TAQWA
DI SUSUN OLEH :
HILMAN MULYADI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GARUT
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah swt,atas segala rahmat-nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bias
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Bagi kami penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tutujuan....................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. PengertianTaqwa.......................................................................................................................2
B. MaknaTaqwa............................................................................................................................2
D. Ciri-CiriOrang Bertaqwa...........................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................................................6
PENUTUP.............................................................................................................................................6
A. Kesimpulan...................................................................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perintah untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla senantiasa relevan dengan waktu dan
tempat, kapanpun dan dimanapun. Mengingat, ragam fitnah yang mengancam hati seorang hamba,
lingkungan yang tidak kondusif ataupun lantaran hati manusia yang rentan mengalami perubahan dan
sebab-sebab lainnya yang berpotensi menimbulkan pengaruh negatif pada keimanan dan ketakwaan.
Urgensi berwasiat untuk takwa dapat disaksikan dari kenyataan bahwa Allah k menjadikannya wasiat
bagi orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Allah k berfirman: (an-Nisaa 4:131)
“…dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan
(juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah),
sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji”. [an-Nisaa 4:131]
Ketakwaan juga merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Pada
haji wada’, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Bertakwalah kepada Allah, kerjakan sholat lima waktu, berpuasalah di bulan (Ramadhan), tunaikan
zakat harta kalian, taati para penguasa, niscaya kalian masuk syurga Allah. [HR. at-Tirmidzi].
Taqwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih banyak
yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jumat para khatib menyerukan taqwa dan para
makmumpun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang mereka dengar terkadang tidak
difahami dengan benar dan pas.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud taqwa, bagaimana hakikatnya, dan bagaimana ciri muslim yang
bertaqwa?
C. Tutujuan
Agar bisa memeahami taqwa,hakikat dan bagaimana menjadi muslim yang bertakwa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taqwa
ZSecara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki kata dasar
waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan menjauhi. Adapun
secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan
menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku
baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt berfirman:
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-
Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
B. Makna Taqwa
Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit menyebut kata haqiq (haqiqat), tapi
ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat. Diantaranya
:
2. “Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari tuhanmu, karena itu
janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (Q.S. 3:60).
3. “Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq (kebenaran) dan kesabaran”. (Q.S. Al-‘Ashri :
1-3).
2
Mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh (dihapus), atau tabdil (hukumnya
diubah) dengan ayat “fattaqullah mastatha’tum” (bertaqwalah kepada Allah sesuai kesanggupanmu)
(Q.S. Al-Taghabun: 16).
Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara para sahabat yang gelisah,
karena hakikat berarti taat yang terus menerus, tidak pernah mendurhakai, syukur secara terus
menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah melupakan-Nya. Kemudian
sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa
(hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.
2. Disebut Iman (Mukmin), yaitu apabila yang dilakukan dan diucapkan tergurat sampai kedalam
hati dan tidak puas, karena baru sebatas menjalankan rukun islam.
3. Disebut Ihsan (Muhsin), tingkatan ini adalah tingkatan kepastian dan kesadaran batin, yaitu
dalam menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. (H.R. Muslim).
Dari tiga tahap tersebut, maka tahapan ketigalah yang tertinggi, karena telah terbuka kesadarannya
(tabir ma’rifat). Selanjutnya menjadikan dirinya sebagai batas tertinggi dalam merealisasikan perintah
pada awal waktu, dan terpelihara dari segala yang dilarang (termasuk makruh sekalipun). Jadi,
seorang muslim yang berlatih meningkatkan kadar keislamannya dri tahap ke tahap, maka ia termasuk
yang berlayar di atas perahu ke tingkat taqwa. Artinya mukmin yang tidak pernah naik ke kelas yang
lebih tinggi, ialah kelompok yang hanya melaksanakan sebagian perintah, ala kadarnya dan selalu
dipenghujung waktu. Kelompok seperti inilah yang masih jauh dari hakikat taqwa.
Ayat di atas menyatakan orang yang bertaqwa dan mulia, minimal mempunyai lima syarat:
1. Bersadaqah dalam kondisi apapun yang dialami, baik lapang ataupun sempit, merugi atau
beruntung.
3
2. Siap menahan amarahnya. Yakni, hamper-hampir tidak pernah marah dan kalu terpaksa marah
cepat sekali berhenti.
3. Memaafkan kesalahan orang adalah baik, tapi tidaklah sempurna tanpa disertai memperlihatkan
kebaikan, misalnya dengan mencarikan solusi.
Orang yang bertaqwa tidak otomatis terbebas dari kesalahan dan dosa , apalagi orang yang hanya
bertaqwa secara lisan . Taqwa yang sebenarnya ada dalam hati dan tindakan,bukan dalam lisan dan
penampilan .Orang yang memakai peci, sorban, sarung, atau jilbab, belum tentu hatinya benar-benar
bertaqwa kepada Allah.
§ Apa yang harus kita lakukan agar menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah?
Modal Utama yang harus kita miliki adalah ilmu. Sebab dengan ilmu kita dapat mengetahui dan
memahami segala perintah Allah dan laranagan-Nya.
§ Bagaimana kita dapat melaksanakan perintah Allah, sementara kita tidak mengetahui apa saja yang
diperintahkannya?
Karena itulah mencari ilmu sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan dalam Islam. Dengan ilmu, kita
bisa mengetahui apa yang wajib kita kerjakan dan yang wajib kita tinggalkan.Ibadah yang dilakukan
tanpa ilmu takkan berarti apa-apa.
4
kenikmatan tersebut, jika tidak dikhawatirkan hasad. Dan bersyukur dengan anggota badan, yaitu
menggunakan anggota badan kita ini untuk taat kepada-Nya, dengan bertakwa kepada-Nya secara
sebenar-benarnya. Takwa ini merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.s. an Nisaa`: 1).
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.s. ath
Thalaq: 2).
Juga firman-Nya:
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4).
Dan firman-Nya,
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya,
dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Q.s. ath Thalaq: 5).
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketaqwaan bermakna luas. Hal ini dapat diketahui dari definisi para ulama yang menerangkan bahwa
ketakwaan ialah upaya seorang hamba membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia
takuti. Dengan begitu, seorang hamba yang ingin bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, berarti ia
ingin membangun pelindung antara dirinya dari Allah Azza wa Jalla yang ia takuti kemarahan dan
kemurkaan-Nya, dengan melaksanakan amal ketaatan dan menjauhi larangan-Nya