Anda di halaman 1dari 23

Akhlak tasawuf

[“TAWAKKAL & RIDHA”.]


DOSEN PEMBIMBING : 1.Dr.Ira Suryani.M.Si

2.Rizka Ramadhani Lubis M.Pd

DI SUSUN

OLEH:

KELOMPOK 13

BKI -5

NAMA ANGGOTA :

1. Putri Mayang Sari (0303193220)

2. Nurul Usna

3. Umar Rifa’i

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan
kenikamatan kepada kita semua yaitu nikamat islam dan iman. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah “AKHLAK TASAWUF”
yang berjudul “TAWAKKAL & RIDHA”. Tujuannya dibuat nya makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah dari Ibunda“Dr.IRA SURYANI .M.Si ”& ibu “RIZKA RAMADHANI LUBIS
MP.d Makalah yang kami sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA.kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Untuk itu kami berharap kepada dosen pembimbing kami meminta masukkanya
demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca

Medan,24 september 2019

KELOMPOK 13

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

Latar Belakang...........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN / KAJIAN PUSTAKA...............................................5

2.1.1 Pengertian Tawakkal.........................................................................5

2.1.2. Krakteristik sikap tawakkal.............................................................7

2.1.3 Nilai positif sikap tawakkal..............................................................9

2.1.4 Tafsir tentang tawakkal...................................................................11

3.1.1. Pengertian Rida..............................................................................13

3.1.2 Karakteristik Sikap Rida................................................................16

3.1.3 Nilai Positif Sikap Rida..................................................................18

3.1.4 Tafsir tentang Rida.........................................................................20

BAB III KESIMPULAN...................................................................................22

REFERENSI......................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Setiap muslim harus rida dan tawakkal terhadap segala kenyataan hidup.yang dijalani.Sikap Rida
dan Tawakkal ini menjadi dasar sikap syukur dan berserah diri yang menjadi akar dari semua
sikap mulia. Orang muslim yang memilki sifat rida dan tawakkal akan lebih realisti dan objektif
dalammenjani kehidupan hingga.akhir ayat .setiap muslim berkewajiban menumbuhkembangkan
sikap rida dalam kehidupan sehari-hari.dengan demikian, akan mendapatkan ketenangan
(sakinah) dalam menjalani kehidupan .

Tawakkal artinya menyerahkan diri kepada Allah,sedangkan kita sendiri tidak boleh mengurangi
usaha dan tenaga, dalam berusaha , jika cita-cita tercapai bersyukurlah kepada allah atas karunia-
Nya, tetapi jika gagal ,bersabarlah, karena itu adalah takdir, dan hanya Allah-lah yang maha
mengetahui. Ialah yang rahman dan Rahim, maka setiap perbuatan-Nya niscaya untuk kebaikan
hamba-Nya juga, yang dengan ikhlas menyerahkan diri kepada-Nya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian Tawakkal

Bila dilihat seacara umum penertian tawakkal adalah pasrah dan mempercayakan secara
bulat kepada allah SWT setelah melaksanakan sesuatu rencana dan usaha .manusia hanya
merencanakan dan mengusahakan ,tetapi tuhan yang menentukan hasilnya.

Tawakal adalah penyerahan sesuatu kepada Allah SWT.Atau menggantungkan uruan diri
pada Allah SWT.Setelah beriktisiar. Orang yang bertawakkal , haru mengembalikan
masalah yang di hadapinya kepada Allah SWT , setelah benar-benar berikhtisar .ia
berpasrah diri karena memang tidak ada lagi yang dapat dilakukan, kecuali tergantung
keapda Allah SWT, Apapun hasil dari apa yang diikhtiarkan , akan diterima dengan sikap
tawakkal

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut :“tawakkal adalah


menyandarkan kepada allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar
kepada allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam
waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati
yang tentram.²

Sendangkan menurut Abu Zakaria , tawakkal adalah “keteguhan hati dalam


menyerahkan urusan kepada orang lain. sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul
rasa percaya kepada orang yang disrahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul menjumpai
sifat amanah (terpercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa
aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.

Dalam ensiklopedia al-Quran pengertian tawakkal dijelaskan sebagai berikut :


“sesungguhnya pengaruh tawakkal itu terbukti dalam gerak-gerik seseorang, berusaha
keras dengan segala kemampuan dan pengetahuannya,suapaya tujuannya tercapai,
Usaha seseorang dengan ikhtiar dan kemauannya, adakalanya untuk mendapatkan
manfaat yang tiada dipunya, menolak bahaya yang mungkin datang menimpanya, seperti

5
perampok , pencuri dan binatang buas atau menghilangkan bahaya yang dideritanya,
seumpama penyakit sebagainya. Maka gerak-gerik seorang selalu mengikuti apa yang di
sebut tadi, yaitu menarik manfaat atau memeliharanya, menolak bahaya atau
menghilangkannya.”

Dari pernyataan tersebut, dapatlah dipahami bahwa tawakkal bukanlah berarti


hanya tinggal diam tanpa usaha atau kerja, bukan semata-mata menyerah pada keadaan
atau nasib, sehingga berpangku tangan, santai, menanti-nanti apa yang terjadi .Namun,
tawakkal adalah bekerja keras serta berjuang untuk mencapai tujuan dan kepentingan
yang disebut tadi. Kemudian baru menyerahkan dirikepada Allah, supaya tujuan itu dapat
dicapai , berkat dan rahmat serta inayah-Nya. Pengertian tawakkal ini sesuai dengan
petunjuk al-quran yang disebut dalam surat Ali Imran [3]: 159;

‫فَ ِب َم َارمْح َ ٍة ِمنَالل َّ ِه ِل ْن َتلَهُ ْ ۖم َولَ ْو ُك ْن َت َف ًّظاغَ ِل َيظالْ َقلْ ِباَل نْ َفضُّ وا ِمنْ َح ْو ِل َك ۖ َفا ْع ُف َعهْن ُ ْم َو ْاس َت ْغ ِف ْرلَهُ ْم َو َشا ِو ْرمُه ْ ِفياَأْل‬
‫ْم ِۖرفَ َذا َع َز ْمتَ َفتَ َولَّك ْ َعلَىاللَّهِۚ اَّن للَّهَ ُي ِح ُّبالْ ُم َت َولِّك ِ َني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menajauhkan diri
sekelilingmu.Karena itu ma’afkanlah mereka, dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada


Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Di dalam Qana’ah sebagai kita nyatakan di atas tersimpullah tawakkal,yaitu


menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada tuhan semesta alam.

Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT untuk
mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudlaratan , menyangkut urusan dunia
atau pun akhirat.

6
Allah SWT berfirman : Q.S Ath-Thalaq : 2-3

ٍ‫وف َوَأ ْشهِدُ وا َذ َو ْي عَ ْدل‬ ٍ ‫وف َأ ْو فَ ِارقُوه َُّن ِب َم ْع ُر‬ ٍ ‫فَ َذا بَلَغ َْن َأ َجلَه َُّن فََأ ْم ِس ُكوه َُّن ِب َم ْع ُر‬
‫ِإ‬
َّ ‫ِمنْمُك ْ َوَأ ِقميُوا‬
‫الشهَا َد َة هَّلِل ِ ۚ َذٰ ِلمُك ْ يُو َعظُ ِب ِه َم ْن اَك َن يُْؤ ِم ُن اِب هَّلل ِ َوالْ َي ْو ِم اآْل ِخ ِر ۚ َو َم ْن يَتَّ ِق‬
‫اهَّلل َ جَي ْ َع ْل هَل ُ َمخ َْر ًجا‬
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi
pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

Barang siapa mewujudkan takwa dan tawakkal akan dapat menggapai seluruh kebaikan
dien dan dunianya.

2.1.2 Karakteristik Sikap Tawakkal

dijelaskan bahwa sebelum melakukan sikap tawakkal itu, untuk keberhasilan suatu usaha,
seperti mendakwahkan agama Allah, nabi Muhammad Saw terlebih dahulu memperlihatkan
tingkah laku yang mulia, ahlak yang terpuji, yakni bersikap lemah lembut, pemaaf dan
sebagainya. Juga lebih dahulu diadakan musyawarah, diskusi atau dialog, baru kemudian
bertawakkal kepada allah harus dilakukan lebih dahulu suatu usaha dan ikhtiar. Hal ini
bersesuaian dengan penjelasan hamka, dalam bukunya Tasawuf Modern :

“yang mengenai diri sendiri, tidaklah bernama tawakkal kalau kita tidur di
bawah phon yang leabt buahnya, sebagai durian. Karena kalau buah itu jatuh digoyang
angina, kita ditimpanya, itu adalah sebab kesia-siaan kita. Tidaklah boleh kita duduk
lama atau tidur di tepi sungai yang banjir, atau di bawah dinding yang hendak runtuh
atau bukit yang suka longsor

7
Jelasnya , Al-Quran mengajarkan agar setiap orang beriman menyerahkan segala urusan
kepada Allah, karena Allah sajalah yang Maha Mengetahui apa yang ada di langit dan
yang ada di bumi. Dan apa yang menjadi keputuan-Nya, itulah yang paling baik bagi
manusia. Allah SWT, berfirman dalam QS.Hud [11]: 123;

‫الس َم َاو ِات َواَأْل ْر ِض َو لَ ْي ِه يُ ْر َج ُع اَأْل ْم ُر لُك ُّ ُه فَا ْع ُب ْد ُه َوت ََولَّك ْ عَلَ ْي ِه ۚ َو َما َرب ُّ َك‬
َّ ‫َوهَّلِل ِ غَ ْي ُب‬
‫ِإ‬
َ ُ‫ِبغَا ِف ٍل مَع َّا تَ ْع َمل‬
‫ون‬
“dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan bumi dan kepada Nya lah dikembalikan
urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertakawalah kepada-Nya . dan sekali-kali
tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”

Juga dalam QS.asy-Syuura [42]:36

ٰ ‫فَ َما ُأو ِتيمُت ْ ِم ْن يَش ْ ٍء فَ َم َتا ُع الْ َح َيا ِة ادلُّ نْ َيا ۖ َو َما ِع ْندَ اهَّلل ِ َخرْي ٌ َوَأبْ َق ٰى ِلذَّل ِ َين آ َمنُوا َوعَىَل‬
‫َرهِّب ِ ْم ي َ َت َولَّك ُون‬
“maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia:
dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman ,
dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal”.”

Dalam suatu hadist Rasul Saw.memberikan petunjuk agar umatnya berdoa dan
bertawakkal kepada allah , ketika mau tidur . hadistnya sebagai berikut :

Hadis riwayat ibnu abbas r.a, bahwa Rasullulah Saw.pernah berdoa dengan membaca :”ya
Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri dan kepada-Mulah aku beriman, terhadap-Mu aku
bertawakkal dan kepada-Mu aku kembali serta dengan (pertolongan) Engkau aku berpegang .
Ya Allah, sesunguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada tuhan selain
engkau,agar Engkau tidak menyesatkan aku, Engkaulah yang Maha Hidup dan tidak akan mati
sedang jin dan manusia semuanya akan mati (HR.Bukhari dan Muslim)

8
Sa’id bin jubeir berujar , “ tawakkal itu keseluruhan iman .”mewujudkan tawakkal bukan berarti
meniadakan ikhtiar & usaha . taqdir allah dan sunnahnya sehubungan dengan mahkluk berkait
erat dengan ikhtiar . Allah memerintahkan untuk berikhtiar sekaligus bertawakkal. Berusaha
dengan anggota badan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT , dan bertawakkal dengan hati
sebagai manifestasi iman kepada-Nya .
Allah SWT berfirman : An –Nisa 71

•‫اَي َأ هُّي َ• ا• ا•ذَّل ِ• ي• َ•ن• آ َم•ن•ُو•ا• ُخ• •ُذ و•ا• ِح• •ْذ َ•ر•مُك ْ فَ•ا•ن•ْ ِف• ُر• و•ا• ث•ُ َب•ا• ٍ•ت• َأ ِو• ا•ن•ْ ِف• ُر•و•ا• مَج ِ• ي• ًع•ا‬
“Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran)
berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!”
HR. Tirmidzi
Rasulullah Bersabda :

‫ول قَا َل َر ُج ٌل اَي َر ُسو َل اهَّلل ِ َأ ْع ِقلُهَا َوَأت ََولَّك ُ َأ ْو ُأ ْط ِل ُقهَا َوَأت ََولَّك ُ قَا َل ا ْع ِقلْهَا‬
ُ ‫َع ْن َأن َ ِس ْب َن َماكِل ٍ ي َ ُق‬
‫َوت ََولَّك ْ (رواه الرتمذي‬
Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW. ‘Wahai Rasulullah
SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau aku lepas ia dan aku bertawakal?’
Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah.” (HR. Tirmidzi).

2.1.3 Nilai Positif Sikap Tawakkal

Sikap tawakkal mengandung manfaat yang amat besar bagi setiap orang yang
melakukannya ,antara lain :

Senantiasa memahami bahwa manusia memiliki langkah-langkah dalam kehidupannya , yakni


bertawakkal kepada Allah SWT.
Segala sesuatu berawal dari diri kita karena Allah SWT. Tidak akan mengubahnya bila
tidak dimulai oleh diri kita sendiri
Tidak berpraangka buruk kepada Allah SWT .karena setiap yang terjadi pada diri kita
juga terdapat peranan kita yang ikut menentukan hasilnya.

9
Bila mendapat nikmat senantiasa bersyukur dan apabila mendapat ujian atau musibah senantiasa
dan bersabar dan tetap berusaha meraih hal-hal positif
Meyakini bahwa doa yang dipanjatkan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan
mendapat jawaban dari Allah SWT. Meskipun belum tentu dikabulkan pada saat itu juga
Di sini nyata bahwa sahabat – sahabat Nabi s.a.w kemudiannya telah bersetuju pendapat
bahwa memelihara diri dari penyakit , juga termasuk tawakkal.
1. Mengobat penyakit
Mengobat penyakit bukanlah berlawanan dari tawakkal, bukan pula menunjukkan kurang
terima di atas takdir danketentuan tuhan,
Sabda Rasullullah ‫ ﷺ‬:

‫َأ ْن َز َل هَل ُ ِش َف ًاء‬ ‫هللا د ًَاء اَّل‬


ُ ‫َما َأ ْن َز َل‬
‫ِإ‬
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.”(HR
Bukhari).

2. Memperoleh kecukupan dari apa yang dibutuhkan


Orang yang bertawakal kepada Allah akan dicukupkan apa yang menjadi keperluannya
dalam hidup. Bila dari sisi jumlah tidak cukup, paling tidak dengan bertawakal itu dia
akan merasa cukup dengan apa yang diperolehnya.
Allah swt berfirman : [Ath-Thalaq/65 : 3]

‫َو َم ْن ي َ َت َولَّك ْ عَىَل اهَّلل ِ فَه َُو َح ْس ُب ُه‬


“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya”.

Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan
yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang
takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang
berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka
Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah
akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah

10
akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa’at. [Taisirul Azizil Hamidh
hal. 503]

Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan
diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya,
dan sungguh Allah telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran
untuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah

2.1.4 Tafsir tentang tawakkal


Allah Jalla wa ‘Ala menyebut tawakal dalam kitab-Nya di banyak ayat. Dia
memberitahukan kepada kita bahwa tawakal adalah syariat dan jalan hidup seluruh Nabi.
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi-Nya Nuh ‘alaihissalam,

AJAKAN MUSA ALAIHISSALAM KEPADA KAUMNYA AGAR BERTAWAKKAL


KEPADA ALLAH TA’ALA

“Berkata Musa: ‘Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka hertawakkallah kepada-
Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” (QS. 10:84) Lalu mereka berkata:
“Kepada Allahlah kami bertawakkal. Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran
fitnah bagi kaum yang dhalim, (QS. 10:85) dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari
(tipu-daya) orang-orang yang kafir. (QS. 10:86)” (Yunus: 84-86)
TAFSIR AYAT :

Allah berfirman memberi kabar tentang Musa, bahwa sesungguhnya dia berkata kepada Bani
Israil: yaa qaumi in kuntum aamantum billaaHi fa’alaiHi tawakaluu in kuntum muslimiin (“Hai
kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu
benar-benar orang yang berserah diri.”)[Q.S.YUNUS (84)] Maksudnya, karena sesungguhnya
Allah adalah Dzat yang mencukupi orang yang bertawakkal kepada-Nya.

11
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.

‫َألَيْ َس اهَّلل ُ ِباَك ٍف َع ْبدَ ُه‬


“bukankah allah yang mencukupi hamba-Nya “ (Q.S Az-Zumar:36)

‫َو َم ْن ي َ َت َولَّك ْ عَىَل اهَّلل ِ فَه َُو َح ْس ُب ُه‬


Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.(Q.S Ath-Thalaq : 3) sering Allah Ta’ala mendampingkan anatara ibadah dan
tawakkal ,seperti firman-Nya.

‫فَا ْع ُب ْد ُه َوت ََولَّك ْ عَلَ ْي ِه‬


Seringkali Allah menyebutkan ibadah dan tawakkal secara bersamaan, sebagaimana firman-Nya
yang artinya: “Maka beribadahlah kepada Allah dan bertawakkallah kepada-Nya.” (QS. Huud:
123)

‫قُ ْل ه َُو َّالرمْح َٰ ُن آ َمنَّا ِب ِه َوعَلَ ْي ِه ت ََولَّك ْنَا‬


"Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami

bertawakkal.” (Q.S Al – Mulk : 29)

‫َر ُّب الْ َمرْش ِ ِق َوالْ َم ْغ ِر ِب ٓاَل ِاهٰل َ ِااَّل ه َُو فَاخَّت ِ ْذ ُه َو ِك ْياًل‬

(Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai
pelindung. (Q.S Al- Muzzammil :9). Allah Ta’ala juga memerintahkan orang –orang yang
beriman agar mengucapkan di setiap shalat mereka berulang-ulang kali,

12
‫اَّي كَ ن َ ْع ُبدُ َو اَّي كَ ن َ ْس َت ِع ُني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.” (Q.S Al- Fatihah :5)

Bani Israil telah melaksanakan itu, maka mereka berkata: ‘alallaaHi tawakkalnaa rabbanaa laa
taj’alnaa fitnatal lil qaumidh dhaalimiin (“Kepada Allahlah kami bertawakkal, ya Rabb kami,
janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang dhalim.”) Maksudnya, janganlah
Engkau menangkan mereka dan jangan Engkau beri kuasa mereka atas kami, maka mereka
mengira bahwa sesungguhnya mereka diberi kekuasaan, karena mereka adalah di atas kebenaran
dan kami di atas kebathilan, maka mereka ditimpa fitnah disebabkan itu.Demikianlah yang
diriwayatkan dari Abu Mijlaj dan Abu Adh-Dhuda Rahimahumallah.

Ibnu Abi Najih dan lainnya berkata dari Mujahid: “Janganlah Engkau siksa kami dengan tangan
Fir’aun dan janganlah Engkau siksa kami dengan siksa dari sisi Engkau,” maka kaum Fir’aun
berkata: “Jika mereka di atas kebenaran, tentulah tidak disiksa dan kami tidak dikuasakan atas
mereka, maka berarti mereka disiksa dengan tangan kami.”

Dan firman-Nya: wa najjinaa birahmatika (“Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau.”)
Maksudnya, bebaskanlah kami dari mereka dengan rahmat dan kebaikan dari Engkau. Minal
qaumil kaafiriin (“Dari [tipu-daya] orang-orang kafir.”) Maksudnya, orang-orang yang
mengingkari kebenaran dan menutupinya, sedangkan kami telah beriman dan bertawakkal
kepada Engkau.

3.1.1 Pengertian Rida

Menurut kamus besar bahasa Indonesia .rida diartikan rela,suka,dan senang hati. Setiap
muslim harus menyakini bahwa Allah tidak memberi jalan kepada-Nya bagi orang yang benci
menggerutu . Allah mensyaratkan bagi orang yang menuju kepada-Nya agar memiliki hati yang
rida .

13
Rida adalah ketetapan hati untuk menerima seagalakeputusan yang udah ditetapkan,Rida
merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan baik.

Dimanapun seorang hamba berada , dia tidak mencari atau memikirkan sesuatu yang lain .
dia akan menerima apa yang ada , tidak meminta tambahan sesuatu yang sudah ada, dan tidak
meminta sesuatu yang diinginkan saja, tetapi menerima seagala sesuatu yang telah ada atau
terjadi.

Ridha (rida) adalah menerima dengan ikhlas atau anugerah Allah SWT. Atau kepuasan serta
penerimaan tulus atas ketentuan ilahi.
Rida kepada Tuhan adalah pohon dari segala pelajaran yang kita terima dalam kehidupan ini .
Rida dalam hal ini menurut ahli pendidikan timbul dari athifah yaitu persamaan halus (emosi).
Rida menerima kekayaan dan kemiskinan , kekayaan dan kepatahan perjalanan, umur panjang
dan pendek ,badan sehat dan sakit , semua tidak ada perbedaan, karena memang dia telah rida
kepada Allah. Dalam kedudukan ini , sang pencinta senantiasa rida dan puas dengan apa yang
dilakukan kekasih . akan tetapi ,manusia ejati (rajul) hanya puas dan rida dengan Allah sendiri .
orang yang telah mencapai rida ini, telah ada pada jiwa rida. (An-Nafs Ar- Radhiyyah)
Seorang muslim haruslah dapat bersikap rida dengan segala aturan dan keputusan Allah.
Artinya, setiap mislim harus menerima dengan sepenuh hati segala sesuatu yang datang dari
Allah SWT dan Rasul-Nya ,baik berupa perintah ,larangan, dan mengikuti petunjuk –Nya dengan
senang hati . dia dapat rida karena dia mencintai Allah SWT . dia yakin bahwa allah tidak akan
membuat suatu aturan yang tidak sesuai atau akan merugikan mahluk-Nya.

Zun an-Nul Al-Mishri mengemukakan bahwa ridha itu adalah menerima tawakkal dengan
kerelaan hati. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa tanda-tanda orang yang sudah ridha itu ada
tiga, yaitu : mempercayakan hasil uaha sebelum terjadi ketentuan , lenyapnya resah gelisah
sesudah terjadi ketentuan, dan cinta yang bergelora di kala turunnya malapetaka.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian tersebut merupakan perpaduan
antara sabar dan tawakkal sehingga melahirkan sikap mental yang merasa tenang dan senang
menerima segala situasi dan kondisi. Setiap yang terjadi disambut dengan hati terbuka , bahkan
dengan rasa nikmat dan bahagia walau yang datang itu berupa bencana. Suka dan duka
diterimadengan gembira, sebab apapun yang datang itu adalah ketentuan allahyang maha kuasa.

14
Sikap mental seperti ini akan dapat tumbuh melalui usaha demi usaha, perjuangan demi
perjuangan mengikis habis segala perasaan gundah dan benci sehingga yang tinggal dalam
hatinya hanya perasaan senang dan bahagia,apapun yang datang dan pergi,ia tetap bahagia.

Orang yang berhati ridha pada Allah memiliki sikap optimis, lapang dada, kosong hatinya
dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan lebih dari itu; memandang baik, sempurna, penuh
hikmah, semua yang terjadi semua sudah ada dalam rancangan, ketentuan, dan perbulatan Tuhan.
Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu
ridha apabila melakukan perbuatan yang Allah haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang
apabila meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini mereka perbuat, bermakna merasa puas
hati apabila aktivitas hidupnya bisa membuat risau, khawatir, dan selalu mengganggu terhadap
sesamanya. Semuanya itu ia lakukan karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia sadari bahwa
sebenarnya syaitan telah menjerat dirinya dalam kubangan dosa. Orang-orang yang seperti inilah
dengan indahnya Allah telah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 96 :
•‫حَي ْ ِل• فُ• و• َ•ن• لَ•مُك ْ ِل• رَت ْ َ•ض• •ْو ا• َع••هْن ُ •ْم ۖ• فَ• •ْن تَ• ْر• َ•ض• •ْو ا• َع••هْن ُ •ْم فَ• َّن• ا•هَّلل َ• اَل يَ• ْر• ىَض ٰ• َع• ِ•ن• ا•ل•ْ َق• •ْو ِم• ا•ل•ْ َف• ا• ِ•س• ِق• َني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. tetapi jika sekiranya
kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik
itu”.
Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia telah mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( ‫) َذ َاق َط ْع َم ا مي َ ِان َم ْن َريِض َ اِب هَّلل ِ َراًّب َواِب ْسال ِم ِدينًا َو ِب ُم َح َّم ٍد َر ُس ْو ًال‬
‫ِإل‬ ‫ِإل‬
“Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya
dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya”.
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan ridha kepada Allah Ta’ala, Rasul-Nya
dan agama Islam, bahkan sifat ini merupakan pertanda benar dan sempurnanya keimanan
seseorang

15
3.1.2 Karakteristik Sikap Rida

Sikap ridha ini baru tercapai oleh seseorang apabila allah telah ridha pula kepadanya

Allah SWT berfirman:

ُ ‫َج َزٓا ُؤ مُه ْ ِع ْندَ َرهِّب ِ ْم َج ٰنّ ُت عَ ْد ٍن جَت ْ ِر ْي ِم ْن حَت ْ هِت َا ااْل َهْن ٰ ُر ٰخدِل ِ ْي َن ِفهْي َ ۤا َابَدً ا ۗ َريِض َ اهّٰلل‬
‫َعهْن ُ ْم َو َرضُ ْوا َع ْن ُه ۗ ٰذكِل َ ِل َم ْن َخيِش َ َرب َّ ٗه‬
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan
mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya."(QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 8)

Allah SWT berfirman:

‫َج َزٓا ُؤ مُه ْ ِع ْندَ َرهِّب ِ ْم َج ٰن ّ ُت عَدْ ٍن جَت ْ ِر ْي ِم ْن حَت ْ هِت َا ااْل َهْن ٰ ُر ٰخدِل ِ ْي َن ِفهْي َ ۤا َابَدً ا ۗ َريِض َ اهّٰلل ُ َعهْن ُ ْم َو َرضُ ْوا َع ْن ُه‬
‫ۗ ٰذكِل َ ِل َم ْن َخيِش َ َرب َّ ٗه‬
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya.Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”
(QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 8)
Dan keridhaan allah hanya dapat dicapai dengan meningkatkan iman kepada-Nya. Bahkan kelak
di akhirat, orangyang mendapat ridha dari tuhan sajalah yang akan di terima di sisi-Nya,

Rida kepada Allah SWT, adalah Fardu Ain . Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun
merupakan sesuatu yang sangat luhur, halini termasuk jenis ubudiah yang sangat mulia. Namun,
masyarakat umum tidak dituntut melakukannya karena kelemahan mereka dan kesulitan untuk

16
melakukannya . Ada juga segolongan orang mewajibkannya , sebagaimna mereka mewajibkan
rida kepada Allah SWT.

Rida kepada allah sebagai rabb dan membenci ibadah kepada selain-Nya merupakan
poros orbit islam, yaitu membersihkan diri dari syirik akbar .ridak kepada allah sebagi rabb
(tuhan) ialah tidak menjadikan tuhan selain allah.tenaang terhadap pengaturannya dan
mengadukan segala kebutuhannya kepada-Nya . Allah berfirman sebagai berikut :

Allah SWT berfirman:

‫ُق ْل َاغَرْي َ اهّٰلل ِ َابْ ِغ ْي َراًّب َّوه َُو َر ُّب لُك ِ ّ يَش ْ ٍء ۗ َواَل تَ ْك ِس ُب لُك ُّ نَـ ْف ٍس ِااَّل عَلَهْي َا ۚ َواَل تَ ِز ُر‬
‫َو ِاز َر ٌة ِّو ْز َر ُاخ ْٰرى ۚ مُث َّ ِاىٰل َر ِبّمُك ْ َّم ْر ِج ُعمُك ْ فَ ُينَ ِبُّئمُك ْ ِب َما ُكنْـمُت ْ ِف ْي ِه خَت ْ َت ِل ُف ْو َن‬
"Katakanlah (Muhammad), Apakah (patut) aku mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah
Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung
jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan." (Q.S Al- An’am/6 : 164)

makna rida terhadap Allah sebagai ilahi ialah merasa benci terhadap peribadatan kepada selain-
Nya. ini termasuk kesempurnaan rida kepada Allah sebagai Rabb (Tuhan Pencipta dan Penguasa
alam semesta).oleh karena itu , barang siapa rida kepada allah sebagai tuhan dengan sebenar –
benarnya , niscaya dia membenci pribadatan kepada selain-Nya.

Sesungguhnya pilihan Tuhan untuk hamba nya ada dua macam.Pertama ikhtiyar, ad-din
wa syar’i(agama dan syariat) hamba wajib tidak memilih , selain apa yang dipilihkan oleh tuhan
untuknya .pilihan hamba yang bertentangan dengan ketetapan (agama dan sayriat) meniadakan
keimanan dan kepasrahannya , memniadakan keridaannya kepada allah sebagi tuhan , islam
sebagai agamanya , dan Muhammad sebagi rasul , kedua .ikhtiyar kauni qadari (pilihan yang
berkenaan dengan alam dan takdir) yang tidak dibneci oleh tuhannya . misalnya , musibah yang
ditimpahkan allah kepada hamba-Nya . tidak berbahaya jika hamba berlari darinya menuju takdir
yang dapat menghilangkan, menolak , dan menghapuskannya.

17
Adapun mengenai takdir yang tidak di cintai dan diridai allah ,seperti perbuatan aib dan
dosa-dosa , hamba diperintahkan untuk membencinya dan dilarang meridainya .

Ibrahim Basyuni mencatat ada tiga hal yang menjadi tanda orang yang mempunyai sifat rida,
antara lain : (1) mempersedikit makanan, sebab makan akan menjadikan seseorang malas
mengerjakan ibadah, (2) merasa butuh (iftiqar) kepada allah, (3) sabar

Menurut Abdul Halim Mahmud, rida mendorong manusia berusaha sekuat tenaga mencapai apa
yang di cintai Allah dan Rasul-Nya. Namun, sebelum mencapainya, ia harus merima dan
merelakan akibatnya dengan cara apapun yang disukai Allah SWT.
Allah mendeskripsikan status orang-orang yang ridho terhadap-Nya dan kedudukan tinggi serta
kemulyaan yang Dia janjikan kepada mereka dalam firman:
ٍ َّ ‫ُأولَٰ ِئ َك َك َت َب يِف ُقلُوهِب ِ ُم ا مي َ َان َوَأيَّدَ مُه ْ ِب ُروحٍ ِمنْ ُه ۖ َويُدْ ِخلُه ُْم َجن‬
َ ‫ات جَت ْ ِري ِم ْن حَت ْ هِت َا اَأْلهْن َ ُار َخادِل ِ َين ِفهيَا ۚ َريِض‬
‫ِإْل‬
َ ‫اهَّلل ُ َعهْن ُ ْم َو َرضُ وا َع ْن ُه ۚ ُأولَٰ ِئ َك ِح ْز ُب اهَّلل ِ ۚ َأاَل َّن ِح ْز َب اهَّلل ِ مُه ُ الْ ُم ْف ِل ُح‬
‫ون‬
‫ِإ‬
“Mereka itulah orang-orang yang telah menamakan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan dimasukkan-Nya
mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridho terhadap mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesunggunya hizbullah
itu adalah golongan yang beruntung.”( QS. Al-Mujadillah [58]: 22 )

3.1.3 Nilai Positif Sikap Rida.

Rida merupakan bentuk kesadaran diri, perasaan jiwa , dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang berkenan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang
dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang . rida dengan pengertian demikian sudah
merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Islam tidak hanya mengakui keberadaan rida itu
pada diri manusia , tetapi juga mengaturnya sehingga terwujud dengan mulia.

Alasan orang muslim harus rida kepada Allah karena dia menyadari bahwa allahlah yang
menciptakan alam semesta dan seluruh isinya .allah juga yang mengelola dan memelihara
semuanya itu. Dengan rahmatnya , dia menyediakan semua fasilitas yang diperlukan oleh umat

18
manusia jauh sebelum manusia itu diciptakan . dengan Rahim nhya , allah menyediakan segala
kenikmatan bagi orang-orang yang beriman sampai hari akhir nanti . Allahlah yang maha
pengasih lagi maha penyayang.

Sejalan dengan ridanya kepada allah , seorang muslim akan rida kepada rasul dan jihad di
jalan-nya Artinya , allah dan rasulnya sebagai pilihan yang harus diperjuangkan sesuai dengan
syariat yang telah diturunkan –Nya. Setiap muslim wajib untguk menerima segala ketentuan dan
ketetapan allah ataupun rasulnya sebagaimana adanya . artinya ,penerimaan seorang muslim
terhadap ketentuan allah harus mengikuti teladan raullulah serta tidak boleh melebihi batas
sunnah.

Seorang anak yang rida kepada ibu bapak sebagai wujud rida kepada nenek moyang .di
antara salah satu bentuk rida kepada nenek moyang adalah melestarikan tradisi yang diwariskan
mereka secara turun –menurun . di antara tradisi tersebut ada yang mengandung unsur syirik atau
melanggar syariat islam. Apabila seorang muslim tetap saja melakukannya, dengan alas an sudah
menjadi tradisi , rida kepada nenek moyang macam ini dapat menimbulkan kehinaan.

Adapun menurut An-Nun , tanda-tanda orang yang telah rida adalah


 Mempercayakan hasil usaha sebelum terjadi ketentuan
 Lenyapnya resah gelisah sesudah terjadi ketentuan
 Cinta yang bergelora dikala turunya malapetaka

Hikmah Bersikap Ridha

Berikut ini beberapa hikmah yang akan kita peroleh apabila kita bersikap ridha.

1. Menjauhkan diri dari sifat iri dan dengki kepada sesama.


2. Memiliki hati yang ikhlas, suka menolong dan memberi tanpa pamrih.

3. Dapat menjalani hidup dengan dengan tenang dan tentram.

4. Memiliki pribadi yang sederhana, tidak sombong dan tidak berlebih-lebihan.

5. Menjadikan pribadi yang senantiasa bersyukur kepada Allah Swt.

6. Dapat menjalankan ibadah dengan khusyu karena hati dan pikiran pasrah kepada Allah.

19
7. Membuat diri sendiri lebih sabar dan tabah dalam menghadapi segala cobaan, sebab
bersikap Ridha juga mengajarkan kita untuk bersabar dan menerima apa yang terjadi
pada diri kita.

Sudah selayaknya setiap mukmin berusaha mengamalkan ridha yang diperintahkan. Allah
memuliakan status orang-orang yang ridha dengan surga.

‫َج َزاُؤ مُه ْ ِع ْندَ َرهِّب ِ ْم َجن َّ ُات عَدْ ٍن جَت ْ ِري ِم ْن حَت ْ هِت َا اَأْلهْن َ ُار َخادِل ِ َين ِفهيَا َأبَدً ا ۖ َريِض َ اهَّلل ُ َعهْن ُ ْم‬
‫َو َرضُ وا َع ْن ُه ۚ َذٰكِل َ ِل َم ْن َخيِش َ َرب َّ ُه‬

“Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka
dan meraka pun ridha kepadanya." (QS al-Bayyinah: 8)..

3.1.4 Tafsir tentang Rida


DI ANTARA TANDA – TANDA ORANG MUNAFIK ADALAH BERUSAHA
UNTUK MEMBUAT ORANG ORANG RIDHA DENGAN MENGGUNAKAN
SUMPAH PALSU

“Mereka bersumpah kepada kalian dengan (nama) Allah untuk mencari keridaan kalian,
padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridaannya jika mereka
adalah orang-orang yang mukmin. (At-Taubah ayat 62)

20
Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya.
Itu adalah kehinaan yang besar.” (At-Taubah ayat 63)
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Mereka bersumpah kepada
kalian dengan (nama) Allah untuk mencari keridaan kalian. (At-Taubah: 62), hingga akhir ayat.
Qatadah mengatakan. telah menceritakan kepada kami bahwa pernah ada seorang lelaki munafik
berkata, “Demi Allah, sesungguhnya mereka (orang-orang munafik sebangsanya) adalah orang-
orang pilihan kami dan orang-orang terhormat kami. Sekalipun apa yang dikatakan oleh
Muhammad adalah benar bagi mereka, tetapi lebih buruk daripada keledai.” Kemudian seorang
lelaki dari kalangan kaum muslim mendengarnya, maka ia langsung menjawab, “Demi Allah,
sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Muhammad adalah benar, dan sesungguhnya kami lebih
buruk daripada keledai.” Maka orang-orang melaporkan hal tersebut kepada Nabi Saw. dan
menceritakan peristiwa itu, lalu Nabi Saw. memanggil lelaki tersebut dan bertanya, “Apakah
yang mendorongmu mengatakan apa yang telah kamu ucapkan itu?” Lelaki yang berkata
demikian itu memaki lawannya dan bersumpah dengan menyebut nama Allah, bahwa dia tidak
mengucapkannya. Sedangkan lelaki muslim itu berkata, “Ya Allah, benarkanlah yang benar dan
salahkanlah yang dusta.” Maka Allah menurunkan ayat ini.

Firman Allah Swt.:

{‫}َألَ ْم ي َ ْعلَ ُموا َأن َّ ُه َم ْن حُي َا ِد ِد اهَّلل َ َو َر ُسوهَل ُ فََأ َّن هَل ُ اَن َر هَج َمَّن َ َخادِل ً ا ِفهيَا‬
Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwa barang siapa menentang Allah
dan Rasul-Nya. (At-Taubah: 63), hingga akhir ayat.

Maksudnya, tidakkah mereka menyelidiki dan mengetahui bahwa barang siapa yang menentang
Allah Swt, yakni menentang, memerangi, dan membangkang terhadap-Nya, maka ia berada di
suatu sisi, sedangkan Allah dan Rasul-Nya berada di sisi lainnya.

{‫}فََأ َّن هَل ُ اَن َر هَج َمَّن َ َخادِل ً ا ِفهيَا‬


maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. (At-Taubah: 63)

21
Yakni terhina dan disiksa di dalamnya.

{‫} َذكِل َ الْ ِخ ْز ُي الْ َع ِظ ُمي‬


Itu adalah kehinaan yang besar. (At-Taubah: 63)

Yaitu kehinaan dan kecelakaan yang besar.

BAB III

KESIMPULAN

Setiap muslim harus rida dan tawakkal terhadap segala kenyataan hidup.yang dijalani.Sikap Rida
dan Tawakkal ini menjadi dasar sikap syukur dan berserah diri yang menjadi akar dari semua
sikap mulia. Orang muslim yang memilki sifat rida dan tawakkal akan lebih realisti dan objektif
dalammenjani kehidupan hingga.akhir ayat .setiap muslim berkewajiban menumbuhkembangkan
sikap rida dalam kehidupan sehari-hari.dengan demikian , akanmendapatkan ketenangan
(sakinah) dalam menjalani kehidupan .

22
REFERENSI

1. Prof.Dr.H.Muzakkir,MA,TASAWUF(pemikiran,ajaran relevansinya dalam kehidupan)


(cet 1)PradhanaPublishing
2. Roli Abdul Rahman dkk.Menjaga Akidah Dan Akhlak untuk kelas XI MA.Tiga
serangkai 2009
3. Drs.Margiono,M,Pd dkk ,Pendidikan Agama Islam lentera kehidupan SMA kelas XII .
( cet 1) Yudhistira mei 2007
4. Drs.H.Muslich Shabir,MA,TERJEMAH Tanbinhul Ghafilin (peringantan bagi orang-
orang yang lupa) (cet 1) CV.Toha Putra Semarang 1993
5. H.Agus Salim, Keterangan Filafat Tentang Tauhid, Takdir, dan Tawakkal, (Cet 1 )
TintaMas 1967
6. Prof.Dr.Hamka, Tasawuf Modern (Cet 1) Pustaka Panjimas 1990
7. Muhammad Khalid Shabit, Quantum Ridha (I’tibar kesejukan hati kemulian pribadi
terhadap qadha ‘ilahi) (Cet 1) Amzah 2009
8. Drs.Totok Jumantoro, M.A & Drs.Samsul Munir Amin, M.Ag, Kamus Ilmu TASAWUF
(Cet 1)Amzah 2005
9. Ibnu Qayyim al- Jauziyyah , Ibnu Rajab al-Hambali & Imam Ghazali, Tazkiatun –
Nufus(Cet VII) Pustaka Arafah 2002
10. Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf untuk kita semua, (Cet 1) Republika Penerbit
2014
11. Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (JILID III), (Cet 1) Darus Sunnah
Press 2012

23

Anda mungkin juga menyukai