DISUSUN OLEH :
1. AISYAH MUTIA KHANSA SUKMA
2. AZADIN ANSHAR POHAN
3. NURUL KHAIRIYAH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul Takwa Dalam
Kehidupan. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………..…………………………………………………………..………i
Daftar Isi………………………………………………………………………………..……..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Takwa ………………………………………………………………………....2
2.2 Keuntungan dari Takwa…………………………………………………………………...3
2.3 Ruang Lingkup Takwa…………………………………………………………………….4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….15
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Takwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang
untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-
usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal yang
meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertakwalah kamu sekalian
dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan
muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak
dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.
Takwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita
tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Takwa adalah tidak terus
menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Takwa kepada Allah
adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan
apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang
hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan
kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala
yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Takwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih
banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jumat para khatib menyerukan takwa dan
para makmumpun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang mereka dengar terkadang
tidak difahami dengan benar dan pas.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini agar dapat memahami pembahasan dari rumusan
masalah dalam makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut:
1. Memahami pengertian takwa
2. Memahami apa saja keuntungan dari takwa
3. Memahami apa saja ruang lingkup takwa
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki
kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang
diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu
dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang
lain, diri sendiri dan lingkungannya.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang
hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan
kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala
yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang
datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan
tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap
kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada
Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah
keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin
al-’Abbad hafizhahullah).
2
2.2 Keuntungan Bagi Orang yang Bertakwa
Allah merupakan titik berangkat dan titik tuju. Oleh karena itu, tidak ada
perbuatan yang terlepas dari hubungan dengan Allah sehingga hidup merupakan
proses terus menerus mencari makna bagi kehidupan abadi di akhirat yang dimulai
dengan kehidupan yang baik di dunia.
Rasulullah adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan dan memberi
contoh pelaksanaan ajaran Allah kepada manusia, karena itu seorang muslim akan
memuliakan Rasul nya serta meletakkan nya sebagai teladan hidup yang terbaik.
Aktualisasi hubungan dengan Rasulullah dalam kehidupan seorang muslim adalah
membuktikan kecintaan nta dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran-
ajaran dan sunnah-sunnah-Nya.
Taat kepada Allah an taat kepada Rasul merupakan rangkaian yang tidak bisa
dipisahkan, taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah. Pembuktian ketaatan kepada
Allah dan Rasul ini diwasiatkan dalam hadistnya :
“aku tinggalkan bagi kalian dua hal, apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya,
maka kalian tidak akan sesat. Dua hal tersebut adalah kitab Allah dan sunnah rasul-
Nya”.
4
II. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia
ِ ى ْٱل َم
صي ُر َّ َك ِإل َ ٰ ِص ْينَا ٱِإْل ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف
َ صلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن َأ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي َّ َو َو
Artinya :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
رُّ ؟zَ َم ْن َأب: ت ُ قُ ْل، ك َ ُأ َّم: الz ق: ُّرzَ َم ْن َأب: ت
ُ قُ ْل، َ ُأ َّمك: الzرُّ ؟ قzَ َم ْن َأب: ت َ ُأ َّم: الzيا رسو َل هللاِ ! َم ْن َأبَرُّ ؟ ق
ُ قُ ْل، ك
َ ب فَاَأل ْق َر
ب َ ثُ َّم اَأل ْق َر، أباك: قال
“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?
Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi?
Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih
dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya
hasan).
Ibu yang sedang mengandung memikul beban yang sangat berat, hari-hari nya
dilalui dengan berat, makan dan minum terganggu oleh proses yang terjadi dalam
Rahim nya, sehingga makan dan minum tidak dapat dinikmatinya dengan baik.
Kesulitan tersebut berlangsung selama 9 bulan masa kehamilan, waktu yang sangat
panjang. Ketika melahirkan, seorang ibu dihadapkan dengan kepada proses yang
menyakitkan, antara hidup dan mati ia berjuang untuk melahirkan anak nya agar dapat
hidup. setelah bayi lahir, ibu harus menyusui nya dan merawatnya siang dan malam
dengan penuh kasih sayang. Perawatan anak memerlukan kesabaran, ketelatenan dan
keuletan yang hanya dapat dilakukan dengan dorongan keikhlasan semata-mata.
Disini ibu menampilkan sosok manusia yang tak permah berhenti memberikan apa
yang dimiliki nya untuk anak nya.
Demikian pula peran bapak dakam membesarkan dan mendidik anak sangat
besar, karena bapak lah yang bertanggung jawab memberikan sarana yang
dibutuhkan untuk anak dan istrinya. Mencari kifayah untuk memenuhi kebutuhan
anak-anaknya adalah perjuangan yang berat dan dapat dikategorikan sebagai jihad.
Karena perawatan dan pendidikan hanya dapat dilakukan dengan sarana yang
bertanggung jawab pengadaanya ada pada bapak.
Demikian perjuangan bapak dan ibu dalam menyayangianak nya, karena itu
dalam ayat di atas Allah mewasiatkan tentang pelunya berbuat baik kepada ibu dan
bapak. Bahkan berbuat durhaka kepada keduanya dimasukkan d]sebagai dosa besar
yang siksa nya tidk hanya dapat ditimpakan di akhirat, tetapi akan dapat dirasakan
sejak hidup di dunia. Sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya :
Semua dosa itu adzab nya ditunda oleh Allah SWT sampai hari kiamat,
kecuali orang yang durhaka kepada orangtua nya. Sungguh nya Allah akan
mempercepatadzab kepada nya dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika
ia berbuat baik kepada ibu dan bapak nya, bahkan Allah akan menambahkan kebaikan
kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu dan bapak nya serta memberi nafkah
kepada mereka jika diperlukan. (H.R Ibn Majah)
Berbuat baik kpeda ibu dan bapak adalah menaati perintah, menyenangkan
dan menghormati mereka dengan sungguh-sungguh serta menyantuninya dan
merawat mereka pada saat mereka dalam keadaan sakit, lemah atau sudah tua. Bahkan
berbuat baik kepada mereka tidak hanya dilakukan selama mereka hidup, tetapi juga
terus dilakukan walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan
meminta ampunan kepada Allah untuk mereka, menepati janjinya, memelihara dan
6
meneruskan silahturahmi nya serta menghormati teman-teman nya sewaktu mereka
hidup sebagai mana disabda kan Nabi yang artinya:
Dari Abi Usaid berkatnya : ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah Saw
tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah seraya bertanya : Ya
Rasulullah, apakah masih bisa saya berbuat baik kepada kedua ibu bapakku
sedangkan mereka kedua nya telah meninggal dunia? Rasulullah menjawab : Ya,
(yaitu dengan jalan ) mendoakan keduanya, meminta ampun bagi kedua nya,
menepati janji keduanya, memelihara silahturahmi yang pernah dibuat kedua nya dan
memuliakan teman-teman nya. (H.R Abu Daud)
Menaati perintah orangtua merupakan kewajiban dan bentuk berbuat baik kepada
orangtya sepanjang perintah mereka tidak bertentngan dengan perintah Allah Swt ,
tetapi apabila perintah mereka bertentangan dengan perintah Allah Swt , maka
janganlah di turuti, tetapi hendaknya anak tetap menghormati dan mempergauli
orangtua nya dengan baik sepanjang hidupnya. Penolakan terhadap perintah yang
bertentangan itu hendak nya dengan cara yang halus dan bijaksana. Bahkan apabila
orangtua berbeda agama, anak masih diwajibkan untuk berbuat baik dan mempergauli
mereka dengan sebaik-baik nya, kendatipun akidah nya berbeda.
b. Menyayangi Keluarga
Artinya :
Hubungan dengan diri sendiri dilakukan pula dengan memelihara faraj melalui
pernikahan yang sah, menghindari dari perbuatan zina atu hal-hal yang dapat
mendekatkan diri kepada perbuatan zina.
Dalam hubungan dengan diri sendiri ini yang menjadi penekananadalah
mengendalikan dorongan-dorongan nafsu yang membawa manusia ke dalam suatu
tindakan yang jelek.
Nafsu terdapat dalam diri setiap orang, karena itu orang yang mampu
mendidik dirinya dengan mengolah dan mengendalikan nafsu yang akan mampu
menampilkan sosok kepribadian seorang manusia yang memiliki kehormatan
dirinya sebagai makhluk Allah yang mulia.
2. Sabar
Sabar pada dasarnya adalah intraksi seseorang dengan dirinya sendiri. Ia
merupakan sikap diri yang merupakan hasil proses pendidikan dan penghayatan
yang mendalam terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam wahyu Allah Swt dan
dalam kehidupan nyata melalui pengalaman hidup.
9
Sabar merupakan sikap yang lahir dari penyerahan total terhadap Allah,
karena itu sabar tidak pernah dapat dipisahkan dari keyakinan tentang kekuasaan
Allah. Sabar sebagai sikap diri berkaitan dengan perintah dan larangan Allah serta
sikap diri terhadap musibah yang menimpa.
3. Syukur
Bersyukur yang paling tinggi nilai nya adalah mensyukuri nikmat Allah
melalui perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan
keharusannya. Missal nya bersyukur diberi usia yang panjang, maka bersyukur
nya adalah menggunakan usia itu dijalan yang Allah ridhai. Bersyukur atas
kesempatan yang diberikan Allah menjadikan mahasiswa dilakukan dengan
kesempatan itu dengan belajar sungguh-sungguh.
Bersyukur terhadap nikmat Allah dijamin mendapatkan tambahan nikmat dari
Allah, sebagaimana dijanjikan-Nya :
وَِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِى لَ َش ِدي ٌد
10
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
4. Istiqamah
Istiqamah adalah tegak berdiri diatas prinsip kebenaran yang diyakini nya.
Istiqamah merupakan sikap hidup yang mampu berdiri diatas prinsip tauhid dan
mendorong dirinya untuk senantiasa konsisten dengan prinsip itu dalam kondisi
dan situasi apapun.
Istiqamah dapat melekat pada diri seorang muslim apabila ia telah benar-
benarberiman dan seluruh hidupnya dirujukan kepada keimanan semata-mata.
Sehingga menafikan segala sesuatu selain iman kepada Allah. Karena itu
didapatlah diakatan bahwa istiqamah merupakan implementasi dari keimanan
kepada Allah yang melahirkan penyerahan diri secara totak kepada-Nya. Dengan
demikian, apapun yang terjadi dan sitausi apapun yang dihadapi tidak akan
merubah prinsip hidup itu.
Manusia diciptakan Allah dan digelarkan di muka bumi untuk mengelola isi
bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai mahkluk yang
sempurna. Kesempurnaan manusia dibandingkandengan mahkluk Allah lain nya,
karena potensi yang diberikan Allah berikan untuk digunakan dalam rangka
melaksanakan tugas sebagai hamba Allah. Allah telah menciptakan segala sesuatu
di alam raya untuk manusia, suatu kenikmatan yang tiada tara nya, firman-Nya :
ٌض َوٱ ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِيهَا فَٱ ْستَ ْغفِرُوهُ ثُ َّم تُوب ُٓو ۟ا ِإلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن َربِّى قَ ِريبٌ ُّم ِجيب
ِ ْهُ َو َأن َشَأ ُكم ِّمنَ ٱَأْلر
Artinya :
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan
(doa hamba-Nya)".
11
Mencari kebahagiaan hidup merupakan kewajiban setiap orang, hanya saja
kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh dengan petunjuk-petunjuk dan
bimbingan Allah, sebab kebahagiaan hakiki mencakup keseluruhan hidup, yaitu
hidup didunia dan diakhirat.
Kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat dalam konsep Islam tidak dapat
dipisahkan. Orang akan bahagia didunia jika ia mempersiapkan bekal kebahagiaan
dengan baik, demikian sebaliknya, persiapan untuk mencapai kebahagiaan akhirat
memerlukan sarana dan cara hidup yang baik didunia.
Tidak terlepas dari tujuan itu maka Allah menghendaki agar manusia dapat
mengelola isi alam untuk memenuhi hajat hidup manusia sendiri. Untuk dapat
mengelola alam ini dengan baik diperlukan dengan adanya kemauan dan
kemampuan lahir dari kesadaran akan pemilikan potensi dan semangat serta
kepercayaan diri untuk memiliki kemampuan itu.
Alam raya dengan segala potensi yang terkandung didalam nya diberikan
kepada manusia untuk diolah dan di manfaatkan. Mengelola dan memanfaatkan
nya memerlukan usaha kerja keras, karena Allah tidak memberkan barang jadi,
melainkan bahan mentah yang mesti diolah dengan menggunakan potensi yang
telah diberikan Allah kepada manusia, yaitu akal.
Segala sesuatu di alam ciptaan Allah ini diperuntukkan bagi manusia, tinggal
manusia sendiri apakah mau mengolahnya atau membiarkan nya atau bahkan
menghancurkan nya, Islam mendorong umat nya untuk mengolah, memelihara
dan memanfaatkan alam sehingga dapat bermanfaat bagi manusia dan alam itu
sendiri.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk
bekerja keras. Perlu nya kerja keras dalam hidup, telah digambarkan oleh Allah
Swt dalam menandai kekuasaan nya yang Maha Besar, yaitu ganbaran simbolik
dalam fenomena yang tampak pada mahkluk nya, jika kita pikirkan dan hayati
sungguh-sungguh, missal nya bagaimana bayi yang baru saja dilahirkan harus
berjuang keras menyesuaikan diri dengan lingkungan alam yang baru
dimasukinya, disini (dunia) jika ia lapar, ia harus berjuang untuk memenuhi
keinginan nya dengan cara menangis, agar sang ibu memberikan air susunya.
Mangis bagi bayi merupakan usaha dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Atau dalam hal lain Allah menggambarkan melalui ciptaan-Nya yang
lain, seperti biji kacang yang ditanam di dalam tanah, jika ia ingin hidup, tunas
nya harus mampu menemukan udara di permurkaan tanah, dengan demikian ia
harus berjuang menembus tanah, sehingga udara dapat di hidupnya dan ia dapat
tumbuh.
12
Gambaran diatas merupakan pelajaran dari Allah untuk manusia, bahwa
sebenarnya hidup ini adalah perjuangan yang tak kan pernah berhenti. Berhenti
berjuang atau berusaha, maka hilanglah makna hidup dan tamat pula riwayat
kehidupannya.
Artinya :
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Memberi rahmat pada alam adalah bagian yang tak terpisahkan dari bentuk
pelaksanaan ajaran Islam secara keseluruhan. Alam adalah anugrah Allah kepada
manusia , sesuai dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah, naka ia
dituntut untuk dapat menjaga dan memelihara alam disamping menggunakan dan
memanfaatkan.
Banyak kerusakan dan malapetaka yang ditimbulkan oleh prilaku manusia
yang tidak memperhatikan hubungan dirinya dengan alamlingkungannya.
Kerusakan ekosistemn lautan maupun daratan disebabkan karena manusia tidak
menyadari keharusan hubungan yang harus terjalin secara seimbang antara dirinya
dengan alam lingkungan nya. Untuk ini Allah telah mengisyaratkan dalam firman-
Nya :
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita beramal dan bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk mendapat ridho, kasih sayang dan kekuasaan Allah. Untuk mendapat
pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan dari Allah. Atau dengan kata lain, untuk
mendapat takwa. Segala amalan itu untuk menambah takwa. Kerana Allah hanya
menerima ibadah dari orang-orang yang bertakwa. Allah hanya membela, membantu
dan melindungi orang-orang yang bertakwa. Hanya orang-orang yang bertakwa saja
yang akan selamat di sisi Allah Ta’ala. Banyak keuntungan yang bisa kita peroleh dari
kita bertakwa. Takwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga
berhubungan dengan manusia dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan
dengan Lingkungan Hidup.
3.2 Saran
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari takwa. Karena dengan kita bertakwa, kita dapat mencegah dan
menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak
baik. Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap
sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau
sebaliknya perlu dihindari.
15
DAFTAR PUSTAKA
Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum:
Jakarta. 2002
Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi,Bandung:STPDN Press, 2003
Husein, Mochtar. 2008. Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Mufid AR, Ahmad. 2008. Tanya Jawab Aqidah Islamiah. Yogyakarta : Insan Madani.
https://mozaik.inilah.com/read/detail/2508632/11-fakta-dan-keuntungan-orang-takwa
16