Anda di halaman 1dari 24

Taqwa

Disusun oleh:

Atika Firdaus 201944500600

M. Fachry Nurhamzah 201944500641

Sandi Nugraha 201944500655

Aldy Irawan 201944500675

Dosen: Sugiharto, M.Ag.

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

S1H TEKNIK INDUSTRI

AGAMA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Alloh SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah

Agama, dengan judul: “Taqwa”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik

sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh

karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Jakarta, 16 November 2019

Kelompok VIII

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 2

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Pengertian Taqwa, Kedudukan, dan Ruang lingkup .................. 3

2.2 Macam-Macam Taqwa, Urgensi, dan Indikatornya ................ 12

2.3 Balasan Bagi Orang yang Bertaqwa ........................................ 17

BAB 3 PENUTUP ....................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 20

3.2 Saran ........................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk

mencarinilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia

dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan

perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan

manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat kita manusia

tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih

lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti

minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang

melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.

Disinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi

untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang telah bisa

memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebutkedalam

kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman dan

taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk agama islam,

agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba yang beriman dan

bertaqwa.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat

dirumuskan permasalahaan dari judul makalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian taqwa, kedudukan dan ruang lingkup?

2. Apa saja macam-macam taqwa, urgensi dan indikatornya?

3. Bagaimana balasan bagi orang yang bertaqwa?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Memahami taqwa, kedudukan dan ruang lingkup

2. Memahami macam-macam taqwa, urgensi dan indikatornya

3. Mengetahui balasan bagi orang yang bertaqwa

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Menjelasan tentang taqwa, kedudukan dan ruang lingkup

2. Menjelaskan macam-macam taqwa, urgensi dan indikatornya

3. Menjelaskan balasan bagi orang yang bertaqwa


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Taqwa, Kedudukan dan Ruang Lingkup

A. Pengertian Taqwa

Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-waqiyah (Arab), yang di dalam Al-Qur’an

terdapat 256 kata taqwa yang berarti takut, menjaga diri, memelihara, tanggung

jawab, dan memenuhi janji dan kewajiban.

Karena itu orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah

berdasarkan kesadaran; mengerjakan perintah-Nya, tidak melanggar larangan-Nya,

takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Orang yang bertaqwa juga adalah orang

yang menjaga (membentengi) diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak

melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah, bertanggung jawab mengenai

sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi janji dan kewajiban.

Para ahli tasawuf berpendapat bahwa taqwa itu ialah membentengi diri dari

siksa Allah dengan jalan taat kepada-Nya. Sedangkan para fuqaha (ahli fiqih)

berpendapat bahwa taqwa berarti menjaga diri dari segala sesuatu yang melibatkan

diri kepada dosa.

Taqwa bisa juga diartikan sebagai pelindung yang kita persiapkan dari siksa dan

murka Allah. Pelindung ini membuat kita berhati-hati dalam setiap langkah agar

tidak terperosok ke lembah api neraka. Dengan demikian orang-orang yang

memiliki taqwa dihatinya akan selalu melangkah dengan penuh kehati-hatian dan

diiringi perasaan takut.

3
4

1. Imam an-Nawawi berkata: bahwa taqwa adalah istilah tentang melaksanakan

segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.

2. Ibnu Taimiyyah menyebutkan: bahwa takwa artinya melakukan perintah dan

meninggalkan larangan.

3. Thuluq ibnu Habib: berkata tentang taqwa, “Engkau melaksanakan ketaatan

(melaksanakan perintah), di atas cahaya dari Allah (ilmu), dengan berharap

pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan maksiat terhadap Allah, di atas

cahaya Allah dari Allah, karena takut terhadap hukuman Allah.”

4. Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Taqwa adalah al-Khaufu minal Jalil ( takut

kepada Allah yang Mahaagung), al-‘Amal bil Tanziili (mengamalkan al-Qur’an

dan al Sunnah), al-Ridla bil Qalil (ridla atas pembagian rizki yang sedikit), dan

al-Isti’dad liyaum al-Rahiil (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhirat).”

Hasan Langgulung, mantan Dekan Fak. Pendidikan Univ. Islam Antara

Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia, dalam tulisannya “Takwa Sebagai Sistem Nilai

dan Islam”, mengatakan taqwa adalah kata kunci untuk memahami sistem nilai

(sifat-sifat atau hal-hal yang terpenting dan berguna bagi kemanusiaan) dalam

islam. Taqwa merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam al-Qur’an.

Sebagai akhlak, taqwa mencangkup segala nilai yang diperlukan manusia untuk

keselamatan dan kebahagiaannya di dunia dan akhirat kelak. Menurut beliau, nilai-

nilai taqwa dapat digolongkan ke dalam: (1) nilai-nilai perseorangan, (2) nilai-nilai

kekeluargaan, (3) nilai-nilai sosial, (4) nilai-nilai kenegaraan. (5) nilai-nilai

keagamaan.
5

B. Kedudukan Taqwa

Kedudukan taqwa bagi seorang muslim sangat penting dalam kehidupannya, bahwa

taqwa memiliki jalan yang apabila jalan itu ditempuh maka taqwa akan menjadi

watak (malakah) di dalam hati yang akan melahirkan perilaku sesuai dengan al-

Qur’an dan As-Sunnah. Karena itu taqwa mempunyai kedudukan:

1. Taqwa adalah pokok segala pekerjaan. (QS. A;-Baqarah: 21)

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah mencipatakanmu dan orang-roang

yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”.

2. Taqwa adalah parameter kemuliaan seseorang. (QS. Al-Hujurat: 13)

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

3. Taqwa adalah dasar persamaan hak antara pria dan wanita. (QS. An-Nisa: 1)

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan

kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya: dan

daripada keduannya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang denga (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.


6

4. Taqwa adalah asas segala kebajikan. (QS. Al-Baqarah: 177)

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajukan,

akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudia,

malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya

kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang

memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakar; dan

orang-orang yang menpati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang

sabra dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah yang

benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.

C. Ruang Lingkup Taqwa

1. Hubungan dengan Allah SWT

Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan

dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat

sehingga kita dapat menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya

konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah

dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti

mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam

kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan

pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan

menjauhkan kita dari ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap

persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
7

Segala perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan

Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.

Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada

Allah menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja

diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia, seperti yang

terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang artinya:

“Inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran

bagi orang-orang yang bertaqwa “. (QS. Ali-imran 3:138)

Manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat

lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun,

melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagai hamba Allah sudah

sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, bersabar

dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah serta memohon ampun

atas segala dosa yang telah dilakukan.

2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan

sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya

dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan

sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri

dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan hawa nafsunya karena tak

banyak diantara umat manusia yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya
8

sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis

dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu

menyuruh kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku.

Sesungguhnya tuhanku maha pengampum lagi maha penyayang.” (QS. Yusuf

12:53)

Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri

agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri

dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :

1) Sabar

2) Tawaqal

3) Syukur

4) Berani

Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja

yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam

menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut

terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan

baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha dalam menjalankan

segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat

manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur
9

atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari

seemua perbuatan yang telah ditentukan.

3. Hubungan manusia dengan manusia

Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,

kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran

tentang ajaran-ajaran yang berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum

minannas) atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan

oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok-

kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling membutuhkan satu

sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada

tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri.,

sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan

martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia

sama derajatnya dimata allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya

orang yang paling bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.

Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia.

Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan

mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma

agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin dalam bentuk kesediaan untuk

menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran

dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan menjadi motor penggerak,

gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.
10

Surat Al-baqarah ayat 177:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebajikan,

akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari

kemudian, malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta yang dicintainya kepada

kerabat, anak yatim, oaring miskin, musafir(yang memerlukan pertolongan), dan

orang-orangyang meminta-minta, dan (merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan

shalat danmenunaikan zakat. Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia

berjanji dan orang yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam

peperangan. Mereka itulah orang yang benar(imannya)mereka itulah orang yang

bertaqwa.” (Al- baqarah 2:177).

Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada

Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar

keyakinan yang dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah.

Selanjutnya Allan menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan

harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan

jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia

dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi

juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat

4. Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup

Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan

lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang

tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab


11

menggelola dan memelihara lingkungannya. Sebagai penggelola, manusia akan

memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya didunia tanpa harus merusak

lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala petensi yang ada didalamnya telah

diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna

bagi manusia.

Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk

bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan

barang yang bermanfaat bagi manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula

sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam. Menjaga lingkunan adalah

memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup dengan saling

memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan

hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan

dengan sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat

dan juga memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan

lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa manusia jauh dari ketaqwaan. Mereka

mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan

itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi kehidupan manusia.

Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia

mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor yang dapat

merugikan manusia.
12

Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus

disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan

sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara

dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allah dengan cara ini akan

menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya

orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi azab yang sangat

menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat eksploitasi

alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.

2.2 Macam-Macam Taqwa, Urgensi dan Indikatornya

A. Macam-Macam Taqwa

Taqwa merupakan bukti keimanan. Perintah taqwa menembus dimensi

ruang dan waktu serta menuntut totalitas individu dalam melaksanakannya, dalam

menjalankan ketaqwaan terhadap Allah dapat dilakukan dalam bentuk hati, lisan

dan perbuatan.

1. Dalam hati (bil qalbi)

Selalu ada yang di hati hanya kebesaran Allah yangn telah memberikan rahmat

kepada kita, apakah nikmat Islam, iman ataupun nikmat yangn bersifat dunia.

a. Bertaqwalah pada Allah kalua kamu benar-benar beriman, “inkuntum

mu’minin”. (QS. Al-Maidah: 57)

b. Bertaqwalah pada Allah di mana saja kamu berada, “haitsuma kunta”. (HR.

At-Tirmizi, Ahmad, dan Hakim)


13

c. Bertaqwalah pada Allah sekuat kemampuanmu, “mastatho’tum”. (QS. At-

Taghobun: 16)

d. Bertaqwalah pada Allah denagn sebenar-benarnya taqwa. “haqqa tuqatih”.

(QS. Ali Imran: 102)

2. Dalam Lisan (bil lisan)

Apa yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari selalu bermanfaat, seperti:

zikir, mengajak manusia ke jalan Allah, tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak

baik. Firman Allah QS. Al-Ahzab: 70.

“Hai orang-orang yang beriman, bertawalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah

perkataan yang baik:.

3. Dalam perbuatan (bil arkan)

Segala apa yang diperintahkan oleh Allah selalu kita kerjakan, seperti shalat, puasa,

zakat dan lain-lain. Dan apa yang dilarang oleh Allah senantiasa kita jauhi, seperti

mencuri, membunuh, berzina, minum-minuman keras, dan lain-lain.

B. Urgensi Taqwa

1. Taqwa adalah bekal yang baik. (QS. Al-Baqarah: 197)

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah

kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”

2. Taqwa adalah pakaian yang terbaik. (QS. Al-A’raf: 26)

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian unyuk

menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah
14

yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda

kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”.

3. Orang taqwa adalah orang yang paling mulia. (QS. Al-Hujurat: 13)

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

4. Taqwa merupakan wasiat Allah kepada umat-umat terdahulu dan umat Nabi

Muhammad. (QS. An-Nisa: 131)

“Dan sungguh kami memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum

kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir,

maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi

hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

5. Taqwa merupakan perintah Allah yang banyak disebutkan dalam al-Qur’an.

(QS. Al-Hasyr: 18)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap

diri memperhatikan apa yang telah dibuatnya untuk hari esok (akhirat), dan

bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.
15

6. Taqwa merupakan wasiat dan perintah Nabi SAW. (HR. Abu Daud, At-

Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Majah)

“Aku wasiatkan kepada kalian semua untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar

dan taat..”.

7. Taqwa merupakan sebab terbesar untuk masuk surga. (HR. At-Tirmizi)

“Rasulullah ditanya tentang penyebab yang paling banyak Allah masukkan orang

ke dalam surga, maka beliau menjawab. “Bertaqwalah kepada Allah dan akhlak

yang baik”. Dan ketika ditanya tentang sesuatu yang paling banyak Allah

menjerumuskan orang ke dalam neraka, beliau menjawab. “Mulut dan

kemaluan”.”

C. Indikator Taqwa

Ciri-ciri orang yang bertaqwa secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan QS.

Al-Baqarah: 1-5, QS. Ali Imran: 133-135, QS. Adz-Dzariyat: 15-19, sebagai

berikut;

1. Iman (kepada Allah, yang ghaib, para Nabi, kitab-kitab, hari akhir)

2. Memelihara ibadah formal, seperti menderikan shalat lima waktu dan shalat

malam, dam menunaikan zakat

3. Mengeluarkan harta yang dicintainya, baik di waktu lapang maupun sempti

kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang meminta-

minta dan lain-lain

4. Memelihara kehormatan diri dengan cara menepati janji

5. Mohon ampun kepada Allah atau bertaubat atas segala kesalahan dan dosa
16

6. Sabar dalam kesempitan dan penderitaan serta peperangan

7. Menahan amarah dan suka memaafkan kesalahan orang lain

*QS. Al-Baqarah: 1-5

“Alif Laam Miim (1) Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk

bagi mereka yang bertaqwa, (2) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,

yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang kamu

anugerahkan kepada mereka, (3) dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-

Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan

sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4) Mereka itulah

yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang

yang beruntung (5)”.

*QS. Ali Imran: 133-135

“Dan beresegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang

luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,

(133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang

maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan

(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134) dan

(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mengaiaya diri

sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampu terhadap dosa-dosa mereka

dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka

tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui (135)”.

*QS. Adz-Dzariyat: 15-19


17

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga)

dan di mata air-mata air; (15) sambil mengambil apa yang diberikan kepada

mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah

orang-orang yang berbuat baik; (16) Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam;

(17) Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah) (18) Dan

pada harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan

orang miskin yang tidak mendapat bahagian (19)”

2.3 Balasan Bagi Orang yang Bertaqwa

Balasan Bagi Insan Bertaqwa Kepada hamba-hamba Allah yang bertaqwa,

Allah SWT telah menyediakan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Dan balasan

itu akan Allah berikan kepada hambanya yang bertaqwa di dunia dan juga di

akhirat. Akan tetapi balasan yang kami sebutkan disini bukan merupakan

pembatasan, namun hanya sekedar beberapa contoh yang disebutkan dalam

sebagian dalil, khususnya dari ayat Al-Quran. Balasan-balasab tersebut antara lain

sebagai berikut:

1. Pahala dan surga (QS. Yusuf: 57, QS. Al-Baqarah: 103, QS. Ali Imran: 15,

133, 139, 198, dan QS. Maryam: 63)

“Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang

beriman dan selalu bertaqwa” (QS. Yusuf: 57)

2. Mendapat keberuntungan dan kemenangan (QS. Al-Maidah: 100, An-Nur:

52, dan QS. An-Naba: 31)


18

“Maka bertawalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat

keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 100)

3. Mendapat furqon (petunjuk yang membedakan baik dan buruk), dihapuskan

segara dosa dan ampunan (QS. Al-Anfal: 29, dan QS. At-Thalaq: 5)

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan

memberikan kepadamu Furqon, dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-

kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu, dan Allah mempunyai karunia

yang besar”. (QS. Al-Anfal:29)

4. Bersama Allah dan dicintai Allah (QS. Ali Imran: 76, dan QS. At-Taubah:

4 dan 123, QS. An-Nahl: 128)

“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya, dan

bertaqwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa”. (QS.

Ali Imran: 76)

5. Mendapat keselamatan (QS. An-Naml: 53, dan QS. Az-Zumar: 61)

“Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu

bertaqwa”. (QS. An-Naml: 53)

6. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (QS. At-Thalaq: 2)

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya

jalan keluar”. (QS. At-Thalaq: 2)


19

7. Mendapatkan rahmat dan keberkahan (QS. Al-An’am: 155, QS. Al-A’raf:

156, dan QS. Al-A’raf: 96)

“Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah

Dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. Al-An’am: 155)

8. Mendapatkan rizki dengan mudah (QS. At-Thalaq: 3)

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (QS. At-

Thalaq: 3)

9. Mendapatkan kemudahan dalam urusan (QS. At-Thalaq: 4)

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan

baginya kemudahan dalam urusannya:. (QS. At-Thalaq: 4)


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketakwaan bermakna luas. Hal ini dapat diketahui dari defenisi para ulama

yang menerangkan bahwa ketakwaan ialah upaya seorang hamba membuat

pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti. Dengan begitu, berarti ia

ingin membangun pelindung antara dirinya Allah yang ia takuti kemarahan dan

kemurkaan-Nya, dengan melaksanakan amal ketaatan dan menjauhi segala

larangan-Nya.

3.2 Saran

Sebagai umat islam kita harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Sebagai orang yang beriman dan bertakwa, kita harus melaksanakan perintah-

perintah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Marilah kita

mengaplikasikan perintah Allah yang maknanya “Barang siapa yang bertakwa

kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (memudahkan

jalannya untuk sukses)“ Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-

sangkanya.

20
DAFTAR PUSTAKA

H. M. Arifin, M.Pd.I., dkk. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Unindra Press


Arizki Primayuda. 2019. Makalah Pendidikan Agama Islam Iman dan Taqwa.
Dikutip 16 November 2019 dari
https://www.academia.edu/16665072/Makalah_Pendidikan_Agama_Islam_Iman_
dan_Taqwa
Anonim. 2019. Balasan Bagi Insan yang Bertaqwa. Dikutip 16 November 2019
dari http://cahayaimani.co.id/2019/04/596/
Anonim. 2013. Makalah Taqwa dan Ruang Lingkupnya. Dikutip 16 November
2019 dari http://taqwadanberiman.blogspot.com/2013/04/makalah-taqwa-dan-
ruang-lingkupnya.html

21

Anda mungkin juga menyukai