Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Keutamaan Akhlak dan Ilmu

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan Etika

Disusun oleh :

Muhammad Rifki Syafrial (202043501995)

M.Yofan Haditama Soepandi (202043502027)

Ricky Nugraha (202043502029)

Program Studi S1 Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Universitas Indraprasta PGRI


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah akhlak dan etika kami yang
berjudul “Keutamaan Akhlak Dan Ilmu”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat.

Makalah ini menjelaskan tentang pengertian Keutamaan Akhlak Dan Ilmu. Dengan
demikian materi makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.

Teriring ucapan terima kasih kepada Ibu Dosen Siti Istianah S.Sos.I..,M.Pd. selaku
pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah Akhlak Dan Etika, juga kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca
adalah sangat berharga bagi kami.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan
tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal ‘alamin.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Metode Pemecahan Masalah........................................................................................... 1
D. Sistematika Penulisan Makalah ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Pengertian dan ruang lingkup Akhlak............................................................................. 2
B. Sumber-sumber ajaran akhlak......................................................................................... 3
C. Keutamaan Ilmu .............................................................................................................. 4
D. Sumber Ilmu.................................................................................................................... 4
E. Cara mendapatkan Ilmu .................................................................................................. 5
F. Ilmu Yang Berguna ......................................................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................ 8
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah akhlak adalah merupakan suatu masalah yang sangat mendasar bagi setiap pribadi
muslim dalam kehidupan sehari-hari yang mampu mewarnai segala sikap dan perilakunya baik
ketika berhubungan dengan manusia maupun ketika berhubungan dengan alam sekitar, terlebih
lagi dalam berhubungan dengan Allah SWT. menuju keselamatan dunia dan akhirat

B. Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai
pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Pengertian dan ruang lingkup Akhlak


2. Sumber-sumber ajaran akhlak
3. Keutamaan Ilmu
4. Sumber Ilmu
5. Cara mendapatkan Ilmu
6. F. Ilmu Yang Berguna

C. Metode Pemecahan Masalah


Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui study literatur atau metode kajian
pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi lainnya yang merujuk pada
permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan
menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan
langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban
permasalahan.

D. Sistematika Penulisan Makalah


Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari:
latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika
penulisan makalah; Bab II, adalah Pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan ruang lingkup Akhlak

Secara bahasa akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jama’ atau plural dari kata khuluqun
yang memiliki arti budi pekerti, tingkah laku, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan.
Kata akhlaq juga berasal dari kata khalaqa yang artinya menciptakan, erat hubungannya dengan
khaliq, artinya pencipta, dan makhluq, artinya yang diciptakan.

Menurut Imam al Ghazali yang dikutip oleh Yunahar Ilyas, akhlak adalah sifat batin,
atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang memunculkan perbuatan-perbuatan mudah tanpa
seseorang itu harus berfikir dan menimbang apa yang mau dikerjakan, perbuatan ini bersifat
baik sesuai norma dan aturan Islam.

Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidan yang dikutip oleh Yunahar Ilyas, akhlak
adalah nilai-nilai atau sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang berfungsi untuk melihat
apakah perbuatan itu baik atau buruk, sehingga dapat memilih tindakannya antara
meninggalkan atau melakukannya.

Akhlak menurut Islam merupakan tingkatan setelah rukun iman dan ibadah. Akhlak
seseorang sangat penting dalam bermuamalah, bagaimana sikap seseorang bergaul dengan
individu lainnya atau dalam kelompok masyarakat. Dikuatkan oleh hadis dari Rasulullah,
bahwa salah satu misinya adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Akhlak adalah buah
dari keimanan seseorang, sehingga Islam sangat memperhatikan dan menjunjung tinggi tentang
akhlak dan menyeru umat manusia kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa
orang mukmin yang sempurna imannya dialah yang memiliki akhlak yang baik.

Akhlak adalah pembeda manusia dengan makhluk lainnya, membuat hal ini tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan akhlak pula, manusia dapat menjalankan
fungsinya sebagai khalifah dan hamba Allah di muka bumi dalam membangun dunia ini dengan
konsep yang ditetapkan Allah SWT.

Beberapa penjelasan tentang akhlak, maka dapat disimpulkan akhlak merupakan sifat
batin yang tertanam dalam diri seseorang, dengannya akan tampak perbuatan dan sikap baik

2
menurut norma dan syariat, tanpa ada paksaan dan pertimbangan sebelumnya, bersungguh
sungguh dalam berbuat dan ikhlas karena mengharap ridho Allah SWT.

B. Sumber-sumber ajaran akhlak


Sumber akhlak adalah Al Quran dan Sunnah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau
mulia dan tercela, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat. Allah SWT berfirman dalam
surat Al Ahzab ayat 21:

Artinya:”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.”

Ayat diatas telah diuraikan dalam tafsir Jalalain bahwa perilaku Nabi Muhammad SAW
dan tabiatnya dalam kehidupan sehari-hari merupakan teladan bagi umat manusia, seperti
dalam hal berperang dan keteguhan serta kesabarannya, yang masing-masing diterapkan pada
tempat-tempatnya.

Selanjutnya, sumber ajaran Islam yang kedua adalah sunnah. Sunnah mengacu kepada
sikap, tindakan, ucapan, dan cara Rasulullah dalam menjalani hidup. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW:

Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”

Hadis ini menunjukkan bahwa salah satu alasan Rasulullah SAW diutus adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang baik, dengan meneladani perjalanan hidup beliau. Sehingga
dapat dikatakan akhlak sangat penting dimiliki seseorang terutama umat muslim.

3
C. Keutamaan Ilmu
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi sebagai
petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan.

Islam adalah sebuah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, bukan hanya
dalam teori tapi juga dalam praktik/kenyataan. Penghargaan ini terungkap dengan adanya ayat
Al-Qur’an dan hadits yangmemberikan pujian terhadap orang yang berilmu. Al-Qur’an
mengumpamakan orang yag berilmu yakni orang yang melihat (al bashir) sedangkan orang
yang tidak berilmu di umpamakan sebagai orang yang buta (al a’ma), dan tentunya antara
keduanya ini sangat lebih utama orang yang mempunyai penglihatan. Selain itu penghargaan
terhadap ilmu juga dapat kita lihat dari janji-janji Allah bagi orang yang berilmu seperti dalam
ayat Al-Qur’an surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:

Artinya : ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”

Selain dalam surah al-Mujadilah, Allah juga berfirman mengenai keutamaan ilmu
dalam surah az-Zumar ayat 9 :

Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu


dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)

Banyak hadits berbicara tentang ilmu pengetahuan terutama mengenai keutamaan ilmu.
Bahkan Kewajiban menuntut ilmu terpikulkan kepada umat islam.

D. Sumber Ilmu
Dalam buku Filsafat Ilmu karya Amsal Bakhtiar dikatakan bahwa ada beberapa
pendapat yang menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan keluar dari empat hal.

4
Pertama adalah Empirisme, menurut aliran ini seseorang bisa memperoleh pengetahuan
dengan pengalaman inderawinya. Dengan indera manusia bisa menghubungkan hal-hal yang
bersifat fisik ke medan intensional, atau menghubungkan manusia dengan sesuatu yang
kongkret-material.

Kedua adalah Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal merupakan satu-satunya
sumber kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang diakui benar semata-mata hanya diukur
dengan rasio.

Ketiga adalah intuisi. Menurut Henry Bergson yang dikutip oleh Bakhtiar, intuisi
adalah hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi. Intuisi ini bisa dikatakan hampir sama
dengan insting, namun berbeda dalam tingkat kesadaran dan kebebasannya. Untuk
menumbuhkan kemampuan ini, diperlukan usaha dan kontinuitas latihan-latihan. Ia juga
menambahkan bahwa intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang meliputi harus
adanya analisis, menyeluruh, mutlak dan lain sebagainya. Karena itu, intuisi adalah sarana
untuk mengetahui secara langsung dan seketika.

Keempat adalah wahyu, sumber ini hanya khusus diperoleh melalui para Nabi yang
menerima pengetahuan langsung dari Tuhan semesta alam. Para Nabi memperoleh
pengetahuan tanpa upaya dan tanpa memerlukan waktu tertentu. Pengetahuan mereka terjadi
atas kehendak Tuhan.

E. Cara mendapatkan Ilmu


Menurut para ahli, empiris adalah pengetahuan yg disusun berdasarkan pada
pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat
pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,namun diperoleh melalui
pengalaman yg kongkrit.

Rasionalisme Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan
rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yg dapat
membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran.
Para ahli memberikan rumusan untuk memperoleh pendidikan dengan 4 hal :

1. Skiptisime
Tidak ada cara yg sah untuk mendapatkan ilmu, karena kemampuan indra dan akal
manusia terbatas.
2. Doubth

5
Aliran ini merupakan awalan dari Rasionalisme dan empirisme. Aliran ini mengunakan
kerangka sebagai jembatan menuju kepastian.
3. Rasionalisme
Aliran ini mengadalkan kemampuan akal semata, karena kemampuan indra dianggap
terbatas
4. Empirisme
Aliran ini menekankan kemampuan indra untuk memperoleh ilmu. Untuk menguji
apakah indra benar atau salah , dilakukan pengujian dengan percobaan.

Menurut Agama islam :

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim,disebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menuntut ilmu yakni

a. Meluruskan Niat
Meluruskan niat haruslah dilakukan oleh seserorang sebelum menuntut ilmu, Di waktu
belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi
kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan
melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu.
b. Memilah ilmu yang akan dipelajari
Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah memilih mana yang terbagus dan
dibutuhkan dalam kehidupan agmanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu yang akan
datang.Dalam kitabnya juga beliau menyebutkan untuk belajar ilmu tauhid terlebih
dahulu.
c. Memilah guru
Beliau menjelaskan bahwa dalam memilih guru,kita harus lah menilai guru tersebut
terlebih dahulu,pilihlah guru yang lebih tua,yang berprilaku baik,tujuannya tak lain
agar kita mendapat ilmu dan berkembang
d. Konsisten dan Tekun
e. Menghindari akhlak tercela
f. Berusaha dan tawakal
g. Berwara’
h. Mengamalkan dan membagi ilmu

6
F. Ilmu Yang Berguna
Ilmu yang bermanfaat adalah pengetahuan dari seseorang yang dapat berguna untuk
orang lain. Menurut Imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab beliau yang
lain Al- Khusyuu’ Fish Shalaah (hal. 16) beliau berkata, “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu
yang masuk (dan menetap) ke dalam relung hati (manusia), yang kemudian melahirkan rasa
tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengaku kelemahan diri di hadapan Allah Subhanahu
wa Ta’ala.”.Dari pemaparan beliau kita dapat meyimpulkan bahwasanya ilmu yang bermanfaat
dapat menimbulkan dampak-dampak positif dalam diri penuntutnya, bukan sebaliknya.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 102 “Mereka tidak akan dapat mencelakakan
seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang
mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu,
barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di
akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir,
sekiranya mereka tahu.”

Dari ayat diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Allah sangat mencekal ilmu-ilmu
yang banyak mudharatnya,terlebih kepada para penuntunya,seperti ilmu sihir,lewat ayat ini
Allah juga menyampaikan bahwasanya setiap ilmu itu haruslah berorientasi kepada Al-
Quran.Di lain ayat Allah juga menyebutkan :

Artinya : “Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-
orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”

Dari ayat diatas,terlihat perbedaan yang besar antara ilmu yang bermafaat dan ilmu
yang banyak mudharatnya. Ilmu yang bermanfaat selalu berorientasi pada ayatullah, dan tidak
menimbulkan keraguan di dalam hati para penuntutnya. Lewat ayat ini Allah juga memberi
peringatan bagi siapa saja yang menuntut ilmu tanpa berorientasi pada Al-Quran termasuk
orang-orang zalim. Di era internet ini dimana informasi dapat diakses dengan mudah,
pentingnya sifat tabayyun terhadap informasi dan pengetahuan yang baru didapat dan sikap
memilih ilmu yang akan kita pelajari sangat penting baik untuk urusan dunia dan akhirat.

7
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Akhlak adalah nilai-nilai atau sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang berfungsi
untuk melihat apakah perbuatan itu baik atau buruk, sehingga dapat memilih tindakannya
antara meninggalkan atau melakukannya. Sumber akhlak adalah Al Quran dan Sunnah yang
menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela.

Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi sebagai
petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan. Ilmu yang
bermanfaat adalah pengetahuan dari seseorang yang dapat berguna untuk orang lain. Dari surah
Al-Baqarah ayat 102, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah sangat mencekal ilmu-ilmu yang
banyak mudharatnya,terlebih kepada para penuntunya,seperti ilmu sihir,lewat ayat ini Allah
juga menyampaikan bahwasanya setiap ilmu itu haruslah berorientasi kepada Al-Quran. Oleh
karena itu sumber utama dari segala akhlak dan ilmu yang harus kita dalami sebagai orang
islam adalah Al Quran dan Sunnah, dan juga sumber yang lain pun harus tetap berorientasi
kepada Al Quran dan Sunnah.

B. Saran
Setelah mempelajari ilmu dan akhlak, harapan kami, pembaca terlebih-lebih bagi kami
sendiri dapat memfilter, memilih, serta melaksanakan hal-hal atau perbuatan yang memang itu
sesuai dengan tuntunan dalam ajaran Islam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Setia Pustaka.

Al-Munawwar, Said, Aqil Husain. 1994. I’jaz Al-Qur’an dan Metodelogi Tafsir.

Amal, Taufik Adnan. Al-Qur’an di Mata Barat Kajian Baru John Wansbrough dalam Ulum
AlQur’an Jurnal Ilmu dan Kebudayaan no. 4. vol. 1. tahun 1990.

As Shobuni, Muhammad ‘Ali, Min Kunuz As Sunnah. (Jakarta: Dar Al Kutub Al Islamiyah,
1999)

Bahreisy salim, 1984, “terjemah riyadhussolihin juz 2”, bandung:Al-Ma’arif.cet ke delapan.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, LPPI UMY : Yogyakarta. 2006.

Magnis Suseno, Franz, Etika Dasar, Kanisius : Yogyakarta. 1987.

Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Bandung: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai