mematuhi
kewajibannya.6
Menurut H.A Salim, yang dimaksud taqwa adalah sikap mental seseorang yang
senantiasa ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda
dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan yang baik, dan benar, pantang berbuat salah
dan kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri, dan lingkungannya.7Kedudukan taqwa sangat
penting dalam ajaran agam islam dan kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dalam hadist,
Rosululloh menasihati al- Gifari,” supaya ia taqwa kepada Alloh, karena taqwa adalah pokok
segala pekerjaan”. Kesimpulannya adalah taqwa itu pokok, atau pangkal dari segala
pekerjaan muslim.
Di dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 13, takwa dijadikan dasar untuk saling mengenal
antar bangsa, yaitu yang artinya : (13). “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Maha Mengenal”. Dalam surat lain yaitu Q.S. An-Nisaa (4) ayat 1, taqwa
juga digunakan sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan isteri) dalam
keluarga, karena pria dan wanita diciptakan dari jenis yang sama. Yang artinya: (1). “Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain , dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.”
Takwa sangat penting bagi bangsa indonesia, begitu pentingnya makna takwa tersebut

6
Rohatun Nihaya, Penafsiran Kontekstualis,(Universitas Sains Al-Qur’an),h.68
7
Ibid, 67
4
maka didalam berbagai rumusan peraturan perundang-undangan kata takwa digunakan
sebagai kata kunci seperti yang termuat didalam TAP MPR, GBHN 1993 (merupakan azaz
pertama). 8Beberapa tahun sebelumnya UU No. 2 th 1989 pasal 4 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan 9
, dengan jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur”.
Hasan Langgulung dalam (Ahmad Taufik, 2011 : 98) berpendapat bahwa takwa
merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam al-quran, dimana nilai-nilai ini
digolongkan atas beberapa golongan yaitu nilai perseorangan, nilai kekeluargaan, nilai sosial,
nilai kenegaraan, dan nilai keagamaan. Menurut beliaau pula terdapat tiga tahap usaha
memasyarakatkan takwa yang dimulai sejak kecil sampai dewasa yaitu tahap sosialisasi,
tahhap identifikasi, dan tahap penghayatan. 10Tahap sosialisasi yaitu anak didik diajar untuk
melaksanakan nilai yang terkandung dalam perkataan takwa. Tahap identifikasi yaitu tahap
peniruan terhadap yeng mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai itu contohnya peniruan
terhadap guru, orang tua, ulama dll. Tahap penghayatan, pada tahap ini anak tidak lagi kagum
pada tokoh yang membawa nilai-nilai itu tetapi mereka gemar dan nikmat mengerjakan nilai-
nilai itu.

2. 2. Hakikat dan Makna Taqwa


Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit menyebut kata haqiq
(haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama
dengan hakikat takwa. Diantaranya :

a.

‫ٰايَٓيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬
Artinya : “Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan
dalam keadaan beragama islam” (Q.S. Ali Imran 102).11
b.

َ ِّ‫اَحْلَ ُّق ِم ْن َّرب‬


‫ك فَاَل تَ ُك ْن ِّم َن الْ ُم ْمرَتِ يْ َن‬

8
https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum/monografi-hukum/buku-hukum/27179
9
http://amgy.wordpress.com/2008/02/22/taqwa-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/
10
Rohatun Nihaya,Penafsiran konstekstual,h.82
11
Qs. Ali Imran:102
5
Artinya:“Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari
tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (Q.S. Ali
Imran:60)12
c.

َّ ِ‫اص ْوا ب‬ ِ ِ ٰ ‫ اِاَّل الَّ ِذين اٰمُنوا وع ِملُوا‬2‫اِ َّن ااْلِ نْسا َن لَِفي خس ۙ ٍر‬
3 ‫الصرْب‬ َ ‫اص ْوا بِاحْلَ ِّق ەۙ َوَت َو‬
َ ‫الصل ٰحت َوَت َو‬
ّ َ َ ْ َ َْ ُْ ْ َ
Artinya :“Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq
(kebenaran) dan kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr : 2-3)13.

Dalam Q.s Al-Taghabun :1614


ۤ ِ ٰ
َ ‫استَطَ ْعتُ ْم َوامْسَعُ ْوا َواَ ِطْيعُ ْوا َواَنْف ُق ْوا َخْيًرا اِّل َْن ُف ِس ُك ۗ ْم َو َم ْن ُّي ْو َق ُش َّح َن ْف ِسهٖ فَاُو ٰل ِٕى‬
‫ك ُه ُم‬ ْ ‫فَ َّات ُقوا اللّهَ َما‬
‫الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‬
Artinya :”Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-
siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung” ( Qs
At-Thaghabun:16)
Dalam ayat tersebut, mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh
(dihapus), atau tabdil (hukumnya diubah) dengan ayat “fattaqullah mastatha’tum”
(bertaqwalah kepada Allah sesuai kesanggupanmu).
Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara para sahabat
yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang terus menerus, tidak pernah mendurhakai,
syukur secara terus menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah
melupakan-Nya. Kemudian sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu
bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.
Makna taqwa sendiri terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan yang terkandung dalam
Q.S. Al-baqoroh ayat 177.15

۞ ‫ب َو ٰل ِك َّن الْرِب َّ َم ْن اٰ َم َن بِال ٰلّ ِه َوالَْي ْوِم ااْل ٰ ِخ ِر َوالْ َم ٰلۤ ِٕى َك ِة‬
ِ ‫لَْيس الْرِب َّاَ ْن ُتولُّوا وجو َه ُكم قِبل الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر‬
َ َ َ َ َ ْ ُْ ُ ْ َ َ
ِ ۚ ‫الرقَا‬
‫ب‬ ِ َّ ‫السبِْي ۙ ِل َو‬
ِّ ‫الساۤ ِٕىلنْي َ َو ِىف‬ ِ
َّ ‫ٰب َوالنَّبِيّٖ َن ۚ َواٰتَى الْ َم َال َع ٰلى ُحبِّهٖ َذ ِوى الْ ُق ْرىٰب َوالْيَت ٰٰمى َوالْ َم ٰسكنْي َ َوابْ َن‬ ِ
ِ ‫والْكت‬
َ
ۤ ِ ِ ِ ‫ىِف‬ ‫رِب‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫س اُو ٰل ِٕى‬
‫ك‬ ِ ۗ ‫الص ِ يْ َن الْبَْأ َساۤء َوالضََّّراۤء َوحنْي َ الْبَْأ‬ ّٰ ‫اه ُد ْوا ۚ َو‬ َّ ‫الص ٰلو َة َواٰتَى‬
َ ‫الز ٰكو َة ۚ َوالْ ُم ْو ُف ْو َن ب َع ْهده ْم ا َذا َع‬ َّ ‫َواَقَ َام‬
ٰۤ ِ
177 ‫ك ُهم الْ ُمَّت ُق ْو َن‬ َ ‫الَّذيْ َن‬..
ُ َ ‫ص َد ُق ْوا َوۗاُول ِٕى‬
12
Qs. Ali Imran :60
13
Qs. Al-Ashr:2-3
14
Qs. At-Taghabun:16
15
Qs. Al-Baqarah :177
6
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa”.(Qs. Al-Baqarah:177).

Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui pokok-pokok kebajikan baik yang mendatangkan
keselamatan, keberuntungan16. Dari keduanya jelas sudah menunjukkan dimensi keimanan dan
ketaqwaan yang berjalan secara beriringan atau bergandengan satu sama lain. Bahkan
keduanya bertebaran secara konsisten di dalam berbagai ayat al-qur’an.

B. Ciri-Ciri Orang Bertaqwa


Mengutip dari ceramah “Ciri Orang Bertaqwa Dalam Al Quran” yang disampaikan oleh
Agus Achmad Dhofir Zuhry (Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, dan
penulis buku Best Seller Peradaban Sarung) dalam kanal YouTube NU Online (15 Mei
2022). Di antara tanda-tanda orang bertaqwa dalam QS. Al-baqarah ayat 1-5.

‫ٰه ْم يُْن ِف ُق ْو َن‬ ‫ب وي ِقيمو َن َّ مِم‬ ِ ِ ِ ۙ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكتٰب اَل ري‬ ِ


ُ ‫الص ٰلو َة َو َّا َر َز ْقن‬ ْ ُ ْ ُ َ ِ ‫ب ۛ فْيه ۛ ُه ًدى لِّْل ُمتَّقنْي نَ الَّذيْ َن يُْؤ مُن ْو َن بالْغَْي‬
َ َْ ُ َ ‫امۤلّۤ ۚ ٰذل‬

ۙ ‫ك َع ٰلى ُه ًدى ِّم ْن َّرهِّبِ ْم‬ ۤ ِ ِ ِ ِ


َ ‫ك ۚ َوبِ ااْل ٰ ِخَر ِة ُه ْم يُ ْوقُن ْو ۗنَ اُو ٰل ِٕى‬
َ ‫ك َو َم ٓا اُنْ ِز َل ِم ْن َقْبل‬
َ ‫ۙ َوالَّذيْ َن يُْؤ ِمُن ْو َن مِب َ ٓا اُنْ ِز َل الَْي‬

‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُح‬ ۤ


‫ْو َن‬ َ ‫َواُو ٰل ِٕى‬
Artinya: “Alif Lam Mim, Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib,
melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka,dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin
akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka
itulahorang-orangyangberuntung.”(Qs.Al-Baqarah:1-5)17

16
Dudung Abdullah, “Konsep Kebajikan Dalam al-Qur’an”, jurnal Al-Birr 4.no.1(Juni:2015)h.193
17
Qs. Al-Baqarah:1-5
7
1. Beriman kepada yang gaib. Termasuk beriman kepada yang gaib ialah iman kepada
Allah, kepada malaikat, dan kepada hari kiamat.
2. Mendirikan solat yaitu mengerjakan solat dengan menyempurnakan rukun dan
syaratnya sesuai dengan cara yang diperintahkan Allah dan Rosulnya.
3. Menafkahkan sebagian rizki yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang yang
ditentukan oleh agama.
4. Beriman kepada kitab-kitab Allah, yang berarti beriman pula kepada rosul-rosul Allah
yang membawa kitab-kitab itu.
5. Beriman kepada hari akhir, yaitu meyakini adanya hidup setelah mati.

Selanjutnya, beliau juga menjelaskan ciri-ciri taqwa dalam QS. Ali Imran ayat 133 – 134.
ِ ِ ‫ُأعد‬ ِ ‫السماوات واَأْلرض‬ ٍ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫َّت ل ْل ُمتَّق‬
ْ ُ ‫َو َسا ِرعُوا ِإىَل َم ْغفَر ٍة م ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّة َع ْر‬
ُ ْ َ ُ َ َ َّ ‫ض َها‬
 ‫ني‬ِِ ُّ ِ‫ني َع ِن النَّاس َواللَّهُ حُي‬ِ ِِ ِ ِ َّ ‫الَّ ِذين يْن ِف ُقو َن يِف‬
َ ‫ب الْ ُم ْحسن‬ َ ‫ظ َوالْ َعاف‬
َ ‫ني الْغَْي‬
َ ‫السَّراء َوالضََّّراء َوالْ َكاظم‬ َُ
Artinya : “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan
mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-
orang yang bertakwa, yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang
lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali Imran ayat 133 – 134)

1. Bergegas atau bersegera menuju ampunan Allah SWT. untuk mendapatkan surga
seluas langit dan bumi.
2. Berinfaq baik dalam keadaan senang ataupun susah, lapang atau sempit. Tidak pelit
ilmu, pengalaman, harta, dan semacamnya
3. al kadhimiina berasal dari kata kadhuma yang memiliki arti mengikat dan menahan
(supaya tidak lepas). Ciri taqwa selanjutnya adalah dapat menahan amarahnya.
4. Dia memaafkan kesalahan orang lain. menghapus kesalahan orang lain di hatinya.
Tidak lagi ada ghoiidz atau dendam di hatinya.
5. Muhsinin yakni orang-orang yang berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat
kepadanya. Ini berhubungan dengan ciri sebelumnya memaafkan kesalahan orang
lain.18

18
Online, NU. 2022. "Ciri Orang Bertaqwa dalam Al Quran", https://www.youtube.com/watch?
v=DKvhx6aH7iw&t=1685s, diakses pada 28 Maret 2023.
8
C. Ruang Lingkup Taqwa
Hasan Langgulung berpendapat ,bahwa ruang lingkup takwa dalam rangka
memelihara meliputi empat jalur hubungan manusia yaitu hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan hati nurani atau dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama
manusia, serta hubungan manusia dengan lingkungan hidup.19
1. 1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablumminallah)
Hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa yang
pertama, sebagai prima causa hubungan-hubungan yang lain. Karena itu seharusnya
hubungan ini diutamakan, diatur dan dipelihara.
Inti takwa kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Segala perintah dan semua larangan Allah ditetapkanNya bukan untuk
kepentingan Allah sendiri, tetapi untuk keselamatan manusia. Manusialah yang akan
mendapatkan manfaat pelaksanaan semua perintah Allah dan penjauhan diri dari segala
larangan-Nya.
Perintah Allah itu bermula dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi hanya
kepada Allah semata-mata. Larangan Allah ditetapkan-Nya agar manusia dapat
menyelenggarakan fungsinya sebagai khalifah (“pengganti” Ilahi di bumi ini), manusia
harus senantiasa memperhatikan dan mengindahkan larangan-larangan-Nya. Larangan itu

tidak banyak, tetapi sangat asasi dalam memelihara kelangsungan hidup dan kehidupan
manusia di dunia yang fana ini.
Sekelompok orang-orang yang mampu memfokuskan diri beribadah secara
menyeluruh dengan batin yang bersih untuk meraih dzat Allah dinamakan kelompok
tassawuf. Untuk menjadi sufi mereka harus benar-benar bertaubat (taubatan nashuha)
dengan menjaga ketaqwaannya.
Ketakwaaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut :20
a. Beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa menurut cara-cara yang diajarkan-
Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan
pedoman hidup manusia.
b. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan salat lima kali sehari semalam,
menunaikan zakat apabila telah sampai nisab dan haulnya, berpuasa selama sebulan

19
Nafidul Ikhsan, Makna Kata Taqwa dalam Al-Qur’an,(Aceh:STIQ,2022),h.136
20
Ibid,h.137
9
dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali seumur hidup, menurut cara- cara
yang ditetapkan-Nya.
c. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua
pemberian Allah kepada manusia.
d. Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima
bencana.
e. Memohon ampun atas segala dosa dan segala perbuatan jahat atau tercela.

2. 2. Hubungan Manusia dengan Hati Nurani atau Dirinya Sendiri


Hubungan manusia dengan hati nurani atau diri sendiri sebagai dimensi takwa
yang kedua dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak,
yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat Al- Qur’an.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebutkan cara-caranya di dalam ayat-


ayat takwa dan dicontohkan dengan keteladanan Nabi Muhammad. Diantaranya dengan
senantiasa berlaku: sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri,
mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik.
Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri sendiri, dimensi
takwa yang ketiga adalah memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama
manusia. Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan
mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang
disepakati bersama dalam masyarakat dan Negara yang sesuai dengan nilai norma agama.

3. 3. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain


Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :
a. Mendahulukan kepentingan orang lain (QS. Al-Baqoroh:177)
b. Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS. Ali’Imron:92)
c. Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain–
mengurangi takaran termasuk korupsi kecil-kecilan (QS. Al-A’rof:85)
d. Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS.Al-Baqoroh:254)
e. Tolong menolong dan kasih sayang (QS. Al-Maidah:2)

4. 4. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup


Hubungan manusia dengan lingkungan dapat dikembangkan antara lain dengan
menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan udara serta semua alam

10
semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
Melihat pola takwa yang dilukiskan dengan mengikuti empat jalur komunikasi
manusia tersebut diatas, jelas kiranya bahwa ruang lingkup takwa kepada Allah
menyangkut seluruh jalur dan aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan
Allah, dengan diri sendiri, dengan manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan
hidup.
Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut
adalah bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya
empat, yakni; tanggung jawab kepada Allah SWT, tanggung jawab kepada hati nurani
sendiri,tanggung jawab kepada manusia lain, tanggung jawab untuk memelihara flora
dan fauna, udara, air, dan tanah serta kekayaan alam ciptaan Allah. Keempat tanggung
jawab itu harus dikembangkan sebaik-baiknya.
D. Jaminan Allah Bagi Orang Bertaqwa
Banyak sekali jaminan dan penghargaan yang diberikan oleh Allah bagi umatNya
yang selalu bertakwa baik jaminan di dunia maupun di akhirat. Berikut beberapa jaminan
yang dijanjikan oleh Allah :
1. Selalu di lindungi oleh Allah

1. ‫ض َوال ٰلّهُ َويِل ُّ الْ ُمت َِّقنْي‬ ِ ِٰ ِ ِ ٰ ِ َ ‫اِنَّ ُهم لَن يُّ ْغُنوا عْن‬
ُ ‫ك م َن اللّه َشْيـًٔا ۗ َوا َّن الظّل ِمنْي َ َب ْع‬
ٍ ۚ ‫ض ُه ْم اَْوليَاۤءُ َب ْع‬ َ ْ ْ ْ

Artinya: “Sungguh, mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun
dari (azab) Allah. Dan sungguh, orang-orang yang zalim itu sebagian menjadi
pelindung atas sebagian yang lain, sedangkan Allah pelindung bagi orang-orang
yang bertakwa”.( Qs.Al-Jathiyah:19).21

2. 2. Menjadi manusia termulia di sisi Allah.

3. ‫َّاس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثٰى َو َج َع ْلٰن ُك ْم ُشعُ ْوبًا َّو َقبَاۤ ِٕى َل لَِت َع َار ُف ْوا ۚ اِ َّن اَ ْكَر َم ُك ْم ِعْن َد ال ٰلّ ِه اَْت ٰقى ُك ْم‬
ُ ‫ٰايَيُّ َها الن‬
ٓ
‫ ۗاِ َّن ال ٰلّهَ َعلِْي ٌم َخبِْيٌر‬.
Artinya:” Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha

21
Qs. Al-Jathiyah:19
11
Mengetahui, Mahateliti”.(Qs.Al-Hujarat:13).22

4. 3. Menjadi Wali (Kekasih) Allah

‫ين ءَ َامنُو ۟ا َو َكانُو ۟ا َيَّت ُقون‬ ِ َّ ِ ٌ ‫َأٓاَل ِإ َّن َْأولِيَٓاء ٱللَّ ِه اَل َخو‬
َ ‫ ٱلذ‬,‫ف َعلَْيه ْم َواَل ُه ْم حَيَْزنُو َن‬ ْ َ

Artinya : “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada


kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu)
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.(QS. Yunus : 62-63). 23

Para wali Allah adalah orang-orang yang penuh ketaqwaan kepada-Nya, tidak
takut melainkan kepada Allah semata. Para wali bukanlah yang selalu memiliki
kemampuan diatas rata-rata manusia biasa, memiliki kesaktian dengan ilmu
kanoragannya dan berkemampuan supranatural.

5. 4. Meraih Ma`rifatullah (kebersamaan)

‫اعتَ ُد ْوا َعلَْي ِه مِبِثْ ِل َما ْاعتَ ٰدى‬ ۗ ِ ‫اَلشَّهر احْل رام بِالشَّه ِر احْل ر ِام واحْل ر ٰم‬
ْ َ‫صاصٌ فَ َم ِن ْاعتَ ٰدى َعلَْي ُك ْم ف‬ َ ‫تق‬ ُ ُُ َ ََ ْ ُ ََ ُ ْ
ِ‫ علَي ُكم ۖ و َّات ُقوا ال ٰلّه واعلَ ْٓموا اَ َّن ال ٰلّه مع الْمتَّق‬.
َ ‫َ َ َ ُ نْي‬ ُ ْ ََ َ ْ َْ
Artinya : “Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang
dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka
seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. dan bertaqwalah kepada
Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang- orang yang bertaqwa”
(QS. Al-Baqarah : 194).24
5. Dimudahkan urusannya

‫َّق بِاحْلُ ْسىٰن ىۙ فَ َسُنيَ ِّسُرهٗ لِْليُ ْس ٰر ۗى‬


َ ‫صد‬َ ‫فَاََّما َم ْن اَ ْع ٰطى َو َّات ٰقىۙ َو‬

Artinya : “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan


bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami
kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al-Lail : 5-7)25

22
Qs. Al-Hjarat:13
23
Qs. Yunus:62-63
24
Qs. Al-Baqarah:194
25
Qs.Al-Lail:5-7
12
6. Dilapangkan Rizkinya

‫ب ۚ َو َمن َيَت َو َّك ْل َعلَى ٱللَّ ِه َف ُه َو َح ْسبُهۥُٓ ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ بَٰلِ ُغ َْأم ِر ِهۦ ۚ قَ ْد َج َع َل ٱللَّهُ لِ ُك ِّل‬ ِ ُ ‫َو َي ْر ُزقْهُ ِم ْن َحْي‬
ُ ‫ث اَل حَيْتَس‬
‫َش ْى ٍء قَ ْد ًرا‬

Artinya: "Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka sangkanya.
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu," (Qs.At-
Thalaq:3)26

E. Implementasi Taqwa dalam Kehidupan Sehari-hari

Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini
sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud
pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan
jamaah untuk selalu bertaqwa. 27
Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan
beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan
hidup manusia (ibadah).
Orang yang takwa adalah orang yang selalu memelihara keempat jalur hubungan
itu secara baik dan seimbang dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya serta
senantiasa memenuhi kewajiban dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Takwa
dalam makna memenuhi kewajiban perintah Allah yang menjadi kewajiban manusia
takwa untuk melaksanakannya pada pokoknya adalah kewajiban kepada Allah,
(kewajiban kepada diri sendiri, kewajiban kepada masyarakat, keluarga, tetangga dan
negara, dan kewajiban kepada lingkungan hidup.

26
Qs.At-Thalaq:3
27
Pipit Akti,Iman dan Taqwa,(Palembang:UINRA,2017),h.227
13
Kewajiban-kewajiban itu merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak mungkin
dipisahkan. Jika dilihat dari segi iman pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu bagi seorang
muslim dan muslimat tidak hanya berupa keuntungan dalam bentuk hak di dunia ini
tetapi juga pahala di akhirat kelak yang dijanjikan Allah. Janji Allah pasti dipenuhi.

1. Kewajiban kepada Allah


Kewajiban ini harus ditunaikan manusia untuk memenuhi tujuan hidup dan
kehidupannya di dunia ini yakni mengabdi kepada Illahi. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Az-Dzariyat:5628.

‫س اِاَّل لَِي ْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ ِ ‫وما خلَ ْق‬


َ ْ‫ت اجْل َّن َوااْل ن‬
ُ َ ََ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.(Qs. Adz-Dzariyat:56)
Konsekuensi logis pengakuan iman kepada Allah sebagai pencipta dan penguasa
tunggal alam semesta dan terhadap utusan-Nya Muhammad sebagai rasul-Nya, ialah
penerimaan kita secara mutlak dan sadar atas segala perintah-perintah yang diberikan
Allah dan akan tetap melakasanakannya dengan penuh tanggung jawab. Artinya dengan
pengakuan iman kita dalam bentuk pengucapan dua kalimat syahadat, manusia dengan
sukarela telah membebankan atas pundaknya kewajiban-kewajiban untuk menunaikan
perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui rasul-Nya.

Perintah mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat terdapat dalam QS Al-


Baqarah: 43. 29

ِ ِ َّ ‫الز ٰكو َة وار َكعوا مع‬


َ ‫الراكعنْي‬ َّ ‫َواَقِْي ُموا‬
َ َ ْ ُ ْ َ َّ ‫الص ٰلو َة َواٰتُوا‬
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku’. Berpuasa selama bulan ramadhan”. (Q.S. Al-Baqarah:43)

dan menunaikan ibadah haji (QS Al- Baqarah:196). 30

‫ي َواَل حَتْلِ ُق ْوا ُرءُْو َس ُك ْم َحىّٰت َيْبلُ َغ‬ ِ ِ ِ ِ ِٰ ‫مِت‬


ِ ۚ ‫اسَتْي َسَر م َن اهْلَْد‬
ْ ‫َواَ ُّوا احْلَ َّج َوالْعُ ْمَر َة للّه ۗ فَا ْن اُ ْحص ْرمُتْ فَ َما‬
ۗ ‫ك ۚ فَاِ َذٓا اَِمْنتُ ْم‬
ٍ ‫ضا اَو بِهٖٓ اَ ًذى ِّمن َّرْأ ِسهٖ فَِف ْديةٌ ِّمن ِصي ٍام اَو ص َدقَ ٍة اَو نُس‬
ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ
ِ ِ ‫اهْل ْد‬
ْ ً ْ‫ي حَم لَّهٗ ۗ فَ َم ْن َكا َن مْن ُك ْم َّم ِري‬
ُ َ

28
Qs.Adz-Dzariyat:56
29
Qs.Al-Baqarah:43
30

14
ْ
‫صيَ ُام َث ٰلثَِة اَيَّ ٍام ىِف احْلَ ِّج َو َسْب َع ٍة اِ َذا َر َج ْعتُ ْم‬
ِ َ‫فَمن مَتَتَّع بِالْعمر ِة اِىَل احْل ِّج فَما اسَتيسر ِمن اهْل ْد ۚي فَمن مَّل جَيِ د ف‬
ْ ْ َ ِ َ َ ََ ْ ْ َ َ َُْ َ ْ َ
‫اض ِرى الْ َم ْس ِج ِد احْلََر ِام ۗ َو َّات ُقوا ال ٰلّهَ َو ْاعلَ ُم ْٓوا اَ َّن ال ٰلّهَ َش ِديْ ُد‬
ِ ‫ك لِمن مَّل ي ُكن اَهلُهٗ ح‬ِ ِ
َ ‫ۗ تِْل‬
َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ‫ك َع َشَرةٌ َكاملَةٌ ۗ ٰذل‬

ِ ‫الْعِ َق‬
‫اب‬ ࣖ
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang
mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya
(lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah
atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih)
korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi)
apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-
Nya.”(Qs.Al-Baqarah:196)31
Seorang muslim atau muslimat telah menunaikan kewajiban utamanya sebagai
hamba yang harus mengabdikan dirinya hanya kepada Allah. Kewajiban menunaikan
kelima rukun Islam itu merupakan sumber gerak energi timbal balik dalam arah vertical
antara manusia sebagai hamba dengan Allah sebagai penguasa tertinggi yang mengatur
dan menguasai alam semesta.
Kewajiban shalat misalnya, mengatur tata cara berkomunikasi dengan Allah yang
terdiri dari sejumlah ucapan atau do’a. Dengan demikian jika dilihat dari bentuk maupun
isinya, shalat adalah pelaksanaan kewajiban yang mengandung nilai-nilai peribadatan
(ubudiyah). Karena itu shalat merupakan ibadah murni semurni-murninya. Sebagai
ibadah murni, ibadah shalat merupakan tiang penyangga dan pusat kegiatan ibadah
lainnya. Tanpa ibadah shalat, pelaksanaan ibadah-ibadah lainnya kurang mempunyai
makna.

31
Qs. Al-Baqarah:196
15
16
2. Kewajiban terhadap diri sendiri
Menjaga dan memelihara diri, agar tidak melakukan sesuatu yang dilarang Allah.
Sebagai anak cucu Adam, manusia telah dimuliakan Allah dengan antara lain
memberikanya rizki yang baik-baik dan melebihkan mereka dalam bentuk yang paling
sempurna dibanding makhluk ciptan Allah yang lain, demikian pernyataan Allah dalam
QS. Al-Isra : 70.32

‫ٰه ْم َع ٰلى َكثِرْيٍ مِّم َّْن‬


ُ ‫ض ْلن‬
ِ ‫ولََق ْد َكَّرمنَا بيِن ْٓي اٰدم ومَح ْلنٰهم ىِف الْبِّر والْبح ِر ور َز ْقنٰهم ِّمن الطَّيِّٰب‬
َّ َ‫ت َوف‬ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ ََ َ ْ َ
‫ضْياًل‬ ࣖ
ِ ‫خلَ ْقنَا َت ْف‬
َ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.”(Qs. Al-Isra’:70)

Oleh karena manusia telah dimuliakan Allah dari makhluknya yang lain, maka
sebagai orang yang takwa manusia harus selalu menjaga diri, ingat dan selalu hati-hati
agar tdak jatuh kedalam lembah yang hina.
Misalnya :
a. mencari rizki dengan berjudi,
b. meminim minuman yang berpotensial memabukkan
c. memakan makanan yang haram
d. melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat
e. berkata-kata sia-sia yang menimbulkan bencana
f. dan melakukan perbuatan lain yang merendahkan manusia sebagai makhluk yang
telah dimulaiakan Allah. Kawajiban terhadap diri sendiri ini adalah fardu’ain bagi
setiap muslim dan muslimat untuk melakukanya.

3. Kewajiban terhadap masyarakat


Kewajiban ini dimulai dari :33
a. Kewajiban terhadap keluarga. Dalam hal sistem ajaran Islam, kewajiban terhadap
keluarga ini juga merupakan fardu’ain bagi setiap unsur yang terlibat di dalamnya
terutama bagi suami istri yang menjadi kepala keluarga dan ibu rumah tangga.
32
Qs.Al-Isra:70
33
http://dc177.4shared.com/doc/jOClsWu-/preview.html

17
Keluarga adalah sumbu tempat seluruh kehidupan manusia berputar. Karena itu
kedudukanya penting sekali dalam islam. Demikian pentingnya, sehingga seperti
yang disebut pada bagian lain, dari 228 ayat hukum di dalam Al-Qur’an mengenai
masalah mu’amalat atau kehidupan sosial, 30 persen atau 70 ayat diantaranya
mengatur hubungan dalam keluarga yang menentukanya kewajiban dan hak-hak
anak terhadap orang tuanya.

b. Kewajiban Terhadap Tetangga. Kewajiban dibebankan kepada manusia untuk


menjaga dan membina ketertiban dalam lingkungan sosial tempat manusia itu
tinggal. Dalam sistem ajaran Islam, berbuat baik tehadap tetangganya adalah
pelaksanaan iman. Belum sempurna iman seseorang, kalo ia tidak baik terhadap
tetangganya. Kewajiban terhadap tetangga ini berkembang kepada kewajiban
terhadap masyarakat luar yang harus dilakukan pula dengan sebaik-baiknya .
pelaksanaan kewajiban terhadap masyarakat luar itu hars dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Pelaksanaan kewajiban terhadap masyarakat luas itu, termasuk juga kewajiban
terhadap negara. Kewajiban terhadap negara pada hahekatnya adalah sama
kewajiban terhadap tanah air, rayat, pemerintah yang berkuasa pada suatu massa.
Kewajiban terhadap tanah air harus dilaksanakan dengan kesedianya membela dan
mempertahankan tanah air dari setiap serangan dan gangguan. Kewajiban terhadap
rakyat dapat diwujudkan dengan menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak
mereka. Sedang kewajiban terhadap pemerintah dapat dilakukan dengan menaati
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkanya, sepanjang peraturan itu tidak
bertentangan dengan ketetapan Allah dan sunnah Rosulullah. Kepatuhan terhadap
pemerintah secara demokratis dan melaksanakan keinginan rakyat yang memilihnya
itu dengan bijaksana, disebutkan dalam Qs. an-nisa :59.

‫ فَ ِإ ْن‬sۖ ‫ول َو ُأو يِل اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬ ِ ‫َأط يع وا اللَّ ه و‬ ِ ِ َّ


َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َأط يعُ وا‬ َ َ ُ ‫آم نُ وا‬ َ ‫يَ ا َأ يُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬
sۚ ‫ون بِ اللَّ ِه َو الْ َي ْو ِم ا آْل ِخ ِر‬
َ ُ‫ول ِإ ْن ُك ْن تُ ْم تُ ْؤ ِم ن‬ِ ‫الر س‬ ِ ‫ِإ‬ ٍ
ُ َّ ‫َت نَ َاز ْع تُ ْم يِف َش ْي ء َف ُر ُّد وهُ ىَل اللَّ ه َو‬
ِ
‫َأح َس ُن تَ ْأ ِو ي اًل‬
ْ ‫ك َخ ْي ٌر َو‬ َ ‫ٰذَ ل‬
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
18
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”( Qs.An-
Nisa’:59)34
c. Kewajiban terhadap lingkungan hidup
Secara umum kewajiban terhadap lingkungan hidup dapat disimpulkan dari
pernyataan Tuhan dalam Al-Qur’an yang menggambarkan kerusakan yang telah
terjadi di daratan dan lautan, karena ulah tangan-tangan manusia, yang tidak
mensyukuri kurnia Ilahi. Untuk mencegah derita yang dirasakan oleh manusia,
seperti kini terjadi di Afrika, manusia wajib memelihara kelestarian lingkungan
hidupnya. Memelihara kelestarian alam lingkungan hidup, berarti pula memelihara
kelangsungan hidup manusia sendiri dan keturunannya di kemudian hari 35. Dalam
hubungan dengan kewajiban terhadap lingkungan hidup ini, ada baiknya kalau
disinggungkan pula dalam tulisan ini kewajiban orang yang bertakwa terhadap harta
yang dititipkan atau yang diamanatkan Allah kepadanya.
Menurut ketentuan Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah yang kini
terekam dalam kitab-kitab hadits, hubungan manusia dengan hartanya dapat dilihat
dari tiga sisi yaitu dari cara memperolehnya, fungsi harta, dan cara memanfaatkan
atau membelanjakannya. Mengenai cara memperolehnya, Al-Qur’an memberikan
beberapa ketentuan antara lain adalah harus dengan usaha yang halal. Artinya sah
menurut hukum dan baik menurut akhlak. Selain melalui usaha, cara memperoleh
harta yang dibenarkan Allah adalah melalui pewaris dan penghibahan. Diantara
ketiga cara ini yang sangat dianjurkan adalah dengan usaha, melalui kerja keras
dengan mempergunakan akal dan tenaga. Lapangan usaha memperoleh harta luas
sekali. Al- Qur’an dan Al-Hadits tidak menyebutkan secara rinci. Yang ditetapkan
adalah usaha-

usaha yang dilarang dalam memperoleh harta, diantaranya adalah menyuap dan
disuap atau korupsi, berjudi, memakan riba, menipu, menggelapkan milik orang lain,
dan merampas harta orang lain. Tertera pada surat Al-Baqarah ayat 18836.Mengenai
fungsi harta, Al-Qur’an member beberapa petunjuk diantaranya adalah tidak boleh
ditimbun tanpa dimanfaatkan untuk kepentingan sesama manusia, tidak boleh hanya
beredar di antara orang-orang kaya, dalam harta orang kaya terdapat harta orang
miskin yang tidak punya, harta peninggalan orang yang takwa harus dibagi menurut

34
Qs. An-Nisa’:59
35
http://wikipedia.com/taqwa
36
Pipit Akti,Iman dan Taqwa,h.230
19
ketentuan hukum Islam.

Menurut Al-Qur’an, orang yang memiliki harta akan mendapat ujian apakah ia
akan menderita atau bahagia karenanya, harta yang dipunyai seseorang tidak dengan
sendirinya akan menyelamatkan orang yang punya, harta kekayaan adalah
kekuasaan. Sebagai kekuasaan, harta itu dapat mendorong manusia berbuat baik atau
berbuat jahat. Oleh karena itu, Al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk
memanfaatkan harta yang dimilikinya tidak hanya untuk diri sendiri tetapi untuk
keluarga dan kepentingan sosial. Tidak boleh dimanfaatkan atau dibiarkan untuk
tujuan yang merugikan orang lain, bahkan harus dapat dinikmati masyarakat. Tertera
pada surat An Nahl ayat 7. 37

7 ٌ ‫س اِ َّن َربَّ ُك ْم لََرءُْو‬


‫ف َّر ِحْي ۙ ٌم‬ ِ ِ ٍ ِ
ِ ۗ ‫ َوحَتْ ِم ُل اَْث َقالَ ُك ْم اىٰل َبلَد مَّلْ تَ ُك ْونُ ْوا ٰبلغِْي ِه ااَّل بِ ِش ِّق ااْل َْن ُف‬.
Artinya : “Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu
tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu Maha
Pengasih, Maha Penyayang”. (Qs. An-Nahl:7)

Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?.Tentang cara


memanfaatkan atau mempergunakan harta, Al-Qur’an juga memberikan pedoman
antara lain, tidak boleh boros, tidak bolh kikir, hati-hati dan bijaksana disalurkan
melalui lembaga yang telah ditentukan Allah seperti shadaqah, infak, hibah, qurban,
zakat, dan wakaf. Tertera pada surat Al-Baqarah ayat 282 38

‫ب بَّْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِالْ َع ْد ۖ ِل‬ ۗ ٓ ِٰ ِ ِ ِ ٓ


ْ ُ‫ٰي اَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َم ُْٓنوا ا َذا تَ َد َايْنتُ ْم ب َديْ ٍن الى اَ َج ٍل ُّم َس ًّمى فَا ْكتُُب ْوهُ َولْيَكْت‬
ٰ ِ ِ ِ َّ ِ ۚ ٰ َّ ِ
ْ ‫ب َك َما َعل َمهُ اللّهُ َفْليَكْتُبْ َولْيُ ْمل ِل الذ ْي َعلَْيه احْلَ ُّق َولْيَتَّق اللّهَ َربَّهٗ َواَل َيْب َخ‬
‫س‬ َ ُ‫ب اَ ْن يَّكْت‬ ٌ ‫ب َكات‬ َ ‫َواَل يَْأ‬
‫ضعِْي ًفا اَْو اَل يَ ْستَ ِطْي ُع اَ ْن مُّيِ َّل ُه َو َف ْليُ ْملِ ْل َولِيُّهٗ بِالْ َع ْد ۗ ِل‬ ِ ِ ِ ِ ۗ
َ ‫مْنهُ َشْيـًٔا فَا ْن َكا َن الَّذ ْي َعلَْيه احْلَ ُّق َسفْي ًها اَْو‬
ِ
ِ ‫واست ْش ِهدوا ش ِهيدي ِن ِمن ِّرجالِ ُك ۚ ْم فَاِ ْن مَّل ي ُكونَا رجلَ ِ َفرجل َّوامراَٰت ِن مِم َّن َترضو َن ِمن الشُّهد‬
‫ۤاء اَ ْن‬ َ َ َ َْ ْ ْ َ ْ ٌ ُ َ ‫ْ َ ْ َ ُ نْي‬ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ُ َْ َ
‫صغِْيًرا‬ ِ ‫ضل اِح ٰدىهما َفت َذ ِّكر اِح ٰدىهما ااْل ُخ ٰر ۗى واَل يْأب الش‬ ِ
َ ُ‫ُّه َدۤاءُ اذَا َما ُدعُ ْوا ۗ َواَل تَ ْسـَٔ ُْٓموا اَ ْن تَكْتُُب ْوه‬ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َّ َ‫ت‬
ِ ‫ط ِعْن َد ال ٰلّ ِه واَْقوم لِلشَّهاد ِة واَ ْدىٰن ٓى اَاَّل َترتَاب ْٓوا آِاَّل اَ ْن تَ ُكو َن جِت ارةً ح‬ ٓ
ً‫اضَرة‬ َ ََ ْ ُ ْ َ َ َ َُ َ ُ ‫اَْو َكبِْيًرا اِ ٰلى اَ َجلِهٖۗ ٰذلِ ُك ْم اَقْ َس‬
ۗ‫ب َّواَل َش ِهْي ٌد ە‬ ِ ِ ۗ ِ
ٌ ‫ضاَّۤر َكات‬ َ ُ‫اح اَاَّل تَكْتُُب ْو َها َواَ ْش ِه ُْٓدوا اذَا َتبَ َاي ْعتُ ْم ۖ َواَل ي‬
ٌ َ‫س َعلَْي ُك ْم ُجن‬ َ ‫تُد ْيُر ْو َن َها َبْينَ ُك ْم َفلَْي‬
282 ‫علِْيم‬ ٍ ِ ٰ ٰ ٰ ِ ٌ ۢ ‫واِ ْن َت ْف َعلُوا فَاِنَّهٗ فُسو‬.
ٌ َ ‫ق ب ُك ْم ۗ َو َّات ُقوا اللّهَ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم اللّهُ ۗ َواللّهُ ب ُك ِّل َش ْيء‬ ُْ ْ َ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang
37
Qs.An-Nahl:7
38
Qs.Al-Baqarah:282
20
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah
penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan
kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu
mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah
dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang
akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka
hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka
(boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang
kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila
dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik
(utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat
menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali
jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi
apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi.
Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada
kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan
Allah Maha Mengetahuisegalasesuatu.”.(Qs.Al-Baqarah:282).

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Taqwa berarti menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa

yang dilarang-Nya. Hakikat taqwa merupakan pokok-pokok kebajikan baik yang


mendatangkan keselamatan, keberuntungan, menunjukkan dimensi keimanan dan
ketaqwaan yang berjalan secara beriringan atau bergandengan satu sama lain.
2. Mendirikan solat yaitu mengerjakan solat dengan menyempurnakan rukun dan
syaratnya sesuai dengan cara yang diperintahkan Allah dan Rosulnya.Menafkahkan
sebagian rizki yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang yang ditentukan oleh
agama.Beriman kepada kitab-kitab Allah, yang berarti beriman pula kepada rosul-rosul
Allah yang membawa kitab-kitab itu.Beriman kepada hari akhir, yaitu meyakini adanya
hidup setelah mati.
3. Hubungan manusia denagn Allah, hubungan manusia dengan hati nuraninya sendiri,
hubungan manusia dengan manusia yang lainnya.
4. Selalu dilindungi Allah, menjadi manusia termulia di sisi Allah, menjadi kekasih Allah,
meraih ma’rifatullah,dimudahkan segala urusan, dilapangkan rezekinya.
5. Selalu melaksanakan kewajibannya kepada Allah, kewajiban kepada diri sendiri,
kewajiban kepada masyarakat, tetangga, dan negara, serta kewajiban kepada lingkungan
hidup.

B. Saran

Kita sebagai insan yang beragama islam harus berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita sehingga kita menjadi umat islam yang bangga dengan keislaman kita.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Dudung, “Konsep Kebajikan Dalam al-Qur’an”, jurnal Al-Birr 4.no.1(Juni:2015).


Akti Pipit,Iman dan Taqwa,(Palembang:UINRA,2017).
http://amgy.wordpress.com/2008/02/22/taqwa-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/

http://dc177.4shared.com/doc/jOClsWu-/preview.html

http://wikipedia.com/taqwa
https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum/monografi-hukum/buku-hukum/27179
Ikhsan Nafidul, Makna Kata Taqwa dalam Al-Qur’an,(Aceh:STIQ,2022).
Nihaya Rohatun, Penafsiran Kontekstualis,(Universitas Sains Al-Qur’an).
Wahyudi Amien,Iman dan Taqwa,(Lampung: UAD,2016).

23
24
25
7.

26
27
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai