Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAKWA DALAM KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH :
1. AISYAH MUTIA KHANSA SUKMA
2. AZADIN ANSHAR POHAN
3. NURUL KHAIRIYAH

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul Takwa Dalam
Kehidupan. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Pekanbaru, 17 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………..…………………………………………………………..………i
Daftar Isi………………………………………………………………………………..……..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Takwa ………………………………………………………………………....2
2.2 Keuntungan dari Takwa…………………………………………………………………...3
2.3 Ruang Lingkup Takwa…………………………………………………………………….4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….15
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Takwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang
untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-
usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal yang
meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertakwalah kamu sekalian
dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan
muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak
dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.
Takwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita
tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Takwa adalah tidak terus
menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Takwa kepada Allah
adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan
apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang
hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan
kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala
yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Takwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih
banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jumat para khatib menyerukan takwa dan
para makmumpun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang mereka dengar terkadang
tidak difahami dengan benar dan pas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa pengertian takwa?
2. Apa keuntungan bagi orang yang bertakwa?
3. Bagaimana ruang lingkup takwa?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini agar dapat memahami pembahasan dari rumusan
masalah dalam makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai  berikut:
1. Memahami pengertian takwa
2. Memahami apa saja keuntungan dari takwa
3. Memahami apa saja ruang lingkup takwa

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Takwa

Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki
kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang
diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan,


kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt
berfirman:
(Q.S.Ali Imran [3]:102)

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar


taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.

Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu
dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang
lain, diri sendiri dan lingkungannya.

Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting


dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari
segala pekerjaan seorang muslim.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang
hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan
kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala
yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang
datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan
tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap
kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada
Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah
keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin
al-’Abbad hafizhahullah).
2
2.2 Keuntungan Bagi Orang yang Bertakwa

1. Takwa adalah wasiat (perintah) Allah untuk seluruh umat manusia.


"Dan sungguh Kami telah mewasiatkan (memerintahkan) kepada orang-orang yang
diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah." (An-
Nisa: 131).
2. Takwa adalah perisai penjagaan dari tipu daya setan.
"Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudaratan kepadamu." (Ali Imran: 120).
3. Takwa adalah jalan untuk memperoleh solusi kehidupan dan rezeki yang tidak
terduga-duga.
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar
baginya. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (At-
Thalaq: 2-3).
4. Takwa adalah media untuk mensucikan diri dari semua kekurangan dan aib.
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan
mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh,
dia menang dengan kemenangan yang agung." (Al-Ahzab: 70-71)
5. Takwa adalah jalan untuk menjadi kekasih Allah.
"Maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran: 76)
6. Takwa adalah syarat diterimanya amal manusia.
"Dia (Habil) berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang
bertakwa." (Al-Maidah: 27)
7. Takwa adalah salah satu kendaraan menuju kemuliaan.
"Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa." (Al-Hujurat: 13)
8. Takwa adalah media untuk memperoleh bimbingan Allah.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan Memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil)
kepadamu." (Al-Anfal: 29)
9. Takwa adalah penyelamat dari siksaan.
"Kemudian Kami akan Menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan
orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut." (Maryam: 72)
10. Takwa adalah pintu terbukanya ilmu pengetahuan.
"Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-Baqarah: 282)
11. Takwa akan mendatangkan kebulatan tekad.
"Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang (patut) diutamakan." (Ali Imran: 186).
3

2.3 Ruang Lingkup Takwa

I. Hubungan Manusia dengan Allah

Hubungan dengan Allah berarti perhambaan terhadap-nyamerupakan titik


tolak terwujudnya ketakwaan. Hubungan dengan Allah dilakukan seorang muslim
dalam bentuk ketaatan melaksanakan ibadah. Ibadah ritual tersebut berimplementasi
terhadap kehidupan social. Konsistensi dalam mendirikan shalat lima waktu menjadi
ciri utama seorang muslim. Ia menyerahlan hidupnya secara utuh kepada Allah
melalui shalat, sehingga shalat memiliki dampak nyata dalam kehidupan di luar shalat
dalam bentuk pemihakan pada kebenaran, dan penolakan terhadap kemunkaran.

Seorang yang melaksanakan shalat lima waktu, sehari semalam akan


senantiasa menjalin hubungan dengan Allah, sehingga ia akan hidup terkontrol dan
terkondisi dengan baik. Ia akan hidup displin terhadap waktu, tugas, dan kewajiban,
seperti disiplin ketika melaksanakanshalat pada waktunya serta melakukan gerakan
dan bacaan shalat sbagaimana yang diwajibkan pada waktu shalat.

Allah merupakan titik berangkat dan titik tuju. Oleh karena itu, tidak ada
perbuatan yang terlepas dari hubungan dengan Allah sehingga hidup merupakan
proses terus menerus mencari makna bagi kehidupan abadi di akhirat yang dimulai
dengan kehidupan yang baik di dunia.

Hubungan dengan diaktualisasikan pula dalam hubungan manusia dengan


Rasulullah, yaitu mengembangkan kecintaan kepada Rasul melalui cara-cara memberi
shalawat, mengunjungi makam nya, serta memuliakan namanya dan menjaga nya dan
menjauhkan nya dari sikap –sikap yang dapat menjatuhkan atau merendahkan
derajatnya.

Rasulullah adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan dan memberi
contoh pelaksanaan ajaran Allah kepada manusia, karena itu seorang muslim akan
memuliakan Rasul nya serta meletakkan nya sebagai teladan hidup yang terbaik.
Aktualisasi hubungan dengan Rasulullah dalam kehidupan seorang muslim adalah
membuktikan kecintaan nta dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran-
ajaran dan sunnah-sunnah-Nya.

Taat kepada Allah an taat kepada Rasul merupakan rangkaian yang tidak bisa
dipisahkan, taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah. Pembuktian ketaatan kepada
Allah dan Rasul ini diwasiatkan dalam hadistnya :
“aku tinggalkan bagi kalian dua hal, apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya,
maka kalian tidak akan sesat. Dua hal tersebut adalah kitab Allah dan sunnah rasul-
Nya”.
4
II. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia

1. Hubungan dengan Keluarga

a. Berbakti kepada Orangtua


Hubungan anak dengan orangtua merupakan hubungan yang istimewa
yang terkait erat dengan sebab perkawinan dan pewarisan. Karena itu ajaran
Islam memberikan penekananterhadap hubungan anak orangtua ini bukan
hanya semata-mata hubungan antar manusia , melainkan hubungan yang khas,
yaitu mengembangkan hubungan yang baik atau birrul walidain.

Seorang anak dilahirkan dengan perjuangan dan pengorbanan yang


berat dari ayah dan ibu nya, karena itu anak nya diwajibkan untuk berbuat baik
kepada orangtua nya, sebagaimana firman Allah :

ِ ‫ى ْٱل َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫ك ِإل‬ َ ٰ ِ‫ص ْينَا ٱِإْل ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن َأ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬

Artinya :

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dalam hadist disebutkan :

‫رُّ ؟‬zَ‫ َم ْن َأب‬: ‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬، ‫ك‬ َ ‫ ُأ َّم‬: ‫ال‬z‫ ق‬: ُّ‫ر‬zَ‫ َم ْن َأب‬: ‫ت‬
ُ ‫ قُ ْل‬، َ‫ ُأ َّمك‬: ‫ال‬z‫رُّ ؟ ق‬zَ‫ َم ْن َأب‬: ‫ت‬ َ ‫ ُأ َّم‬: ‫ال‬z‫يا رسو َل هللاِ ! َم ْن َأبَرُّ ؟ ق‬
ُ ‫ قُ ْل‬، ‫ك‬
َ ‫ب فَاَأل ْق َر‬
‫ب‬ َ ‫ ثُ َّم اَأل ْق َر‬، ‫ أباك‬: ‫قال‬

“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?
Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi?
Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih
dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya
hasan).

Fadhlullah Al Jilani, ulama India, mengomentari hadits ini: “ibu lebih


diutamakan daripada ayah secara ijma dalam perbuatan baik, karena dalam hadits ini
bagi ibu ada 3x kali bagian dari yang didapatkan ayah. Hal ini karena kesulitan yang
dirasakan ibu ketika hamil, bahkan terkadang ia bisa meninggal ketika itu. Dan
penderitaannya tidak berkurang ketika ia melahirkan. Kemudian cobaan yang ia alami
mulai dari masa menyusui hingga anaknya besar dan bisa mengurus diri sendiri. Ini
hanya dirasakan oleh ibu”.
5
Berbuat baik kepada orangtua merupakan ungkapan terima kasih kepada
mereka, karena adanya orangtua menjadi sebab adanya anak dan jasa serta
pengorbanan mereka dalam mengandung, melahirkan dan mendidik anak-anaknya.
Karena itu tidak heran apabila islam menekankan kewajiban anak untuk berbakti
kepada kedua orangtua nya.

Ibu yang sedang mengandung memikul beban yang sangat berat, hari-hari nya
dilalui dengan berat, makan dan minum terganggu oleh proses yang terjadi dalam
Rahim nya, sehingga makan dan minum tidak dapat dinikmatinya dengan baik.
Kesulitan tersebut berlangsung selama 9 bulan masa kehamilan, waktu yang sangat
panjang. Ketika melahirkan, seorang ibu dihadapkan dengan kepada proses yang
menyakitkan, antara hidup dan mati ia berjuang untuk melahirkan anak nya agar dapat
hidup. setelah bayi lahir, ibu harus menyusui nya dan merawatnya siang dan malam
dengan penuh kasih sayang. Perawatan anak memerlukan kesabaran, ketelatenan dan
keuletan yang hanya dapat dilakukan dengan dorongan keikhlasan semata-mata.
Disini ibu menampilkan sosok manusia yang tak permah berhenti memberikan apa
yang dimiliki nya untuk anak nya.

Demikian pula peran bapak dakam membesarkan dan mendidik anak sangat
besar, karena bapak lah yang bertanggung jawab memberikan sarana yang
dibutuhkan untuk anak dan istrinya. Mencari kifayah untuk memenuhi kebutuhan
anak-anaknya adalah perjuangan yang berat dan dapat dikategorikan sebagai jihad.
Karena perawatan dan pendidikan hanya dapat dilakukan dengan sarana yang
bertanggung jawab pengadaanya ada pada bapak.

Demikian perjuangan bapak dan ibu dalam menyayangianak nya, karena itu
dalam ayat di atas Allah mewasiatkan tentang pelunya berbuat baik kepada ibu dan
bapak. Bahkan berbuat durhaka kepada keduanya dimasukkan d]sebagai dosa besar
yang siksa nya tidk hanya dapat ditimpakan di akhirat, tetapi akan dapat dirasakan
sejak hidup di dunia. Sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya :

Semua dosa itu adzab nya ditunda oleh Allah SWT sampai hari kiamat,
kecuali orang yang durhaka kepada orangtua nya. Sungguh nya Allah akan
mempercepatadzab kepada nya dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika
ia berbuat baik kepada ibu dan bapak nya, bahkan Allah akan menambahkan kebaikan
kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu dan bapak nya serta memberi nafkah
kepada mereka jika diperlukan. (H.R Ibn Majah)

Berbuat baik kpeda ibu dan bapak adalah menaati perintah, menyenangkan
dan menghormati mereka dengan sungguh-sungguh serta menyantuninya dan
merawat mereka pada saat mereka dalam keadaan sakit, lemah atau sudah tua. Bahkan
berbuat baik kepada mereka tidak hanya dilakukan selama mereka hidup, tetapi juga
terus dilakukan walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan
meminta ampunan kepada Allah untuk mereka, menepati janjinya, memelihara dan
6
meneruskan silahturahmi nya serta menghormati teman-teman nya sewaktu mereka
hidup sebagai mana disabda kan Nabi yang artinya:
Dari Abi Usaid berkatnya : ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah Saw
tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah seraya bertanya : Ya
Rasulullah, apakah masih bisa saya berbuat baik kepada kedua ibu bapakku
sedangkan mereka kedua nya telah meninggal dunia? Rasulullah menjawab : Ya,
(yaitu dengan jalan ) mendoakan keduanya, meminta ampun bagi kedua nya,
menepati janji keduanya, memelihara silahturahmi yang pernah dibuat kedua nya dan
memuliakan teman-teman nya. (H.R Abu Daud)

Menaati perintah orangtua merupakan kewajiban dan bentuk berbuat baik kepada
orangtya sepanjang perintah mereka tidak bertentngan dengan perintah Allah Swt ,
tetapi apabila perintah mereka bertentangan dengan perintah Allah Swt , maka
janganlah di turuti, tetapi hendaknya anak tetap menghormati dan mempergauli
orangtua nya dengan baik sepanjang hidupnya. Penolakan terhadap perintah yang
bertentangan itu hendak nya dengan cara yang halus dan bijaksana. Bahkan apabila
orangtua berbeda agama, anak masih diwajibkan untuk berbuat baik dan mempergauli
mereka dengan sebaik-baik nya, kendatipun akidah nya berbeda.

b. Menyayangi Keluarga

Menyayangi keluarga merupakan salah satu aktualisasi ajaran Islam yang


harus ditampilkan dalam prilaku seorang muslim. Menyayangi keluarga ditampilkan
dalam bentuk pemberian kasih sayang kepada seluruh anggita keluarga.
Kasih sayang tidak selalu dilahirkan dalam bentuk pemberian materi, tetapi
yang lebih penting adalah memberikan perhatian yang sungguh-sunggug, sehingga
kasih sayang dapat dirasakan oleh keluarga.
Dalam kondisi masyarakat modern ini, hubungan antar anggota keluarga
cenderung renggang, karena kesibukan pekerjaan yang menghabiskan waktu mereka,
sehingga akhlak Islam dalam keluarga tidak ditampilkan. Akibatnya, antar anggota
keluarga tidak terjadi komunikasi dan menjadi asing satu dengan yang lain. Dari
kondisi ini dapat muncul keluarga yang bermasalah, seperti perselingkuhan suami
istri, anak-anak yang kurang perhatian sehingga melahirkan broken home yang
ditampilkan dalam bentuk kenakalan.
Islam mengajarkan umat nya untuk menjadikan keluarga sebagai temat yang
penih kedamaian (sakinah) melalui pemupukan perhatian dan kasih sayang. Sehingga
seluruh anggota keluarga, baik suami istri maupun anak-anak tidak mencari perhatian
dan kasih sayang di luar rumah.
7
Menyayangi keluarga dimulai dengan pengenalan terhadap anggota keluarga serta
menerima mereka apa adanya. Pemahaman terhadap keluarga melahirkan komunikasi yang
akrab antara anggota keluarga, sehingga kasih sayang yang tercurah dari masing-masing
pihak keluarga dapat sampai dan dirasakan oleh pihak keluarga lain nya. Kasih sayang bapak
dapat dirasakan oleh ibu dan anak-anak nya, demikian kasih sayang di antara mereka saling
memberi dan menerima serta saling merasakan nya, sehingga dalam keluarga lahir suasana
yang dapat dirasakan bersama sebagai suasana yang sarat dengan kasih sayang. Disini
keluarga menjelma menjadi surge yang menyenangkan para penghuninya.

II. Hubungan dengan Masyarakat


a. Menegakkan keadilan

Menegakkan keadilan merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam dalam


hubungan seorang muslim dengan masyarakat. Adil merupakan kbutuhan asasi
setiap orang Dn muslim senantiasa menjaga hak asasi ini dengan cara berpihak
kepada keadilan dan berusaha menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

Aktualisasi keadilan ini menjadi bagian yang sangat penting dalam


kehidupan masyarakat sehingga kalimat-kalimat yang mewasiatkan keadilan ini
selalu dibaca khatib setaip Khutbah Jumat, yaitu sebagaimana firman Allah :

‫ر َو ْٱلبَ ْغ ِى ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬z ‫ْأ‬


ِ z‫ٓا ِء َو ْٱل ُمن َك‬z ‫رْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْٱلفَحْ َش‬zzُ‫ٓاِئ ِذى ْٱلق‬zzَ‫ ِن َوِإيت‬z ‫ ْد ِل َوٱِإْل حْ ٰ َس‬z‫ ُم ُر بِ ْٱل َع‬z َ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ ي‬
َ‫تَ َذ َّكرُون‬

Artinya :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.

b. Amar Makruf Nahi Munkar

Amar Makruf Nahi Munkar merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam di


tengah masyarakat dengan cara menegakkan kebenaran dan membenci keburukan dan
kemungkaran yang ada di tengah masyarakat.
Amar Makruf Nahi Munkar adalah keberpihak kan seorang muslim terhadap
kebenaran, kendatipun kebenaran itu dapat merugikan dirinya. Demikian pula Nahi
Munkar atau melarang dan membenci kemungkaran harus selalu ditampilkan
kendatipun keburukan itu akan menguntungkan dirinya.Kedua hal tersebut pada dasar
nya merupan ciri yang ditampilkan setiap umat Islam di tengah masyarakatnya.

c. Menyebarkan Rahmat dan Kasih Sayang

Hubungan yang baik dengan sesame manusia adalag mengembangkan


silahturahmi dan menjalin dan mengokohkan tali persaudaraan atas dasar kasih
sayang.
Hubungan yang baik atas dasar kasih sayang terhadap sesame manusia ini
menjadi ciri dari umat Islam, karena salah satu misi yang dibawa oleh nabi dan harus
menjadi misi setiap muslim adalah memberi rahmat bagi sesame dan sekuruh alam
(rahmatan lil amin)
Dari dasar kasih sayang karena Allah ini akan melahirkan banyak perbuatan
yang baik, seperti keberpihak kan dan kepedulian terhadap orang lain, terutama
orang-orang yang kurang beruntung (kaum dhuafa), memberi maaf kepada orang lain
yang bersalah, baik diminta ataupun tidak dan memberikan manfaat yang sebanyak-
banyak nya kepada sesame manusia bahkan kepada seluruh alam.
Menyebarkan rahmat dan kasih sayang dapat pula menghindarkan sifat-sifat
buruk, seperti sombong, angkuh, fitnah dan suudzan dan permusuhan. Sebab sifat-
sifat tercela tersebut lahir dari egoism dan menyenangi kepuasan diri sendiri yang
berlebihan.

III. Hubungan dengan Diri Semdiri


1. Memelihara Kehormatan Diri
Hubungan dengan diri sendiri dilakukan melalui upaya menjaga dan
memelihara kehormatan diri antara lain menjaga kesucian diri dengan
menghindari makanan dan minuman yang haram, mencari kehidupan dengan jalan
yang halal, menghindari dari perbuatan haram, seperti mencuri, menipu, korupsi,
serta perbuatan lain yang merugikan oranglain.

Hubungan dengan diri sendiri dilakukan pula dengan memelihara faraj melalui
pernikahan yang sah, menghindari dari perbuatan zina atu hal-hal yang dapat
mendekatkan diri kepada perbuatan zina.
Dalam hubungan dengan diri sendiri ini yang menjadi penekananadalah
mengendalikan dorongan-dorongan nafsu yang membawa manusia ke dalam suatu
tindakan yang jelek.
Nafsu terdapat dalam diri setiap orang, karena itu orang yang mampu
mendidik dirinya dengan mengolah dan mengendalikan nafsu yang akan mampu
menampilkan sosok kepribadian seorang manusia yang memiliki kehormatan
dirinya sebagai makhluk Allah yang mulia.
2. Sabar
Sabar pada dasarnya adalah intraksi seseorang dengan dirinya sendiri. Ia
merupakan sikap diri yang merupakan hasil proses pendidikan dan penghayatan
yang mendalam terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam wahyu Allah Swt dan
dalam kehidupan nyata melalui pengalaman hidup.
9
Sabar merupakan sikap yang lahir dari penyerahan total terhadap Allah,
karena itu sabar tidak pernah dapat dipisahkan dari keyakinan tentang kekuasaan
Allah. Sabar sebagai sikap diri berkaitan dengan perintah dan larangan Allah serta
sikap diri terhadap musibah yang menimpa.

Sabar terhadap perintah adalah sikap menerima dan menjalankan perintah


Allah tana reserve. Taat kepada perintah memerlukan sikap hati yang terbuka dan
menerima dengan ikhlas atau kesabaran. Tnapa sikap sabar, perintah tidak akan
dijalankan kalaupun dilakukan merupakan keterpaksaan yang dengan demikian
pekerjaan iakan kehilangan makna.

Sabar terhadap larangan merupakan sikap diri untuk menahan dorongan-


dorongan keinginan dan kebebasan untuk melakukan pekerjaan itu. Menahan dan
mengendalikan keinginan adalah bentuk kesabaran terhadap larangan Allah.
Disini sabar berarti pengendalian dan pengorbanan diri terhadap keinginan dan
kebebasan.

Sabar terhadap musibah adalah menerima adanya musibah yang menimpa


sebagai ujian atau cobaan dari Allah. Karena itu, musibah tidak menjadikan
kecewa atau putus asa, tetapi dikembalikan kepada kekuasaan dan kasih sayang
Allah serta menggali hikmah sebanyak-banyaknya sebagai pelajaran dan
pengalaman untuk masa depan.

3. Syukur

Syukur merupukan aktualisasi ajaran Islam terhadap diri sendiri, yaitu


menumbuhkan sikap berterima kasih atas apa yang di perolehnya dari Allah atau
sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah menyatakan terimakasih
terhadap apa yang dianugrahkan Allah. Pernyataan ini dapat dilakukan dengan
ucapan atau dengan perbuatan. Bersyukur dengan ucapan adalah mengucapkan
hamdalah (segala puji bagi Allah) setap merasakan nikmat.

Bersyukur yang paling tinggi nilai nya adalah mensyukuri nikmat Allah
melalui perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan
keharusannya. Missal nya bersyukur diberi usia yang panjang, maka bersyukur
nya adalah menggunakan usia itu dijalan yang Allah ridhai. Bersyukur atas
kesempatan yang diberikan Allah menjadikan mahasiswa dilakukan dengan
kesempatan itu dengan belajar sungguh-sungguh.
Bersyukur terhadap nikmat Allah dijamin mendapatkan tambahan nikmat dari
Allah, sebagaimana dijanjikan-Nya :

‫وَِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِى لَ َش ِدي ٌد‬

10
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Bersyukur terhadap oranglain adalah mengungkapkan terimakasih terhadap


orang yang memberikan kebaikan itu paling sedikit adalah mengucapkan terima
kasih dan labih jauh lagi dianjurkan untuk membalas kebaikan itu dengan
kebaikan yang lain.

4. Istiqamah

Istiqamah adalah tegak berdiri diatas prinsip kebenaran yang diyakini nya.
Istiqamah merupakan sikap hidup yang mampu berdiri diatas prinsip tauhid dan
mendorong dirinya untuk senantiasa konsisten dengan prinsip itu dalam kondisi
dan situasi apapun.

Istiqamah dapat melekat pada diri seorang muslim apabila ia telah benar-
benarberiman dan seluruh hidupnya dirujukan kepada keimanan semata-mata.
Sehingga menafikan segala sesuatu selain iman kepada Allah. Karena itu
didapatlah diakatan bahwa istiqamah merupakan implementasi dari keimanan
kepada Allah yang melahirkan penyerahan diri secara totak kepada-Nya. Dengan
demikian, apapun yang terjadi dan sitausi apapun yang dihadapi tidak akan
merubah prinsip hidup itu.

VI. Hubungan dengan Lingkungan Hidup

1. Mengelola dan Memelihara Alam

Manusia diciptakan Allah dan digelarkan di muka bumi untuk mengelola isi
bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai mahkluk yang
sempurna. Kesempurnaan manusia dibandingkandengan mahkluk Allah lain nya,
karena potensi yang diberikan Allah berikan untuk digunakan dalam rangka
melaksanakan tugas sebagai hamba Allah. Allah telah menciptakan segala sesuatu
di alam raya untuk manusia, suatu kenikmatan yang tiada tara nya, firman-Nya :

ٌ‫ض َوٱ ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِيهَا فَٱ ْستَ ْغفِرُوهُ ثُ َّم تُوب ُٓو ۟ا ِإلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن َربِّى قَ ِريبٌ ُّم ِجيب‬
ِ ْ‫هُ َو َأن َشَأ ُكم ِّمنَ ٱَأْلر‬
Artinya :

Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan
(doa hamba-Nya)".

11
Mencari kebahagiaan hidup merupakan kewajiban setiap orang, hanya saja
kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh dengan petunjuk-petunjuk dan
bimbingan Allah, sebab kebahagiaan hakiki mencakup keseluruhan hidup, yaitu
hidup didunia dan diakhirat.

Kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat dalam konsep Islam tidak dapat
dipisahkan. Orang akan bahagia didunia jika ia mempersiapkan bekal kebahagiaan
dengan baik, demikian sebaliknya, persiapan untuk mencapai kebahagiaan akhirat
memerlukan sarana dan cara hidup yang baik didunia.

Kedua macam kebahagiaan itu memerlukan upaya yang sungguh-sungguh,


terpadu dan simultan, karena itu dalam aspek dunia menyatu dengan aspek khirat,
hanya saja tidak dibahas secara khusus hal-hal yang menyangkut ibadah ritual.

Tidak terlepas dari tujuan itu maka Allah menghendaki agar manusia dapat
mengelola isi alam untuk memenuhi hajat hidup manusia sendiri. Untuk dapat
mengelola alam ini dengan baik diperlukan dengan adanya kemauan dan
kemampuan lahir dari kesadaran akan pemilikan potensi dan semangat serta
kepercayaan diri untuk memiliki kemampuan itu.

Alam raya dengan segala potensi yang terkandung didalam nya diberikan
kepada manusia untuk diolah dan di manfaatkan. Mengelola dan memanfaatkan
nya memerlukan usaha kerja keras, karena Allah tidak memberkan barang jadi,
melainkan bahan mentah yang mesti diolah dengan menggunakan potensi yang
telah diberikan Allah kepada manusia, yaitu akal.

Segala sesuatu di alam ciptaan Allah ini diperuntukkan bagi manusia, tinggal
manusia sendiri apakah mau mengolahnya atau membiarkan nya atau bahkan
menghancurkan nya, Islam mendorong umat nya untuk mengolah, memelihara
dan memanfaatkan alam sehingga dapat bermanfaat bagi manusia dan alam itu
sendiri.

Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk
bekerja keras. Perlu nya kerja keras dalam hidup, telah digambarkan oleh Allah
Swt dalam menandai kekuasaan nya yang Maha Besar, yaitu ganbaran simbolik
dalam fenomena yang tampak pada mahkluk nya, jika kita pikirkan dan hayati
sungguh-sungguh, missal nya bagaimana bayi yang baru saja dilahirkan harus
berjuang keras menyesuaikan diri dengan lingkungan alam yang baru
dimasukinya, disini (dunia) jika ia lapar, ia harus berjuang untuk memenuhi
keinginan nya dengan cara menangis, agar sang ibu memberikan air susunya.
Mangis bagi bayi merupakan usaha dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Atau dalam hal lain Allah menggambarkan melalui ciptaan-Nya yang
lain, seperti biji kacang yang ditanam di dalam tanah, jika ia ingin hidup, tunas
nya harus mampu menemukan udara di permurkaan tanah, dengan demikian ia
harus berjuang menembus tanah, sehingga udara dapat di hidupnya dan ia dapat
tumbuh.
12
Gambaran diatas merupakan pelajaran dari Allah untuk manusia, bahwa
sebenarnya hidup ini adalah perjuangan yang tak kan pernah berhenti. Berhenti
berjuang atau berusaha, maka hilanglah makna hidup dan tamat pula riwayat
kehidupannya.

2. Menjaga dan Melestarikan Alam

Manusia adalah mahkluk yang sempurna dengan kemampuan akal, qalbu,


serta nilai-nilai yang diberikan Allah yang dapat membentuk akhlak yang baik
yang diaktualisasikan dalam bentuk hubungan yang harmonis dengan alam
lingkungan nya.

Manusia ditengah-tengah alam memiliki peran sebagai subyek yang akan


berpengaruh terhadap lingkungan nya dan hubungan manusia dengan alam
lingkungannya itu merupakan interaksi yang saling berpengaruh. Sebagai
makhluk Allah yang diberi akal dan kepribadian, manusia dapat menentukan sikap
terhadap ekosistem ditempat dimana ia hidup.

Al-Qur’an banyak memberikan dorongan untuk menjaga dan memelihara alam


laingkungan hidup, karena misi Islam pada dasarnya mencakup sikap terhadap
alam, Allah berfirman :

َ َ‫َو َمٓا َأرْ َس ْل ٰن‬


َ‫ك ِإاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰ َعلَ ِمين‬

Artinya :

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.

Memberi rahmat pada alam adalah bagian yang tak terpisahkan dari bentuk
pelaksanaan ajaran Islam secara keseluruhan. Alam adalah anugrah Allah kepada
manusia , sesuai dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah, naka ia
dituntut untuk dapat menjaga dan memelihara alam disamping menggunakan dan
memanfaatkan.
Banyak kerusakan dan malapetaka yang ditimbulkan oleh prilaku manusia
yang tidak memperhatikan hubungan dirinya dengan alamlingkungannya.
Kerusakan ekosistemn lautan maupun daratan disebabkan karena manusia tidak
menyadari keharusan hubungan yang harus terjalin secara seimbang antara dirinya
dengan alam lingkungan nya. Untuk ini Allah telah mengisyaratkan dalam firman-
Nya :

۟ ُ‫ْض ٱلَّ ِذى َع ِمل‬


َ‫وا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت َأ ْي ِدى ٱلن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْٱلفَ َسا ُد فِى ْٱلبَ ِّر َو ْٱلبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬

13

Artinya :”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kita beramal dan bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk mendapat ridho, kasih sayang dan kekuasaan Allah. Untuk mendapat
pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan dari Allah. Atau dengan kata lain, untuk
mendapat takwa. Segala amalan itu untuk menambah takwa. Kerana Allah hanya
menerima ibadah dari orang-orang yang bertakwa. Allah hanya membela, membantu
dan melindungi orang-orang yang bertakwa. Hanya orang-orang yang bertakwa saja
yang akan selamat di sisi Allah Ta’ala. Banyak keuntungan yang bisa kita peroleh dari
kita bertakwa. Takwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga
berhubungan dengan manusia dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan
dengan Lingkungan Hidup.

3.2 Saran

Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari takwa. Karena dengan kita bertakwa, kita dapat mencegah dan
menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak
baik.  Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap
sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau
sebaliknya perlu dihindari.
15
DAFTAR PUSTAKA

Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum:
Jakarta. 2002
Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi,Bandung:STPDN Press, 2003
Husein, Mochtar. 2008. Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Mufid AR, Ahmad. 2008.  Tanya Jawab Aqidah Islamiah. Yogyakarta : Insan Madani.
https://mozaik.inilah.com/read/detail/2508632/11-fakta-dan-keuntungan-orang-takwa
16

Anda mungkin juga menyukai